w PSIKOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS TEKNIK
08 Maret 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, atas berkat karunia-Nyalah saya dapat
menyelesaikan makalah Critical Journal Review ini tanpa halangan yang berarti dan selesai tepat
pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, saya tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada bapak RONI SINAGA S.Pd, M.Pd yang telah memberikan tugas Critical Journal
Review ini sehingga saya dapat lebih memahami lebih jauh mengenai seperti apakah sebenarnya
yang di bahas dalam jurnal yang saya review serta apa kelebihan serta kekurangannya
dan oleh karena itu saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Saya sadar makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya berharap
saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan seluruh
pembaca pada umumnya.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ada banyak teori – teori yang dikenalkan dan dijabarkan oleh para ahli terdahulu teori yang
lebih menekankan pemberian keterampilan dari berbagai unsur kecerdasan di mulai sejak usia
dini dan bagaiman cara pengenalan karakteristiknya dalam Upaya pengembangan kecerdasan,hal
ini efektif dilakukan pada usia dini. Karena merupakan masa kemasan atau sering disebut dengan
istilah Golden Age. Proses perkembangan otak relatif cepat pada masa ini. Usia dini juga
merupakan masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia. Tahapan ini merupakan salah satu
faktor yang akan menentukan perkembangan kehidupan anak selanjutnya. Unsur-unsur
kecerdasan yang dapat dikembangkan meliputi kecerdasan matematika logika, kecerdasan
bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis dan kecerdasan eksistensialis.
Seluruh unsur kecerdasan dikembangkan pada anak usia dini agar anak dapat berkembang dapat
secara optimal.
“Menurut pengertian secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya” Dengan kata lain, belajar merupakan suatu aktivitas perubahan manusia
untuk menjadi suatu yang lebih dari sebelumnya, perubahan tersebut antara perubahan pola pikir,
pola rasa, dan pola tingkah laku. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap
pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat
lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami
sebuah informasi atau pelajaran yang sama” Cara belajar yang dimiliki oleh siswa sering disebut
dengan gaya belajar.
B. Tujuan
1. Mengulas isi sebuah buku
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab
dari materi pembahasan
4. Mengkritisi satu atau dua topik materi kuliah psikologi Pendidikan
C. Manfaat
1. Untuk menambah wawasan tentang Psikologi pendidikan
2. Membantu pembaca dalam mencari informasi inti dari sebuah buku dari kelebihan
maupun kekurangan isi buku
3. Melatih diri untuk mampu menilai atau mengambil kesimpulan dari sebuah buku
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. Latar belakang.................................................................................................................................3
B. Tujuan.................................................................................................................................................3
C. Manfaat...............................................................................................................................................4
D. Indetitas Buku.....................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................7
ISI BUKU....................................................................................................................................................7
BAB I. TEORI BEHAVIOR...................................................................................................................7
Pengertian Teori Behavioristik.............................................................................................................7
1. Tahap-tahap Perkembangan Behavioristik....................................................................................10
2. Aplikasi Teori Behavioristik dan Ciri-ciri Terhadap Pembelajaran..................................................11
BAB II. TEORI NEUROSAINS...........................................................................................................12
A. Sejarah Perkembangan Neurosains....................................................................................................12
1. Bagaimana Otak Bekerja................................................................................................................14
2. Cara Kerja Otak Kiri dan Kanan......................................................................................................16
BAB III. TEORI KOGNITIF....................................................................................................................19
A. Perkembangan Kognitif Menurut Jean Pieget...................................................................................19
1. Perkembangan Intelektual.............................................................................................................20
2. Tahap Perkembangan Intelektual..................................................................................................23
3. Tingkatan Perkembangan Intelektual............................................................................................26
BAB IV. TEORI BRONFENBRENNER..................................................................................................27
2. PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF EKOLOGI PERKEMBANGAN................................28
A. Aspek – aspek Dari Teori Ekologi...................................................................................................34
BAB V. TEORI ATRIBUSI......................................................................................................................37
A. Kesalahan dalam Atribusi..................................................................................................................41
BAB VI. TEORI KEPRIBADIAN............................................................................................................42
A. Pengertian Kepribadian dan Konsep Diri Menurut Philip Kotler......................................................42
Daftar pustaka…………………………………………………………………………………………………………………………………. …..42
BAB II
ISI BUKU
Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan adalah kritis. Sikap,
kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun pertama, menentukan seberapa jauh
individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan mereka selanjutnya. Menurut Erikson
(Hurlock, 1980: 6) berpendapat bahwa masa bayi merupakan masa individu belajar sikap
percaya atau tidak percaya, bergantung pada bagaiamana orang tua memuaskan kebutuhan
anaknya akan makanan, perhatian, dan kasih sayang . Pola-pola perkembangan pertama
cenderung mapan tetapi bukan berarti tidak dapat berubah. Ada 3 kondisi yang memungkinkan
perubahan:
1. Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh bantuan atau bimbingan untuk
membuat perubahan.
2. Perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang yang dihargai memperlakukan individu
dengan cara yang baru atau berbeda (kreatif dan tidak monoton)
3. Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk membuat perubahan.
Dengan mengetahui bahwa dasar-dasar permulaan perkembangan cenderung menetap,
memungkinkan orang tua untuk meramalkan perkembangan anak dimasa akan datang.
Penganut aliran lingkungan (behavioristk) yakin bahwa lingkungan yang optimal
mengakibatkan ekspresi faktor keturunan yang maksimal. Proses perkembangan itu
berlangsung secara bertahap, dalam arti:
a) Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau mendalam atau
meluas secara kualitatif maupun kuantitatif. (prinsip progressif)
b) Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu
terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis. (prinsip
sistematik)
c) Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan dan tidak kebetulan dan meloncatloncat.(prinsip
berkesinambungan).
Charles Sherrigon menemukan bahwa neuron tidak hanya dapat bersifat aktif
(mengirimkan sinyal tapi juga ada yang menggunakan terminal untuk menghentikan sel
penerima menyampaikan informasi, atau bersifat penghambat (inhibitory), sehingga tindakan
system syaraf ditentukan oleh integrasi kedua hal ini.
Selanjutnya Luigi Galvani ( 1971 ) dan kemudian Herman Von Helmhotz ( 1859 )
menemukan bahwa terdapat aktivitas listrik pada sel-sel otot binatang dan bahwa axon
menggunakan listrik sebagai alat untuk menyampaikan informasi sensorik dari luar ke spinal
cord ( urat syaraf tulung belakang ) dan otak perintah dari otak ke otot. Pengukuran Helmhotz
menunjukan bahwa kecepatan kawat metal menunjukkan bahwa kecepatan kawat metal
menyampaikan pesan ( sinyal ) 186 ribu / detik sedangkan axon 90 kai/detik, namun bersifat
aktif, untuk memastikan bahwa sinyal akan sampai dan tidak menurun kekuatannya. Hal ini
disebut potential atau energi potensial.
Edgar Douglas Adrian ( pemenang Nobel 1932 dengan Sherrigon ) menemukan bahwa
bentuk, amplitude dan kekuatan energi potensial yang dihasilkan satu sel syaraf adalah sama,
yang membedakannya hanya insensitasnya. Dengan demikian suatu stimlus yang kuat dari
infosensorik akan meningkatkan jumlah energi potensial perdetik.
Bernstein ( 1920 ) menunjukan bahwa energi potensial ditimbulkan oleh perbedaan ion
antara yang terdapat di dalam dan diluar selaput sel, karena selaput sel memiliki saluran
( channel ) yang memungkinkan ion potassium positif mengalir dari dalam sel dalam membrane
keanykan ion negative.
Bedasarkan penelitian terhadap neuron cumi, Alan Hodgkin dan Huxley ( pemenang
Nobel 1963 ) dan Katz menemukan baha energi potensial terbentuk karena masuknya ion sodium
positif mengubah voltase internal sel dan menghasilkan upstroke, pada saat hampir sama saluran
potassium terbuka dan ion potassium kelur dari sel, menhasilkan downstroke sehingga sel
kembali pada voltase semula. Setiap energi potensial menjadi sel punya lebih banyak sodium di
dalam , namun dikurangi dengan adanya protein yang mengangkut kelebihan ion sodium keluar.
Setiap energi potensial menghasilkan aliran yang mengatifkan wilayah sebelahnya secara
berantai, dengan cara ini maka sinyal dari pengalaman isual, motorik, pikiran atau memori
dikirim dari satu neuron lainnya.
Pada Oktober 2004, sekelompok ahli yang menekuni riset-riset otak berkumpul disebuah
pegunungan, didharmasala India. Ini bukan pertemuan biasa, sekalian dilakukan dalam bentuk
diskusi ringan sebari rekreasi . Pesertanya bukan orang sembarangan ahli otak kelas dunia
berkumpul membicarakan lihwal tentang otak,terutama kaitannya dengan meditasi dan
rileksasi.pertemuan tersebut membicarakan topic perihal neuroplastisitas adalah kemampuan sel-
sel saraf mengubah diri. Ini adalah soal kapasitas otak untuk berubah, baik karena pengaruh
sengaja dari luar maupun karena perubahan metabolisme dalam otak .
Menurut Balai lama, yang kemudian disetujui oleh para periset yang meneliti soal itu,
otak bukanlah elemen tubuh yang statis, yang sudah jadi sehingga tidak bias berubah.
Persoalannya kemudian adalah apa yang dapat dilakukan untuk dapat mengubah “ mesin
supercanggih” ini perubahan otak tidak mungkin terjadi tanpa intervensi serius, sistematis, dan
terutama latihan-latihan mental. Potensi otak untuk berubah sangat tak terbatas , bahkan boleh
dikatakan tidak terukur.
Pada saat yang hampir bersamaan, di laboratorium Biomolekul Fakultas Kedokteran
UGM Yogyakarta, pernah dilakukan penelitian dalam bidang neuronatomi ( Neurosains).
Otak dalam skala kecil , yakni bagaimana stress mempengaruhi otak. Peneliti pernah melihat apa
yang terjadi pada otak tikus putih ( Rattus norvegicus ) setelah dipaparkan stress dalam jangka
waktu tertentu. Yang saya lihat adalah perubahan pada jumlah “ penerima “ ( istilah ilmiahnya :
respoter) dari zat penhantar informasi di otak ( istilah ilmiahnya : Neuorotranmitter ) yang
bernama dopamine, sudah jadi pakem dalam brainsains bahwa informasi dapat berlanjut di otak
karena adanya perikatan antara respoter dan neurotransmiternya. Setiap neurotransmitter
memiliki reseptor khusus, bahkan sebuah resepoter pun meiliki berbagai varian yang berbeda
dengan yang ada dibagian yang lain tubuh, seperti pada pembuluh darah . Nah, perbedaan variasi
resepoter inilah yang membedakan efek dari sebuah neurotransmitter. Bagian-bagian otak tidak
saja berbeda dalam bentuknya, tetapijuga kandungan bahan organiknya, tetapi juga kandungan
bahan inorganic didalamnya. Misalnya ,ada zat bernama enzim yang ada pada satu tempat, tetapi
tidak ada pada tempat yang lain.
Oleh karena itu, sekalipun yang sama karena pengaruh enzim ini, hasil akhir akan
menjadi lain. Perbedaan enzim, reseptor, neuorotransmiter, dan segala zat kimia otak inilah yang
membedakan otak saya dan anda, antara otak sehat dan otak sakit, antara normal dan nirnormal.
Dalam brainsains, anda dan saya berbeda secara bermakna pada kadar zat-zat ini. Terlebih
spesifik pada gen yang mengode zat-zat ini.Sekalipun secara makroanatormi otak kita tampak
sama .
Dari penelitian sederhana yang dilakukan, peneliti menjumpai adanya perbedaan
bermakna dalam kadar resptor antara tikus yang diberi stresor dan tikus yang enjoy tanpa
stresor . Ringkasnya, intervensi dari luar ( berupa stresor ) sanggup mengubah struktur otak,
terutama pada kadar resepter dan neurotransmitter. Kita,boleh jadi tidak menemukan perubahan
bermakna pada otak yang dibedah sekalipun berasal dari dua orang yang berbeda, antara orang
sakit dan orang sehat , antara orang Jawa dan Jawa-Tondano ( salah satu suku di Minahasa ),
antara 2 ekor tikus sehat yang disayat-sayt otaknya.
Perubahan pada otak memang terjadi pada level miskropik, yang hanya dapat diamati
dengan alat dan cara khusus. Saya, misalnya menggunakan “cat” khusus (istilah ilmiahnya: cat
imunohistokimia ) yang dibeli di Jepang Karen atidak dijual di Indonesia ( untuk diketahui :
setetes”cat” ini harganya lebih dari dua juta rupiah). Oleh karena itu, jangan heran jika orang
sehat dan tidak sehat relative memiliki struktur makro yang sma. Plastistas otaklah yang
membedakan bagaimana dank e mana otak kita berubah .
Harapan , keinginan, dan kemampuan pun dapat mengubah struktur otak kita. Sebuah riset yang
dilakaukan pada kera-kera Afrika membukti hal ini . Para periset mengukur kadar zat kimia otak
bernama serotonin, pada kera-kera yang direkayasa menjadi pemimpin dan anak buah dalam satu
kelompok kecil kera Afrika. Apakah status social bisa mengubah serotonin otak ? Pemempin
kelompok memiliki kadar serotin tinggi, sementara para pengikutnya rendah, Namun, ketika
struktur kepemimpinan itu fikocok, dibikin sebaliknya, maka kadar serotin pun berubah
mengikuti perubahan status. Kera-kera ini menjadi agresif dan berkelahi satu sama lainnya.
Anda bisa bayangkan bagaimana jadinya kera yang dahulu dianggap bos kini menjadi anak buah,
dan dahulunya anak buah kini menjadi bos ( tidak usah heran kalau ada pejabat yang dicopot dari
jabatannya tiba-tiba menjadi gampang marah, sangat sensitif ,mudah curiga dan agresif ,tidak
heran jua kalau ada orang-orang biasa yang berjiwa keras, agresif dan mudah tersinggung,
kemudian menjadi sedikit tenang, sedikit agresif, dan sedikit pemarah ketika menjadi pemimpin
atau orang kaya.
Otak bekerja dengan menggunakan prinsip sirkuit, bukan kerja sendiri. Sebuah fungsi dapat
terjadi karena semua bagian otak bekerja dalam sebuah sirkuit canggih. Setiap bagian
menyumbang kelebihannya masing-masing dalam sirkuit ini. Misalnya, fungsi spiritual dapat
terjadi karena seluruh bagian otak memberikan sumbangsih dalam sebuah “ sirkuit spiritual”
yang dapat melahirkan perasaan mistis atau perasaan tertentu yang berkaitan dengan rasa damai
dan nyaman. Oleh karena itu, sekalipun tersedia peranti otak untuk mengakses “ kehadiran “
Tuhan, kalau sirkuitnya tidak terbentuk,maka “kehadiran “ itu juga menjadi tidak bermakna;
bagaikan data yang tersebar disana-sini dan belum membentuk informasi,apalagi pengetahuan.
Sirkuit hanya akan terbentuk jika dia dirangsang terus melalui mekanisme plastisitas otak.
Sirkuit otak bekerja dengan mengikuti prinsip-prinsip dibawah ini, yang berkembang dalam
rentang waktu panjang kehidupan manusia ;
1) Prinsip resiprokal. Setiap sel saraf meluas membentuk juluran-juluran (disebut juluran )
ketika mereka bermigrasi, bahkan sebelum terjadi migrasi sel, pada saat awal-awal
tumbuh manusia. Migrasi sel saraf diarahkan oleh zat kimia khususnya untuk mencapai
organ target. Pada otak dewasa, sirkuit-sirkuit ini dicirikan oleh hubungantimbal balik
antara sel saraf. Beberapa sirkuit berhubungan secara langsung. Pada beberapa sel saraf
lain, sirkuit itu terjadi secara langsung, tetapi melalui perantara saraf. Hubungan thalamus
dengan korteks cerebri merupakan contoh hubungan resiprokal..
2) Hubungan bersifat konvergen atau divergen. Disebut koneksi divergen bila penghantar
iformasi berasal dari sebuah kelompok ( diskret ) menuju kesejumlah sel saraf yang
tersebar dibeberapa tempat yang berbeda. Contoh system divergen adalah lokus coeruleus
– sekelompok sel saraf pembentuk zat kimia noradrenalin (sesuku dengan adrenalin )
yang ada dibatang otak yang mengirimkan julurannya ke korteks cerbri dan beberapa
bagian yang kemudian memproyeksikan diri ke suatu sel saraf atau lokasi tertentu.
Misalnya, juluran yang berasal darikonteks entorhinal dari korteks cerebri diproyeksikan
ke korteks entorhinal yang ada lobus temporal medius.
3) Susunan serial atau parallel atau keduanya. Misalnya, masukan visual dari retina mata
mencapai otak dalam susunan serial dan parallel. Mula-mula masukan mata mencapai
retina, kemudian menuju corpus geniculatum laterale, lalu ke korteks visual primer.
Susunan ini bersifat serial. Dari korteks, visual kemudian disebarkan secara paralel
tempat di otak. Susunan parallel untuk daerah visual ini berkaitan dengan pemahaman
apa yang dilihat dalam koteks gerak ( motion ) dan bentuk (form). Tiga komponen yang
dilihat ini diproses secara paralel dikorteks cerbri.
4) Fungsi-fungsi spesifik . Daerah-daerah di otak di khususkan pada fungsi-fungsi tertentu.
Misalnya, kerusakan pada virus frontal interior kiri ( otak bahasa kiri ) mengakibatkan
kerusakan dalam produksi kata-kata. Namun, karena proses berbahasa adalah fungsi yang
kompleks, maka kerusakan bahasa tidak hanya bergantung pada area ini saja . Koneksi
divegen dan konvergen, serta tersusun serial danparalel, mungkinkanfungsi bahasa lain
tidak terganggu. Karena itu, neuropsikiatris ( keluhan maupun gejala yang ditampilkan )
tidak bisa dilihat dari daerah otak saja, tetapi keseluruhan koneksi yang saling
memengaruhi secara timbal balik.
5) Fungsi Kedua Belahan Otak
Konsep otak – Modular/pikiran majemuk merupakan konsep relatif baru yang berkembang
secara tidak terduga dari riset pemisahan – otak ( spilt-brain) pada tahun 1960-an. Saat itu,
Joseph Bogen, Roger sperry, dan mahasiswa doctoral yang mereka bombing, Michael Gazzaniga
dan Joseph LeDoux, menggunakan teknik 1940-an untuk mengendalikan kejang,epilepsy pada
beberapa pasen yang gagal diobati ( Gazzaniga, 1985 ).Pada beberapa penderita epilepsy, mereka
memotong serabut saraf – korpus kalosum-yang menjembati kedua belahan otak, dan mendapati
bahwa serangan kejang menghilang
Bukan hanya itu, para peneliti terkejut mengetahui bahwa belahan otak kiridan kanan
berperilaku secara terpisah. Mereka mendapati bahwa belahan kana dominant untuk tugas visual-
konstruksional dan beberapa,Damisio ( 1994 ) dan mitranya menemukan bukti yang mendukung
bahwa kedua belahan otak tidak simetris dala cara mereka memproses emosi. Yang menarik riset
pemisahan otak ini mengawli penggabungan bidang neurosains dengan pendidikan.
Banyak peneliti menemukan bahwa manusia belum maksimal dalam memakai otaknya baik
untuk memecahkan masalah maupun menciptakan ide baru. Hal ini tidak lepas dari sistem
pendidikan yang berlaku saat ini yang hanya berfokus pada otak luar bagian kiri. Otak ini
berperan dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika, dan urutan yang dominan untuk
pembelajran akademis. Otak kanan yang berusaha irama ,musik, gambar , dan imajinasi kreatif
belum mendapat bagianbsecara proporsional untuk dikembangkan. Demikian juga dengan sistem
limbik sebagai pusat emosional yang belum dilibatkan dalam pembelajran, padahal pusat emosi
ini berhubungan erat dengan sistem penyimpanan memori jangka panjang. Lebih dari itu
pemanfaatan seluruh bagian otak ( whole Brain ) secara terpadu belum diaplikasikan dengan
efektif dalam sistem pendidikan. Dalam dasawarsa terakhir ini, otak berhasil dieksplorasikan
secara besar-besaran dan menghasilkan kesimpulan bahwa sungguh otak merupakan pusat
berpikir, berkreasi, berperadaban, dan beragama
Sistem pendidkan saat ini cenderung mengarahkanpeserta didik untuk hanya menerima
satu jawaban itulah yang kemudian diajarkan oleh dosen dan guru untuk kemudian diulangi oleh
peserta didik dengan baik pada saat ujian. Tak ruang untuk berpikir lateral, berpikir alternatif,
mencari jawaban yang nyeleneh, terbuka. Dan memandang kearah lain. Mungkin secara tak
sadar kita sebagi pendidik maupun orang tua telah banyak memasung potensi berpikir anak-anak
dan menghambat pengembqangan otaknya. Sistem pendidikan peradaban harus memungkinkan
peserta didik untuk mencampur-memisah, mengeraskan-melunakan, menebalkan-menipiskan,
menutup-membuka, memotong-menyambung sesuatu sehingga menjadi sesuatu yang baru. Pada
dasarnya suatu ide baru merupakan kombinasi dari ide-ide lama, dan tak ada sesuatu yang betul-
betul baru.
Telah terbukti bahwa selain memiliki kemampuan hebat untuk menyimpan informasi,
otak juga memiliki kemampuan yang sama hebat untuk menyusun ulang informasi tersebut
dengan cara baru, sehingga tercipta ide baru. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana
menerapkaan sistem pendidikan yang memungkinkan optimalisasi seluruh otak sehingga
penerimaan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan informasi terjadi secara efisien. Sangat
inspiratif definisi pendidikan yang tercantum dalam sisdiknas yaitu upaya sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Otak terletak dalam batok kepala dan melanjut menjadi saraf tulang belakang ( medulla
spinalis ). Berat otak kurang lebih 1400 gram atau kira – kira 2 ‰ dari berat badan. Tidak ada
hubungan langsung antara berat otak dan besarnya kepala dengan tingkat kecerdasan. Otak
bertambah besar, namun tetap berada dalam tengkorak sehingga semakin dalam lekukan
pertanda semakin banyak informasi yang disimpan, dan semakin cerdaslah pemiliknya.
Secara antomis, bongkahan otak dapat dibagi menjadi otak besar ( cerebrum ), otak kecil
( cerebellum ), dan batang otak ( brain stem ). Pembelajaran sangat berhubungan dengan otak
besar, sedangkan otak kecil lebih bertanggung jawab dalam proses koordinasi dan
keseimbangan, dan batang otak mengatur denyut jantung serta proses pernafasan yang sangat
penting bagi kehidupan. Dalam rangka mengkaji sistem pendidikan, otak besar akan lebih
banyak dieksplorasi. Di dasar lekukan ada sekumpulan serat yang menghubungkan kedua
belahan otak yang disebut dengan “ corpus callosum “.Apabila otak dibelah secara vertikal, akan
terlihat otak bagian luar ( cortex cerebrib) yang berwarna abu-abu, dan otak bagian dalam yang
berwarna putih.
Cortex cerebri mempunyai tiga fugsi yaitu :
1. sensorik yang berfungsi untuk menerima masukan;
2. asosiasi yang bertugas mengolah masukan,
3. motorik yang bertugas mereaksi masukan dengan gerakan tubuh Masukan informasi dari
luar ditangkap melalui panca indra baik pengelihatan, pendengaran, penciuman,
peradaban, maupun pengecapan, sebagai contoh apabila telinga menerima masukan
suaravmaka akan dibawa oleh saraf pendengaran kepusatnya di cortex bagian samping.
Selanjutnya masukan dikirim kedaerah asosiasi untuk dicocokan makna katanya.
Akhirnya dikirim kepusat bicara di cortex depan untuk kemudian diperintahkan lidah
dan telinga dan tangan agar bertindak sebagai reaksinya. Semua proses tersebut disimpan
digudang memori dalam cortex untuk sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali. Kejadian
puluhan tahun yang lalu yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Hal inilah yang kemmudian membentuk insting dan reaksi tak terduga dari manusia jika
berhadapan dengan hal yang dahulu pernah dihadapi oleh nenek moyangnya Otak menyimpan
informasi dengan menggunakan asosiasi. Apabila ada penguatan informasi lama dan
penambahan informasi baru maka sel-sel otak segera berkembang membentuk hubungan-
hubungan baru. Semakin banyak jalinan saraf terbentuk, semakin lama dan kuat informasi itu
disimpan. Hubungan antara sel saraf terjadi di sinaps yang mengubah energi listrik menjadi
energi kimia dengan mengeluarkan neurontransmitter. Energi kimia ini kemudian diubah
menjadi menjadi energi listrik kembali pada sel saraf berikutnya. Rangsangan yang terus
menerus akan mempercepat jalannya energi listrik di saraf, dan energi kimia di sanaps sehingga
akan membuat otak semakin segar. Inilah beda mendasar antara otak dan komputer, meskipun
komputer dirancang atas dasar kerja otak. Semakin digunakan , komputer akan semakin aus,
sedangkan otak semakin canggih karena mengikuti hukum “ use it or lose it “ ( gunakan atau
hilan ) seperti halnya otak dan tulang ( Taufik, 1999 ).
Eksplorasi otak selama era otak ( Brain Era ) yaitu tahun 1980 – 2000 berhasil
menunjukan fakta bahwa otak menyediakan komponen anatomis untuk aspek rasional
( Intelligence Quotient = IQ ) aspek emosional ( Emtional Quotient = EQ ), dan aspek spiritual
( Spiritual Quotient = SQ ). Sperti diketahui bahwa dalam satu kepala memang ada tiga cara
berpikir yaitu rasional,emosional, dan spiritual. Penemuan mutahir dalam neurosains semakin
membuktikan bahwa bagian-bagian tertentu otak bertanggung jawab dalam menata jenis-jenis
kecerdasan manusia. Kecerdasan matematika dan bahasa berpusat di otak kiri, meskipun untuk
matematika tidak terpusat secara tegas di otak kiri, sedangkan untuk bahasa tepatnya didaerah
Wernicke dan Brocca. Kecerdasan musik dan spiritual berpusat pada otak kanan. Kecerdasan
kinestetik sebagaimana dimiliki oleh olah ragawan berpusat di daerah motorik cortek cerebri.
Kecerdasan intra pribadi dan antar pribadi ditata pada sistem limbik dan dihubungkan dengan
lobus prefrontal maupun temporal ( Snell, 1996).
Setidaknya ada tujuh jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner (1999 ) yaitu
linguistik, matematika, spesial kinestik, musik, antar pribadi, dan interpribadi. Selanjurnya
Gaedner juga menambahkannya lagi dengan tiga kecerdasan penting yaitu kecerdasan naturalis,
eksistensia, dan spiritual, Meskipun eksplorasi telah dilakukan secara mengagumkan, namun
masih banyak misteri yang belum terungkap. Dari apa yang telah terungkap dirumuskan 10
Hukum dasar otak ( Dryden, 2001 ) sebagai berikut :
1. Otak menyimpan informasi dalam sel-sel sarafnya.
2. Otak mempunyai komponen untuk menciptakan kebiasaan dalam berpikir dan
berperilaku.
3. Otak menyimpan informasi dalam bentuk kata, gambar, dan warna.
4. Otak tidak membedakan fakta dan ingatan.Otak bereaksi terhadap ingatan sama persis
dengan reaksinya terhadap fakta.
5. Imajinasi dapat memperkuat otak dan mencapai apa saja yang dikehendaki.
6. Konsep dan informasi dalam otak disusun dalam bentuk pola – pola.
7. Alat indra dan reseptor saraf menghubungkan otak dengan dunia luar.Latihan indra dan
latihan fisik dapat memperkuat otak.
8. Otak tak pernah istirahat. Ketika otak rasional kelelahan dan tak dapat menuntaskan
pekerjaan, otak intuitif akan melanjutkannya.
9. Otak dan hati berusaha dekat. Otak yang diasah terus-menerus akan menjadi semakin
bijak dan tenang.
10. Kekuatan otak juga ditentukan oleh makanan fisik yang diterima otak.
Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif. Ia meneliti dan menulis
subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli
psikologi sebelumnya. Ia menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara
kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu
serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan.
Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan
konsep dunia di sekitar mereka. Teori Piaget sering disebut genetic epistimologi (epistimologi
genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic
mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis (keturunan). Menurut Piaget,
anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi
awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata
sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah
yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan
pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman
mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi
dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan
pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena
skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini,
pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan
terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan
mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya. Interiorisasi menghasilkan
perkembangan operasi yang membebaskan anak dari kebutuhan untuk berhadapan langsung
dengan lingkungan karena dalam hal ini anak sudah mampu melakukan manipulasi simbolis.
Perkembangan operasi (tindakan yang diinteriorisasikan) memberi anak cara yang kompleks
untuk menangani lingkungan, dan oleh karenanya, anak mampu melakukan tindakan intelektual
yang lebih kompleks. Karena struktur kognitif anak lebih terartikulasikan. Demikian pula
lingkungan fisik anak, jadi dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak mengkonstruksi
lingkunganfisik.
B. Perkembangan Intelektual
1. Struktur
Untuk sampai pada pengertian struktur, diperlukan suatu pengertian yang erat
hubungannya dengan struktur yaitu pengertian operasi. Piaget berpendapat bahwa ada hubungan
fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental dan perkembangan berfikir logis anak-anak.
Tindakan (action) menuju pada perkembangan operasi dan operasi selanjutnya menuju pada
perkembangan struktur.
2. ISI
Hal yang dimaksud dengan isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada
respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi-situasi yang dihadapinya.
Anatara tahun 1920 dan 1930 perhatian Piaget dalam penelitiannya tertuju pada isi pikiran anak,
misalnya perubahan dalam kemampuan penalaran semenjak kecil sekali hingga agak besar,
konsepsi anak tentang alam sekitarnya yaitu pohon-pohon, matahari, bulan, dan konsepsi tentang
beberapa peristiwa alam.
3. FUNGSI
Akomodasi ialah individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa yang diterima
dari lingkungannya. Sebagai proses penyesuaian atau penyesuian atau penyusunan kembali
skema ke dalam situasi yang baru. Proses penyerapan ini saling berkaitan, sebagai contoh ketika
seorang anak belum mengetahui/mengenal api, suatu hari anak merasa sakit karena terpercik api,
maka berdasarkan pengalamannya terbentuk struktur penyesuaian skema pada struktur kognitif
anak tentang “api” bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan oleh karena itu harus
dihindari, ini dinamakan adaptasi. Dengan demikian, ketika ia melihat api, secara refleks ia akan
menghindar. Semakin anak dewasa, pengalaman anak tentang api bertambah pula. Ketika anak
melihat ibunya memasak memakai api, ketika anak melihat bapaknya merokok menggunakan
api, maka skema yang telah terbentuk disempurnakan, bahwa api bukan harus dihindari tetapi
dapat dimanfaatkan. Proses penyesuaian skema tentang api yang dilakukan oleh anak itu
dinamakan asimilasi. Semakin anak dewasa, pengalaman itu semakin bertambah pula. Ketika
anak melihat bahwa pabrik-pabrik memerlukan api, setiap kenderaan memerlukan api, dan lain
sebagainya, maka terbentuklah skema baru tentang api. bahwa api bukan harus dihindari dan
juga bukan hanya sekedar dapat dimanfaatkan, akan tetapi api sangat dibutuhkan untuk
kehidupan manusia. Proses penyempurnaan skema itu dinamakan proses akomodasi.
Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga
dewasa, menurut Piaget perkembangan yang berlangsung melalui empat tahap, yaitu:
Piaget percaya, bahwa kita semua melalui keempat tahap tersebut, meskipun mungkin
setiap tahap dilalui dalam usia berbeda. Setiap tahap dimasuki ketika otak kita sudah cukup
matang untuk memungkinkan logika jenis baru atau operasi Semua manusia melalui setiap
tingkat, tetapi dengan kecepatan yang berbeda, jadi mungkin saja seorang anak yang berumur 6
tahun berada pada tingkat operasional konkrit, sedangkan ada seorang anak yang berumur 8
tahun masih pada tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. Namun urutan perkembangan
intelektual sama untuk semua anak, struktur untuk tingkat sebelumnya terintegrasi dan termasuk
sebagai bagian dari tingkat-tingkat berikutnya.
a. Tahap Sensorimotor
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua tahun, bayi belajar tentang diri
mereka sendiri dan dunia mereka melalui indera mereka yang sedang berkembang dan melalui
aktivitas motor. Aktivitas kognitif terpusat pada aspek alat dria (sensori) dan gerak (motor),
artinya dalam peringkat ini, anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan
melalui alat drianya dan pergerakannya. Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan
kognitif selanjutnya, aktivitas sensori motor terbentuk melalui proses penyesuaian struktur fisik
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan
b. Tahap pra-operasional
Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai
hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang teroganisasikan. Anak
sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda –tanda dan simbol.
Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis.
Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:
1) Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi
tidak logis
2) Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebab-akibat
secara tidak logis
3) Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya
4) Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai
jiwa seperti manusia
5) Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau di
dengar
6) Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan
jawaban dari persoalan yang dihadapinya
7) Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling
menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia
lingkungannya menurut kehendak dirinya
Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika atau
operasi,tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang
kecenderungan terhadap animism dan articialisme. Egosentrisnya berkurang dan kemampuannya
dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka
anak-anak pada tahap operasional kongkrit masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika. Sebagai contoh anak-anak yang diberi tiga boneka dengan
warna rambut yang berlainan (edith, susan dan lily), tidak mengalami kesulitan untuk
mengidentifikasikan boneka yang berambut paling gelap. Namun ketika diberi pertanyaan,
“rambut edith lebih terang dari rambut susan. Rambut edith lebih gelap daripada rambut lily.
Rambut siapakah yang paling gelap?”, anak-anak pada tahap operasional kongkrit
mengalamikesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan
lambang-lambang.
Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi baru. Periode ini anak dapat
menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih
kompleks.Kemajuan pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan
pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.
Anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi argumen
dan karena itu disebut operasional formal.
D. Tingkatan Perkembangan Intelektual
a. Kedewasaan
Perkembangan sistem saraf sentral yaitu otak, koordinasi motorik dan manifestasi fisik
lainnya menpengaruhi perkembangan kognitif. Kedewasaan atau maturasimerupakan faktor
penting dalam perkembangan intektual.
b. Penalaran Moral
Interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstrakkan berbagai sifat
fisik benda-benda. Bila seorang anak menjatuhkan sebuah benda dan menemukan bahwa benda
itu pecah atau bila ia menempatkan benda itu dalam air, kemudian ia melihat bahwa benda itu
terapung ia sudah terlibat dalam proses abstraksi sederhana atau abstraksi empiris. Pengalaman
ini disebut pengalaman fisik untuk membedakannya dengan pengalaman logika-matematika,
tetapi secara paradoks pengalaman fisik ini selalu melibatkan asimilasi pada struktur-struktur
logika-matematika. Pengalaman fisk ini meningkatkan kecepatan perkembangan anak sebab
observasi benda-benda serta sifat-sifat benda itu menolong timbulnya pikiran yang lebih
kompleks.
c. Pengalaman Logika-Matematika
d. Transmisi Sosial
Dalam tansmisi sosial, pengetahuan itu datang dari orang lain, seperti pengaruh bahasa,
instruksi formal dan membaca, begitu pula interaksi dengan teman-teman dan orang-orang
dewasa termasuk faktor transmisi sosial dan memegang peranan dalam perkembangan.
e. Pengaturan Sendiri
1. Mikrosistem
Lingkungan mikrosistem adalah lingkungan yang paling kecil dan langsung dihadapi anak,
yaitu lingkungan dimana ia hidup dan bertemu dengan orang – orang yang berinteraksi secara
langsung. Mikrosistem mencakup rumah, sekolah atau penitipan anak, kelompok teman sebaya
atau lingkungan komunitas dari sang anak. Interaksi didalam mikrosistem biasanya melibatkan
keterlibatan pribadi dengan keluarga, teman sekelas, guru, pengasuh yang memberi pengaruh
kepada anak.
Bagaimana cara orang – orang dalam lingkungan tersebut berinteraksi dengan anak akan
mempengaruhi bagaimana anak tersebut tumbuh. Begitu pula cara anak bereaksi terhadap orang
– orang dalam mikrosistem akan mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan anak
tersebut. Pengaruh mikrosistem terhadap tumbuh kembang anak berupa teori ekologi dalam
psikologi perkembangan bisa dilihat juga dari contoh – contoh macam pola asuh anak menurut
psikologi yang sering diterapkan oleh orang tua:
a) Pola Otoriter – Gaya pengasuhan yang membatasi dan menggunakan hukuman untuk
menuntut anak agar mengikuti perintah – perintah orang tua. Orang tua menetapkan batas
– batas yang tegas tanpa memberi kesempatan anak untuk mengeluarkan pendapat. Pola
pengasuhan ini dihubungkan dengan ketidak mampuan anak – anak untuk bergaul secara
sosial.
b) Pola Otoritatif – Pola ini mendorong anak agar belajar mandiri dengan masih menetapkan
batas – batas yang diberikan orang tua, sehingga tindakan – tindakan anak masih
terkendali. Pola ini memungkinkan musyawarah secara verbal dan ekstensif, adanya
kehangatan dan pertunjukan kasih sayang dari orang tua ke anak. Pola pengasuhan ini
dihubungkan dengan kemampuan anak – anak untuk berfungsi secara sosial.
c) Pola Permisif – Terbagi menjadi dua yaitu permisif indifferent dimana orang tua tidak
terlibat dalam kehidupan anak sehingga anak menjadi inkompeten secara sosial dan
kekurangan kendali diri. Sedangkan pola permisif indulgent dimana orang tua terlibat
dalam kehidupan anak melalui pemanjaan dengan sedikit batasan atau kendali terhadap
tingkah laku anak, sehingga anak menjadi inkompeten secara sosial dan juga kurang
dapat mengendalikan diri.
2. Mesosistem
Mesosistem meliputi interaksi antar mikrosistem yang berbeda dimana seorang anak berada.
Pada intinya mesosistem adalah suatu sistem yang terbentuk dari mikrosistem dan melibatkan
hubungan antara rumah dan sekolah, teman sebaya dan keluarga atau antara keluarga dan
sekolah dalam psikologi perkembangan. Bermain dengan teman sebaya dengan relasi yang baik
dapat mengurangi tekanan pada anak, meningkatkan perkembangan secara kognitif, dan lain
sebagainya. Contoh lain, ketika seorang anak diabaikan orang tuanya, ia mungkin akan
mengalami kemungkinan kecil untuk mengembangkan perilaku yang positif terhadap gurunya,
merasa canggung dengan teman sekelasnya dan menarik diri dari pergaulan.
3. Eksosistem
Eksosistem berkaitan dengan hubungan yang mungkin terjadi antara dua atau lebih setting
lingkungan, salah satunya kemungkinan bukan lingkungan yang melibatkan seorang anak namun
tetap mempengaruhinya walau bagaimanapun. Orang lain atau tempat lain yang tidak
berinteraksi secara langsung dengan anak namun tetap dapat mempunyai pengaruh kepada anak
meliputi eksosistem tersebut. Ketahuilah juga mengenai psikologi lingkungan, teori dalam
psikologi lingkungan, dan faktor situasional dalam psikologi komunikasi.
Misalnya lingkungan tempat kerja orang tua, lingkungan rumah yang lebih luas dan keluarga
besar. Contohnya, seorang ayah yang kerap mengalami kesulitan di tempat kerja bisa saja
melampiaskan hal tersebut kepada sang anak di rumah dan memperlakukan anak dengan buruk.
Ibu bekerja yang menitipkan anak kepada babysitter atau pengasuh, terlalu banyak menonton
televisi dengan tayangan yang penuh kekerasan, dan lainnya.
4. Makrosistem
Lingkungan yang paling besar dan jauh dari orang – orang dan tempat yang masih dapat
memberikan pengaruh signifikan pada anak adalah makrosistem. Lingkungan ini tersusun akan
pola budaya dan nilai – nilai sang anak, khususnya keyakinan dan ide dominan anak
sebagaimana sistem politik dan ekonomi. Konteks budaya akan melibarkan status sosial dan
ekonomi dari seseorang atau keluarganya, etnis atau ras.
Misalnya, anak – anak di daerah perang akan mengalami perkembangan yang berbeda daripada
anak yang tumbuh di masyarakat yang damai dan sejahtera. Orang yang dilahirkan di keluarga
miskin akan harus bekerja keras setiap harinya melebihi orang – orang lain. Anggaran
pendidikan yang dikurangi oleh pemerintah juga dapat mempengaruhi perkembangan anak, juga
anak yang hidup di daerah yang masih tradisional, dan lain sebagainya.
5. Chronosistem
Contoh klasiknya adalah perceraian sebagai perubahan hidup yang besar mungkin saja akan
mempengaruhi tidak saja hubungan dari pasangan tersebut akan tetapi juga perilaku anak – anak
mereka. Menurut penelitian secara umum, anak – anak mendapat pengaruh secara negatif pada
tahun pertama setelah perceraian. Contoh lain adalah penggunaan teknologi tinggi oleh anak
untuk bermain game, menjelajah internet dan lain sebagainya.
Adapun sebagai konstruksi dari teori – teori tersebut, setiap sistem mengandung peraturan,
norma, dan peran yang akan membentuk perkembangan psikologis seseorang. Contohnya,
keluarga yang tinggal di pemukiman tengah kota akan menghadapi banyak tantangan dibanding
keluarga yang tinggal di komunitas terbatas seperti kejahatan atau kemiskinan.
BAB V. TEORI ATRIBUSI
Beberapa ahli psikologi telah merumuskan berbagai pengertian atribusi dan dari
pengertian tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah teori. Para ahli psikologi seperti Fritz
Heider, Edward Jones, Harold Kelley, dan Bernard Weiner adalah ahli-ahli yang mendefinisikan
atribusi dari sudut pandang masing-masing.
Adapun pengertian atribusi menurut mereka adalah sebagai berikut (Malle, 2007 : 74) :
Fritz Heider adalah salah satu ahli psikologi yang pertama kali mendefinisikan istilah atribusi.
Terdapat dua pengertian atribusi menurut Heider, yaitu atribusi sebagai proses persepsi dan
atribusi sebagai penilaian kausalitas.
Menurut Heider, atribusi merupakan inti dari proses persepsi manusia. Lebih jauh Heider
berpendapat bahwa manusia terikat dalam proses psikologis yang menghubungkan pengalaman
subyektif mereka dengan berbagai obyek yang ada. Kemudian, berbagai obyek tersebut
direkonstruksi secara kognitif agar menjadi sumber-sumber akibat dari pengalaman perseptual.
Sebaliknya, ketika orang mencoba untuk membayangkan sebuah obyek, maka mereka akan
menghubungkan pengalaman tersebut ke dalam alam pikiran mereka
Ketertarikan Heider pada kognisi sosial telah mengantarkannya pada perumusan atribusi
selanjutnya. Menurutnya, kognisi sosial adalah proses dimana orang merasakan dan membuat
penilaian tentang orang lain. Di sinilah kemudian muncul atribusi sebagai penilaian kausalitas
yang menekankan pada penyebab orang berperilaku tertentu.
Terdapat dua jenis atribusi kausalitas yaitu atribusi personal dan atribusi impersonal. Yang
dimaksud dengan atribusi personal adalah penyebab personal atau pribadi yang merujuk pada
kepercayaan, hasrat, dan intensi yang mengarahkan pada perilaku manusia yang memiliki tujuan.
Sedangkan, atribusi impersonal adalah penyebab diluar pribadi yang bersangkutan yang merujuk
pada kekuatan yang tidak melibatkan intensi atau tujuan. Untuk itu, dalam ranah persepsi sosial,
orang akan berupaya untuk menjelaskan terjadinya sebuah perilaku.
Edward E. Jones adalah salah seorang peneliti yang tertarik pada suatu penilaian yang terkadang
diberikan oleh seseorang ketika mereka mengamati perilaku orang lain. Inferensi yang dibuat
umumnya terkait dengan disposisi orang yang lebih stabil seperti sifat, sikap, dan nilai.
Misalnya, kita melihat orang bertato dan bertampang seram dan kemudian kita langsung
menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah preman. Kita lebih suka membuat atribusi disposisi
walaupun perilaku dalam situasi tertentu tidak menjamin simpulan yang dihasilkan.
Itulah beberapa pengertian atribusi yang diungkapkan oleh para ahli. Dengan demikian, pada
umumnya yang dimaksud dengan atribusi adalah berbagai inferensi atau simpulan yang
digambarkan oleh manusia mengenai penyebab terjadinya sesuatu atau perilaku orang lain dan
perilaku dirinya sendiri.
a) Asumsi Dasar
Pada umumnya, teori atribusi menekankan pada bagaimana setiap individu menafsirkan berbagai
kejadian dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan pemikiran dan perilaku mereka. Teori
atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan mengapa orang melakukan
apa yang mereka lakukan. Orang akan berusaha untuk memahami mengapa orang lain
melakukan sesuatu dan memberikan penyebab bagi perilaku.
Terkait dengan hal ini, Heider menyatakan bahwa orang dapat membuat dua atribusi yaitu
atribusi internal dan atribusi eksternal. Atribusi internal adalah inferensi yang dibuat oleh
seseorang tentang sikap, karakter, atau pribadi seseorang. Sementara itu, atribusi eksternal adalah
inferensi yang dibuat seseorang terakit dengan situasi dimana ia berada.
1. Teori-teori Atribusi
Meskipun disebut sebagai teori atribusi, namun sejatinya teori atribusi meliputi beberapa macam
teori atribusi yang telah dirumuskan oleh para ahli psikologi, diantaranya adalah teori atribusi
Fritz Heider, teori atribusi Edward Jones dan Keith Davis, teori atribusi Harold Kelley, dan teori
atribusi Bernard Weiner.
Fritz Heider adalah peneliti pertama yang mengenalkan teori atribusi saat teori-teori belajar dari
pendekatan behaviorisme (teori-teori memori dan teori-teori psikoanalisis mendominasi ranah
psikologi akademis. Teori-teori tersebut jarang sekali digunakan untuk menjelaskan perilaku
manusia. Sebaliknya, melalui teori atribusinya, Heider mencoba untuk menekankan bahwa
mempelajari atribusi sangatlah penting karena atribusi memberikan pengaruh pada apa yang
dirasakan dan apa yang dilakukan oleh manusia.
Heider juga merupakan peneliti pertama yang mengkaji tentang proses atribusi khususnya pada
bagaimana seseorang membangun sebuah impresi atau kesan bagi orang lain. Menurutnya,
impresi atau kesan ini dibangun melalui tuga tahapan proses yaitu pengamatan perilaku,
menentukan apakah perilaku itu disengaja atau tidak, dan mengelempokkan perilaku ke dalam
perilaku yang termotivasi secara internal atau eksternal.
Pada tahun 1965, Edward Jones dan Keith Davis mempublikasikan sebuah teori correspondent
inference atau inferensi koresponden. Berdasarkan teori inferensi koresponden, kita cenderung
menggunakan informasi tentang perilaku orang lain dan efeknya untuk menggambarkan sebuah
inferensi koresponden dimana perilaku tersebut dikaitkan dengan karakteristik disposisi atau
kepribadian. Hal ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Pertama, mengidentifikasi maksud dari efek perilaku seseorang. Kita cenderung untuk
menarik inferensi koresponden jika perilaku tersebut muncul dengan disengaja
dibandingkan dengan tidak disengaja.
Kedua, kita cenderung memutuskan ada korespondensi bila dampak dari perilaku tersebut
tidak diinginkan secara sosial.
Inferensi koresponden dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu efek-efek yang tidak umum,
keinginan sosial, dan kebebasan memilih.
Efek-efek tidak umum – berbagai elemen pola tindakan yang tidak dibagi dengan pola
tindakan alternative.
Keinginan sosial – perilaku yang tidak diinginkan secara sosial dapat menuntun pada
inferensi koresponden dibandingkan dengan perilaku yang diinginkan secara sosial.
Kebebasan memilih – semakin besar kebebasan memilih maka semakin besar pula
inferensi koresponden.
Harold Kelley adalah salah satu ahli yang mengembangkan teori atribusi lebih lanjut yang
dikenal dengan model kovarians Kelley. Model ini merupakan teori atribusi dimana orang
membuat kesimpulan sebab akibat untuk menjelaskan mengapa orang lain dan diri kita
berperilaku dengan cara tertentu. Hal ini berkaitan dengan persepsi sosial dan persepsi diri.
Prinsip kovariasi menyatakan bahwa sebuah efek dikaitkan dengan salah satu penyebabnya yang
mungkin dan berlebihan. Dalam artian bahwa perilaku tertentu dikaitkan dengan potensi
penyebab yang muncul pada saat bersamaan. Prinsip ini berguna bila individu memiliki
kesempatan untuk mengamati perilaku tersebut selama beberapa kali. Penyebab hasil dapat
dikaitkan dengan orang (internal), stimulus (eksternal), keadaan, atau beberapa kombinasi dari
faktor-faktor ini. Atribusi dibuat berdasarkan tiga kriteria, yaitu konsensus, keistimewaan, dan
konsistensi.
Konsensus yaitu menggambarkan bagaimana orang lain, dalam keadaan yang sama, akan
berperilaku.
Konsistensi yaitu merujuk pada apakah orang yang diamati akan berperilaku dengan cara
yang sama, dalam situasi yang sama, setiap waktu.
Keistimewaan yaitu merujuk pada berbagai variasi dalam mengamati perilaku orang lain
dalam situasi yang berbeda.
Bernard Weiner mengembangkan sebuah kerangka kerja teoretis yang sangat berpengaruh dalam
psikologi sosial hingga kini. Teori atribusi yang dikembangkan oleh Weiner lebih menekankan
pada pencapaian. Menurut Weiner, faktor-faktor penting yang mempengaruhi atribusi adalah
kemampuan, upaya atau usaha, kesulitasn tugas, dan keberuntungan. Atribusi dikelompokkan ke
dalam tiga dimensi kausalitas, yaitu :
Ketiga dimensi tersebut secara bersama-sama menciptakan delapan skenario yang digunakan
orang untuk menjelaskan pencapaian dan kekecewaan mereka. Kedelapan skenario itu adalah :
Kesalahan atribusi yang umum di mana orang terlalu menekankan perilaku personal atau
disposisi (internal) perilaku negatif orang lain atau hasil buruk dan meremehkan faktor
situasional (eksternal). Ketika menafsirkan tindakan atau hasil positif orang lain, bagaimanapun
orang terlalu menekankan penyebab situasional dan meremehkan penyebab disposisi. Contoh
kesalahan atribusi yang mendasar adalah “Jika kamu gagal, maka berarti kamu bodoh”. Dari
contoh tersebut terlihat bahwa terdapat kecenderungan untuk merendahkan peran disposisi atau
faktor internal atau faktor-faktor pribadi. Merujuk apa yang dinyatakan oleh Heider bahwa
orang-orang adalah prototipe dari asal usulnya maka dengan memandang orang sebagai sebuah
prototipe dari asal usulnya sejatinya menuntun kita pada kesalahan atribusi yang mendasar.
Kesalahan dimana individu mengaitkan kesuksesan dan kegagalan mereka dengan faktor yang
berbeda. Keberhasilan seseorang dan hasil positif dikaitkan dengan karakteristik internal dan
disposisi sedangkan kegagalan seseorang atau hasil negatif dianggap berasal dari sebab eksternal
dan situasional.
c. Atribusi defensif
Kecenderungan untuk menyalahkan korban atas kemalangan mereka sendiri. Atribusi defensif
dapat disebut sebagai pengembangan dari kesalahan atribusi yang mendasar.
Karena adanya perbedaan perspektif dan perbedaan informasi tentang suatu kejadian dan
partisipan. Setiap aktor memiliki informasi yang lebih tentang perilaku di masa lalu dan lebih
waspada terhadap faktor-faktor situasional dibandingkan pengamat. Ketika pengamat memiliki
informasi yang lebih tentang seseorang dan situasi, maka mereka akan menjadi kurang rawan
terhadap kecenderungan tersebut.
Ada empat teori kepribadian yang utama, yaitu Teori Kepribadian Freud, Teori Kepribadian
Neo-Freud, Ciri (Trait Theory), Teori Konsep Diri. Keempat teori tersebut dianggap banyak
dipakai sebagai landasan teori dalam studi hubungan antara perilaku konsumen dan kepribadian.
1. Id
Id adalah aspek biologis dalam diri manusia yang ada sejak lahir, yang mendorong
munculnya kebutuhan fisiologis seperti rasa lapar, haus, dan nafsu seks. Id menggambarkan
naluri manusia yang secara biologis membutuhkan makanan, minuman, dan seks. Manusia akan
secara alami memenuhi kebutuhan tersebut untuk menghindari tensi dan mencari kepuasan
sesegera mungkin. Inilah yang disebut bahwa unsur Id akan melakukan prinsip kepuasan
(pleasure principle atau immediate satisfaction).
2. Superego
Superego adalah aspek psikologis pada diri manusia yang menggambarkan sifat manusia
untuk tunduk dan patuh kepada norma-norma sosial, etika dan nilai-nilai masyarakat. Superego
menyebabkan manusia memperhatikan apa yang baik dan apa yang buruk bagi suatu masyarakat
dan perilakunya disesuaikan dengan apa yang baik menurut lingkungan sosialnya. Superego
adalan kecenderungan sifat manusia yang selalu ingin berbuat baik sesuai dengan norma dan
etika, serta aturan-aturan yang ada di masyarakat. Superego bisa dianggap sebagai unsur yang
berfungsi untuk mengurangi atau menekan nafsu biologis (Id) yang ada dalam diri manusia.
Ketika kita berbuat kesalahan, sering kali secara tidak sadar muncul dalam diri manusia rasa
bersalah dan malu. Inilah contoh bagaimana unsur superego bekerja menekan usnur Id, sehingga
kita tidak mengulangi perbuatan salah kembali. Id dan superego dianggap sebagai dorongan yang
tidak disadari oleh manusia.
3. Ego
Unsur ketiga dari kepribadian adalah ego, yang merupakan unsur yang bisa disadari dan
dikontrol oleh manusia. Ego berfungsi menjadi penengah antara id dan superego. Ego berusaha
menyeimbangkan apa yang ingin dipenuhi oleh id dan apa yang dituntut oleh superego agar
sesuai dengan norma sosial. Ego bekerja dengan prinsip realitas (reality principle), yaitu ia
berusaha agar manusia dapat memenuhi kebutuhan fisiologisnya tetapi sesuai dengan aturan baik
dan buruk menurut masyarakat. Schiffman dan Kanuk (2010) mengutip pendapat para peneliti
yang menggunakan teori Freud dalam studi perilaku konsumen dengan mengatakan bahwa
motivasi (human drive) manusia sebagian besar 19 tidak disadari, sehingga konsumen seringkali
tidak menyadari atau tidak tahu alasan sesungguhnya mereka membeli suatu produk. Karena itu,
apa yang dibeli dan apa yang dikonsumsi oleh konsumen merupakan gambaran dari kepribadian
konsumen tersebut. Pakaian, kendaraan, aksesoris yang konsumen pakai adalah memperlihatkan
kepribadian dari konsumen tersebut.
Beberapa pakar yang juga rekan Freud mengembangkan suatu teori kepribadian yang disebut
sebagai Teori Sosial Psikologi atau Teori Neo-Freud. Teori tersebut berbeda dengan Freud dalam
dua hal berikut:
Teori Ciri mengklasifikasikan manusia ke dalam karakteristik atau sifat atau cirinya yang
paling menonjol. Ciri atau trait adalah karakteristik psikologi yang khusus, yang didefinisikan
sebagai “Setiap cara yang membedakan dan relatif abadi dimana setiap individu berbeda dari
yang lain”. (Schiffman dan Kanuk, 2010). Definisi lain adalah “Sebuah sifat (ciri) adalah
karakteristik dimana satu orang berbeda dari yang lain dengan cara yang relatif permanen dan
konsisten”. (Mowen dan Minor, 1998). Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa trait adalah sifat atau karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu yang
lain, yang bersifat permanen dan konsisten. Menurut Loudon dan Della Bitta (1993), teori ciri
didasarkan kepada tiga asumsi, yaitu
Menurut teori ini manusia mempunyai pandangan atau konsepsi atas dirinya sendiri, berupa
penilaian terhadap dirinya sendiri. Dengan ini setiap individu berfungsi sebagai subjek dan objek
persepsi. Menurut Mowen, konsep diri merupakan totalitas pikiran dan perasaan individu yang
mereferensikan dirinya sebagai objek.8 Konsep diri, disebut pula sebagai citra diri atau persepsi
tentang diri sangat berkaitan dengan kepribadian. Teori konsep diri memandang bahwa tiap
individu memiliki suatu konsep tentang dirinya yang didasari oleh siapa dirinya (dirinya yang
sebenarnya atau actual self) dan suatu konsep tentang memandang dirinya ingin seperti siapa
(dirinya yang ideal atau ideal self). Teori konsep diri berkaitan erat dengan dua konsep kunci
teori kepribadian psikoanalitik, yaitu ego dan superego. Karena ego merupakan refleksi dari
realita obyektif seseorang, maka ia mirip dengan actual self. Sementara itu, superego ditentukan
oleh sesuatu yang seharusnya, dan karena itu merupakan suatu refleksi dari ideal self
Karakteristik Kepribadian Karakteristik adalah psikologi unik yang menyebabkan respon yang
relatif konsisten dan bertahan lama. Indikator kepribadian meliputi kemampuan beradaptasi,
bersosialisasi, dan kepercayaan diri. Dimana ketiga indikator tersebut adalah kepribadian yang
mencirikan dari diri seseorang. Pemasar harus mampu memahami indikator kepribadian karena
dengan memahami dimensi kepribadian ini, maka pemasar dapat mengkategorikan sasaran
pemasarannya ke dalam indikator kepribadian tersebut. Dengan demikian perusahaan dapat
menciptakan produk-produk yang sesuai dengan kepribadian konsumennya. Menurut Ujang
Sumarwan karakteristik kepribadian digolongkan menjadi:
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?
id=5KRPDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=psikologi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiBlfX
mvJ7vAhVSdCsKHVzeC284KBDoATAFegQIAhAD#v=onepage&q=psikologi&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=TNs2aM5LqKQC&pg=PA1&dq=psikologi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwir1efBtp7vAhXZc
30KHceRBLA4FBDoATAJegQIAxAD#v=onepage&q=Teori%20kognitif%20&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=wwG6kUsG2_EC&pg=PA121&dq=psikologi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwir1efBtp7vAhX
Zc30KHceRBLA4FBDoATAGegQIARAD#v=onepage&q=Teori%20kognitif%20&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=UgRK0UM3d00C&pg=PA33&dq=psikologi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwir1efBtp7vAhX
Zc30KHceRBLA4FBDoATAAegQIBRAD#v=onepage&q=Teori%20atribusi&f=false