Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM PERLINDUNGAN HUTAN

RESUME SISTEM PETERNAKAN


SAPI EKSTENSIF DI PADANG
SABANA DORO NCANGA, DOMPU,
NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

Disusun Oleh
Yuliana Rizka Handayani
(20/464063/SV/18382)
Pembicara dalam praktikum acara 8 ini adalah Ibu Febri
Ariyanti. Dalam kesempatan tersebut Ibu Febri membawakan
topik yang berjudul "Sistem Peternakan Sapi Ekstensif di Padang
Sabana Doro Ncanga Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB)

Dalam peternakan sapi di daerah Dompu ini memiliki sistem


peternakan sapi secara ekstensif, dimana hewan yang
digembalakan terutama sapi dalam konteks ini digembalakan
dengan cara dilepas liarkan atau tidak dikandangkan. Konsep
pengembalaan ekstensif ini berbasis padang penggembalaan
atau dengan kata lain (ranching system) dimana mulai digembala
pada musim tanam antara bulan November hingga Juli. Integrasi
tanaman pertanian sendiri dapat dikatakan sebagai (crop-cow)
yakni pada bulan Agustus-November yakni pada bulan kering.
Biaya dalam pengembalaan ekstensif ini cenderung tergantung
dengan kemudahan akses dimana apabila dikelola secara umum
akan menimbulkan biaya yang rendah, sedangkan apabila
dikelola secara pribadi akan menimbulkan biaya yang tinggi. Biaya
tenaga kerja didaerah ini masih tergolong tendah. Kemudian
untuk produktivitas ternaknya sendiri masih rendah dikarenakan
banyak ternak yang terkena penyakit dan menyebabkannya mati.
Lokasi penggembalaan : Padang Sabana Doro Ncanga
(sepanjang 30 km dari wilayah mata air Hodo-Doropeti, Kec.
Pekat, Dompu) di kaki Gunung Tambora

Karakteristik Peternakan di Dompu :

Kepemilikan sapi berkisar 8-100an ekor per peternak


Bekerjasama dalam kelompok
Memiliki kartu ternak
Tanda identifikasi berupa cap panas (hot branding), sobek
telinga
Sebagian besar adalah usaha pembibitan sapi (breeding)
Populasi Sapi Di NTB Tahun 2020
Potensi Lahan Kring Untuk Padang Penggembala
Tantangan Penggelolaan
Ternak di Dompu
Program Bumi Sejuta Sapi (BSS) tahun 2019
Program pijar (sapi, jagung, rumout laut)
Alih fungsi lahan untuk pertanian jagung,
tebu (lahan umbaran berkurang),
keterbatasan akses air (ternak)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai