Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diferensial adalah salah satu cabang kalkulus dalam matematika yang mempelajari
bagaimana nilai suatu fungsi berubah menurut perubahan input nilainya.
Topik utama dalam pembelajaran kalkulus diferensial adalah turunan. Turunan dari
suatu fungsi pada titik tertentu menjelaskan sifat-sifat fungsi yang mendekati nilai input.
Untuk fungsi yang bernilai real dengan variabel real tunggal, turunan pada sebuah titik
sama dengan kemiringan dari garis singgung grafik fungsi pada titik tersebut. Secara
umum, turunan suatu fungsi pada sebuah titik menentukan berdasarkan ilmu turunan.
Proses pencarian turunan disebut pendiferensialan . teorema dasar kalkulus menyatakan
bahwa pendiferensalan adalah proses keterbalikan dari pengintegralan.
Turunan mempunyai aplikasi dalam semua bidang kuantitatif.Turunan sangat berguna
dalam bidang fisika. Seperti para penemu-penemu rumus-rumus baru menemukan rumus
baru tersebut juga banyak seperti Newton yang menemukan hukum gerak kedua Newton
dengan menggunakan Turunan.
Di fisika, turunan dari perpindahan benda terhadap waktu adalah kecepatan benda, dan
turunan dari kecepatan terhadap waktu adalah percepatan. Hukum gerak kedua Newton
menyatakan bahwa turunan dari momentum suatu benda sama dengan gaya yang diberikan
kepada benda.
Banyak proses fisika yang dapat dideskripsikan dengan turunan, disebut sebagai
persamaan diferensial. Fisika secara spesifik mempelajari perubahan kuantitas terhadap
waktu, dan konsep "turunan waktu"laju perubahan terhadap perubahan waktu, sangatlah
penting sebagai definisi yang tepat pada beberapa konsep penting.
 kecepatan adalah turunan posisi benda terhadap waktu.
 percepatan adalah turunan dari kecepatan benda terhadap waktu, ataupun
turunan kedua posisi benda terhadap waktu.

1.2 Rumusan Masalah


Penerapan turunan dalam bidang fisika yaitu pada matei GLB yang meliputi
kecepatan sesaat, percepatan sesaat, torsi benda tegar.

Penerapan Turunan Page 1


1.3 Tujuan Penulisan
1) Mengetahui aplikasi turunan dalam bidang fisika
2) Mengetahui apa-apa saja materi dalam fisika yang menggunakan konsep turunan.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini pembaca diharapkan mengetahui bahwa
turunan dalam matematika berlaku juga dalam bidang fisika, dan dapat menambah
wawasannya tentang turunan.

Penerapan Turunan Page 2


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1Tinjauan Teoritis

Persamaan diferensial adalah hubungan antara sekelompok fungsi dengan turunan-


turunannya. Persamaan diferensial biasa adalah sebuah persamaan diferensial yang
menghubungkan fungsi dengan sebuah variabel ke turunannya terhadap variabel itu
sendiri. Persamaan diferensial parsial adalah persamaan diferensial yang menghubungkan
fungsi yang memiliki lebih dari satu variable ke turunan parsialnya. Persamaan diferensial
muncul secara alami dalam sains fisik, model matematika, dan dalam matematika itu
sendiri. Sebagai contoh, Hukum kedua newton yang menggambarkan hubungan antara
percepatan dengan posisi dapat dimulai dengan persamaan diferensial biasa.
Fisika secara spesifik mempelajari perubahan kuantitas terhadap waktu, dan konsep
"turunan waktu"—laju perubahan terhadap perubahan waktu— sangatlah penting sebagai
definisi yang tepat pada beberapa konsep penting. Sebagai contohnya, turunan waktu
terhadap posisi benda sangat penting dalam fisika Newtonan:
 kecepatan adalah turunan posisi benda terhadap waktu.
 percepatan adalah turunan dari kecepatan benda terhadap waktu, ataupun turunan
kedua posisi benda terhadap waktu.
Pada sebuah kajian mengenai torsi benda tegar pendiferensialan menjadi salah satu
cara untuk menemukan rumusnya. Dari rumus mencari jarak rotasi benda (s) jika
diturunkan maka akan diperoleh rumus Usaha yang dilakukan gaya F untuk gerak rotasi

dW dq
dW = F . ds ,jika diturunkan lagi maka akan diperoleh daya  = t . Mencari
dt dt

dW dK
momentum sudut benda tegar juga merupakan hasil dari pendeferensialan  = .
dt dt

