Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IPDHB

SINUSITIS ( PERADANGAN PADA HIDUNG )

Disusun oleh :

Nama : Qorry Aulia Putri

Nim : 1902101010010

Kelas : 06

Dosen pembimbing : drh. Rusli, M.S.

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.  atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “SINUSITIS”
dapat diselesaikan dengan baik. Saya berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan informasi bagi pembaca tentang apa itu sinusitis cara
pengobatannya. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah
SWT karuniai kepada saya sehingga makalah ini dapat disusun melalui beberapa
sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini.
Harapan saya, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu saya memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, mohon
maaf. Saya sebagai penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca
agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Banda Aceh, 02 November 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar infeksi virus penyebab pilek seperti Common cold dapat
menyebabkan suatu sumbatan pada hidung. Yang akan hilang dalam beberapa hari.
Namun jika terjadi peradangan pada sinusnya dapat muncul gejala lainnya seperti
infeksi sinus yang kita ketahui kini lebih jarang dibandingkan era pra-antibiotik.
Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga udara yang
terdapat pada bagian padat dari tulang tengkorak di sekitas wjah, yang berfungsi
untuk memperingan tulang tengkorak. Rongga ini berjumlah mpat pasang kiri dan
kanan. Rasa sakit di bagian dahi, pip, hidung atau daerah diantara mata terkadang
dibarengi dengan demam, sakit kepala, sakit gigi atau bahan kepekaan indra
penciuman kita merupakan salah satu gejala sinusitis. Terkadang karena gejala yang
kita rasakan tidak spesifik, kita salah mengartikan gejala – gejala tersebut dengan
penyakit lain sehingga membuat penyakit sinusitis yang diderita berkembang tanpa
diobati. Untuk lebih mengenal lagi tentang sinusitis dan pengobatannya, berikut
uraiannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit sinusitis ?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit sinusitis ?
3. Bagaimana gejala klinis dari sinusitis ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit sinusitis ?
5. Bagaimana diagnosa penyakit sinusitis ?
6. Bagaimana terapi pemyakit sinusitis ?
7. Bagaimana pengobatan penyakit sinusitis ?
1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini, agar mahasisw mampu untuk memahami pengertian,
etiologi, klasifikasi, manifestasi klinik, diagnosa, dan juga pengobatan dari penyakit
sinusitis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Penyakit sinusitis merupakan salah satu penyebab gangguan kesehatan yang


sering dijumpai pada praktek sehari – hari. Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus
paranasal. Sinus tersering yang mengalami peradangan yaitu sinus maksilaris dan
sinus etmoidalis. Salah satu penyebab sinusitis maksilaris adalah infeksi odontogen,
yang disebabkan oleh gigi molar atas (pre molar dan molar), infeksi periapikal,
penyakit periodontal, atau perforasi dari lantai antrum dan mukosa antral saat
pencabutan gigi.

Sinusitis adalah inflamasi pada daerah mukosa sinus, sering terjadi bersamaan
dengan infeksi pernafasan. Sering terjadi sebagai kombinasi dari infeksi gigi, alergi,
sistem imun menurun, atau penyakit infeksi lainnya. Akibatnya, menyebabkan
pembentukan cairan/kerusakan tulang di bawahnya, terutama pada daerah fossa
kanina dan menyebabkan sekret purulen dan nafas berbau.

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain:
1) Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning), yaitu sinus berfungsi sebagai
ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi, 2)
Sebagai penahan suhu (thermal insulators), yaitu sinus paranasal berfungsi sebagai
penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung
yang berubah-ubah, 3) Peredam perubahan tekanan udara, yaitu fungsi ini berjalan
bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin
atau membuang ingus.
B. Etiologi (penyebab)

Sinusitis biasanya bersifat akut ( berlangsung selama 3 minggu tau kurang )


maupun kronis ( berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai
berbulan – bulan bahkan bertahun – tahun.

1) Penyebab sinusitis akut :


 Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas ( misalnya pilek ).
 Infeksi bakteri
Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat
akibat pilek atau infeksi maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan
berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadinya infeksi
sinus akut.
 Infeksi jamur
Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita
gangguan sistem kekebalan.
2) Penyebab sinusitis kronis :
 Asma
Penyakit alergi ( misalnya rhinitis alergika ) gangguan sistem kekebalan atau
kelainan sekresi maupun pembuangan lender.

C. Gejala Klinis

Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika
penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama,
yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala
tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena.
Gejala lainnya seperti tidak enak badan, demam, letih, lesu, batuk yang
mungkin semakin memburuk pada malam hari, hidung meler dan hidung tersumbat.
Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar keluar sinus.
Selaput lender hidung tampak merah dan bengkak, dari hidung mungkin keluar nanag
berwarna kuning atau hijau. Jamur bisa mengebabkan sinusitis yang berat dan bahkan
berakibat fatal.

D. Patofisiologi
 Kesehatan sinus dipengaruhi oleh potensi ostium sinus dan lancarnya klirens
muko siliar di dalam kompleks osteo-meatal.
 Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius
 Lapisan mukosa yang melapisi sinus dibagi :
 Lapisan viscous superficial
 Lapisan serous profunda
 Cairan mukus dilepas oleh sel epitel untuk membunuh bakteri, maka bersifat
sebagai antimikroba serta mengandung zat- zat yang berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan tubuh terhdp kuman yang masuk bersama udara
pernafasan.
 Cairan mukus secara alami menuju ke osteum untuk dikeluar-kan jika
jumlahnya berlebihan
 Faktor patogenesis terjadinya sinusitis yaitu apakah terjadi obstruksi dari
ostium.
 Jika obstruksi ostium, sinus akan menyebabkan hipooksi-genasi sehingga
fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan mukus dgn kualitas
yg kurang baik
 Disfungsi silia, akan menyebabkan retensi mukus yang kurang baik pada
sinus
 Kejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi rahang atas oleh bakteri
(anaerob), menyebabkan terjadi karies gigi sehingga jaringan lunak gigi dan
sekitarnya rusak.
 Pada pulpa yang terbuka, kuman akan masuk dan meng-adakan pembusukan
pada pulpa, membentuk gangren pulpa
 Infeksi ini meluas dan mengenai selaput periodontium yang menyebabkan
periodontitis dan iritasi akan berlangsung lama sehingga terbentuk pus.
Abses periodontal ini kemudian meluas dan mencapai tulang alveolar
menyebab-kan abses alveolar
 Tulang alveolar membentuk dasar sinus maksila sehingga memicu inflamasi
mukosa sinus.
 Disfungsi silia, obstruksi ostium sinus serta abnormalitas sekresi mukus
menyebabkan akumulasi cairan dalam sinus sehingga terjadinya sinusitis
maksila
 Dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini berhu-bungan dengan tiga
faktor, yaitu potensi ostium, fungsi silia, dan kualitas sekresi hidung

Bila terinfeksi organ yang membentu KOM mengalami oedem, sehingga


mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat
bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan
negative didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau
penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan
serous yang dianggap sebagai sinusitis non bacterial yang dapat sembuh tanpa
pengobatan. Bila tidak sembuh maka secret yang tertumpuk dalam sinus ini akan
menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan bakterialis
yang membutuhkan terapi antibiotic. Jika terpi indekuat maka keadaan ini bisa
berlanjut, akan tetpi hiposia dan bakteri anearob akan semakin berkembang. Keadaan
ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid dan
pembentukan polip dan kista.
E. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior,
pemeriksaan dengan nasoendoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih
tepat dan dini. Tanda khas adalah adanya pus di meatus medius (pada sinusitis
maxilla, ethmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis ethmoid
posterior dan sphenoid). Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada
anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.

Pemeriksaan penunjang yag penting adalah Foto polos atau CT Scan. Foto
polos posisi waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-
sinus besar seperti sinus maksilla dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan,
batas udara-cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa. CT Scan sinus merupakan
gold standard diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus,
adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya.
Pemeriksaan Mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil sekret
dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotik yang tepat guna.

F. Terapi
1. Manifestasi klinik
 Gejala sinusitis maksilaris akut berupa demam, nyeri kepala, nyeri pipi, sekret
mukopurulen dapat keluar dari hidung dan berbau busuk
 Menyebabkan obstruksi nasal, respirasi tidak efektif
 Adanya ingus bersifat mukopurulen, berbau dan keluar dari salah satu lubang
hidung
 Konjunctivitis dan eksudat mukopurulen serta pembengkakan daerah kantong
air mata
 Pembesaran dinding sinus ke arah lateral, menyebabkan muka asimetris
 Dipalpasi di daerah yg membesar terasa lebih lunak
 Pernapasan terganggu
 Nafsu makan terganggu
2. Radang sinus frontalis
 Sinusitis frontalis umumnya kronis, ditandai dengan tertimbun-nya eksudat
mukopurulen di dalam sinus
 Sinusitis terjadi pada membran mukosa
 Etiologi :
 Secara primer disebabkan oleh trauma
 Radang dapat terjadi karena fraktur os frontalis atau tanduk (pemotongan
tanduk yang diikuti perdarahan yang merembes ke dalam sinus)
 Pada kuda, kelanjutan sinusitis maksilaris
 Infeksi fungi, bakteri dan viral
 Sinusitis akibat alergi terhadap fungi, terjadi pada penderita system kekebalan
yg rendah dan respon hipersensitif terhadap fungi aspergillus yang
membentuk koloni di dalam sinus

G. Pengobatan
a. Membersihkan/pengosongan sinus dengan cara/melalui lubang trepanasi pada
os frontalis
b. Mengeluarkan semua benda asing dari dalam sinus, seperti nanah (mucous),
cuci dengan antiseptic
c. Bersihkan sinus menggunakan nacl fisiologis, lotion zncl2 5-10 % lalu cuci
dengan phenol, kemudian beri tincture jodii konsentrasi 5-10 %.
d. Lakukan drainase dengan solution bismuth subiodide 50 % ke dalam sinus
untuk mengurangi jaringan nekrosa, atau pemberian verband kasa (steril
dengan antiseptika)
e. Lakukan perawatan dengan pemberian antibiotic
f. Lubang trepanasi ditutup dengan tampon
 Teknik Operasi Trepanasio Pada Hewan (Bedah Kepala dan Leher)
 Trepanasio adalah suatu tindakan operasi dgn membuka suatu rongga yang
berdinding keras dengan mengguna-kan alat trepan. salah satu contoh
trepanasio adalah operasi craniotomy.
 Craniotomy adalah salah satu tindakan operasi dengan membuka tulang
kepala yang bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitive
dgn menggunakan alat trepan, misalnya pada operasi sinus di daerah kepala
atau operasi pada liang atau rongga sumsum tulang.
 Tulang kepala memiliki rongga yang sempit yang hanya cukup ditempati oleh
otak dan cairan peredam otak (cairan cerebrospinal), maka bila terjadi
pembengkakan akibat cedera kepala akan menyebabkan peningkatan tekanan
dalam rongga kepala.
 Trepanasio sering dilakukan pada hewan besar, antara lain utk membuka sinus
maxillaris mayor, sinus maxillaris minor, sinus choncho frontalis, sinus
frontalis, ronngga hidung dan rongga – rongga pada rahang bawah.
 Trepanasio atau trepanasi adalah tindakan operasi dgn membuka suatu
rongga yang berdinding keras dengan menggunakan alat trepan. Salah satu
contoh operasi trepanasio adalah operasi craniotomy.
 Trepanasio umumnya dilakukan pada hewan besar, antara lain untuk
membuka sinus maxillaris mayor, sinus maxillaris minor, sinus choncho
frontalis, sinus frontalis, rongga hidung dan rongga-rongga pada rahang
bawah.
 Trepanasio sering dilakukan pada hewan besar, antara lain utk membuka sinus
maxillaris mayor, sinus maxillaris minor, sinus concho frontalis sinus
frontalis, ronnga hidung dan rongga – rongga pada rahang bawah.
 Trepanasio atau trepanasi adalah tindakan operasi dgn membuka suatu
rongga yang berdinding keras dengan menggunakan alat trepan. Salah satu
contoh operasi trepanasio adalah operasi craniotomy.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah Sinusitis adalah inflamasi pada


daerah mukosa sinus, sering terjadi bersamaan dengan infeksi pernafasan. Sering
terjadi sebagai kombinasi dari infeksi gigi, alergi, sistem imun menurun, atau
penyakit infeksi lainnya. Diagnosa dilakukan dengan analisi anamnese untuk
melakukan tindakan yang mengarah pada tindakan diagnosis yang spesifik, perkusi
pada sinus, dan X-ray pada regio. Pengobatannya dengan membersihkan sinus
dengan cara trepanasi pada os frontalis, mengeluarkan semua benda asing dari dalam
sinus dan pemberian antibiotik.

3.2 Saran

Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentang sinusitis, supaya semua


mahasiswa dapat memahami sinusitis dan mengetahui bagaimana sinusitis bagi
hewan, baik cirinya, pengobatan, diagnosanya. Maka dari itu harus lebih
memperhatikan kesehatan hewan agar hewan terhindar dari penyakit sinusitis.
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, R. Y. (2015). Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit


Panduan Implementasi. Penerbit EGC, Jakarta.

Prasetyo, B. (2011). Ilmu Penyakit THT. Penerbit EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai