Anda di halaman 1dari 11

łurnal Ruang Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014

ISSN 1858-3881
________________________________________________________________________________________________________________

PENGARUH URBAN SPRAWL TERHADAP PERUBAHAN BENTUK KOTA SEMARANG DITINJAU DARI
PERUBAHAN KONDISI FISIK KELURAHAN METESEH KECAMATAN TEMBALANG

Farisul Hanief¹ dan Santy Paulla Dewi²

1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro 2Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro Email: farisul89@gmail.com

Abstrak: Urban sprawl merupakan perkembangan kota secara acak, tidak terencana, dengan melibatkan
konversi lahan di daerah pinggiran. Kota Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah sedang mengalami
pertumbuhan pada kawasan pinggirannya. Dalam perkembangan fisiknya mengarah ke daerah Timur dan
Selatan. Seperti yang terjadi di Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang yang berada di daerah Selatan.
Urban sprawl membawa implikasi pada bentuk kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh urban sprawl terhadap perubahan bentuk Kota Semarang ditinjau dari perubahan kondisi fisik
Kelurahan Meteseh. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka sasaran yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut adalah identifikasi kondisi fisik eksisting Kelurahan Meteseh, identifikasi indikasi
urban sprawl Kelurahan Meteseh, dan analisis pengaruh urban sprawl terhadap perubahan bentuk Kota
Semarang ditinjau dari perubahan kondisi fisik Kelurahan Meteseh. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penggunaan lahan terbangun sebesar 3,43%.
Perubahan penggunaan lahan tersebut membawa konsekuensi pola jaringan jalan meningkat khususnya pola
jaringan grid yang berada di lingkungan permukiman formal sebesar 18,9 %. Meningkatnya aktivitas perkotaan
seperti hunian dan kawasan komersial mengindikasikan terjadi urban sprawl di Kelurahan Meteseh dengan
jenis perembetan memanjang (ribbon development). Namun urban sprawl ini tidak membuat bentuk Kota
Semarang yang memiliki bentuk Fan Shaped Cities ini berubah, akan tetapi terjadi ekstensifikasi kawasan
perkotaan didaerah pinggiran khususnya pada bagian selatannya yang ditunjukkan oleh kondisi fisik Kelurahan
Meteseh.

Kata kunci : Urban sprawl, Perubahan Bentuk Kota, Kondisi Fisik

Abstract: Urban sprawl is city development with random, unplanned, involving the conversion of land in the
suburbs. Semarang as the capital city of Central Java is experiencing growth at the rim region. In the area of
physical development leads to the East and South. As happened in the Kelurahan Meteseh Kecamatan
Tembalang residing in the South. Urban sprawl has implications on the shape of the city. The purpose of this
study was to analyze the effect of changes in the form of urban sprawl on the city of Semarang in terms of
changes in the physical condition of the Village Meteseh. Based on the objectives to be achieved, then the
target will be done to achieve this goal is the identification of the physical condition of the existing Kelurahan
Meteseh, identification indication of urban sprawl Kelurahan Meteseh, and analysis of the effect of urban
sprawl on the city of Semarang shape changes in terms of changes in the physical condition of the Village
Meteseh. The method used in this study is a quantitative approach to the analysis technique used is descriptive
quantitative. The results showed that an increase in the use of land up at 3.43%. Changes in land use pattern is
a consequence increasing the road network in particular grid network pattern which is in formal neighborhoods
of 18.9%. Increased urban activities such as residential and commercial areas indicate urban sprawl happening
in the Kelurahan Meteseh with type ribbon development. But urban sprawl is not make fan shaped cities from
Semarang was changing, but the extension of urban areas happen in rural areas especially in the southern part
indicated by the physical condition of the Kelurahan Meteseh.

Keywords: Urban Sprawl, City Shape Changes, Physical Condition

Ruang; Vol. 2; No. 1; 2014; hal. 341-350 |1


Pengaruh Urban Sprawl Terhadap Perubahan Bentuk Kota Semarang ditinjau dari Perubahan Kondiнi Fiнik Fariнul Hanief dan Santy Paulla Dewi

LATAR BELAKANG Kondisi ini mengakibatkan alih fungsi lahan


Tingginya tingkat pembangunan di terjadi dalam jumlah yang cukup besar dari
kota− kota besar di Indonesia membuat non terbangun menjadi terbangun yang
pertumbuhan ekonomi juga meningkat. diiringi dengan peningkatan aktivitas kawasan.
Dengan kegiatan penduduk perkotaan yang Kelurahan Meteseh yang berada di
semakin meningkat, maka kebutuhan lahan Kecamatan Tembalang merupakan daerah
juga semakin meningkat pula. Lahan pinggiran yang mengalami urban sprawl.
permukiman menjadi sangat terbatas di pusat Sebagai bukti dari fenomena ini, dari tahun
kota karena harga lahan yang mahal. Lama 2003 tercatat lahan pertanian Kelurahan
kelamaan daerah tersebut tidak mampu Meteseh memiliki luas 100, 58 Ha kemudian
menampung kegiatan penduduknya. Karena pada tahun 2010 berubah menjadi 80,1 Ha.
batas administratif yang terbatas, maka Perubahan lahan yang terjadi adalah
terjadilah perkembangan ke daerah pinggiran perubahan dari fungsi lahan pertanian
kota. menjadi perumahan dan perdagangan dan
Akibatnya muncul kecenderungan jasa. Dimana fungsi lahan ini merupakan salah
pergeseran fungsi−fungsi perkotaan ke daerah satu dari ciri perkotaan. Hal inilah yang
pinggiran (urban fringe). Kebutuhan ruang mengindikasikan terjadinya urban sprawl di
yang semakin meningkat di daerah perkotaan kelurahan ini.
tersebut mendorong terjadinya Awal perkembangan permukiman
perkembangan daerah pinggiran kota (urban formal di Kelurahan Meteseh dimulai pada
fringe) dan perkembangan daerah secara acak tahun 1997. Ditandai dengan munculnya
(urban sprawl). Selain pemekaran kota (urban perumahan Bukit Kencana Jaya. Hingga
sprawl) membuat lahan produktif semakin selanjutnya sampai dengan sekarang muncul
berkurang, menyebabkan pula perubahan beberapa perumahan formal yang berdiri.
bentuk kota atau morfologi kota yang tidak Seperti perumahan Bukit Emerald, Perumahan
teratur. Morfologi kota ini dilihat dari pola Mutiara Jaya, Perumahan Dinar Mas,
jaringan jalan, penggunaan lahan, serta tipe Perumahan Dinar Elok, Perumahan Dinar Asri,
atau karakteristik bangunan. Dengan kata lain Perumahan Dinar Indah, dan Perumahan
pendekatan ini lebih menekankan pada Graha Mulya Asri.
kondisi fisik. Konversi lahan yang terjadi di Kelurahan
Menurut penelitian yang dikemukakan Meteseh secara langsung akan menambah
oleh Setioko (2009), fenomena urban sprawl massa bangunan di Kelurahan Meteseh dan
di Kota Semarang ditunjukkan dengan mengurangi luasan lahan terbuka. Hal itu
terjadinya peningkatan kebutuhan ruang di secara tidak langsung akan merubah wajah
kawasan pinggiran bagian selatan dan timur bentuk kota Kota Semarang yang akan
Kota Semarang. Real Estate Indonesia (REI) berimplikasi pada perubahan fisik di Kelurahan
DPD Jawa Tengah dalam Shofarini (2013) Meteseh. Adanya perubahan−perubahan di
mengatakan bahwa pertumbuhan Kelurahan Meteseh tersebut nantinya akan
pembangunan perumahan yang ada di kota berimplikasi pada perubahan bentuk Kota
Semarang 5 tahun terakhir ini mengalami Semarang.
peningkatan di Kecamatan Tembalang tapi Maka dari itulah disusun penelitian
tidak terlalu tajam yakni sekitar 20−30% dan tentang pengaruh urban sprawl terhadap
peningkatan ini akan terus meningkat pada perubahan bentuk Kota Semarang ditinjau
tahun−tahun berikutnya karena adanya dari perubahan kondisi fisik Kelurahan
prediksi bahwa perkembangan fisik Kota Meteseh, Kecamatan Tembalang. Dengan
Semarang akan berkembang ke arah selatan adanya penelitian ini dapat diketahuinya
dan timur kota yaitu ke arah Kecamatan perubahan bentuk kota sebelum adanya
Tembalang, Kecamatan Pedurungan, dan urban sprawl diwilayah ini dan setelah adanya
Kecamatan Genuk. fenomena urban sprawl memiliki bentuk yang
Perubahan fisik Kecamatan Tembalang seperti apa. Maka diharapkan kedepannya
dirangsang oleh perkembangan kawasan dapat menjadi masukan pengambil kebijakan
pendidikan di Kelurahan Tembalang yang tentang perencanaan dan pengendalian kota
terdiri dari aktivitas pemusatan kampus sehingga tidak sampai terjadi penurunan
UNDIP, serta perkembangan kampus kualitas lahan.
Politeknik Semarang, dan Poltekkes Semarang.
KAJIAN LITERATUR Secara umum, proses sprawl
Urban Sprawl menimbulkan 5 kategori dampak yaitu
Menurut Setioko (2009) sprawl bisa dampak lingkungan, dampak transportasi,
dideskripsikan sebagai pembangunan yeng harga lahan, perubahan bentuk kota, dan
tidak terencana, menyebar, kepadatan rendah perubahan sosial (Bourne, 1982:395−421,
dan tidak terstruktur di kawasan pinggiran. Yeates dan Garner, 1980: 471−502 dalam
Salah satu bentuk nyata dari proses urban Aryani, 2004).
sprawl di kawasan pinggiran adalah
meningkatnya jumlah pembangunan Perubahan Bentuk Kota
perumahan yang tersebar di kawasan Kota dalam tinjauan fisik atau morfologi
pinggiran kota. Dengan adanya pembengunan menekankan pada bentuk−bentuk
perumahan, otomatis membuat jaringan jalan kenampakan fisikal dari lingkungan kota.
menjadi bertambah, dan muncul aktivitas Smailes (1955) dalam Yunus (2008)
ekonomi seperti komersial. Perembetan memperkenalkan 3 unsur morfologi kota yaitu
bentuk fisik kekotaan ini menyebabkan penggunaan lahan, pola−pola jalan dan tipe
adanya perubahan bentuk kota. Sedangkan atau karakteristik bangunan. Sementara itu
Soetomo (2013), urban sprawl merupakan Conzen (1962) dalam Yunus (2008) juga
proses perkembangan model ekstensi mengemukakan unsur−unsur yang serupa
urbanisasi dalam proses pembentukan "mega dengan dikernukakan Smailes, yaitu plan,
urban" secara horizontal. architectural style and land use.
Secara garis besar ada 3 macam proses Berdasarkan pada berbagai macam unsur
perluasan areal kekotaan (urban sprawl) yaitu morfologi kota yang dikemukakan di atas,
(Yunus, 2008) : terlihat bahwa secara umum unsur−unsur
1. Perembetan konsentris (concentric morfologi kota berkisar antara karakteristik
development) dicirikan dengan bangunan, pola jalan dan penggunaan lahan.
perembetan yang merata ke semua bagian Unsur−unsur ini yang paling sering digunakan
perkotaan yang sudah ada dan jenis untuk mengenali suatu daerah secara
perembetan yang sifatnya lambat. morfologis kota atau bukan.
2. Perembetan memanjang (ribbon
development) dicirikan dengan Pola Jaringan Jalan
perembetan kota yang berkembang Ada tiga sistem pola jalan yang dikenal
mengikuti jaringan transportasi yang ada (Yunus, 2008), yaitu:
sehingga peran jaringan transportasi 1. Pola jalan tidak teratur (irregular system).
memegang peranan yang sangat penting Pada sistem ini terlihat adanya
dalam proses perembetan kota jenis ini. ketidakaturan sistem jalan baik ditinjau
3. Perembetan yang meloncat (leap frog
development/checker−board development) dari segi lebar maupun arah jalannya.
dicirikan perembetan kota yang tidak Begitu pula kondisi rumah satu sama lain
teratur atau meloncat dari kota induk. Tipe tidak menunjukkan keteraturan.
perembetan jenis ini merupakan Ketidakaturan ini terlihat pada pola
perembetan kota yang tidak efektif dan jalannya yang melingkar−lingkar, lebarnya
efisien. bervariasi dengan cabang culdesac yang
banyak
2. Sistem pola jalan radial konsentris (Radial
concentric system). Sistem ini mempunyai
beberapa sifat khusus, yaitu: (1)
mempunyai pola jalan konsentris; (2)
mempunyai pola jalan radial; (3) bagian
pusatnya merupakan daerah kegiatan
utama dan sekaligus tempat pertahanan
terakhir dari suatu kekuasaan; (4) secara
Sumber: Yunus (2008)
keseluruhan membentuk jaringan laba−
GAMBAR 1 laba, sistem berkembang antara tahun
POLA PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK 1500−1800; (5) mempunyai keteraturan
KOTA KE ARAH LUAR (URBAN SPRAWL) geometris; dan (6) jalan besar menjari dari
Ruang; Vol. 2; No. 1; 2014; hal. 341-350 | 343
titik pusat dan membentuk "asterisk ciri khas yang didominasi oleh fungsi
shaped pattern". bangunan yang orientasi kegiatannya
3. Sistem pola jalan bersudut siku atau grid mengarah kekotaan atau sektor non agraris.
(the rectangular/grid system). Bagian− Sebaliknya desa selalu dicirikan dengan
bagian kota dibagi menjadi blok−blok dominasi oleh fungsi bangunan yang orientasi
empat persegi panjang dengan jalan−jalan kegiatannya mengarah ke sektor agraris atau
yang paralel longitudinal dan transversal pertanian.
membentuk sudut siku−siku. Jalan−jalan
utamanya membentang dari pintu gerbang Perubahan Bentuk Kota Akibat Sprawl
utama kota sampai alun−alun utama pada Yunus (2008) menjelaskan bahwa
bagian pusat kota. bentuk kota merupakan berbagai variasi
ekspresi keruangan daripada morfologi suatu
Penggunaan Lahan wilayah. Bentuk kota sendiri dibedakan
Menurut Bintarto (1983) lahan dapat menjadi dua macam, yaitu bentuk kompak
diartikan sebagai land settlement yaitu tempat dan bentuk tidak kompak. Berikut ini akan
atau daerah dimana penduduk berkumpul dan dikemukakan beberapa ekspresi keruangan
hidup bersama, dimana mereka dapat morfologi kota kompak:
menggunakan lingkungan setempat untuk
mempertahankan, melangsungkan dan  Kota berbentuk bujur sangkar (the
mengembangkan hidupnya. square cities)
Sedangkan penggunaan lahan adalah
segala campur tangan manusia baik secara : Jalur Transportasi

permanen maupun secara siklis terhadap : Lahan Kekotaan


suatu kumpulan sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan yang secara keseluruhan The square cities
disebut lahan, dengan tujuan untuk
mencukupi kebutuhan−kebutuhannya baik
kebendaan maupun spiritual atau keduanya
(Sutanto, 1986)
Menurut Chapin (1979) penggunaan The fan shaped cities
lahan dapat digolongkan berdasarkan pada The rectangular cities
jenis aktifitas yang dapat terbagi atas kawasan
permukiman, ruang terbuka, perkantoran,
kawasan komersial, kawasan industri.
The rounded cities The ribbon shaped cities
Perubahan Penggunaan Lahan pada Daerah
Pinggiran
Menurut Bourne (1982) terdapat
beberapa proses yang menyebabkan The star/octopus cities Unpatterned cities
terjadinya perubahan penggunaan lahan, Sumber: Yunus (2008)
yaitu:
1. Perluasan batas kota GAMBAR 2
2. Peremajaan di pusat kota BENTUK KOTA KOMPAK
3. Perluasan jaringan infrastruktur terutama
jaringan transportasi Berbeda dengan bentuk kota kompak,
4. Tumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas kota yang tergolong ke dalam kota tidak
tertentu, misalnya tumbuhnya aktivitas kompak pun dibedakan menjadi beberapa
industri dan pembangunan sarana seperti berikut:
rekreasi/wisata

Tipe atau Karakteristik Bangunan


Bagian ini menjelaskan tipe bangunan terpecah berantai terbelah stellar
dilihat dari fungsi dari sebuah bangunan,
Sumber: Yunus (2008)
dimana fungsi ini selalu berorientasi kepada
GAMBAR 3
pemanfaatannya. Suatu kota selalu memiliki
BENTUK KOTA TIDAK KOMPAK
METODE PENELITIAN TABEL 1
Penelitian ini ditekankan pada pengaruh PERBANDINGAN LUAS PENGGUNAAN
LAHAN KEL. METESEH TAHUN 2007 DAN
dari urban sprawl terhadap perubahan bentuk 2012
kota yang ditinjau dari kondisi fisik suatu
wilayah sebelum mengalami urban sprawl dan
setelah mengalami urban sprawl. Proses
penelitian dilakukan dengan mencoba
menyelesaikan rumusan masalah mengguna−
kan teori dengan alur penelitian deduktif
dengan menggunakan teori−teori yang ada
untuk diuji sesuai dengan kondisi/fenomena
yang ada di lapangan. Berdasarkan uraian
Sumber: Hasil Analisis, 2013
tersebut, maka metode yang sesuai dengan
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Dalam perbandingan penggunaan lahan
terlihat dengan jelas bahwa terjadi perubahan
HASIL PEMBAHASAN
penggunaan lahan pada tahun 2007 dengan
Identifikasi Kondisi Eksisting
tahun 2012. Penggunaan lahan yang terjadi
Kelurahan Meteseh
terlihat nyata pada penggunaan lahan
 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan yang terdapat di terbangun seperti permukiman. Luas
Kelurahan Meteseh terdiri dari penggunaan permukiman pada tahun 2007 sebesar 131,5
lahan terbangun dan penggunaan lahan tak Ha sedangkan pada tahun 2012 terjadi
terbangun. Semakin bertambahnya penduduk perubahan menjadi 147,6 Ha atau terjadi
di Kelurahan Meteseh membuat kondisi perkembangan sekitar 3,43%. Perubahan ini
penggunaan lahan juga ikut terpengaruh. terjadi karena pembangunan perumahan oleh
Peningkatan jumlah penduduk ini berbanding developer dalam penyediaan hunian bagi
lurus dengan aktivitas yang dihasilkan masyarakat. Sehingga hal ini membuat lahan
sehingga membutuhkan lahan untuk
terbuka seperti sawah berkurang luasannya
mewadahi aktivitas yang terjadi. Lahan yang
semula non terbangun berubah menjadi 7,4% dan tegalan juga mengalami
terbangun seperti permukiman dan komersial pengurangan luas sekitar 10,65%. Perubahan
mendominasi di wilayah Kelurahan Meteseh. fungsi lahan terbuka seperti sawah dan
tegalan ini tidak secara langsung berubah
fungsi menjadi lahan terbangun. Sebelumnya
sawah dan tegalan akan dibuka dan untuk
sementara waktu berubah menjadi lahan
kosong yang siap bangun. Dengan adanya hal
ini maka secara statistik tercatat di tahun 2012
terdapat 15,44 Ha lahan kosong. Yang berarti
terdapat 15,44 Ha lahan siap bangun di
Sumber: Hasil Intepretasi Citra, 2013 Kelurahan Meteseh.
GAMBAR 4  Pola Jaringan Jalan
OVERLAY PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING Pola jaringan jalan yang terbentuk di
KEL. METESEH TAHUN 2007 DAN TAHUN 2012 Kelurahan Meteseh secara umum dibagi
menjadi dua jenis antara pola tidak teratur
Hasil analisis menunjukkan bahwa (irregular system) dan pola jalan grid. Pola
perkem−bangan lahan terbangun di Kelurahan jaringan jalan yang tidak teratur (irregular
Meteseh terjadi pada beberapa titik lokasi. system) dibentuk oleh keadaan topografi
Pada sepanjang jalan utama terdapat kawasan Kelurahan Meteseh yang bervariasi antara
komersial seperti toko atau pasar, fasilitas berbukit dengan landai. Sedangkan pola jalan
sosial/pelayanan umum serta deretan ruko grid lebih banyak terbentuk karena aktivitas
pada kawasan perumahan. pembangunan perumahan sehingga
menimbulkan kesan teratur dan terencana.
Dalam wilayah administrasi Kelurahan
Meteseh terdapat 4 perumahan yang
dibangun didalamnya. Dari tahun 2007 sampai
pada tahun 2011 telah terbangun sebanyak
6545 unit. Hal ini telah terjadi peningkatan
sebesar 65,6 % dari tahun 2007 yang
berjumlah sebanyak 2248 unit. Peningkatan
ini akan terus meningkat pada tahun−tahun
berikutnya karena adanya prediksi bahwa
perkembangan fisik Kota Semarang akan
berkembang ke arah selatan dan timur kota
yaitu ke arah Kecamatan Tembalang,
Kecamatan Banyumanik, Kecamatan
Pedurungan, dan Kecamatan Genuk.

Sumber:Hasil Analisis, 2013


GAMBAR 5
POLA JARINGAN JALAN KELURAHAN
METESEH TAHUN 2012

 Fungsi Bangunan
Diantara fungsi bangunan dalam peta
guna lahan Kelurahan Meteseh terdapat tiga
fungsi bangunan. Yaitu bangunan dengan
fungsi hunian, komersial, dan pelayanan
umum. Fungsi bangunan paling dominan di
Kelurahan Meteseh adalah fungsi hunian
dengan prosentase 92,6 %.
TABEL 2
PERBANDINGAN FUNGSI BANGUNAN
DI KELURAHAN METESEH TAHUN 2012
No Fungsi Bangunan Luas (Ha) Prosentase (%)
1 Komersil 8,66 5,39 Sumber:Hasil Analisis, 2013
2 Pelayanan Umum 3,22 2,02 GAMBAR 6
3 Hunian 148,61 92,59 PERKEMBANGAN UNIT RUMAH
JUMLAH 160,49 100 KELURAHAN METESEH TAHUN 2012
Sumber: Hasil Analisis, 2013
 Perkembangan Area Komersial
Identifikasi Indikasi Urban Sprawl Kelurahan Meningkatnya kepadatan bangunan dari
Meteseh tahun 2007−2012 tidak hanya ditunjukkan
 Perkembangan Unit Rumah pada rumah−rumah yang dibangun, tapi juga
Perkembangan urban sprawl di
berkembang di koridor−koridor jalan yang
Kelurahan Meteseh ditandai dengan adanya
perubahan penggunaan lahan dari lahan tak didominasi oleh fungsi komersial. Komersial
terbangun menjadi lahan terbangun sebagai atau perdagangan dan jasa mewadahi
bentuk dari perpindahan penduduk yang aktivitas jual beli dan aktivitas pelayanan jasa.
terjadi di Kecamatan Tembalang. Menurut Perdagangan dan jasa di Kelurahan Meteseh
penelitian dari Setioko (2009) mengatakan memberikan andil atau pengaruh dalam
bahwa urban sprawl yang terjadi di perekonomian di wilayah sekitarnya. Hal ini
Kecamatan Tembalang dapat dilihat dari ditunjukkan dengan adanya bangunan
adanya pembangunan perumahan formal dan komersial dengan skala pelayanan kecamatan
informal yang tumbuh secara menyebar dan
yakni berupa Pasar Meteseh dan ruko−ruko
sporadis, salah satunya adalah perumahan
yang dibangun oleh developer yang tergabung yang terdapat di kawasan perumahan Dinar
dalam Real Estate Indonesia (REI) DPD Jawa Asri dan Bukit Emerald Jaya.
Tengah.
TABEL 3
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN UNIT RUMAHDI KELURAHAN METESEH

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Bangunan−bangunan komersial tersebut grid yang terletak di kawasan perumahan.


merupakan pusat dari kegiatan perdagangan Pola jalan grid di perumahan lebih banyak
dan jasa di Kelurahan Meteseh. berkembang sebesar 18,9% dikarenakan
TABEL 4 pertumbuhan unit rumah yang dibangun oleh
PERBANDINGAN SARANA KOMERSIAL developer otomatis membuat pola jalan
DI KEL. METESEH TAHUN 2007 DAN TAHUN 2011 tersebut juga ikut berkembang.
No Jenis Tahun 2007 Tahun 2011
1 Pasar 1 1 TABEL 5
2 Toko 24 237 PANJANG JALAN BERDASARKAN
3 Kios 49 85 POLA JARINGAN JALAN DI KELURAHAN METESEH
2007 2012
4 Warung 40 60 Pola Jaringan
No Panjang
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2007 dan 2011 Jalan Panjang (m)
(m)
1 Pola Tak Teratur 20.508,8 20.508,8
2 Pola Grid 24.956,8 30.771,4
Sumber: Hasil Intepretasi Citra, 2013

Dalam 5 tahun terakhir perkembangan


pola jaringan jalan di Kelurahan Meteseh lebih
banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan
pembangunan permukiman formal. Hal ini
terjadi karena kebijakan dari RDTR Kecamatan
Tembalang bahwa rencana peruntukan untuk
Kelurahan Meteseh adalah sebagai
pengembangan permukiman dari pusat Kota
Semarang. Sehingga Kelurahan Meteseh
dalam beberapa tahun ke depan pola jaringan
jalan akan semakin bertambah sebagai bentuk
Sumber:Hasil Analisis, 2013
dari konsekuensi pembangunan hunian atau
GAMBAR 7 lahan terbangun lainnya.
PERKEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL Jadi dari analisis yang telah dijabarkan
KELURAHAN METESEH TAHUN 2012 diatas mengenai indikasi urban sprawl di
Kelurahan Meteseh terlihat jelas bahwa
 Perkembangan Pola Jaringan Jalan Kelurahan Meteseh mengalami urban sprawl.
Di kelurahan ini pola jalan terbagi Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya
menjadi 2 yaitu pola jalan tak teratur aktivitas perkotaan di kelurahan ini. Aktivitas
(irregular system) dan pola jalan grid. Pola perkotaan yang dimaksud disini adalah
jalan tak teratur dalam perkembangannya aktivitas hunian seperti perumahan dengan
tidak begitu terlihat apabila dibandingkan kepadatan rendah dan tumbuhnya kawasan
dengan pola jalan grid. Terutama pola jalan komersial.
(2008), perembetan jenis ini merupakan
perembetan yang berkembang mengikuti
jaringan transportasi yang ada sehingga peran
jaringan transportasi memegang peranan yang
sangat penting dalam proses perembetan
jenis ini. Perembetan yang terjadi di Kelurahan
Meteseh dipengaruhi oleh jaringan
transportasi yang sudah ada sebelumnya. Atau
perkembangan yang terjadi di kelurahan ini
merupakan perkembangan yang mengikuti
jaringan jalan utama untuk kemudian pada
sepanjang jalan utama tersebut tumbuh
aktivitas perkotaan yang sebelumnya
merupakan aktivitas non perkotaan.

Sumber:Hasil Analisis, 2013 Analisis Pengaruh Urban Sprawl Terhadap


GAMBAR 8 Perubahan Bentuk Kota Semarang ditinjau
PERKEMBANGAN POLA JARINGAN JALAN
KELURAHAN METESEH TAHUN 2012 dari Perubahan Kondisi Fisik Kelurahan
Meteseh
Di Kelurahan Meteseh setiap tahunnya Pada analisis ini sebelum mengetahui
terus mengalami pembangunan perumahan pengaruhnya, perlu dilihat terlebih dahulu
meskipun pembangunannya tiap tahun bentuk Kota Semarang dari tahun 2007 dan
mengalami penurunan. Pembangunan saat ini. Sehingga terlihat perkembangan
perumahan tersebut membuat jaringan jalan
bentuk kotanya. Dalam penelitian oleh Setioko
di Kelurahan Meteseh juga turut bertambah,
hal ini sesuai dengan teori yang disebutkan (2009) perkembangan Kota Semarang
oleh Setioko (2009) bahwa dengan adanya bergerak ke arah Timur dan Selatan.Hal ini
pembangunan perumahan otomatis membuat ditandai dengan munculnya perumahan−
jaringan jalan bertambah, dan muncul perumahan baru di kawasan pinggiran. Proses
aktivitas ekonomi seperti kawasan komersial perembetan kegiatan perkotaan ke daerah
dan industri. Perembetan bentuk fisik pinggiran oleh para peneliti disebut dengan
kekotaan ini menyebabkan adanya perubahan urban sprawl. Perkembangan ke selatan atas
bentuk kota. aktivitas perkotaan Semarang salah satunya
adalah ke BWK VI Kecamatan Tembalang.
Dalam hal ini BWK VI diarahkan untuk
pengembangan perumahan perkotaan dan
pendidikan. Beberapa kelurahan yang
potensial untuk pengembangan fungsi ini
adalah Kelurahan Tembalang, Kelurahan
Bulusan, dan Kelurahan Meteseh.
Analisis perkembangan unit rumah di
Kelurahan Meteseh menunjukkan suatu hasil
bahwa perkembangan unit rumah didominasi
oleh pembangunan perumahan formal dengan
Ribbon development
Sumber:Hasil Analisis, 2013 prosentase perkembangan 65,6%.Dari analisis
GAMBAR 9 perkembangan kawasan komersil, disimpulkan
JENIS URBAN SPRAWL KELURAHAN
METESEH MENURUT TEORI YUNUS (2008) bahwa perkembangan kawasan perdagangan
dan jasa berupa toko merupakan bagian dari
Adapun untuk jenis urban sprawl yang adanya pembangunan permukiman yang
terjadi di Kelurahan Meteseh termasuk dalam terjadi di Kelurahan Meteseh. Kawasan
jenis perembetan memanjang (ribbon
komersial berkembang pada sepanjang pinggir
development). Menurut teori dari Yunus
jalan utama.
Dalam kasus urban sprawl Kota perubahan bentuk Kota Semarang yaitu
Semarang, proses perkembangan areal terjadi perkembangan pembangunan ke arah
kekotaannya termasuk perembetan Selatan Kota Semarang. Namun demikian
memanjang (ribbon development/linier bentuk kota masih tergolong dalam kategori
development. Hal ini dicirikan dengan Fan Shaped Cities (Kota Bentuk Kipas).
perembetan kota yang mengikuti jaringan Dari identifikasi kondisi fisik eksisting
transportasi yang ada sehingga peran diperoleh suatu informasi bahwa kondisi
transportasi memegang peranan yang sangat Kelurahan Meteseh pada penggunaan
penting dalam perluasan areal kekotaan ini. lahannya didominasi oleh penggunaan lahan
Urban sprawl salah satunya memiliki non terbangun dengan prosentase 67,71%
pengaruh dalam perubahan bentuk kota. sementara lahan terbangun mempunyai
Bentuk Kota Semarang sebelum terjadi urban prosentase luasan 32,55%. Berdasarkan pola
sprawl sebelum tahun 2007 termasuk bentuk jaringan jalannya, Kelurahan Meteseh
Fan Shaped Cities, dimana kota dengan bentuk terdapat dua pola jaringan jalan yaitu pola
ini memiliki memiliki peluang berkembangnya irregular system yang terdapat pada jalan
jaringan jalan dan penggunaan lahan pada yang menghubungkan antar kelurahan dan
sebagian sisi. Sedangkan sebagian sisi lain yang terdapat pada permukiman, dan pola
memiliki hambatan berupa lereng, perairan, grid yang mayoritas terdapat pada
hutan dan sebagainya. Kota Semarang permukiman formal. Kemudian dalam fungsi
memiliki hambatan berupa perairan pada bangunan di Kelurahan Meteseh, terdapat tiga
sebelah utara dan memiliki lereng atau bukit− fungsi bangunan yaitu fungsi hunian,
bukit pada daerah selatannya. Dengan komersial, dan pelayanan umum. Fungsi
demikian pengaruh urban sprawl dilihat dari bangunan yang paling dominan di Kelurahan
penggunaan lahan, perkembangan unit rumah Meteseh adalah fungsi hunian dengan
dan komersial, perkembangan pola jaringan prosentase mencapai 92,6%.
jalan terhadap bentuk Kota Semarang pada Indikasi urban sprawl yang terjadi di
tahun 2012 menurut teori masih memiliki Kelurahan Meteseh dilihat berdasarkan
bentuk yang sama. Namun pada bagian pembangunan unit rumah baru,
selatan terdapat perpanjangan area perkotaan perkembangan kawasan komersial, dan
yang membuat intensitas pembangunannya perkembangan pola jaringan jalan.
semakin tinggi. Pembangunan unit rumah baru di Kelurahan
Meteseh terjadi peningkatan sebesar 34,3 %
dari tahun 2007. Pembangunan unit rumah ini
didominasi oleh pembangunan rumah yang
dilakukan oleh developer. Sedangkan pada
unit rumah informal pembangunannya
tergolong tetap atau tanpa perubahan.
Kemudian pada perkembangan area komersial
juga semakin meningkat pertumbuhannya
karena adanya peningkatan tuntutan
kebutuhan kehidupan dalam berbagai aspek,
khususnya aspek ekonomi. Area komersial
Sumber:Hasil Analisis, 2013
berkembang mengikuti jaringan jalan utama
GAMBAR 10 yang menghubungkan Kelurahan Meteseh
PENGARUH URBAN SPRAWL TERHADAP dengan kelurahan lainnya di Kecamatan
PERUBAHAN BENTUK KOTA SEMARANG Tembalang.
DITINJAU DARI PERUBAHAN KONDISI FISIK
KELURAHAN METESEH Dari kedua analisis diatas maka jenis
urban sprawl yang terjadi di kelurahan
KESIMPULAN Meteseh termasuk kedalam jenis perembetan
Berdasarkan hasil analisis yang telah memanjang (ribbon development), dimana
dilakukan di depan dapat ditarik kesimpulan perembetan jenis ini merupakan perembetan
bahwa karena adanya perembetan aktivitas yang berkembang mengikuti jaringan
yang memanjang (ribbon development) transportasi sehingga jaringan transportasi
sebagai bukti urban sprawl di Kelurahan memegang peranan yang sangat penting
Meteseh membawa konsekuensi terhadap dalam proses perembetan jenis ini. Kemudian
urban sprawl Kota Semarang yang bergerak ke DAFTAR PUSTAKA
Selatan dipicu oleh adanya pembangunan Aryani. 2004. "Identifikasi Karakteristik
kawasan perkotaan di kawasan pinggiran Perkembangan Sprawl di Kota
seperti Kecamatan Tembalang. Semarang". Tugas Akhir tidak
Kota dengan model bentuk kota kipas diterbitkan, Program Studi Perencanaan
seperti Semarang memiliki keunggulan seperti Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
kemudahan dalam penyediaan fasilitas Universitas Diponegoro, Semarang.
pelayanan pada kawasan pinggiran. Hal ini Bintarto, R. 1983. Interaksi Kota−Desa dan
karena dukungan jaringan jalan yang Permasalahannya. Yogyakarta: Toko
mencapai kawasan pinggiran. Sehingga Buku Ghalia Indonesia
kemampuan pusat kota dalam memberikan Bourne, L.S. 1982. Internal Structure of the
pelayanan mampu mendorong laju City − Reading on Space and
pembangunan. Akan tetapi terdapat halangan Environment. Oxford University Press.
pembangunan seperti urban sprawl yang Inc, Oxford.
terjadi daerah Selatan lambat laun memicu Chapin, F Stuart, et al. 1979. Urban Landuse
kepadatan lalu lintas dan lahan terbangun, Planning. Third Edition. Chicago:Chicago
sehingga diperlukan langkah antisipatif untuk Press
mengatasi masalah tersebut. Setioko, Bambang. 2009. Growth of Urban in
Finger Areas (Case Study: Semarang
REKOMENDASI
City). Sustainable Slum Upgrading in
Rekomendasi yang diharapkan dapat Urban Area.Informant Settlement and
memberi masukan terutama ditujukan untuk Affordable Housing. Unit of Research
Pemerintah Kota Semarang adalah sebagai and Empowerment of Housing and
berikut: Human Settlements Resources, Center
1. Menciptakan regulasi yang mampu for Information and Regional
mengendalikan kegiatan pengembangan Development, Universitas Sebelas
perumahan oleh para developer tanpa Maret, Surakarta PIPW LPPM UNS. p79−
mengabaikan kebutuhan akan permukiman 88
Shofarini, Dian Indah. 2013. Pertumbuhan
seiring dengan pertumbuhan penduduk.
Pembangunan Perumahan Real Estate
2. Kegiatan pembangunan dapat diarahkan dan Preferensi Bermukim Masyarakat
untuk pembangunan secara vertikal Terhadap Perkembangan Urban Sprawl
sehingga diharapkan keberadaan RTH di Kecamatan Tembalang. Tesis tidak
masih tetap stabil untuk menjaga diterbitkan, Program Studi Magister
keseimbangan lingkungan. Selain itu Perencanaan Wilayah dan Kota,
pembangunan secara vertikal dinilai lebih Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,
efektif dan efisien dari segi jaringan Semarang.
utilitasnya. Soetomo, Soegiono. 2013. Urbanisasi dan
Morfologi. Proses Perkembangan
3. Seiring dengan jumlah pertambahan lahan
Peradaban dan Wadah Ruang. Menuju
terbangun, hendaknya selalu diiringi Ruang yang Manusiawi. Edisi 2.
dengan perkembangan jumlah ruang Yogyakarta: Graha Ilmu
terbuka hijau walaupun hanya dengan Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1.
skala yang kecil. Misalnya pembangunan Yogyakarta: UGM Press
perumahan diikuti dengan pembangunan Yunus, Hadi Sabari. 1982. Pengarahan
lapangan dan taman bermain sehingga Pemahaman Pengertian Kota.
Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
walaupun terjadi pembangunan, yang . 2008. Struktur Tata Ruang
secara otomatis mengurangi jumlah lahan Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
terbuka di dalamnya masih selalu
berpedoman pada prinsip 30% lahan
terbuka dan 70% lahan terbangun untuk
menunjukkan konsep sustainable
development.

Anda mungkin juga menyukai