Nyeri Ulu Hati
Nyeri Ulu Hati
Wanita 45 th datang ke dokter dengan keluhan nyeri ulu hati. Pasien mengeluhkan nyeri seperti tertusuk dan terbakar di
daerah ulu hati. Nyeri muncul ketika perut kosong dan jika diisi makanan nyeri tidak berkurang.Terbangun malam karena
nyeri disangkal. Keluhan lain yaitu mual dan muntah (+), muntah darah (-). BAB hitam (-) dan BAK dalam batas
normal.Dokter menanyakan tentang riwayat minum obat-obat pegel linu.Kondisi seperti ini sudah sering berulang terutama
2 tahun terakhir.Dari anamnesis dokter juga mengetahui bahwa pasien memiliki masalah dengan perkawinannya dalam 2
tahun terakhir.Untuk mengurangi keluhan pasien minum obat magh dari warung, tetapi keluhan tetap kambuh.
Pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan epigastrium, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Dokter memberikan
beberapa obat untuk mengurangi sekresi asam lambung dan obat antimuntah. Dokter menganjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ureum breath test.
• Magh : defek lokal/ektrafaksi permukaan suatu organ atau jaringan akibat dari pengelupasan jaringan radang dan
nekrotik
• Ureum breath test : pemeriksaan yg digunakan untuk mendeteksi infeksi bakteri helicobacteripylori
• Sekresi asam lambung : pengeluaran asam lambung berupa asam klorida yg disekresikan oleh mukosa lambung
dan dipakai untuk membantu proses pencernaan makanan
• Muntah darah : muntah yg disertai dengan darah akibat lukanya saluran pencernaan
• Nyeri tekan epigastrium : perasaan sakit jika diberi tekanan pada daerah perut bagian tengah dan atas yg terletak
diantara angulus sterni
• Nyeri ulu hati : [perasaan tidak nyaman yg terokalisasi dibagian pusat atas karena keasaman abdomen yg
meningkat
• BAB hitam : pertanda adanya penyakit serius seperti pendarahan disaluran cerna bagian atas, pendarahan mungkin
terjadi pada kerongkongan/lambung
Lambung berbrntuk J, merupakan bagian dari gastrointestinal yang paling berdilatasi, terletak di regio epigastrium,
umbilicalis, dan hypochondriacum sinistra abdomen
(Tortora, GJ - Principles of
Anatomy and Physiology - 12th
Edition)
DK 1 Page 1
Bagian-bagian Gaster
Inervasi
Mukosa mengandung lamina propria (jaringan ikat areolar) dan muskularis mukosa (otot polos)
Sel epitel meluas ke bawah ke dalam lamina propria, di mana mereka membentuk kolom sel sekretori yang disebut
kelenjar lambung
Beberapa kelenjar lambung membuka ke bagian bawah saluran sempit yang disebut lubang lambung
Kelenjar lambung mengandung tiga jenis sel kelenjar eksokrin yang mengeluarkan produknya ke dalam lumen
lambung: sel leher mukosa, sel kepala/chief cell, dan sel parietal
Baik sel mukus permukaan maupun sel leher mukus mensekresi mukus
Sel parietal menghasilkan faktor intrinsik (diperlukan untuk penyerapan vitamin B12) dan asam klorida
Sel chief mensekresi pepsinogen dan lipase lambung
Sekresi mukus, parietal, dan sel chief membentuk getah lambung, yang totalnya 2000–3000 mL per hari
Selain itu, kelenjar lambung termasuk jenis sel enteroendokrin --> sel G, yang terletak terutama di antrum pilorus dan
mengeluarkan hormon gastrin ke dalam aliran darah
DK 1 Page 2
Beberapa menit setelah makanan masuk ke
perut, gerakan peristaltik yang lembut, beriak,
yang disebut gelombang pencampuran
melewati perut setiap 15 - 25 detik
Gelombang ini memeras makanan,
mencampurnya dengan sekresi kelenjar
lambung, dan mereduksinya menjadi cairan
kental yang disebut chyme
Saat makanan mencapai pilorus, setiap
gelombang pencampuran secara periodik
mendorong sekitar 3 mL kimus ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus, suatu
fenomena yang dikenal sebagai pengosongan
lambung
Sebagian besar chyme dipaksa kembali ke dalam tubuh lambung, di mana pencampuran berlanjut
Gerakan maju dan mundur dari isi lambung bertanggung jawab untuk sebagian besar pencampuran di lambung,
makanan dapat tetap berada di fundus selama sekitar satu jam tanpa tercampur dengan getah lambung --> selama
waktu ini, pencernaan oleh amilase saliva berlanjut --> segera, tindakan pengadukan mencampur chyme dengan asam
lambung, menonaktifkan amilase saliva dan mengaktifkan lipase lingual, yang mulai mencerna trigliserida menjadi asam
lemak dan digliserida
Meskipun sel parietal mengeluarkan ion hidrogen (H) dan ion klorida (Cl) secara terpisah ke dalam lumen lambung, efek
bersihnya adalah sekresi asam klorida (HCl)
Pompa proton oleh H / K ATPase secara aktif mengangkut H ke dalam lumen sambil membawa ion kalium (K ) ke dalam
sel --- Cl dan K berdifusi keluar ke dalam lumen melalui saluran Cl dan K di membran apikal.
Enzim karbonat anhidrase, yang banyak terdapat di sel parietal, mengkatalisis pembentukan asam karbonat (H2CO3)
dari air (H2O) dan karbon dioksida (CO2).
Saat asam karbonat terdisosiasi --> menyediakan sumber H yang siap untuk pompa proton tetapi juga menghasilkan ion
bikarbonat (HCO3)
Saat HCO3 menumpuk di sitosol, ia keluar dari sel parietal untuk ditukar dengan Cl melalui antiporter Cl /HCO3 di
membran basolateral (sebelah lamina propia) --> HCO3 berdifusi ke kapiler darah terdekat.
“Gelombang alkali” ion bikarbonat yang memasuki aliran darah setelah makan mungkin cukup besar untuk sedikit
meningkatkan pH darah dan membuat urin lebih basa.
Sekresi HCl oleh sel parietal dapat dirangsang oleh beberapa sumber: asetilkolin (ACh) yang dilepaskan oleh neuron
parasimpatis, gastrin yang disekresikan oleh sel G, dan histamin, yang merupakan zat parakrin yang dilepaskan oleh sel
mast di lamina propria terdekat.
Asetilkolin dan gastrin merangsang sel parietal untuk mensekresi lebih banyak HCl dengan adanya histamin.
histamin bekerja secara sinergis, meningkatkan efek asetilkolin dan gastrin.
Cairan lambung sangat asam --> membunuh mikroba
Sebagian HCl mendenaturasi protein dalam makanan dan merangsang sekresi hormon yang meningkatkan aliran
empedu dan jus pankreas
(Tortora, GJ - Principles of
Anatomy and Physiology -
12th Edition)
DK 1 Page 3
1. Dispepsia
Istilah yang digunakan untuk sindrom atau kumpulan gejala/keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/ begah.
Kriteria Roma
Pada kriteria Rome III 2006, dispepsia fungsional dibagi menjadi:
○ Post-prandial Distress Syndrome dimana pasien merasa penuh setelah makan dalam porsi yang biasa atau rasa
cepat kenyang sehingga tidak dapat menghabiskan porsi makanan regular
○ Epigastric Pain Syndrome dimana pasien mengeluh nyeri dan rasa terbakar, hilang timbul, berpusat di
epigastrium. Rasa nyeri ini tidak pada bagian perut lainnya atau daerah dada.
Klasifikasi Dispepsia
○ Organik
kalau telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.
○ Fungsional
Dyspepsia fungsional, bila tidak jelas penyebabnya.
Dyspepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, dan endoskopi.
2. Gastritis
Proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung/ gangguan kesehatan yang di sebabkan oleh factor iritasi
dan infeksi. Secara histoptologi dapat di buktikan dengan adanya infiltrate sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis akut
proses peradangan mukosa sementara, mungkin tidak menimbulkan gejala/menyebabkan berbagai derajat nyeri
epigastrium, mual dan muntah. Pada kasus yang lebih parah mungkin terdapat erosi mukosa, ulkus, perdarahan,
hematemesis, melena atau kadang- kehilangan darah masif
Patogenesis
• Lumen lambung => sangat asam, dengan PH mendekati 1 - >satu juta kali daripada keasaman darah,
berpotensi untuk merusak mukosa
• Musin yang di sekresikan oleh sel foveolar permukaan, membentuk lapisan mucus tipis yang mencegah partikel
makanan yang besar untuk menyentuh epitel.
• Lapisan mucus juga mendorong pembentukan lapisan cairan yang tenang di atas epitel yang melindungi
mukosa dan mempunya pH netral sebagai akibat reaksi ion bikaarbonat oleh sel epitel permukaan =>
jaringan yang kaya akan pembuluh darah masuk ke mukosa lambung membawakan O2, bikarbonat dan
nutrisi sambil membersihkan asam, yang terdifusi kembali ke lamina propia
• Gastritis kronik /akut dapat terjadi sesudah salah satu mekanisme pelindung terganggu
• Contoh, pengurangan sintesis musin pada usia tua diperkirakan sebagai salah satu faktor, yang menjelaskan
peningkatan kerentanan pada gastritis
• Obat antiinflamasi non steroid (NSAIDs) bisa mengganggu proses sitoproteksi yang biasanya dilakukan oleh
sekresi prostaglandin atau pengurangan bikarbonat, kedua bahan ini meningkatkan kerentanan mukosa
lambung terhadap cedera.
• Konsumsi bahan kimia kerasa, terutama asam atau basa, baik tidak sengaja ataupun sebagai usaha bunuh
diri, juga mengakibatkan cedera lambung parah, terutama sebagai akibat kerusakan langsung pada sel epitel
mukosa dan stroma. Cedera sel langsung juga terlihat pad agastritis akibat konsumsi alcohol yang berlebihan,
NSAIDs, terapi radiasi dan kemoterapi.
Gastritis kronik
• Gejala dan ciri-ciri gastrik kronik biasanya kurang
parah, tetapi lebih lama daripada gejala dan ciri-
ciri dari gastrik akut
• Mual dan muntah tidak enak di abdomen atas
dapat terjadi kadang-kadang dengan muntah
tetapi hematemesis jarang.
• Penyebab tersering dari gastritis kronik infeksi
bakteri helicobacter pylori
DK 1 Page 4
Ulserasi Peptik Akut
kompIikasi yang sering terjadi pada terapi dengan NSAIDs, dennkian juga pada stres fisiologis yang parah
Patogenesis
○ Ulkus akibat NSAID disebabkan iritasi bahan kimia langsung, atau bisa juga melalui inhibisi cydooxygenose,
yang mencegah sintesis prostaglandin --> menghilangkan efek proteksi prostaglandin yang antara lain
meningkatkan sekresi bikarbonat dan meningkatkan perfusi vaskular.
○ Lesi yang berasosiasi dengan cedera intrakranial mungkin disebabkan oleh stimulasi langsung nukleus
vagus ---> hipersekresi asam lambung.
○ Asidosis sistemik, yang sering ditemukan pada pasien sakit berat, juga mungkin berkontribusi pada cedera
mukosa dengan menurunkan pH intrasel dari sel mukosa.
○ Hipoksia dan aliran darah yang berkurang disebabkan oleh vasokonstriksi splanchnic akibat stres, juga
berkontribusi pada patogenesis ulkus akut.
Patogenesis
Organisme H. pylori telah menyesuaikan diri dengan ekologik pada cekungan
dan mukus lambung
Infeksi H. pylori paling sering bermanifestasi sebagai gastritis predominan
antral dengan produksi asam yang tinggi, meskipun hipogastrinemia
Empat fitur terkait dengan virulensi H. pylori:
– Flagela --> memungkinkan bakteri untuk bergerak dalam mukus kental.
– Urease --> menghasilkan amonia dari urea endogen, sehingga
meninggikan pH lambung lokal sekeliling organisme dan melindungi
bakteri dari pH asam lambung.
– Adhesin --> meningkatkan perlekatan bakteri ke sel-sel permukaan
foveola.
– Toksin --> yang dikodekan oleh cytotoxin- assoaated gene A (GagA),
mungkin terlibat terjadinya dalam ulkus atau kanker
gastritis kronik antral H.pyiori dapat berkembang menjadi pangastritis,
mengakibatkan gastritis atrofik multifokal, kurangnya sekresi asam, metaplasia
intestinal dan peningkatan risiko adenokarsinoma iambung pada sebagian
pasien
DK 1 Page 5
Patogenesis
○ Retching
- suatu usaha involunter untuk muntah
- seringkali menyertai mual dan terjadi sebelum muntah
- terdiri atas gerakan pernapasan spasmodik melawan glotis dan gerakan inspirasi dinding dada dan
diafragma
(Price, S. A., & Wilson, L. M - Patofisiologi : konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ed. 6)
Penyebanya karena nyeri akut --> nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat,dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu
singkat
Nyeri akut akan berhenti dengan sendirinya ( self-limiting )
Berdurasi singkat - kurang dari 6 bulan
terkadang disertai oleh aktivasi sistem saraf simpatis ---> memperlihatkan gejala gejala seperti peningkatan
respirasi, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, diaphoresis, dan dilatasi pupil
pertama kali di kemukakan pada tahun 1987 oleh Graham dan Bell
Cara kerjanya adalah dengan menyuruh pasien menelan urea yang mengandung isotop Carbon, baik 13C ataupun
14C
DK 1 Page 6
bila ada aktivitas urease dari H.pylori akan dihasilkan isotop karbon dioksida yang diserap dan dikeluarkan melalui
pernapasan
Hasilnya dinilai dengan membandingkan kenaikan seksresi isotop dibandingkan dengan nilai dasar, jika hasilnya
positif berarti terdapat infeksi kuman H.pylori
13C merupakan isotop nonradioaktif, ditemukan pada 1,11% karbon dioksida yang keluar melalui udara pernapasan
normal, positif billa terjadi kenaikan minimal 0,01% kadar isotop
Butuh alat mass spectrometer yang sangat sensitive --> diambil sempel pernapasan untuk menentukan nilai dasar, lalu
diberikan tes meal (cairan dengan kalori tinggi atau laruta 0,1 N asam sitrat) untuk memperlambat pengosongan
lambung sehingga kontak antara isotope dengan mukosa lambung lebih baik
Isotop 14C memancarkan radiasi yang dapat dianalisis dengan scintillation counter, pengambilan sampel dilakukan
sesudah 10 - 20 menit baik dengan atau tanpa tes meal
Hasil positif palsu harus dipertimbangkan bila diduga ada mikroorganisme lain yang juga menghasilkan urease pada
keadaan akiorhidria
Hasil negatif palsu dapat terjadi bila pasien mendapat antibiotik, antasid, bismuth, atau anti sekresi asam-- dianjurkan
untuk menghentikan obat tersebut dua minggu sebelum dilakukan pemeriksaan
Antikolinergik
- melintasi blood brain barrier, akan bertindak langsung pada pusat muntah dan memiliki sifat anti muntah
- Atropin digunakan untuk memblokir efek vagal kloroform dan kemudian digunakan untuk efek pengeringan pada
sekresi saliva selama anestesi eter
- Hiosin lebih efektif terhadap motion sickness, penyakit labirin, gangguan vestibular, setelah operasi di fossa posterior
dan untuk melawan efek muntah dari opioid, sebagai akibat dari tindakan antimuskarinik efek samping termasuk
sedasi, mulut kering, penglihatan kabur dan retensi urin, semua lebih umum pada pemakaian Hiosin.Kontraindikasi
pada pasien glaucoma
Antihistamin
- bertindak atas pusat muntah antagonis histamine (H1) reseptor
- Efek sedative antihistamin adalah aditif yang dihasilkan oleh agen anestesi
Antagonis Dopamin
- Antagonis Dopamin ada berbagai macam obat yang memusuhi dopamine (D2 reseptor) di CTZ karena itu memiliki
sifat antiemetic. (Fenotiazin, Butyrofenon, Metoklopramid, dan Domperidon)
Kortikosteroid
Deksametason digunakan dalam kombinasi dengan antagonis reseptor 5-HT3, bekerja melalui aditif atau bahkan efek
sinergis
Mencegah mual muntah pasca operasi
(Yuill, G., & Gwinnutt, C. (2003). Postoperative Nausea and Vomiting . World Anaesthesia pp. 1-7)
Drake , R. L., Vogl, W., & Mitchell, A. W. (2014). Gray's Anatomy : Anatomy of the Human Body. ELSEVIER.
Kumar V, Abbas AK, Aster JC. (2018). Buku Ajar Patologi Dasar Robins. ELSEVIER
Moore, K. L., & Dalley, A. F. (2013). Anatomi Berorientasi Klinis. Jakarta: Erlangga
Tortora, GJ & Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy and Physiology.12th Edition
Yuill, G., & Gwinnutt, C. (2003). Postoperative Nausea and Vomiting . World Anaesthesia pp. 1-7
DK 1 Page 7