Empedu
Empedu
Seorang wanita 45 tahun datang ke dokter dengan keluhan nyeri kolik menetap di kuadran kanan atas, kadang-
kadang nyeri menjalar ke punggung kanan bawah. Nyeri timbul terutama setelah pasien makan makanan berlemak.
Pasien juga mengeluhkan BABnya berwarna putih dan berminyak. Pada pemeriksaan fisik pasien obesitas,
pemeriksaan hepar normal dan nyeri tekan (-) pada regio hipokondrium kanan. Pada pemeriksaan darah diperoleh
hasil nilai kolesterol total tinggi. Menurut hasil pemeriksaan radiologi dengan USG ditemukan acoustic shadowing.
Dokter mendiagnosis wanita tersebut dengan Cholelithiasis.
1. Nyeri kolik: nyeri diperut kanan atas yang berlangsung lebih dari 30 menit dan kurang dari 12 jam, biasanya lokasi
nyeri di perut atas/epigastrium, karena adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih.
2. Obesitas: peningkatan berat badan melampui batas kebutuhan fisik akibat penimbunan lemak yang berlebih.
3. USG: visualisasi struktur dalam tubuh dengan merekam pantulan denyut gelombang ultrasonik yang diarahkan ke
jaringan.
4. Cholelithiasis : ada pembentukan batu empedu pada kandung empedu
5. Acoustic shadowing : warna kehitaman di bawah masa pada gambaran USG.
6. Fat, female, fourty : faktor resiko cholelithiasis.
7. Regio hipokondrium : pembagian 9 regio yang terletak disisi lateral dinding perut dibawah arcus aorta dan
dipisahkan oleh regio epigastrium. Terdiri dari hipokondrium kanan dan kiri
8. Kolesterol: sterol pada eukariota yang pada hewan tingkat tinggi merupakan prekursor asam empedu dan hormon
steroid serta merupakan unsur utama membran sel. kolesterol dapat tertimbun atau terendapkan secara abnormal
seperti pada batu empedu dan ateroma
DK 2 Page 1
Vesica biliaris: kantong bentuk buah pir, terletak pada permukaan bawah hepar
Vesica biliaris mempunyai kemampuan menampung dan menyimpan empedu sebanyak 30-50 ml, serta memekatkan
empedu dengan cara mengabsorbsi air
Vesica biliaris dibagi menjadi fundus, corpus, dan collum
Suplai arterial untuk vesica biliaris --> arteria cystica cabang dari arteria hepatica dextra (ramus dexter arteria hepatica
propria)
Saluran empedu mengalirkan empedu dari hepar menuju vesica biliaris agar disimpan, lalu dialirkan lagi ke usus halus
ketika diperlukan, disekresikan oleh sel-sel hepar dengan kecepatan tetap sekitar 40 ml per jam
Ductus biliaris hepatis terdiri dari ductus hepaticus dexter dan sinister, ductus hepaticus communis, ductus choledochus,
vesica biliaris, dan ductus cysticus (Snell, 2011)
INERVASI
Di luar lamina propria --> muskularis dengan bundel serabut otot polos yang berorientasi secara acak tanpa lapisan
yang berbeda dan jalinan serabut elastis
Di sekeliling serabut otot polos --> lapisan tebal jaringan ikat padat dengan pembuluh darah — arteri dan vena
limfatik, dan saraf
Serosa menutupi seluruh permukaan vesica biliaris yang tidak menempel pada hati
Adventitia: dagian dari vesica biliaris yang melekat pada permukaan
DK 2 Page 2
sfingter oddi: menjaga lubung ductus biliaris ke dalam duodenum
Saat sfingter tertutup empedu yang disekresikan oleh hati menabrak sfingter dan dialihkan balik ke dalam kandung
empedu
Empedu disimpan dan dipekatkan di kandung empedu di antara waktu makan <-- efek kombinasi relaksasi sfingter
Oddi, kontraksi kandung empedu, dan peningkatan sekresi empedu oleh hati
Jumlah empedu yang disekresikan per hari berkisar dari 250 mL hingga 1 liter, bergantung pada derajat perangsangan
PERAN KOLEISTOKININ
(Hall, 2011)
KOMPONEN EMPEDU
(Hall, 2011)
Garam-garam bekerja sebagai deterjen pada partikel lemak dalam makanan --> mengurangi tegangan permukaan
partikel dan memungkinkan agitasi dalam traktus intestinal untuk memecahkan tetesan-tetesan lemak menjadi bentuk
yang lebih kecil, proses ini disebut emulsifikasi
Selain fungsi emulsifikasi, garam-garam empedu membantu absorpsi dari : Asam lemak, Monogliserida, Kolesterol dan
asam lemak lain dalam traktus intestinal.
Garam empedu melakukan fungsi ini dengan membentuk komplek-komplek fisik yang sangat kecil dengan lemak -->
disebut micel, dan bersifat semi-larut di dalam kimus akibat muatan listrik dari garam-garam empedu
Lemak usus “diangkut” dalam bentuk micel ke mukosa usus, tempat lemak kemudian diabsorbsi ke dalam darah
Tanpa adanya garam-garam empedu di dalam traktus intestinal, 40% lemak yang dicerna akan dikeluarkan bersama
tinja, pasien seringkali mengalami deficit metabolisme akibat hilangnya nutrient ini (Hall, 2011)
(Hall, 2021)
DK 2 Page 3
Trigliserida mula-mula harus diuraikan menjadi gliserol dan asam lemak proses yang dinamai lipolisis agar
hati dapat mengoksidasi asam-asam lemak yang berasal dari trigliserida untuk menghasilkan ATP
lipolisis dikatalisis oleh enzim golongan lipase epinefrin & norepinefrin meningkatkan penguraian
trigliserida --> asam lemak dan dan gliserol
Kedua hormon ini dibebaskan ketika tonus simpatis meningkat misalnya ketika berolahraga
Hormon lipolitik lain adalah kortisol, hormon tiroid, dan faktor pertumbuhan mirip insulin (insulin-like growth
factor)
Tahap pertama terjadi di matriks mitokondira
Sel hati dan adiposa membentuk lemak dari glukosa atau asam amino melalui proses lipogenesis, dirangsang
oleh insulin
Lipogenesis terjadi jika individu mengkonsumsi lebih banyak kalori dari pada yang dibutuhkan
Gliserol dan asam lemak yang terbentuk dapat mengalami reaksi-reaksi anabolik untuk menjadi trigliserida,
atau menjalani serangkaian reaksi anabolik untuk menghasilkan lemak lain, misalnya lipoprotein fosfolipid,
dan kolesterol
(Tortora & Derrickson, 2016)
Lemak dipindahkan dari kimus cair melalui larutan cairan tubuh, meskipun lemak tidak larut air.
Saat isi lambung dikosongkan ke dalam duodenum, lemak yang tertelan bergumpal membentuk agregat butir-
butir besar trigliserida yang mengapung di kimus
melalui efek deterjen garam empedu di lumen usus halus, butiran-butiran besar terurai menjadi emulsi lemak
yang terdiri dari butiran-butiran halus sehingga luas permukaan lemak untuk dicerna oieh lipase pankreas
sangat meningkat
Produk pencernaan lipase (monogliserida dan asam lemak bebas) tidak terlalu larut air --> sangat sedikit dari
produk-produk akhir pencernaan lemak yang dapat berdifusi menembus kimus cair untuk mencapai lapisan
absorptif usus
Misel adalah partikel larut air yang dapat mengangkut produk-produk akhir pencernaan lemak di dalam
interiornya yang larut lemak
Setelah misel mencapai membran luminal sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas secara pasif
berdifusi dari misel menembus komponen lemak membran sel epitel untuk masuk ke interior sel
Setelah berada di interior sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas diresintesis menjadi trigliserida -->
menyatu menjadi butiran-butiran lalu dibungkus oleh suatu lapisan lipoprotein yang disintesis oleh retikulum
endoplasma pada sel epitel --> menyebabkan butiran lemak larut air (kilomikron)
Kilomikron kemudian masuk ke lakteal sentral bukan kapiler
(Sherwood, 2018)
Drake, R. L., Vogl, A. W. & Mitchell, A. W. M., 2012. Gray Dasar-Dasar Anatomi. Canada: Elsevier.
Hall, J. E., 2011. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th ed. Amerika Serikat: Elsevier.
Moore, K. L., Dalley, A. F. & Agur, A. M. R., 2018. Clinically Oriented Anatomy. 8th ed. China: Wolters Kluwer
Sherwood, L., 2018. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 9th ed. Jakarta: EGC.
Snell, R. S., 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.Eroschenko, V. P., 2017. Atlas of Histology with
Functional Correlations. 13th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer.
Tortora, G. J. & Derrickson, B., 2016. Dasar Anatomi & Fisiologi. 13 ed. Jakarta: EGC.
DK 2 Page 4