Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PENGEMBANGAN KURIKULUM

“CURRICULUM 2000 (KBK)”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampuh Mata Kuliah:
Prof. Dr. H. Patta Buddu, M.Ed

Disusun Oleh:
Alisyah Salsa Jamil
1947041024
Kelas M.83

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
Kata Pengantar
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen
adalah pendidik profesional dan ilmuan yang bekerja pada satuan pendidikan tinggi dengan
tugas utama mentrasformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Guru
besar atau profesor yang selanjutnya disebut professor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi
dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan formal. Satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan
formal dalam setiap jenjang dan jenis pendidikan. Perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama adalah perjanjian tertulis antara guru atau dosen dengan penyelenggara pendidikan
atau satuan pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak
dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian kerja adalah pengakhiran perjanjian
kerja atau kesepakatan kerja bersama guru atau dosen karena sesuatu hal yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara guru atau dosen dan penyelenggara pendidikan atau
satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kualifikasi akademik adalah
ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus di miliki oleh guru atau dosen sesuai dengan
jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal ditempat penugasan.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.
Sertifikat pendidikan adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga professional. Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan
hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mngembangkan profesionalitas guru.
Lembaga pendidikan tenaga pendidikan adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan /atau pendidikan menengah serta untuk
menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu pendidikan dan non kependidikan. Gaji adalah
hak yang di terima oleh guru atau dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau
satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang
undangan. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen dalam bentuk finansial
sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesionalan yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru atau dosen sebagai pendidik
professional.
Tulisan ini dirancang sebagai bahan bagi para guru, pendidik, tokoh dan pengamat
pendidikan untuk memahami secara garis besar apa dan bagaimana konsep dan implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sesuai judulnya, maka hal-hal yang dikaji bersifat
umum, dimaksudkan sebagai pengantar atau memberikan bekal awal dalam mempelajari KBK
(kendati pun penulis sangat memahami bahwa para guru, kalangan pendidik, tokoh dan
pengamat pendidikan sudah tidak asing, bahkan seringkali mendapatkan materi pembelajaran
tentang KBK). Dalam rangka memenuhi aturan yang diberlakukan Menteri Pendidikan
Nasional (Mendiknas), sejumlah sekolah dan perguruan tinggi menyatakan memberlakukan
KBK bagi siswa / mahasiswanya. Tentu saja pemberlakukan KBK tersebut diikuti dengan
pembaharuan dalam banyak hal sebagai implikasinya, semisal pembaharuan pada: lingkungan
belajar, strategi pembelajaran, teknik pembelajaran, bahan belajar, dan media belajar.
Persoalan klasik di sejumlah sekolah adalah pemberlakuan KBK acap halnya ditandai
oleh satu hal utama, yaitu perubahan nama-nama bidang studi dan perubahan buku ajar.
Perubahan lain sebagai penyempurna, bahkan semestinya menjadi “menu paket” atas
pemberlakuan KBK, sampai saat ini belum dilakukan secara sempurna oleh sejumlah
sekolah/perguruan tinggi (tanpa mengabaikan bahwa disejumlah sekolah / perguruan tinggi
tertentu di tanah air, pemberlakuan KBK nyaris sempurna). Penulis berharap tulisan ini
menjadi salah satu bahan masukan bagi para guru, kalangan pendidik, dan pengamat
pendidikan, dan bagi kita semua, agar kemudian terdorong untuk belajar dan belajar terus
tentang apa dan bagaimana KBK, sehingga memberikan konstribusi positif bagi pelaksanaan
tugas para guru / pendidik sebagai tenaga fungsional kependidikan di masingmasing bidang
studi yang dibina.
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Banyak hal yang melatarbelakangi lahirnya KBK, diantaranya adalah: (1)
lahirnya konsep tentang kecerdasan ganda (multiple intelligence); (2) tuntutan
publik akan peningkatan kemampuan dunia pendidikan untuk mengikuti
(beradaptasi) dengan perubahan yang terjadi pada dunia pekerjaan; (3)
kecenderungan dunia untuk segera memasuki abad pengetahuan; dan (4) konsep
tentang empat pilar belajar versi Unesco, dan sejumlah variabel lain yang juga
berpengaruh signifikan terhadap lahir dan diberlakukannya KBK.