Penerapan Turunan Page 3


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
3.1.1 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
a. Kecepatan Rata-rata V
Istilah kelajuan atau laju menyatakan seberapa jauh sebuah benda bergerak dalam
selang waktu tertentu. Umumnya, laju rata-rata sebuah benda didefinisikan sebagai jarak
total yang ditempuh sepanjang lintasannya dibagi waktu yang diperlukan untuk menempuh
jarak tersebut.

s
V= Dimana :
t
V = laju rata rata (m/s)
s = jarak total yang ditempuh (meter)
t = waktu tempuh yang diperlukan (sekon) 

b. Kecepatan Rata-rata 
Untuk membahas gerak satu dimensi sebuah benda pada umumnya, misalnya pada
saat t1 mobil berada pada sumbu x di titik x1 pada sistem koordinat, dan beberapa waktu
kemudian pada waktu t2 mobil berada pada titik x2. Waktu yang diperlukan
adalah Î”t = t2 – t1, dan selama selang waktu ini perpindahan benda itu
adalah Î”x = x2 – x1. Dengan demikian, kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai
perpindahan dibagi waktu yang diperlukan, dapat dirumuskan:

Rumus kecepatan rata-rata


X2–X1 ∆x
V= =
t 2 –t 1 ∆t
Dengan : V = laju rata rata (m/s)
∆x = perpindahan benda(m)
∆t = interval waktu yg diperlukan (s)

c. Kecepatan Sesaat

Penerapan Turunan Page 4


Jika seseorang mengendarai sepeda mobil sepanjang jalan yang lurus sejauh 120 km
dalam waktu 2 jam, besar kecepatan rata-rata mobil tersebut adalah 60 km/jam. Walaupun
demikian, tidak mungkin orang tersebut mengendarai mobil tepat 60 km/jam setiap saat.
Kecepatan sesaat merupakan kecepatan benda pada saat tertentu. Kecepatan inilah yang
ditunjukkan pada spidometer. Kecepatan sesaat didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata
pada limit Δt yang menjadi sangat kecil, mendekati nol. Kecepatan sesaat (v) untuk satu
dimensi dapat dituliskan sebagai berikut:

Rumus kecepatan sesaat lim


∆ T →0
( ∆∆tx )
∆x
Notasi ∆lim ¿ berarti rasio akan dievaluasi dengan limit Δt mendekati nol. Kita tidak
T →0 ∆t
hanya menentukan Δt = 0 dalam definisi ini, jika demikian Δt juga akan menjadi nol, dan

∆x
kita akan memperoleh angka yang tidak terdefinisi. Tetapi, kita memandang rasio   
∆t
sebagai satu kesatuan. Sementara kita menentukan Δt mendekati nol, Δx juga mendekati

∆x
nol. Rasio  mendekati suatu nilai tertentu, yang merupakan kecepatan sesaat pada waktu
∆t
kapan pun.

d. Percepatan Sesaat
Percepatan sesaat dapat didefinisikan sebagai percepatan rata-rata pada limit Δt yang
menjadi sangat kecil, mendekati nol. Percepatan sesaat (a) untuk satu dimensi dapat
dituliskan sebagai berikut:

a = lim
∆ T →0
( ∆∆ vt )
Dalam hal ini Δv menyatakan perubahan yang sangat kecil pada kecepatan selama
selang waktu Δt yang sangat pendek. Perhatikan dengan teliti
bahwapercepatan menunjukkan seberapa cepat kecepatan berubah,
sementarakecepatan menunjukkan seberapa cepat posisi berubah.

3.1.2 TORSI 
1. Sebuah benda berotasi dengan sumbu putar adalah sumbu z. Sebuah gaya

Penerapan Turunan Page 5


F bekerja pada salah satu partikel di titik P pada benda tersebut. Torsi yang bekerja pada
partikel tersebut adalah :
                                                      T= r x F
Arah torsi T searah dengan sumbu z.
Setelah selang waktu dt partikel telah berputar menempuh sudut ddan jarak yang
ditempuh partikel ds, dimana
                                                      ds=r dT
Usaha yang dilakukan gaya F untuk gerak rotasi ini
dW = F . ds
dW = F cos Ø ds
dW = (F cos Ø) (r dØ)
dW = dØ
dW = F . ds

Laju usaha yang dilakukan (daya) adalah :


dW dØ
=                                                         
dt dt
P=F v

Untuk benda yang benar-benar tegar, tidak ada disipasi tenaga, sehingga laju
dilakukannya usaha pada benda tegar tersebut sama dengan laju pertambahan tenaga
kinetik rotasinya.
dW dK
=
dt dt
1
dt
= 2 ( )
dW d I 2 /dt

dt
F=ma

2. Momentum sudut pada sebuah partikel didefinisikan l = r x p, 


dengan p = mv
Besarnya momentum sudut
                                                      l = r  p sin Ø

Penerapan Turunan Page 6


rumusan ini dapat diubah menjadi
                                                      l = r  (p sinØ) = r pr
                                          atau     l = p  (r sinØ) = p rp

dimana            pr adalah : komponen p yang tegak lurus r dan   


                                    rp adalah : komponen r yang tegak lurus p

Dari definisi momentum sudut l = r x p, bila dideferensialkan diperoleh :

dl (r x p)
=d
dt dt
dl dp dr
dt (
= rx
dt
+
dt ) (
xp )
dl
= (r x F) + (v x m v)
dt
dl
 =rF + mv2                                                                     
dt

        “Laju perubahan momentum sudut terhadap waktu sebesar torsi yang bekerja pada
partikel tersebut”
3.1.3Hubungan Maxwell dalam Termodinamika
Termodinamika merupakan cabang Fisika yang paling banyak menggunakan
perumusan turunan dan diferensial parsial. Misalnya, hukum I Termodinamika
dapatdituliskan dalam bentuk diferensial berikut:

d́ Q=dU + d́ W ………....(1)

dengan d́ Q menyatakan sejumlah kecil kalor yang keluar/masuk sistem, dU menyatakan


selisih infinitesimal energi dalam sistem dan d́ W menyatakan sejumlah kecil kerja yang
diterima/dilakukan sistem. Perlu dicatat bahwa d́ Q dan d́ W bukan menyatakan selisih,
sehingga operator diferensialnya dituliskan sebagai d́. Untuk sistem yang bersifat
reversibel atau prosesnya dapat dibalik arahnya, makaberlaku hubungan:

d́ Q=TdS …………………(2)

Penerapan Turunan Page 7


Dengan T adalah temperatur dan dS adalah selisih infinitesimal entropi ( S)sistem.
Sementara itu, sejumlah kecil usaha dapat dituliskan sebagai:

d́ W =PdV …………………(3)
dengan P adalah tekanan dan dV adalah selisih infinitesimal volume (V )sistem.
Berdasarkan hubungan pada persamaan (2) dan (3), maka persamaan (1) dapatdituliskan
kembali sebagai:
dU =TdS−PdV ……………(4)

Dari perumusan ini jelas terlihat bahwa energi dalam merupakan fungsi dari entropi
danvolume, U =U (S , V ).
Tinjau kembali definisi diferensial total yang telah dijelaskan sebelumnya yang ditulis
ulang sebagai berikut :

( ∂∂ fx ) dx+( ∂∂ fy ) dy……(5)
df =
y x

Dengan ( ∂∂ fx ) menyatakan turunan parsial f terhadap x dengan y konstan dan ( ∂∂ fy )


y x

menyatakan turunan parsial f terhadap y dengan x konstan. Selanjutnya kita asumsikan


bahwa kita berhubungan dengan fungsi f yang bersifat konservatif sehingga memenuhi
kondisi berikut:
∂2 f ∂2 f
= … … … … … … …(6)
∂x ∂ y ∂ y ∂ x
Maka dari sini kita dapatkan diferensial total dari fungsi U =U ( S , V ) adalah :

dU = ( ∂∂US ) dS+( ∂U
V ∂V )
dV
S

Bandingkan dengan persamaan 4 yang kita peroleh :

( ∂∂US ) =T ,( ∂∂VU )=−P


V

Selanjutnya berdasarkan kondisi 6 dan turnan parsial berikut :


∂ ∂U ∂2 U ∂T
( )
∂V ∂ S
= =
∂V ∂ S ∂ V ( ) S

Penerapan Turunan Page 8


∂ ∂U ∂2 U ∂T
( )
∂ S ∂V
=
∂S∂V
=
∂S ( ) V

Diperoleh hubungan berikut :


∂T ∂P
( ) ( )
∂V S
=−
∂S V

yang dikenal sebagai salah satu dari empat buah “Hubungan Maxwell” (Maxwell
Relations) dalam Termodinamika. Pada hubungan ini diperlihatkan bahwa pada proses
reversibel, perubahan temperatur terhadap volume pada entropi tetap sama dengan negatif
perubahan tekanan terhadap entropi pada volume tetap.

3.1.4 Peubah Variabel


Hampir semua fenomena-fenomena di dalam Fisika harus digambarkan melalui
persamaan diferensial. Jika fenomena tersebut melibatkan beberapa variabel, baik berupa
besaran pokok ataupun besaran turunan, maka persamaan diferensial yang terkait akan
berbentuk persamaan diferensial parsial. Persamaan diferensial terkait tersebut kadang –
kadan akan lebih mudah dicari solusinya jika kita menyatakan dalam bentuk variable –
variable baru yang merupakan fungsi dari variabel lama. Untuk jelasnya, tinjau sebagai
contoh persamaan gelombang berikut:
∂2 Ψ 1 ∂ 2 Ψ
= …………………….(7)
∂ x2 v2 ∂ t 2
Dengan Ψ menyatakan fungsi gelombang dan v merupakan laju perambatan
gelombang. Dalam pengalaman sehari-hari, kita sering menjumpai gundukan air yang
merambat di dalam kolam atau perambatan gelombang air laut di pantai. Secara ideal,
kesemuanya dapat dihampiri oleh persamaan (1) di atas.Persamaan gelombang (1)
memiliki solusi yang dapat menggambarkanperambatan dua gelombang yang saling
berlawanan arah, oleh karena itu untukmenggambarkannya kita dapat mendefinisikan
variabel baru berikut:
r =x+ vt…………………………..(8a)
s= x – vt…………………………….(8b)
Sekarag kita misalkan Ψ = Ψ ( r , s), dengan r =r ( x ,t )dan s=s (x , t)seperti yang diberikan
oleh persamaan (8). Diferensial total Ψ , r dan s adalah:
∂Ψ ∂Ψ
d Ψ= dr+ ds………………….(9a)
∂r ∂s

Penerapan Turunan Page 9


∂r ∂r
d r= dx + dt ………………….. (9b)
∂x ∂t

∂s ∂s
d s= dx + dt ……………….(9c)
∂x ∂t

Dari ketiga diferensial total kita dapatkan:

d Ψ= ( ∂∂Ψr ∂∂rx + ∂Ψ∂s ∂∂ xs ) dx +( ∂∂Ψr ∂∂ rt + ∂∂Ψs ∂∂ st ) dt ………(10)


yang sekarang merupakan diferensial total terhadap x dan t , sehingga dengan demikian
kita peroleh:

∂Ψ ∂Ψ ∂ r ∂ Ψ ∂ s
= + ………………………………………..(11a)
∂ x ∂r ∂ x ∂ s ∂ x

∂Ψ ∂Ψ ∂r ∂Ψ ∂ s
= + ……………………………………..…(11b)
∂t ∂r ∂ t ∂ s ∂ t

Berdasarkan persamaan (8):

∂r ∂r ∂s ∂s
=1 , =v , =1 , =−v ……………………..………. (12)
∂x ∂t ∂x ∂t

sehingga persamaan (11) memiliki bentuk sebagai berikut:

