PENDAHULUAN
dW dq
dW = F . ds ,jika diturunkan lagi maka akan diperoleh daya = t . Mencari
dt dt
dW dK
momentum sudut benda tegar juga merupakan hasil dari pendeferensialan = .
dt dt
3.1 Pembahasan
3.1.1 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
a. Kecepatan Rata-rata V
Istilah kelajuan atau laju menyatakan seberapa jauh sebuah benda bergerak dalam
selang waktu tertentu. Umumnya, laju rata-rata sebuah benda didefinisikan sebagai jarak
total yang ditempuh sepanjang lintasannya dibagi waktu yang diperlukan untuk menempuh
jarak tersebut.
s
V= Dimana :
t
V = laju rata rata (m/s)
s = jarak total yang ditempuh (meter)
t = waktu tempuh yang diperlukan (sekon)
b. Kecepatan Rata-rata
Untuk membahas gerak satu dimensi sebuah benda pada umumnya, misalnya pada
saat t1 mobil berada pada sumbu x di titik x1 pada sistem koordinat, dan beberapa waktu
kemudian pada waktu t2 mobil berada pada titik x2. Waktu yang diperlukan
adalah Δt = t2 – t1, dan selama selang waktu ini perpindahan benda itu
adalah Δx = x2 – x1. Dengan demikian, kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai
perpindahan dibagi waktu yang diperlukan, dapat dirumuskan:
c. Kecepatan Sesaat
∆x
kita akan memperoleh angka yang tidak terdefinisi. Tetapi, kita memandang rasio
∆t
sebagai satu kesatuan. Sementara kita menentukan Δt mendekati nol, Δx juga mendekati
∆x
nol. Rasio mendekati suatu nilai tertentu, yang merupakan kecepatan sesaat pada waktu
∆t
kapan pun.
d. Percepatan Sesaat
Percepatan sesaat dapat didefinisikan sebagai percepatan rata-rata pada limit Δt yang
menjadi sangat kecil, mendekati nol. Percepatan sesaat (a) untuk satu dimensi dapat
dituliskan sebagai berikut:
a = lim
∆ T →0
( ∆∆ vt )
Dalam hal ini Δv menyatakan perubahan yang sangat kecil pada kecepatan selama
selang waktu Δt yang sangat pendek. Perhatikan dengan teliti
bahwapercepatan menunjukkan seberapa cepat kecepatan berubah,
sementarakecepatan menunjukkan seberapa cepat posisi berubah.
3.1.2 TORSI
1. Sebuah benda berotasi dengan sumbu putar adalah sumbu z. Sebuah gaya
Untuk benda yang benar-benar tegar, tidak ada disipasi tenaga, sehingga laju
dilakukannya usaha pada benda tegar tersebut sama dengan laju pertambahan tenaga
kinetik rotasinya.
dW dK
=
dt dt
1
dt
= 2 ( )
dW d I 2 /dt
dt
F=ma
dl (r x p)
=d
dt dt
dl dp dr
dt (
= rx
dt
+
dt ) (
xp )
dl
= (r x F) + (v x m v)
dt
dl
=rF + mv2
dt
“Laju perubahan momentum sudut terhadap waktu sebesar torsi yang bekerja pada
partikel tersebut”
3.1.3Hubungan Maxwell dalam Termodinamika
Termodinamika merupakan cabang Fisika yang paling banyak menggunakan
perumusan turunan dan diferensial parsial. Misalnya, hukum I Termodinamika
dapatdituliskan dalam bentuk diferensial berikut:
d́ Q=dU + d́ W ………....(1)
d́ Q=TdS …………………(2)
d́ W =PdV …………………(3)
dengan P adalah tekanan dan dV adalah selisih infinitesimal volume (V )sistem.
Berdasarkan hubungan pada persamaan (2) dan (3), maka persamaan (1) dapatdituliskan
kembali sebagai:
dU =TdS−PdV ……………(4)
Dari perumusan ini jelas terlihat bahwa energi dalam merupakan fungsi dari entropi
danvolume, U =U (S , V ).
Tinjau kembali definisi diferensial total yang telah dijelaskan sebelumnya yang ditulis
ulang sebagai berikut :
( ∂∂ fx ) dx+( ∂∂ fy ) dy……(5)
df =
y x
dU = ( ∂∂US ) dS+( ∂U
V ∂V )
dV
S
yang dikenal sebagai salah satu dari empat buah “Hubungan Maxwell” (Maxwell
Relations) dalam Termodinamika. Pada hubungan ini diperlihatkan bahwa pada proses
reversibel, perubahan temperatur terhadap volume pada entropi tetap sama dengan negatif
perubahan tekanan terhadap entropi pada volume tetap.
∂s ∂s
d s= dx + dt ……………….(9c)
∂x ∂t
∂Ψ ∂Ψ ∂ r ∂ Ψ ∂ s
= + ………………………………………..(11a)
∂ x ∂r ∂ x ∂ s ∂ x
∂Ψ ∂Ψ ∂r ∂Ψ ∂ s
= + ……………………………………..…(11b)
∂t ∂r ∂ t ∂ s ∂ t
∂r ∂r ∂s ∂s
=1 , =v , =1 , =−v ……………………..………. (12)
∂x ∂t ∂x ∂t
∂Ψ ∂ ∂
∂x
= (
+
∂r ∂ s )
Ψ ......................................................................(13a)
∂Ψ ∂ ∂
∂t
=v −
∂r ∂s ( )
Ψ …………………………………………..(13b)
Akan berguna jika kita menyatakan operator pada persamaan (13) sebagai berikut:
∂ ∂ ∂
= + …………………………………………………..(14a)
∂x ∂r ∂s
∂ ∂ ∂
∂t
=v (
−
∂r ∂ s )
………………………………………..……..(14b)
Untuk mencari turunan parsial kedua dari fungsi Ψ terhadap x dan t , kita dapat
menggunakan penulisan operator pada persamaan (14) sebagai berikut:
(15a)
∂2 Ψ ∂ ∂Ψ ∂ ∂ ∂ Ψ ∂Ψ ∂2 Ψ ∂2 Ψ ∂2 Ψ
∂t 2
=
∂ x( ) (
∂ t
=v2
∂ r
−
∂ s )( −
∂s ∂s ) (
=v 2
∂r 2
−2 + )
∂ r ∂ s ∂ s2
…………………
(15b)
Persamaan gelombang (16) jelas lebih sederhana dari persamaan (7). Pemecahan
daripersamaan (64) tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
yang tidak lain menggambarkan gelombang yang merambat ke arah x negatif (diwakili
oleh fungsi Ψ −¿¿) dan gelombang yang merambat ke arah x positif (diwakili oleh fungsi
Ψ +¿ ¿).
4.1 Kesimpulan
Diferensial adalah salah satu cabang kalkulus dalam matematika yang mempelajari
bagaimana nilai suatu fungsi berubah menurut perubahan input nilainya. Topik utama
dalam pembelajaran kalkulus diferensial adalah turunan. Dengan kata lain diferensial
mengoptimalkan cara perhitungan hanya pada penurunan suatu nilai.
Diferensial juga sangat berguna untuk menemukan rumus-rumus dalam ilmu fisika.
Sebagian besar rumus pada fisika menggunakan konsep turunan ,salah satunya dalah GLB,
juga Torsi.Newton adalah salah satu fisikawan yang menggunakan turunan untuk
menemukan rumus pada hukum nya yang ke dua.Ia mendapatkan bahwa kecepatan adalah
turunan posisi benda terhadap waktu dan percepatan adalah turunan dari kecepatan benda
terhadap waktu, ataupun turunan kedua posisi benda terhadap waktu. Beberapa rumus
Torsi untuk benda tegar juga menggunakan konsep diferensial.
http://info-toyou.blogspot.com/2011/05/aplikasi-turunan-dalam-bidang-fisika.html
http://www.ittelkom.ac.id/admisi/elearning/prog3.php?proses=1&kd=Fis-
010202&bab=Gerak%20Lurus&judul=Fisika&rincian=Kelajuan%20dan
%20Kecepatan&kd_judul=Fis-01&kode_bab=02&kode_sub=02