Latar belakang KBK, yakni empat pilar belajar versi UNESCO. Pembaharuan
kurikulum nasional (yang kemudian terkenal dengan KBK) merupakan respons
terhadap hasil kerja Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI.
Komisi ini ditugasi UNESCO untuk melakukan kajian masa depan tentang berbagai
kecenderungan, termasuk kecenderungan perubahan jenis pekerjaan, pekerjaan
yang akan muncul dan yang akan hilang, akibat revolusi pengetahuan, dan
bagaimana pendidikan harus direncanakan sekarang. Komisi ini
merekomendasikan bahwa jika pendidikan ingin berhasil melaksanakan tugas-
tugasnya, maka pendidikan hendaknya dibangun disekitar empat jenis belajar yang
fundamental sifatnya, yang di sepanjang hayat seseorang, dapat dikatakan sebagai
sendi (pilar) pengetahuan, yakni: belajar mengetahui, belajar berbuat, belajar hidup
bersama, dan belajar menjadi seseorang (Delors, 1999).
Pertama belajar mengetahui (learning to know), ini bukanlah jenis belajar
memperoleh informasi yang sudah dimodifikasi, dirinci, melainkan menguasai
instrumen-instrumen pengetahuan ini memampukan setiap orang untuk memahami
sedikitnya tentang lingkungan untuk dapat hidup dalam harkatnya, untuk
mengembangkan kecakapan kerja, dan untuk berkomunikasi (di samping juga
mendasari kegemaran untuk memahami, mengetahui, dan menemukan). Oleh
karena itu penting bagi semua orang dimanapun mereka berada untuk mampu
memperoleh pengetahuan tentang metode ilmiah, metode belajar bagaimana
belajar, mengetahui cara untuk dapat mengetahui, sehingga ia bisa mengetahui
tentang sesuatu yang ia perlukan untuk dapat mengetahui, sehingga setiap saat
bertambah pengetahuannya.
Pendidikan formal dalam pandangan masa depan, tak memadai lagi
menyediakan sejumlah pengetahuan bagi siswa/mahasiswa untuk digunakan
sebagai bekal hidup selanjutnya. Pertumbuhan pengetahuan yang demikian massif
dengan perubahan begitu cepat, tak mampu lagi dikejar oleh institusi pendidikan
yang bertumpu pada paradigma “pembekalan” sejumlah banyak pengetahuan bagi
siswa / mahasiswa. Oleh karena itu, jauh lebih penting dari pada belajar tentang
susunan pengetahuan adalah belajar instrumen-instrumen pengetahuan itu sendiri.
Kedua belajar berbuat (learning to do) adalah jenis belajar yang tidak terlepas
dengan jenis belajar mengetahui. Jenis belajar ini tidak sesederhana konsep
tradisional dengan mengajar siswa / mahasiswa untuk mempraktikkan apa yang
sudah dipelajari dalam rangka mempersiapkan seseorang untuk tugas praktis
perbuatan sesuatu, akan tetapi lebih merupakan representasi belajar kecakapan
hidup (suatu kecakapan yang memadukan sejumlah unsur keterampilan kognitif,
teknikal, dan sikap). Belajar berbuat tidak dapat dipandang sebagai transmisi
sederhana keterampilan-keterampilan diskret.
Ketiga belajar hidup bersama (learning to live together) merupakan antesis dari
berbagai bentuk kompetisi, persaingan, perselisihan, pertengkaran, dan peperangan
dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya sektor politik, ekonomi, budaya, dan
agama. Semangat yang dibangun adalah semangat perdamaian, kebersamaan,
keselarasan, dan keserasian berkehidupan melalui usaha-usaha atau kerja
kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, dan bukan membangun semangat
kompetisi dan rivalisasi. Oleh karena itu kata kunci yang ditawarkan adalah sinergi
dan kolaborasi. Bahwa kemampuan untuk bersinergi dan berkolaborasi merupakan
modal seseorang untuk sukses di masa depan.
Keempat belajar menjadi seseorang (learning to be) merupakan tujuan akhir
dari proses pembelajaran setelah orang belajar mengetahui, belajar berbuat dan
belajar hidup bersama. Jenis belajar ini bertumpu pada asumsi bahwa manusia
belajar bagi dirinya sendiri untuk pemenuhan perkembangan seutuhnya setiap
manusia, meliputi: jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, tanggung jawab pribadi,
dan nilai-nilai spiritual.
Memperhatikan karakteristik keempat pilar belajar tersebut, tampak jelas bahwa
keempatnya merupakan proses, dan bukan entitas isi. Oleh karena itu sejumlah
pakar ilmu pendidikan beberapa tahun lalu “berteriak” lantang bahwa pendidikan
masa depan hendaknya memandang kurikulum bukan lagi sebagai sekumpulan
materi pengetahuan, atau seperangkat keterampilan teknis diskret tentang cara
menbuat sesuatu, akan tetapi, kurikulum hendaknya dipandang secara lebih luas
sebagai wahana belajar untuk membangun instrumen-instrumen pengetahuan,
mengembangkan kompetensi, mengembangkan kepekaan sosial, dan membangun
kepribadian yang utuh.
Mereka juga menyarankan adanya perubahan orientasi kurikulum, dari
kurikulum berbasis isi ke kerikulum kompetensi; atau dari orientasi materialsiasi
kurikulum berubah ke dematerialisasi kurikulum. Implikasinya pembelajaran
bukanlah penerusan isi materi kurikulum akan tetapi pengembangan kompetensi di
atas materi kurikulum (Rifai)
2. Tujuan
KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu
dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung
jawab. KBK memfokuskan pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh
peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan
seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa. Sehingga
pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik
sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menuntut guru yang berkualitas dan
profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangkaian meningkatkan kualitas
pendidikan. Dalam hubungannya dengan pembelajaran memenuhi spesifikasi
tertentu dalam proses belajar. Kay (1977) dalam Mulyasa, mengemukakan bahwa
“pendidikan berbasis kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan
dengan penuh kesadaran “mengapa” dan “bagaimana” jadi perbuatan tersebut
dilakukan” (Mulyasa, 2002 : 23)
Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kurikulum berbasis kompetensi
berorientasi pada kreativitas individu untuk melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran dan efek (dampak) yang diharapkan yang muncul dari peserta didik
melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan keberagaman yang
dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Rumusan kompeten dalam
kurikulum berbasis kompetensi ini merupakan pernyataan apa yang diharapkan
dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan
Madrasah, sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap
dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten. KBK merupakan suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap
seperangkat pengetahuan, kemampuan, sikap dan minat peserta didik agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran dengan penuh tanggung jawab.

B. Esensi
1. Isi kurikulum
KBK adalah seperangkat perencanaan dan pengaturan pembelajaran yang
sistematis guna mencapai kompetensi tertentu. Dapat juga dikatakan bahwa KBK
merupakan kurikulum yang berisi sejumlah kompetensi yang dibutuhkan dan perlu
dikuasai oleh pembelajar untuk menjalani kehidupan mereka, baik untuk
mendapatkan pekerjaan, bekerja, melanjutkan studi, maupun belajar sepanjang
hayat. Kompetensi tersebut disusun dan dikemas sedemikian rupa sehingga
memungkinkan untuk dicapai dan dikuasai oleh pembelajar (siswa / mahasiswa).
Baik dalam tataran formal maupun operasional di lapangan, KBK semestinya
memiliki karakteristik umum, yakni:
• Berbasis kompetensi dasar, bukan berbasis isi atau materi;
• Bertumpu pada pembentukan kemampuan yang diperlukan oleh
siswa/mahasiswa, bukan penerusan materi belajar;
• Berpendekatan atau berpusat pembelajaran, bukan pengajaran;
• Berorientasi pada pemerolehan pengalaman belajar siswa / mahasiswa yang
kaya, bukan perolehan pengetahuan semata;
• Berpendekatan terpadu dan integratif, bukan diskret-analisis yang terpisah;
• Mengutamakan kebermaknaan, keorisinilan, dan keontetikan proses
pembelajaran;
• Bermuatan multi-kecerdasan, multi-strategi;
• Menggunakan asas maju berkelanjutan dan belajar tuntas;
• Berpusat pada siswa / mahasiswa, yang berati bahwa siswa / mahasiswa
menjadi subyek utama dalam pembelajaran, dan guru / dosen menjadi
fasilitator, pendamping, dan sesama pembelajar;
• Memberikan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual;
• Membentuk mental yang mantap dan kaya akan pembelajaran;
• Bersifat diversifikatif, pluralistik, dan multikultural.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat
komponen dasar yaitu:
a. Kurikulum Hasil Belajar (KHB).
Memuat perencanaan pengembangan peserta didik yang perlu dicapai secara
keseluruhan. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar,
dan indikator keberhasilan. KHB memberikan suatu rentang kompetensi dan
hasil belajar siswa yang bermanfaat bagi guru untuk menentukan apa yang harus
dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka dievaluasi, dan bagaimana
pembelajaran disusun.
b. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih
akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu
dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) dengan
mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil karya (produk), penugasan
(proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Penilaian ini mengidentifikasi
kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas
tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa
dan pelaporan.
c. Kegiatan Belajar Mengajar
Memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk
mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan
andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik
d. Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah
Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya
lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan
pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum (antara
lain silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan
sistem informasi kurikulum.
2. Materi dan strategi
Selanjutnya Mulyasa menjelaskan bahwa sedikitnya dapat diidentifikasi enam
karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
a. Sistem belajar dengan modul.
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan
tertentu yang disusun secara sistematis, oprasional, dan terarah untuk digunakan
oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.
Modul ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
disekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan
secara optimal.
Modul pada umumnya terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
o Lembar kegiatan peserta didik
o Lembar kerja
o Kunci lembar kerja
o Lembar soal
o Lembar jawaba
o Kunci jawaban
Pembelajaran dengan sistim modul ini mempunyai beberapa keunggulan,
diantaranya:
- Berfokus pada kemampuan individual peserta didik
- Adanya kontreol terhadap hasil belajar melalui peggunaan standar
kompetensi dalam setiap modu; yang harus dicapai oleh setiap peserta didik.
- Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara
pencapaiannya, sehingga peserta didik dapat mengetahui keterkaitan antara
pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya.
b. Menggunakan keseluruhan sumber belajar
Dalam KBK seorang guru tidak lagi menjadi aktor utama dalam proses
pembelajaran, karena pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan
aneka ragam sumber belajar. Sumber belajar dapat mencakup manusia, bahan
atau pesan pembelajaran, lingkungan, alat dan peralatan, serta aktivitas.
c. Pengalaman lapangan
Pengalaman lapangan untuk lebih mengakrabkan hubungan antara guru dan
peserta didik lebih ditekankan dalam KBK ini. Keterlibatan guru dalam
pembelajaran disekolah memudahkan mereka untuk mengikuti perkembangan
yang terjadi selama peserta didik mengikuti pembelajaran.
d. Strategi belajar individual personal
Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik,
sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan
peserta didik; bakat, minat, dan kemampuan (personalisasi).
e. Kemudahan belajar
Kombinasi antara pembelajaran individual personal dengan pengalaman
lapangan, dan pembelajaran secara tim akan memberikan kemudahan belajar
dalam kurikulum berbasis kompetensi.
f. Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di
dalam kelas, dengan asumsi bahwa dimana kondisi yang tepat semua peserta
akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajara secara
maksimal tergadap seluruh bahan yang dipelajari. Pembelajaran dalam hal ini
harus dilaksanakan secara sistematis dan terorganisir agar semua peserta didik
dapat memperoleh hasil secara maksimal.
3. Evaluasi
Evaluasi kurikulum diadakan dengan tujuan untuk mengukur seberapa jauh
tingkat keberhasilan dan penerapan kurikulum berstandar nasional yang dipakai
sebagai pedoman pengembangan dan pelaksanaan kurikulum di daerah/sekolah,
nantinya akan dijadikan acuan untuk perkembangan kurikulum selanjutnya.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
4. Kelebihan dan kekurangan
a. Kelebihan/Keunggulan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai
berikut:
• Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek
mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata
pelajaran itu sendiri.
• KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan
bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai
kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta
didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara
alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar
kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
• Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu
pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek
kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi
tertentu.
• Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa
(student oriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika
belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat
seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian,
peserta dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara
dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta
belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-
pengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat,
berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu.
Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis.
• Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata
pelajaran yang diajarkan.
• Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu
mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
• Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan
penilaian yang terfokus pada konten.
• Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.
b. Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:
• Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal
indikator sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui
tentang kondisi peserta didik dan lingkungan.
• Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk
merancang pembelajaran secara berkelanjutan.
• Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-
kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher oriented.
• Memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal,
padahal kompetensi merupakan “a complex combination of knowledge,
attitudes, skills and values displayed in the context of task performance”.
(Gonczi,1997), sistem pengukuran perilaku yang menggunakan paradigma
behaviorisme ditengarai tidak mampu mengukur sesuatu perilaku yang
dihasilkan dari pembelajaran bermakna (significant learning) (Barrie dan
Pace,1997), dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan KBK
adalah waktu,biaya dan tenaga yang banyak.

C. Kesimpulan
Kurikulum adalah pada dasarnya harus memuat berbagai aspek pengembangan
kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan
masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan
tantangan kehidupan global. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Latar belakang adanya KBK yaitu masalah mutu pendidikan rendah, masalah
keanekaragaman kondisi peserta didik, tantangan globalisasi, tantangan sumber daya
alam, dan otonomi daerah. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu.
Karakteristik KBK antara lain mencakup menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, Berorientasi pada hasil
belajar (learning outcomes) dan keberagamaan, Penyampaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, Sumber belajar bukan hanya
guru, tetapi juga sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif, Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
Prinsip KBK yaitu kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam
pelaksanaan, yang menjadi prinsip dasar yakni mengembangkan kemampuan berfikir
logis, kritis, kreatif, bersikap dan bertanggung jawab pada kebiasaan dan perilaku
sehari-hari.
Komponen utama Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah kurikulum hasil
belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar, pengelolaan kurikulum
berbasis sekolah. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu sebagai proses
penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum dalam suatu aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan.
Evaluasi kurikulum diadakan dengan tujuan untuk mengukur seberapa jauh
tingkat keberhasilan dan penerapan kurikulum berstandar nasional yang dipakai
sebagai pedoman pengembangan dan pelaksanaan kurikulum di daerah/sekolah,
nantinya akan dijadikan acuan untuk perkembangan kurikulum selanjutnya.
Keunggulan dari KBK adalah mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta
didk pada setiap aspek mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten
mata pelajaran itu sendiri, bersifat alamiah (konstekstual),boleh jadi mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain, mengembangakan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik /siswa (student oriented), guru diberikan kewenangan untuk
menyusun silabus, bentuk laporan hasil belajar memudahkan evaluasi dan perbaikan
siswa, memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuannya secara
optimal, dan ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi.
Kelemahan KBK yaitu dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah
disusun, konsep KBK sering mengalami perubahan, paradigma guru dalam
pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya yang lebih pada
teacher oriented, memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat
tunggal.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rifai, M. (t.thn.). KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (Konsep Dasar &


Implementasi). 38-51.

Sari, Noor Eka Indah. (2012). KELEMAHAN DAN KELEBIHAN KBK DAN KTSP.
http://noor-ekha.blogspot.com/2012/07/kelemahan-dan-kelebihan-kbk-dan-ktsp.html
diakses pada 29 November 2021 pukul 16.45

Anda mungkin juga menyukai