∂Ψ ∂ ∂
∂x
= (
+
∂r ∂ s )
Ψ ......................................................................(13a)

∂Ψ ∂ ∂
∂t
=v −
∂r ∂s ( )
Ψ …………………………………………..(13b)

Akan berguna jika kita menyatakan operator pada persamaan (13) sebagai berikut:

∂ ∂ ∂
= + …………………………………………………..(14a)
∂x ∂r ∂s

∂ ∂ ∂
∂t
=v (

∂r ∂ s )
………………………………………..……..(14b)

Untuk mencari turunan parsial kedua dari fungsi Ψ terhadap x dan t , kita dapat
menggunakan penulisan operator pada persamaan (14) sebagai berikut:

Penerapan Turunan Page 10


∂2 Ψ ∂ ∂Ψ ∂ ∂ ∂Ψ ∂ Ψ ∂2 Ψ ∂2 Ψ ∂2 Ψ
2
=
∂ x ∂ x ∂x ( )(
= +
∂r ∂s )( +
∂s ∂s ∂r )
= 2 +2 +
∂ r ∂ s ∂ s2
……….………………….

(15a)

∂2 Ψ ∂ ∂Ψ ∂ ∂ ∂ Ψ ∂Ψ ∂2 Ψ ∂2 Ψ ∂2 Ψ
∂t 2
=
∂ x( ) (
∂ t
=v2
∂ r

∂ s )( −
∂s ∂s ) (
=v 2
∂r 2
−2 + )
∂ r ∂ s ∂ s2
…………………

(15b)

Selanjutnya substitusikan persamaan (15) ke dalam persamaan gelombang (7) diperoleh


bentuk persamaan diferensial untuk gelombang dalam variabel r dan s sebagai berikut:
∂2 Ψ
=0 ………………………………………………………………………………...
∂r ∂s
(16)

Persamaan gelombang (16) jelas lebih sederhana dari persamaan (7). Pemecahan
daripersamaan (64) tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Ψ =Ψ ( x+vt )+Ψ +¿( x− vt )¿……………………………….(17)

yang tidak lain menggambarkan gelombang yang merambat ke arah x negatif (diwakili
oleh fungsi Ψ −¿¿) dan gelombang yang merambat ke arah x positif (diwakili oleh fungsi
Ψ +¿ ¿).

Penerapan Turunan Page 11


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diferensial adalah salah satu cabang kalkulus dalam matematika yang mempelajari
bagaimana nilai suatu fungsi berubah menurut perubahan input nilainya. Topik utama
dalam pembelajaran kalkulus diferensial adalah turunan. Dengan kata lain diferensial
mengoptimalkan cara perhitungan hanya pada penurunan suatu nilai.
        Diferensial juga sangat berguna untuk menemukan rumus-rumus dalam ilmu fisika.
Sebagian besar rumus pada fisika menggunakan konsep turunan ,salah satunya dalah GLB,
juga Torsi.Newton adalah salah satu fisikawan yang menggunakan turunan untuk
menemukan rumus pada hukum nya yang ke dua.Ia mendapatkan bahwa kecepatan adalah
turunan posisi benda terhadap waktu dan percepatan adalah turunan dari kecepatan benda
terhadap waktu, ataupun turunan kedua posisi benda terhadap waktu. Beberapa rumus
Torsi untuk benda tegar  juga menggunakan konsep diferensial.

Penerapan Turunan Page 12


Daftar Pustaka

Donald A. McQuarrie .2003.Mathematical Methods for Scientists and Engineers,


University Science Books.

James Stewart .2002. Calculus: Early Transcendentals. 5th ed. Brooks Cole.

http://info-toyou.blogspot.com/2011/05/aplikasi-turunan-dalam-bidang-fisika.html

http://www.ittelkom.ac.id/admisi/elearning/prog3.php?proses=1&kd=Fis-
010202&bab=Gerak%20Lurus&judul=Fisika&rincian=Kelajuan%20dan
%20Kecepatan&kd_judul=Fis-01&kode_bab=02&kode_sub=02

Penerapan Turunan Page 13

Anda mungkin juga menyukai