Anda di halaman 1dari 49

Resume Biologi

Dibuat oleh: Alfajri Eko Nugroho

BAB 1: Keanekaragaman Hayati dan Ekologi


Makhluk hidup merupakan keseluruhan makhluk yang ada di alam yang tentunya
memiliki kemampuan untuk bernafas, berkembang biak, dan makan. Sejatinya
mendekkripsikan pengertian makhluk hidup sangatlah sulit, bahkan para ahli juga
kesulitan dalam menggambarkannya dalam kalimat utuh. Sebagian besar hanya
menjelaskan desktipsi makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya. Seperti misalnya pendapat
dari Kimball yang mendefinisikan makhluk hidup sebagai :

1. Memiliki sifat yang rumit


2. Memiliki daya reponsif
3. Mampu berevolusi
4. Mengadakan metabolism
5. Melakukan reproduksi

Beberapa pernyataan diatas menggambarkan bahwa makhluk hidup merupakan sesuatu


yang bisa berkembang biak menghasilkan keturunan, juga mampu memperbarui dirinya
sesuai dengan perkembangan jaman atau perubahan lingkungan yang didiaminya.

Tentunya selain kimbal juga masih ada pendapat lainnya mengenai makhluk hidup yakni
pendapat dari Dwijoseputro yang mana menyatakan bahwa makhluk hidup :

1. Melakukan metabolism
2. Bisa bergerak
3. Tumbuh
4. Bisa bereproduksi
5. Bersifat responsive

Pendapat ahli ini hamper sama dengan yang sebelumnya yakni oleh Kimball. Jadi bisa
dikataan jika sesuatu bisa dikatakan sebagai makhluk hidup jika memiliki kemampuan
yang disebutkan diatas. Meskipun dengan banyaknya deskripsi mengenai makhluk hidup,
beberapa masih bingung dengan pengklasifikasian makhluk hidup seperti halnya saat
mengklasifikasikan virus apakah termasuk kedalam kelompok makhluk hidup atau bukan
sehingga menimbulkan banyak perdebatan.

Peranan makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan di alam yakni sebagai
yang memanfaatkan banyak sumber daya alam. Manusia diharapakan sebagai agen
perubahan yang mana bisa merubah alam menjadi lebih baik dengan memanfaatkan apa
yang ada di alam. Tentunya berbagai tumbuhan dan hewan juga diperuntukkan untuk
dimanfaatkan oleh manusia baik sebagai cadangan energy atau hal lainnnya.
Kenyataannya, diantara sebua makhluk hidup yang ada di bumi, manusia menjadi objek
penting yang mendasari berlangsungnya kehidupan di alam. Sementara makhluk hidup
lainnya yakni sebagai faktor pendukung dalam perjalanan manusia dalam mengelola
alamnya. Manusialah yang paling banyak berperan dalam menjaga kelangsungan alam
atau menghancurkan ala mini dengan berbagai perlakuan yang diberikan. Dengan
demikian bisa disimpulkan jika pengertian makhluk hidup mencakup bergerak,
bereproduksi, melakukan metabolism dan responsive.

Tingkat Keanekaragaman Hayati

Tingkat Keanekaragaman Hayati dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat gen, tingkat
jenis (spesies), dan tingkat ekosistem.
1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Keanekaragaman hayati tingkat gen adalah adalah variasi yang terjadi dalam satu
spesies, dan antar varietas dapat melakukan perkawinan yang menghasilkan keturunan
yang fertil.
Contoh Keanekaragaman hayati tingkat GEN yaitu: berbagai varietas mangga, berbagai
varietas jambu biji, berbagai varietas Bougaenvile, berbagai ras kucing, kambing, sapi,
dan lain-lain.
2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis (spesies)
Keanekaragaman hayati tingkat jenis adalah variasi yang terjadi antar spesies, biasanya
masih dalam satu Famili (keluarga), dan jika kedua individu yang beda spesies ini
melakukan perkawinan kemungkinan bisa menghasilkan keturunan namun bersifat
infertil.
contoh Keanekaragaman hayati tingkat JENIS yaitu: bebek X mentok > blengong (tongki),
kucing - harimau - singa - cheetah - leopard, burung nuri - kakatua - parkit, dan lain-lain.
3. Keanekaragaman Hayati Tingkat ekosistem
Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem adalah variasi yang terjadi pada berbagai jenis
ekosistem, variasi ini muncul akibat interaksi antara faktor biotik dan abiotik sehingga
membentuk ekosistem yang mempunyai karakteristik tertentu dan berbeda dengan
ekosistem lainnya.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat EKOSISTEM yaitu: ekosistem pantai, ekosistem
hutan bakau, ekosistem terumbu karang, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem padang
rumput, ekosistem sawah, ekosistem rawa, dan lain-lain.

BAB 2: Struktur dan Fungsi Makhluk Hidup

1. Struktur dan Fungsi Jaringan Pada Tumbuhan Tingkat Tinggi


Pada tumbuhan tingkat tinggi, sel-sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama akan
membentuk jaringan. Kemudian, jaringan-jaringan ini bergabung membentuk organ seperti akar,
batang, dan daun. Organ-organ ini akan bekerja sama membentuk sistem organ. Selanjutnya,
sistem organ bekerja sama membentuk individu.

A.       Jaringan Tumbuhan


Jaringan adalah kumpulan sel mempunyai bentuk, asal, fungsi, dan struktur sama. Secara garis
besar, jaringan penyusun tumbuh-tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu jaringan
meristem dan jaringan dewasa.
1.      Jaringan Meristem
Jaringan meristem adalah jaringan yang selalu membelah. Jaringan meristem terdapat pada
ujung batang dan akar sehingga sering disebut meristem apikal. 
2.      Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa adalah jaringan yang telah mengalami diferensiasi. Berdasarkan bentuk dan
fungsinya, jaringan dewasa dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu jaringan epidermis,
parenkim, kolenkim, sklerenkim, pengangkut, dan gabus
a.       Jaringan Epidermis
Jaringan epidermis adalah jaringan paling luar yang menutupi seluruh permukaan tubuh
tumbuhan. Jaringan ini berfungsi untuk melindungi jaringan di dalamnya dan sebagai tempat
pertukaran zat.
Derivat epidermis
Yang dimaksud dengan derivat adalah perubahan struktur epidermis dimana fungsinya juga
ikut berubah. Beberapa macam derivat jaringan tumbuhan antara lain:Macam-macam derivat
epidermis yaitu:
1.      Stomata
Merupakan derivat epidermis yang berfungsi sebagai jalan masuknya O2 dan CO2 dari udara ,
Sebagai jalan penguapan (transpirasi), Sebagai jalan pernafasan (respirasi)

2.      Trikoma
Trikoma adalah alat tambahan pada epidermis yang berupa tonjolan/rambut
3.      Sel Kipas / Bulliform Cell
Sel Kipas merupakan sel yang berfungsi dalam proses pembukaan gulungan daun dalam tunas
dan untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.

4.      Sel silika dan sel gabus


Fungsi sel silika dan sel gabus yang berfungsi untuk memperkuat batang dan kulit batang
menjadi keras. 
5.      Litokis
Litokis merupakan derivat epidermis yang terdapat di dalam mesofil daun. 
b.      Jaringan Parenkim
Jaringan parenkim sering disebut jaringan dasar karena terbentuk dari meristem dasar. Jaringan
ini terletak di sebelah dalam jaringan epidermis. Fungsinya yaitu untuk menyimpan air dan
cadangan makanan. sel-sel parenkim ada yang memiliki klorofil yang disebut klorenkim. .
c.       Jaringan Kolenkirm
Kolenkim merupakan jaringan penyokong atau penguat pada organ tubuh tumbuhan muda dan
tanaman herba. Kolenkim merupakan sel hidup dan sifatnya mirip parenkim. Ada sel kolenkim
yang mengandung kloroplas dan berperan dalam proses fotosintesis.
d.      Jaringan Sklerenkim
Sklerenkim merupakan jaringan penguat yang terdiri atas sel mati. Dinding sel sklerenkim
sangat kuat, tebal, dan mengandung lignin. Berdasarkan bentuknya, sklerenkim dibagi menjadi
dua macam, yaitu serabut dan sklereid (sel batu).
Serabut atau serat berasal dari jaringan meristem, umumnya terdiri atas sel-sel yang panjang dan
bergerombol membentuk anyaman atau pita. Contohnya, pelepah daun pisang. Sedangkan,
sklereid merupakan jaringan sklerenkim yang bentuk selnya membulat dengan dinding sel yang
mengalami penebalan. Contohnya, tempurung kelapa atau kulit biji keras.
e.       Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut atau jaringan pembuluh, merupakan jaringan tumbuhan yang berfungsi
untuk pengangkutan zat. Jaringan ini dibagi menjadi dua macam,yaitu floem dan xilem. Floem
berfungsi untuk mengangkut zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh.
Sedangkan, xilem berfungsi untuk mengangkut air dan mineral dari akar ke daun dan
bagian tubuh lainnya.
f.       Jaringan Gabus
Jaringan gabus merupakan jaringan yang tersusun atas sel-sel gabus yang berbentuk memanjang.
Jaringan ini berfungsi melindungi jaringan lain yang terdapat di bawahnya agar tidak
terlalu banyak kehilangan air. Oleh karena itu, sel gabus biasanya ditemukan di permukaan
luar batang.
B.       Organ pada Tumbuhan
Organ pokok tumbuhan ada tiga, yaitu akar, batang, dan daun. Pada tumbuhan berbiji terdapat
bunga sebagai alat perkembangbiakannya.
1.      Akar

Akar memiliki fungsi untuk menyerap air dan nutrisi, memperkokoh tumbuhan, sebagai
penyimpan cadangan makanan, dan ada juga yang berfungsi untuk respirasi pada tumbuhan
tertentu.
Pada tumbuhan dikotil dan monokotil, ujung akarnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra
agar akar tidak rusak saat menembus lapisan tanah. Pada tumbuhan dikotil, akar lembaga terus
tumbuh sehingga dihasilkan akar tunggang. Sedangkan, pada tumbuhan monokotil akar lembaga
mati sehingga tidak bisa tumbuh.Berikut ini merupakan animasi irisan membujur akar.

Animasi Struktur Akar


Sedangkan penampang melintang akar dapat dilihat di gambar berikut ini .

2.      Batang
Batang berfungsi sebagai penyokong tumbuhan tersebut, sarana transportasi atau pengangkut,
penyimpan cadangan makanan, membantu proses respirasi yaitu melalui lentisel.
a.       Batang Dikotil
Berikut ini merupakan penampang melintang batang dikotil. 
Pada epidermis tumbuhan dikotil ada yang membentuk lentisel yang berfungsi sebagai tempat
keluar masuknya udara pada tumbuhan. Batang tumbuhan dikotil memiliki lingkaran tahun hal
ini disebabkan oleh aktivitas kambium yang menyebabkan pertumbuhan membesar. Tipe ikatan
pembuluh pada batang dikotil  yaitu kolateral terbuka karena antara xilem dan floem terdapat
kambium.
b.      Batang Monokotil
Berikut merupakan penampang melintang batang monokotil dan batang dikotil

Tipe ikatan pembuluh pada batang monokotil  yaitu kolateral tertutup karena letak xilem dan
floem berdampingan tidak dibatasi oleh kambium menyebabkan pertumbuhan monokotil hanya
memanjang.

Modifikasi pada batang


Batang dapat memiliki fungsi tambahan, yang berakibat pada berubahnya bentuk (morfologi)
dari bentuk dasar menjadi bentuk yang lain. Berikut adalah beberapa bentuk modifikasi batang.

1. Rhizoma,brfungsi sebagai alat perkermbangbiakan vegetative,Contohnya


pada tanaman jahe.
2. Tuber(umbi batang),berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan
makanan,contohnya pada tanaman kentang.
3. Bulbus(umbi lapis),berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan
makanan dan alat perkembangbiakan vegetative,contohnya pada bawang
merah.
4. Runner,tumbuh sebagai tunas aksilaris batang(tunas ketiak batang).
5. Stolon,tunas yang tumbuh atau timbul dari bagian dasar batang
6. Offset,tunas yang tumbuh dari ketiak daun (tunas aksilaris daun)

3.      Daun
Daun merupakan organ tumbuhan yang berfungsi untuk fotosintesis. Hal ini disebabkan karena
daun memiliki zat hijau daun (klorofil) yang bisa menyerap sinar matahari. Secara anatomi,
jaringan yang menyusun daun adalah epidermis, mesofil, dan jaringan pembuluh.

a.       Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar yang menutup permukaan dan bawah daun. Jaringan ini
berfungsi melindungi jaringan daun di bawahnya. Biasanya dilapisi kutikula untuk mencegah
terjadinya penguapan air yang terlalu besar.
Epidermis dapat mengalami modifikasi menjadi stomata atau mulut daun yang berfungsi untuk
pertukaran udara. Pada tumbuhan darat, stomata ini terletak di epidermis permukaan bawah
daun, tetapi untuk tumbuhan air, seperti teratai (Nelumbium nelumbo), stomatanya terletak di
permukaan atas daun.
b.      Mesofil
Mesofil disebut juga jaringan dasar, terletak di antara epidermis atas dan bawah. Mesofil terdiri
atas jaringan palisade dan jaringan bunga karang (jaringan spons). Kedua jaringan ini banyak
mengandung kloroplas yang berperan sebagai tempat fotosintesis.
Jaringan palisade bentuknya memanjang, mengandung banyak kloroplas, dan tersusun rapat.
Jaringan ini terletak di bawah epidermis. Sedangkan, jaringan bunga karang bentuknya beragam,
tidak teratur, mengandung sedikit kloroplas, dan tersusun renggang. Jadi, proses fotosinteis
terjadi di jaringan palisade dan hasilnya ditampung sementara di jaringan spons. Setelah itu,
disebarkan ke seluruh tubuh tumbuhan oleh jaringan pembuluh.
c.       Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh atau pengangkut daun terdapat pada tulang daun. Pada tulang daun terdapat
urat-urat halus yang berperan sebagai pembuluh nadi dan sebagai kerangka daun sehingga daun
menjadi kuat.
Jaringan pengangkut dibagi menjadi dua, yaitu floem dan xilem. Susunan kedua jaringan ini
sama seperti susunan pada batangnya karena merupakan terusan dari jaringan pengangkut di
batang.

Animasi Struktur Daun dan Cara Kerja Stomata


4.      Bunga
Bunga merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan Angiospermae. Bunga merupakan alat
perkembangbiakan karena di dalam bunga terdapat alat-alat reproduksi, seperti benang sari, 
putik, dan kandung lembaga.
Pada dasarnya, anatomi bunga tumbuhan monokotil dan dikotil adalah sama, yaitu kelopak
bunga (kaliks), mahkota bunga (corolla), benang sari (stamen), putik, dan lembaga (ovarium).

Kelopak bunga adalah bagian bunga terluar, terletak pada dasar bunga. Kelopak ini berwarna
hijau dan merupakan modifikasi dari daun. Bagian atau lembaran kelopak bunga disebut juga
daun kelopak (sepal). Mahkota dan kelopak bunga sering disebut perhiasan bunga. Ukuran
mahkota biasanya besar dan berwarna-warni. Tumbuhan dikotil umumnya empat atau lima helai.
Sedangkan, pada tumbuhan monokotil tiga atau enam helai.

2. Struktur dan Fungsi Jaringan Pada Manusia dan Hewan


Macam-Macam Jaringan
1. Jaringan Epitel
Jaringan efitel berfungsi
untuk pelindung jaringan dibawahnya. Lapisan ini dibagi menjadi dua macam, yaitu
eptel berlapisa tunggal dan epitel berlapis banyak. Epitel lapisan tunggal contohnya
epitel pipih selapis terdapat pada alveoli, sedangkan, contoh berlapis banyak adalah
epitel pipih pada epdermis kulit vertabrata.

Ciri-ciri Jaringan epitel

 jaringan ini dibuat dari sel-sel memadat yang tersusun dalam lapisan pipih.
 Jaringan ini melapisi berbagai macam rongga dan tabung pada suatu tubuh,
dan membentuk kulit yang membungkus tubuh.

Fungsi jaringan epitel adalah melindungi jaringan dibawahnya agar


mencegahnya dari kerusakan karena gesekan mekanis, radiasi UV, dan serangan
bakteri, melapisi seluruh kelenjar didalam pencernaan pada tubuh, tabung air, dan
terakhir pada rongga paru-paru serta menghasilkan sel-sel kelamin yang akan
dilepaskan oleh tubuh.

2. Jaringan Konektif

 Jaringan Konektif Penunjang, Berfungsi memberi kekuatan, bantuan, dan


perlindungan kepada bagian-bagian lemah pada tubuh, contoh tulang rawan.
 Jaringan konektif Pengikat, berfungsi mengikat bagian-bagian tubuh.
contoh : tendon
 Jaringan Konektif Berserat, berfungsi sebagai bahan pengemas dan
pengikat bagi sebagian besar organ, dan jalan untuk pembuluh darah.
Contoh : Selaput otot (fasia) merupakan jaringan konektif berserat yang
mengikat otot-otot untuk menjadi satu dan untuk mengikat kulit pada bagian
dibawahnya.
 Jaringan Hematopoietik/sumsum tulang belakang merupakan suatu
sumber dari semua sel yang ada dalam darah, meliputi sel-sel darah merah,
5 macam sel darah putih, dan palatelet. 

3. Jaringan Otot
Jaringan otot memiliki fungsi untuk alat gerak aktif. Jaringan ini dibagi menjadi tiga
macam yaitu :

 Otot Polos/halus, Otot polos terdapat pada dinding alat-alat dalam,


berfungsi melapisi dinding organ berongga pada tubuh, contohnya usus dan
pembuluh darah kontraksinya menciutkan ukuran organ-organ tubuh yang
berongga.
 Otot Lurik, Otot lurik terdapat pada rangka, menimbulkan gerak pindah
(locomotion) dan juga terjadinya macam-macam gerak tubuh lainnya.
 Otot Jantung, terdapat pada dinding jantung.

4. Jaringan Darah
Jaringan darah berfungsi untuk transportasi dan pelindung tubuh dari bibit
penyakit. Sel darah terdiri dari darah merah, darah putih, dan trombosit.

5. Jaringan Saraf

Jaringan saraf ini memiliki fungsi untuk mengalirkan rangsangan atau impuls.
Jaringan ini terdiri atas sel-sel saraf (neuron). Neuron  tersusun atas badan sel
saraf, dendrit, dan akson.
3. Sistem Organ dan Fungsinya
4. No Sistem Organ Fungsi
.
1 Sistem Mulut, faring, Mencerna makanan dan
pencernaan esofagus, lambung, mengabsorbsi (menyerap) molekul-
usus, hati, kantung molekul yang sudah disederhanakan.
empedu, dan pankreas
2 Sistem Hidung, faring, laring, Pertukaran gas, oksigen dihisap
pernapasan trakhea, bonkus, dan karena diperlukan oleh tubuh dan
paru-paru karbondioksida dikeluarkan dari
jaringan dan tubuh.
3 Sistem gerak Tulang, otot Menyokong tubuh, menggerakkan
tubuh, dan melindungi organ-organ
dalam tubuh.
4 Sistem Jantung, pembuluh Mengangkut oksigen dan sari
transportasi arteri, vena, kapiler, makanan ke seluruh bagian tubuh.
pembuluh limfatik, Mengangkut karbondioksida dan
dan kelenjar limfa sampah-sampah tubuh dari jaringan
untuk dikeluarkan dari tubuh. Juga
berperan dalam pertahanan tubuh
(sistem limfatik).
5 Sistem ekskresi Paru-paru, ginjal, Mengeluarkan sisa metabolisme dari
kulit, dan hati dalam tubuh dan menjaga
keseimbangan cairan di dalam sel
dengan lingkungan sekitarnya.
6 Sistem gerak Otak, serabut saraf, Menerima, mengolah, dan merespon
simpul saraf, medulla setiap rangsang yang datang dari
oblongata, dan dalam maupun luar tubuh.
medulla spinalis
7 Sistem Testis dan penis (laki- Perkembangbiakkan, menghasilkan
reproduksi laki), ovarium, keturunan baru.
oviduk, uterus, dan
vagina (perempuan)

Berbagai macam sistem organ tersebut akan bersatu dalam satu tubuh untuk membentuk
organisme. Suatu organisme tidak dapat hidup normal (bahkan lama-kelamaan akan mati)
apabila salah satu sistem organnya mengalami kerusakan. Semua sistem tubuh diperlukan dalam
keadaan baik agar suatu organisme dapat melangsungkan kehidupannya.

Hewan memiliki sistem organ yang sama dengan manusia. Hanya saja dengan kompleksitas
yang berbeda. Misalnya saja sistem saraf tangga tali yang dimiliki cacing planaria, sistem
tersebut masih sangat sederhana bila dibandingkan dengan sistem saraf manusia yang sangat
kompleks. Peredaran darah ikan yang hanya terdiri dari satu jalur yang melingkar masih lebih
sederhana dari peredaran darah manusia yang terdiri atas peredaran darah besar dan peredaran
darah kecil.
4. Gangguan/Penyakit pada system organ manusia

1.     Penyakit Keturunan (disebabkan oleh Genetik) :

a.     Hemofilia

Merupakan penyakit berupa darah sukar membeku, disebabkan tidak terdapat faktor AGH (Anti
Globulin Hormone).

b.    Sick Cell Anemia (SCA)

Merupakan penyakit berupa kelainan sel darah merah yang berbentuk seperti bulan sabit.
Akibatnya daya ikat terhadap O2 dan CO2 berkurang.

c.      Thalassemia

Merupakan penyakit yang ditandai dengan bentuk sel darah merah yang tidak beraturan.
Akibatnya daya ikat terhadap O2 dan CO2 berkurang.

2.     Penyakit Non-Keturunan (disebabkan oleh Faktor Fisiologis :

a.     Anemia

Merupakan penyakit kekurangan darah, berupa kekurangan hemoglobin, kekurangan Fe, ataupun
kekurangan sel darah merah.

b.    Anemia Pernisiosa

Merupakan penyakit dimana tubuh tidak mampu menyerap vitamin B-12.

c.      Aneurisma

Merupakan penyakit pelebaran pembuluh arteri karena lemahnya dinding otot.

d.    Eritroblastosit Fetalis

Merupakan rusaknya eritrosit bayi di dalam kandungan karena perbedaan rhesus dengan ibu.

e.      Elefantiasis

Merupakan penyumbatan aliran pembuluh limfa akibat infeksi cacing filaria.

f.      –   Hipertensi


Merupakan tekanan darah tinggi, nilai sistolnya antara 140-200 mmHg dan      diastolnya antara
50-110 mmHg.

         –   Hipotensi

Merupakan penyakit tekanan darah rendah, tekanan sistolnya dibawah 100 mmHg.

g.     Leukimia (kanker darah)

Disebabkan oleh produksi sel darah putih yang berlebihan sehingga sel darah merah dimakan
oleh sel darah putih.

h.    Trombus dan Embolus

Merupakan penyakit jantung yang disebabkan oleh adanya gumpalan di dalam arteri coronaria.
Disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

i.       Jantung Koroner

Merupakan gangguan jantung disebabkan tertimbunnya lemak darah (kolesterol) pada arteri
coronaria.

j.       Sklerosis

Merupakan penyakit yang berupa pengerasan pada pembuluh darah akibat penimbunan lemak
(aterosklerosis) dan akibat penimbunan zat kapur (arteriosklerosis).

k.    Varises

Merupakan pelebaran vena pada bagian tipis, bisa juga pelebaran venanya pada bagian anus yang
disebut ambeien, wasir dan hemoroid.

Kelainan dan penyakit pada sistem Pernapasan


 
1.     Pada Saluran Pernapasan

1. Pembengkakan Kelenjar Limfa (adenoid) baik pada hidung (polip) ataupun pada tekak (amandel)
akan menyebabkan wajah penderita sangat khas tampak bodoh disebut wajah adenoid.
2. Penyempitan saluran pernapasan sehingga menyebabkan sesak dan batuk-batuk akibat alergi
ataupun stress (asma).
3. Bronkitis adalah peradaan pada trakea dan bronkus hingga dapat menyebabkan demam dan
batuk-batuk
4. Rinitis, merupakan radang pada rongga hidung hingga dapat menyebabkan bengkak dan banyak
mengeluarkan lendir akibat alergi.
5. Dipteri, merupakan infeksi bakteri Corynobacterium yang menyebabkan kematian.
6. Laringitis, radang pada daerah laring dan kanker laring yang sering menyerang lak-laki di atas
usia 50 tahun.                                                                                     

2.     Kelainan dan Penyakit pada Alveolus

1. Pneumonia, radang dinding alveoli akibat bakteri atau virus karena alveoli akan terisi cairan
limfa.
2. Tuberkulosis (TBC), timbul bintil-bintil pada alveolus akibat infeksi bakteri Mycobacterium
Tuberculosis.
3. Alveolus terisi oleh air akibat tenggelam.
4. Emfisema, merupakan kelainan berupa perluasan alveoli secara berlebihan hingga
menggelembungkan paru-paru.                                                                                     

3.     Kelainan pada Pengangkutan Oksigen

Asfiksi, merupakan gangguan pengangkutan oksigen ke jaringan ataupun gangguan penggunaan


oksigen oleh jaringan.

         GANGGUAN PADA SISTEM PERCERNAAN


 

1. Pada Mulut (paretis/gondong) yaitu infeksi pada kelenjar parotis dan (xerostomia) yaitu
produksi air liur yang sedikit.
2. Pada Lambung (gastritis) yaitu radang akut pada dinding lambung karena makanan yang kotor
dan (kolik) yaitu salah cerna akibat makanan yang masuk terlalu banyak.
3. Pada Usus (diare) yaitu infeksi kuman pada kolon yang menyakibatkan feses terlalu cepat keluar
dan sembelit yaitu keadaan sulit buang air besar akibat penyerapan air khim pada ileum
berlebihan (apendisitas) yaitu keadaan apendiks yang meradang dan (hemaroid) yaitu keadaan
membengkaknya vena pada anus.
4. Keracunan makanan disebabkan oleh bakteri salmonella (tifus), clostridium
(kelumpuhan/kematian), dan clostridium (makanan kaleng yang kadaluarsa).

GANGGUAN PADA SISTEM EKSKRESI 

1.  Albuminuria

Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya albumin dan protein lain pada urine akibatnya
kerusakan alat filtrasi pada ginjal.

2.  Diabetes Millitus (kencing manis)

Yaitu suatu penyakit yang disebabkan kurangnya hormon insulin yang ditandai dengan adanya
glukosa pada urine.
3.  Diabetes Insipidus

Suatu penyakit yang ditandai dengan kencing terus menerus karena kurangnya hormon ADH.

4.  Oligourea

Penyakit yang ditandai dengan produksi urine sangat sedikit karena beratnya kerusakan ginjal.

5.  Polyurea

Penyakit yang ditandai dengan produksi urine sangat banyak dan encer akibat gagalnya
reabsorpsi nefron.

6.  Sistitis

Suatu peradangan pada saluran kantung seni akibat infeksi.

7.  Batu Ginjal

Suatu penyakit akibat mengendapnya kristal kalsium fosfat menjadi batu ginjal yang dapat
menghambat pengeluaran urine.

8.  Jerawat

Suatu gangguan kronis pada kelenjar minyak pada umumnya terjadi pada remaja.

9.  Eksim

Suatu penyakit pada kulit yang kronis yang ditandai dengan gatal, merah, kering dan kulit
bersisik.

10.  Skabies / Seven Years Itch

Gangguan kulit yang dapat menular akibat parasit insekta sarcoptes scabies yang dapat
mengganggu sistem ekskreasi.

11.  Diabetes Insipidus

Merupakan kekurangan ADH yang dapat meningkatkan volume urine 20-30 kali.

Sehingga buang air kecil terus menerus dan selalu haus.

12.  Nefritis

Luka dan peradangan ginjal, terhentinya aktivitas jantung, secara mendadak.


13.  Scarletfever

Nefritis pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh penyakit jengkerik.

14.  Uremia

Gagal ginjal akut, hingga terhentinya pembentukan urine (anuria).

LIVER (GANGGUAN HATI)

Penyebab utamanya adalah jika pembuluh empedu tersumbat, misalnya kolesterol yang
mengendap dan membentuk batu empedu, hingga berwarna kuning dan coklat, abu-abu,
sedangkan darah akan berwarna kekuning-kuningan karena empedu masuk ke pendarahan darah.

Kelenjar hati menghasilkan enzim orginase berfungsi untuk mengurangi asam amino arginin
menjadi asam amino ornitin + urea. Ornitin yang terbentuk berfungsi mengikat NH3 dan CO2
yang bersifat racun. Dalam sel-sel tubuh, Ornitin diubah menjadi asam amino sitralin berperan
mengikat NH3 menjadi arginin yang hanya dapat dipecah di dalam hati, sedangkan urea dari hati
diangkut ke ginjal untuk dikeluarkan bersama urin.

Penyebab lain dari gangguan hati ini adalah karena infeksi (hepatitis) yang disebabkan oleh
serangan virus menular melalui makanan, minuman, jarum suntik, dan transfusi darah. Hepatitis
mengalami kerusakan pada sel hatinya, sehingga zat warna empedu beredar ke seluruh tubuh.
Akibatnya, warna tubuh menjadi kekuningan.

Sari makanan yang diserapc usus halus terlebih dahulu masuk ke hati melalui vena porta. Zat
racun dan bibit penyakit disaring di hati sebelum di edarkan ke seluruh tubuh. Hati merupakan
organ utama yang bertanggung jawab terhadap keamanan zat yang beredar ke seluruh tubuh.
Karena itu, hati dan ginjal sering rusak jika di dalam makanan terkandung zat beracun dan zat
sisa yang tak berguna.
Hati menghasilkan empedu yang merupakan hasil perombakan sel darah merah yang rusak / tua
dan mengubah kelebihan asam amino menjadi urea. Hepatitis merupakan peradangan hati berikut
kerusakan atau kematian sel-selnya karena infeksi virus, obat-obat tertentu, atau bahan kimia
beracun lainnya.

Gejala paling menonjol adalah gejala kuning, yang pada umumnya salesma, kemudian diikuti
mual, muntah, kehilangan nafsu makan, pembengkakan di rongga perut sebelah kanan bagian
atas, nyeri otot, atau sakit persedian. Adakalanya gejala kuning menjadi sangat hebat dan akan
diikuti kegagalan hati sampai alat-alat tubuh yang lainnya termasuk otak akan mengalami koma.

GANGGUAN PADA OTOT

1.  Atropi

Keadaan otot yang lisut atau menjadi kecil karena serangan polio atau otot lama tidak digunakan.
Ukuran otot yang mengalami atropi dapat menyusut sampai 25 %.

2.  Tetanus

Merupakan gangguan otot berupa kontraksi yang terus menerus, yang disebabkan oleh bakteri
clostridium tetani.

3.  Hipertropi

Yaitu membesarnya otot terjadi akibat bekerja atau berolahraga.

4.  Leher Kaku (stiff)

Diakibatkan oleh peradaan otot trapesius leher akibat kesalahan gerak.

5.  Miastenia Gravis


Merupakan melemahnya otot sehingga dapat mengakibatkan kematian.

6.  Distrofi Otot

Merupakan penyakit genetis yang dibawa sejak anak-anak.

7.  Hernia Abdominal

Melorotnya usus ke dalam rongga usus akibat robeknya dinding otot usus.

BAB 3: Biomolekuler dan Bioteknologi

1. struktur, fungsi, dan susunan kimia sel

Sel pada dasarnya disusun oleh dua jenis senyawa kimia organik maupun anorganik, keduanya dalam
proporsi yang tepat dan memiliki peran yang sama pentingnya. Dua jenis senyawa kimia tersebut
berkombinasi membentuk makromolekul.

Ada empat senyawa kimia makromolekul komponen utama sel makhluk hidup yaitu, asam nukleat,
protein, polisakarida, dan lemak(lipid). Walaupun setiap jenis sel memiliki komponen yang beraneka
ragam, tetapi hampir semua sel memiliki kandungan makromolekul protein paling banyak diantara
semua makromolekul lainnya.
komponen sel e.coli

Sel pada umumnya memiliki jumlah protein yang lebih banyak daripada DNA (asam nukleat), tetapi DNA
merupakan biomolekul terbesar di dalam sel makhluk hidup. Gambar di atas merupakan gambar
komponen kimia sel bakteri Escherichia coli yang dapat mewakili komponen pada sel mamalia dan
primata.

Komponen Makromolekul Organik


Persentase jumlah makromolekul pembentuk sel digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel Komponen Makromolekul dalam Sel

Asam Nukleat
Asam nukleat merupakan polimer nukleutida yang menyimpan informasi genetik dari makhluk hidup.
Ada 4 jenis nukleutida yang digunakan dalam proses biosintesis, DNA, m-RNA,t-RNA dan r-RNA.

Urutan proses biosintesis protein dalam sel ialah DNA --> RNA messenger (mRNA) --> transfer RNA
(tRNA) --> ribosomal RNA (rRNA) --> protein

Dapat disimpulkan bahwa fungsi dari asam nukleat dalam sel ialah menyimpan informasi genetis dan
berperan penting dalam sintesis protein

Protein
Protein merupakan polimer dari asam amino yang mengandung kode genetik. Setiap protein yang
diproduksi oleh sel merupakan struktur yang unik dan memiliki fungsi yang spesifik.

Protein ialah pembentuk utama enzim dalam sel. Enzim merupakan katalis dalam reaksi, dan hampir
semua reaksi yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup melibatkan enzim.

Fungsi dari protein dalam sel ialah sebagai struktur dasar dari komponen struktural sel, pembentuk
enzim yang dapat mengkatalisis reaksi kimia dalam sel, membentuk hormon yang dapat mengontrol
metabolisme dan pertumbuhan makhluk hidup.

Lemak/Lipid
Lipid merupakan senyawa kimia kombinasi dari rantai pendek asam lemak dengan keton. Lipid
merupakan komponen utama membran sel.

Fungsi utama dari lipid ialah dalam pelindung dan pelapis komponen sel penting. Lipid juga dapat
menyimpan energi dalam jumlah besar, menjadi sumber energi cadangan dan sangat penting dalam
menjaga sel dari kehilangan air.

Polisakarida
Polisakarida merupakan polimer dari gula sederhana. Polisakarida dapat dikatakan sebagai makanannya
sel makhluk hidup. Energi yang digunakan sel dalam kehidupan diperoleh dari polisakrida.

Fungsi utama dari polisakarida ialah mensuplai energi untuk aktivitas sell, menyimpan energi, dan
membentuk struktur dasar diding sel.

Komponen Senyawa Anorganik Dalam Sel


Kandungan senyawa anorganik dalam sel memang jumlahnya sangat kecil dibandingkan komponen
organik. Tetapi fungsi dari komponen-komponen ini sangatlah pending dalam proses hidup makhluk
hidup. Berikut ini beberapa komponen unsur anorganik penyusun sel makhluk hidup.

Persentase Unsur Fungsi Dalam Sel


Massa Molar
Unsur ini merupakan unsur anorganik
terpenting dalam tubuh makhluk hidup.
Oksigen terdapat dalam jumlah besar di
65% Oksigen tubuh berupa air (H2O). Elemen ini
merupakan pembentuk jaringan yang sangat
penting. Oksigen juga sangat diperlukan
dalam darah dan sistem respirasi. 

Karbon terdapat di semua molekul organik


18.6% K dalam tubuh. Merupakan sumber energi sel
dalam bentuk polisakarida.

Hidrogen terdapat dalam sel dengan bentuk


9.7% Hidrogen air H2O yang sangat penting dalam menjaga
kestabilan membran sel. 

Nitrogen banyak ditemukan pada protein.


Ditemukan juga pada sel paru-paru karena
3.2% Nitrogen
banyak terkandung dalam udara yang kita
hirup. 
Kalsium adalah komponen penting penyusun
sistem skeletal manusia dan gigi. Kalsium
1.8% Kalsium
juga terdapat pada sistem syaraf, darah dan
otot.

Fosfor banyak terdapat dalam tulang, gigi,


1.0% Fosfor dan pada struktur asam nukleat (DNA &
RNA)

Kalium ditemukan pada jaringan otot, syaraf


0.4% Kalium
dan beberapa jaringan lain

Natrium terdapat pada sel syaraf dan sel otot


0.2% Natrium makhluk hidup. Natrium dikeluarkan dari sel
tubuh sebagai keringat.

Klor terdapat di kulit dan berfungsi dalam


0.2% Klor
mengkatalisis penyerapan air ke dalam sel.

Magnesium merupaakn kofaktor dalam


0.06% Magnesium
banyak enzim dalam tubuh

Sulfur terdapat dalam banyak struktur asam


0.04% Sulfur/Belerang amino dan protein, tentu saja ini sangat
penting bagi sel. 

Besi ditemukan dalam darah yaitu


0.007% Besi hemoglobin. Besi berperan penting dalam
transport oksigen dalam sel. 

Iodine terdapat dalam hormon-hormon dalam


0.0002% Iodine
kelenjar tiroid

2. Gen, DNA dan Kromosom


gen  adalah suatu daerah DNA yang produk akhirnya bisa suatu
polipeptida atau bisa juga suatu molekul RNA.
Sebuah gen tidak terbatas berkaitan dengan bagian spesifik dari DNA, tetapi
berkaitan juga dengan berbagai bentuk produk lainnya yang berperanan
penting dalam sintesis protein.

            Namun demikian, untuk sebagian besar gen, tetap ada gunanya
untuk  mempertahankan ide satu gen satu polipeptida. Dalam kajian
genetika molekuler bagaimana sebuah gen diekspresikan melalui transkripsi
menjadi RNA dan selanjutnya translasi menjadi polipeptida yang membentuk
aebuah  protein yang spesifik dalam struktur dan fungsinya. Protein, pada
akhirnya, menghasilkan fenotipe organism yang diamati.

DNA/ADN (Deoxyribonucleid acid/Asam deoksiribosa nukleat) adalah


substansi dibalik adegium “sejenis menghasilkan sejenis”. DNA merupakan
molekul paling terkenal saat ini, karena molekul ini merupakan substansi
penurunan sifat. DNa merupakan suatu polimer heliks ganda yang terdiri
dari nukleotida, setiap nukleotida terdiri dari tiga komponen; satu basa
nitrogen, satu gula pentose yang disebut deoksiribosa, dan satu gugus fosfat
(Gambar 2). Basa nitrogennya bisa adenine (A), timin (T), guanine (G),
atau sitosin (S). adenine dan guanin adalah purin, basa nitrogen dengan
dua cincin organic. Sebaliknya, sitosin dan timin adalah anggota family basa
nitrogen yang dikenal sebagai pirimidin, yang mempunyai satu cincin
tunggal.
Gambar 2. Struktur double heliks DNA, dan komponen-komponen penyusunnya

DNA merupakan materi genetik sel, pernyataan ini telah dibuktikan


dengan berbagai percobaan. Bukti lainnya, sebelum mengalami mitosis, sel
eukariotik dengan tepat menggandakan kandungan DNA-nya, dan selama
mitosis, DNA ini akan terdistribusi tepat sama ke dua sel anaknya. Selain
itu, kromosom diploid mempunyai DNA dua kali lebih banyak daripada
kromosom haploid yang ditemukan di dalam gamet-gamet organism yang
sama. Bukti lainnya hasil penelitian Erwin Chargaff, pada tahun 1974 ia
melaporkan bahwa komposisi DNA berbeda-beda antara satu spesies dengan
spesies lainnya. Dalam satu spesies apapun yang dipilih, banyaknya
keempat basa nitrogen tidaklah sama tetapi hadir dalam rasio yang khas.
Chargaff juga menemukan adanya keteraturan yang agak ganjil dalam rasio
dari basa-basa nukleotida ini. Dalam DNA setiap spesies yang dipelajarinya,
jumlah adenine kurang lebih sama denga  timin, dan jumlah guanine kurang
lebih sama dengan sitosin. Contohnya, pada DNA manusia keempat basa
nitrogen hadir dalam persentase: A= 30,9% dan T= 29,4%; G= 19,9%.
Kesamaan A=T dan G=C yang kemudian dikenal dengan aturan Chargaff.

Sel manusia diperkirakan memiliki 50.000 sampai 100.000 gen –


sekitar 20 kali lebih banyak daripada bakteri umumnya. Terlebih lagi,
genom-genom manusia dan eukariota lainnya juga memiliki begitu banyak
DNA yang tidak bertugas memprogram sintesis RNA atau protein.
Keseluruhan masa DNA harus direplikasi secara tepat dalam setiap tahapan
siklus sel. Mengelola DNA yang jumlahnya begitu banyak ini memerlukan
pengaturan yang tepat. Baik pada prokariota maupun eukariota, DNA
berikatan dengan protein, pada sel eukariotik kompleks DNA-nya,
disebut kromatin. Selama interfase, kromatin biasanya membentang
sangat panjang di dalam nukleus (tampak seperti benang). Ketika sel pada
stadium interfase diwarnai, kromatin terlihatseperti suatu massa yang
berwarna dan tampak hablur. Namun ketika sel bersiap-siap untuk
melakukan mitosis, kromatinya akan menggulung dan melipat (memadat)
membentuk sejumlah kromosom tebal dan pendek yang dapat telihat
dengan mikroskop cahaya.

Protein histon merupakan protein yang bertanggung jawab untuk


tahap pertama pengemasan DNA pada kromatin eukariotik. Massa histon
dan DNA kira-kira sebanding. Histon memiliki asam-asam ini terikat kuat
pada DNA yang bermuatan negative (dari gugus fosfat). Kompleks DNA
histon adalah bentuk pokok dari kromatin. Ada lima tipe histon
(H2A,H2B,H3,H4, dan H1). Kromatin yang tidak melipat memiliki
penampilan seperti manic-manik yang menempel pada tali. Setiap manik
dan DNA yang mendampinginya membentuk nukleosom, unit dasar dari
pengemasan DNA. Manik nuikleosom ini terdiri dari gulungan DNA yang
mengelilingi sebuah inti protein yang tersusun dari dua molekul yang
masing-masing tersusun dari empat tipe histon yang berbeda (H2A,H2B,H3,
dan H4). Molekul histon kelima (H1), menempel pada DNA di dekat manic
ketika kromatin tersebut mengalami pengemasan tahap selanjutnya Gambar
(Gambar 3).

Tali manik-manik tersebut kelihatanya tetap terjaga utuh selama


siklus sel. Histon-histon tersebut meninggalkan DNA hanya untuk
sementara selama replikasi DNA, dan mereka tinggal bersama DNA selama
proses transkripsi. Para ahli telah mempelajari bahwa nukleosom
memungkinkan polymerase pensintsis RNA bergerak di sepanjang DNA.

Tali manik-manik dikemas lebih lanjut. Dengan bantuan histon H1,


tali  manik-manik tersebut menggulung atau melipat membentuk benang
yang tebalnya sekitar 30 nm, dikenal sebagai benang kromatin 30 nm. Serat
30 nm ini, pada saatnya, akan membentuk lingkaran yang disebut domain
yang  melipat, yang menempel pada suatu tangga kromosom yang terbuat
dari protein non histon. Di dalam kromosom mitotic, dominan melipat ini
sendirilah yang menggulung dan melipat, melanjutkan proses
pengkompakan seluruh kromatin untuk menghasilkan kromosom metaphase
yang unik seperti yang sering terlihat di bawah mikroskop cahaya. Langkah-
langkah pembuatan ini tampaknya sangat spesifik dan presisi, karena gen
tertentu pada akhirnya akan terletak di tempat yang sama di
dalam kromosom metaphase.
3. metabolism sel

A. PENGERTIAN METABOLISME

Metabolisme adalah reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Metabolisme sel dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:

1. Katabolisme adalah proses penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana untuk
menghasilkan energi.

2. Anabolisme adalah proses sintesis senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks.

Umumnya, proses metabolik melibatkan aktivitas katalis biologik yang disebut enzim dengan
melibatkan ATP.

B. ENZIM

1. Komponen Enzim

a. Apoenzim, yaitu bagian enzim yang berupa protein, bersifat tidak tahan panas (termolabil),
dan berfungsi menentukan kekhususan dari enzim.

b. Gugus prostetik, yaitu bagian yang bukan protein dan bersifat aktif, terdiri dari kofaktor
(molekul anorganik, misalnya Fe, Zn, Cu) dan koenzim (senyawa organik kompleks, misalnya
NAD+, FAD, Koenzim A, dan vitamin B).

2. Sifat-sifat Enzim
- Merupakan protein

- Biokatalisator (mempercepat reaksi, tanpa ikut bereaksi).

- Bekerja secara spesifik (hanya mempengaruhi substrat tertentu saja).

- Diperlukan dalam jumlah sedikit.

- Bekerja secara bolak-balik.

- Termolabil (dipengaruhi oleh suhu)

3. Mekanisme Kerja Enzim

Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim meningkatkan reaksi
dengan cara menurunkan energi ativasi. Cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori,
yaitu:

a. Teori gembok dan kunci ( Lock and key theory)

Teori gembok dan kunci menyatakan bahwa enzim diumpamakan sebagai gembok dan substrat
diumpamakan sebagai kunci yang dapat berikatan dengan sisi aktif enzim.

Hasil gambar untuk Teori gembok dan kunci ( Lock and key theory)

b. Teori kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)

Pada teori ini sisi aktif enzim bersifat fleksibel, sehingga ikatan antara enzim dan substrat dapat
berybah menyesuaikan substrat.

Hasil gambar untuk Teori gembok dan kunci ( Lock and key theory)

4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kerja Enzim

a. Suhu, enzim hanya mampu bekerja optimum pada kisaran suhu tertentu (30-40)°C. Suhu yang
tinggi dapat menyebabkan denaturasi, sedangkan suhu yang rendah dapat menghambat reaksi.

b. pH, pH optimum yang diperlukan tergantung pada jenis enzimnya.

c. Konsentrasi enzim dan substrat, penambahan kosentrasi enzim mengakibatkan kecepatan


reaksi meningkat, sehingga dicapai kecepatan konstan.

d. Inhibator (zat penghambat), dibagi menjadi dua, yaitu:

- Inhibator kompetitif adalah molekul penghambat yang bersaing dengan substrat untuk
mendapatkan sisi aktif enzim
Hasil gambar untuk reaksi respirasi- Inhibator nonkompetitif adalah molekil penghambat enzim
yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim, sehingga bentuk enzim
berubah dan sisi aktif enzim tidak dapat berfungsi. Hal ini menyebabkan substrat tidak masuk ke
sisi aktif enzim.

C. KATABOLISME KARBOHIDRAT

Katabolisme merupakan reaksi pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana disertai dengan pembebasan energi dalam bentuk ATP. contoh katabolisme, yaitu
proses respirasi. Ada dua macam respirasi, yaitu:

1. Respirasi Aerob

Secara sederhana, reaksi repirasi adalah sebagai berikut:

Tahapan-tahapan respirasi aerob:

a. Glikolis adalah peristiwa pengubahan molekul glukosa (6 atom C) menjadi 2 molekul yang
lebih sederhana, yaitu asam piruvat (3 atom C). Produk penting glikolis adaha:

1) 2 molekul asam piruvat.

2) 2 molekul NADH sebagai sumber elektron berenergi tinggi.

3) 2 molekul ATP dari 1 molekul glukosa.

b. Dekarboksilasi oksidatif (reaksi transisi atau reaksi antara)

Pada tahap ini terjadi pengubahan asam piruvat menjadi asetil Co-A yang berlangsung di matriks
mitokondria, menghasilkan 2 asetil Co-A dan CO2, serta NADH.

c. Siklus Krebs (Asam sitrat)

Siklus krebs terjadi di matriks mitokondria. Dakan siklus krebs, dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2,
2 ATP, dan 4 CO2.

d. Transpor elektron

Transpor elektron terjadi di membran dalam (krista) mitokondria, dan berakhir setelah elektron
dan H+ bereaksi dengan oksigen yang berfungsi sebagai akseptor terakhir, membentuk H2O.
ATP yang dihasilkan pada tahap ini adalah 34 ATP.

Hasil gambar untuk Respirasi Aerob


2. Respirasi Anaerob

Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak menggunakan oksigen sebagai penerima akhir
pada saat pembentukan ATP. Respirasi anaerob juga menggunakan glukosa sebagai substrat.
Fermentasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Fermentasi alkohol, dilakukan oleh jamur ragi (Saccharomyces sp.)

b. Fermentasi asam laktat, terjadi pada otot manusia saat melakukan kerja keras dan persediaan
oksigen kurang mencukupi.

Hasil gambar untuk Fermentasi asam laktat

D. ANABOLISME KARBOHIDRAT

Reaksi anabolisme merupakan peristiwa sintesis atau penyusunan, sehngga memerlukan energi,
dan dibentuk reaksi endergonik. Contoh: fotosintesis, kemosintesis.

1. Fotosintesis

Fotosintesis adalah peristiwa pembentukan zat organik (karbohidrat) dari CO2 dan H2O dengan
bantuan energi cahaya matahari. Secara sederhana, reaksi fotosintesis sebagai berikut:

Hasil gambar untuk reaksi Fotosintesis

Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel plastida yang mengandung
pigmen hijau daun (klorofil). Kloroplas tersusun atas bagian-bagiannya, antara lain: Stroma
(cairan plastida untuk pembentukan karbohidrat), tilakoid ( struktur cakram bertumpuk-tumpuk,
yang terbentuk dari pelipatan membran dalam kloroplas, dan berfungsi menangkap energi cahaya
dan mengubahnya menjadi energi kimia) serta grana ( selubung tangkai penghubunh tilakoid).

Hasil gambar untuk struktur kloroplas

a. Tahap-tahap Fotosintesis

Proses reaksi fotosintesis dalam tumbuhan tinggi dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

1) Reaksi terang (Hill)

Reaksi terang terjadi di grana. Energi cahaya memacu pelepasan elektron dari fotosistem di
dalam membran tilakoid. Fotosistem adalah tempat berkumpulnya beratus-ratus molekul pigmen
fotosintesis. Aliran elektron melalui sistem transpor menghasilkan ATP dan NADPH. Pada
reaksi terang, elektron dilepaskan melalui dua macam aliran, yaitu:

- Jalur Siklik, elektron dilepaskan oleh forosistem I (P700 nm), kemudian melalui sistem
transpor elektron akan kembali ke fotosistem lagi. Jalur ini hanya menghasilkan ATP.
- Jalur Nonsiklik, pada jalur ini terjadi fotolisis air.

Fotosistem II akan mengambil elektron hasil fotolisis. Dari fotolisis II, elektron diteruskan ke
fotosistem I (P680) melalui sistem transpor elektron. Dalam proses tersebut akan terbentuk ATP.
Pada saat yang bersamaan, fotosistem I akan melekpaskan elektron. Elektron tersebut diteruskan
ke sistem transpor elektron hingga akhirnya diikat NAPD" untuk membentuk NAPDPH2.

Hasil akhir dari reaksi terang antara lain: ATP, NAPDH 2, dan O2.

2) Reaksi gelap ( siklus Calvin/Blackman)

Disebut juga siklus Calvin-Benson. Reaksi ini disebut reaksi gelap, karena tidak tergantung
secara langsung dengan cahaya matahari. Reaksi gelap terjadi di stroma Reaksi gelap terjadi
melalui beberapa tahapan, yaitu:

- Tahap fiksasi (pengikatan) CO2 oleh ribulosa bifosfat (RuBP) menjadi fosfat gliserat (APG)

- Tahap reduksi APG menjadi fosfogliseraldehid (PGAL) dengan memakai ion H+ dari
NADPH2

- Tahap regenerasi RuBP dan penambabatan CO2 kembali berlangsung.

Hasil dari reaksi gelap adalah C6H12O6 (karbohidrat)

Hasil gambar untuk struktur calvin

b. Percobaan Fotosintesis

1) Ingenhousz

- Perangkat percobaan yang digunakan adalah Hydrilla verticillata dalam bejana yang ditutup
dengan corong terbalik yang di atasnya diberi tabung reaksi yang telah diisi penuh aur dan
disinari cahaya matahari.

- Kesimpulan percobaan: akan terbentuk gelembung-gelembung air yang merupakan O2

2) Sachs

- Perangkat percobaan yang digunakan adalah daun yang dituup kertas alumunium foil dan daun
dalam keadaan terbuka.

- Setelah terkena sinar matahari dilakukan perebusan daun di air yang mendidih (mematikan sel-
sel daun).
- Perlakuan selanjutnya dimasukkan ke alkohol (melarutkan klorofil).

- Ditetesi dengan lugol (menguji adanya amilum).

- Jika positif mengandung amilum, warna daun berubah menjadi biru tua. Jika negatif, warna
daun pucat.

- Kesimpulan percobaan: hasil fotosintesis berupa amilum

3) Englemann

- Perangkat percobaan yang digunakan adalah spriogyra yang diletakkan di atas gelas benda
yang telah diberi air dan diamati di bawah mikroskop.

-Kesimpulan percobaan: fotosintesis membutuhkan cahaya dan klorofil serta menghasilkan O2

c. Jalur C3, C4. dan CAM

1) Daur C3, terjadi pada tanaman polong-polongan, gandum, padi. Daur ini diawali dengan
fiksasi CO2, yaitu menggabungkan CO2 dengan sebuah molekul akseptor karbon. Tetapi, dalam
daur ini CO2 difiksasi ke gula berkarbon lima, yaitu ribulosa bifosfat (RuBP) oleh enzim
karboksilase RuBP (rubisko). Molekul berkarbon 6 yang berbentuk tidak stabil dan segera
terpisah menjadi 2 molekul fosfogliserat (PGA).

2) Daur C4 disebut juga jalur metabolisme Hatch-Slack, yaitu jalur metabolisme penambatan
CO2 yang pada tahap reaksi pertamanya melibatkan pembentukan asam dikarboksinat beratom
karbon empat, yaitu oksaloasetat, malat, dan asam aspartat. Daur C4 ini terjadi pada tumbuhan
golongan C, seperti jagung, rumput-rumputan, dan tumbuhan padang pasir.

3) Daur CAM, daur ini terjadi pada tanaman nanas, kaktus, bunga lili, agave, dan beberapa jenis
anggrek. Secara biokimia, daur CAM identik dengan daur C4, kecuali adanya pemisahan reaksi
sintesis antara mesofil dengan berkas sel seludang bahkan, semua reaksi dipisahkan oleh waktu,
suatu faktor yang sangat penting bagi kelangusungan hidup tanaman CAM pada lingkungan yang
kering.

2. Kemosintesis

Kemosintesis adalah reaksi penyusunan bahan organik yang dilakukan dengan energi yang
diperoleh dari pemecahan senyawa kimia. Bakteri yang mampu melakukan kemosintesis adalah
bakteri kemoautotrof. Beberapa macam bakteri kemoatotrof, yaitu:

a. Bakteri Nitrit, mengoksidasi amonia (NH3) menjadi nitrit )HNO2). Misalnya Notrosomonas
dan Nitrosococcus.

b. Bakteri Nitrat, mengoksidasi nitrit (HNO2) menjadi (HNO3). Misalnya Nitrobacter.


c. Bakteri Sulfur, mengoksidasi hidrogen sulfida (H2S) menjadi air (H2O) dan sulfur (S).

4. Bioteknologi

Penerapan bioteknologi sudah dilakukan orang sejak dulu, misalnya dalam pembuatan makanan
fermentasi dan pembuatan obat.

Makanan dan minuman hasil fermentasi, seperti tempe, tape, bir, yoghurt, dan cuka. Dengan
bioteknologi dihasilkan obat-obatan, seperti vaksin hepatitis, antibiotik, dan hormon insulin.

Tahun 1797, Edward Jenner menggunakan mikroorganisme hidup untuk menghasilkan vaksin penyakit
cacar.

Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan untuk digunakan sebagai obat vaksinasi.

Beberapa penerapan bioteknologi oleh para ahli dapat kamu lihat pada tabel berikut.

Tabel: Perkembangan Penerapan Bioteknologi

Saat ini, bioteknologi dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit pada seseorang secara dini.
Bioteknologi dibagi menjadi dua macam, yaitu bioteknologi sederhana (konvensional) dan bioteknologi
modern.

Dalam bioteknologi, manusia memanfaatkan sel hewan dan sel tumbuhan atau mikroorganisme,
misalnya jamur, bakteri, dan kapang.

Penerapan bioteknologi didukung oleh berbagai ilmu, seperti;


1. mikrobiologi (cabang biologi yang mempelajari mikroba atau jasad renik), 
2. biologi sel (mempelajari sel), 
3. genetika (cabang biologi yang mempelajari sifat-sifat keturunan), dan 
4. biokimia (cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek kimia pada makhluk hidup).

1. Pengertian Bioteknologi Konvensional


Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang menggunakan organisme atau mikroba untuk
menghasilkan suatu senyawa kimia atau produk dengan aktivitas-aktivitas mikroba dan belum
menggunakan enzim.

Ciri-ciri bioteknologi konvensional adalah:

a) Dikenal sejak awal peradaban manusia.

b) Menggunakan secara langsung hasil yang diproduksi organisme atau mikroorganisme berupa
senyawa kimia atau bahan pangan tertentu yang bermanfaat bagi manusia.

c) Peralatan yang digunakan sederhana.

d) Pemanfaatan mikroorganisme terbatas.

Contoh Produk Bioteknologi Konvensional antara lain; Anggur atau bir, Keju, Yoghurt, Mentega, Nata
de Coco, Tempe, Tape, Antibiotik pinisilin, Sauerkraut, dll.

2. Pengertian Bioteknologi Modern


Bioteknologi modern merupakan bioteknologi yang memanfaatkan biologi molekuler dan sel untuk
menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia.

Penerapan bioteknologi modern berdasarkan pada rekayasa genetika dan rekayasa biokimia. Rekayasa
genetika adalah teknik pengambilan gen tertentu untuk menghasilkan organisme yang memiliki
keunggulan secara genetik.

Sedangkan, rekayasa biokimia seperti penggunaan tangki reaktor untuk pertumbuhan mikroorganisme
untuk proses biologis tertentu supaya tidak terkontaminasi mikroorganisme lain.

Ciri-ciri bioteknologi modern adalah:

a) Mulai berkembang sejak ditemukan DNA.

b) Organisme atau mikroorganisme digunakan untuk memperbaiki serta meningkatkan kinerja genetik
suatu organisme yang bermanfaat bagi manusia.

c) Peralatan yang digunakan sudah modern.


d) Pemanfaatan mikroorganisme ditambah dengan teknologi modern.

Contoh Produk Bioteknologi Modern antara lain; Bibit tanaman yang seragam, antibodi monoklonal,
bayi tabung, hormon insulin, domba dolly, tanaman kebal hama, tanaman yang mampu memfiksasi
nitrogen, hewan transgenik, hormon BST (bovine somatotrophin), vaksin malaria, interveron, hormor
pertumbuhan manusia, terapi genetik dan pelestarian species langka.

BAB 4: Genetika dan Evolusi

Hukum Mendell
Tokoh peletak prinsip dasar genetika adalah Gregor Johan Mendell seorang biarawan dan
penyelidik tanaman berkebangsaan Austria.
Pada tahun 1866 Mendell melaporkan hasil penyelidikannya selama bertahun-tahun atas kacang
ercis/kapri (Pisum sativum). Untuk mempelajari sifat menurun Mendell menggunakan kacang
ercis dengan alasan:
–    memiliki pasangan sifat yang menyolok
–    bisa melakukan penyerbukan sendiri
–    segera menghasilkan keturunan atau umurnya pendek
–    mampu menghasilkan banyak keturunan, dan
–    mudah disilangkan

Hukum Mendell I/Hukum Pemisahan Bebas

Hukum Mendell I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada pembentukan
gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan  dalam dua sel anak’. Hukum ini
berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda).
Contoh dari terapan Hukum Mendell I adalah persilangan monohibrid dengan dominansi.
Persilangan dengan dominansi adalah persilangan suatu sifat beda dimana satu sifat lebih kuat
daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan dan bersifat menutupi, sedangkan
yang lemah/tertutup disebut sifat resesif.
Perhatikan contoh berikut ini:
Disilangkan antara mawar merah yang bersifat dominan dengan mawar putih yang bersifat
resesif.
Persilangan monohibrid dengan kasus intermediet
Sifat intermediet adalah sifat yang sama kuat, jadi tidak ada yang dominan ataupun resesif.
Contoh: disilangkan antara mawar merah dengan mawar putih

Hukum Mendell II/Hukum Berpasangan Bebas

Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan: ‘bila dua
individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya
sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk
persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
Contoh: disilangkan ercis berbiji bulat warna kuning (dominan) dengan ercis berbiji kisut warna
hijau (resesif)
Konsep Backcross dan Testcross
Backcross (silang balik) adalah langkah silang antara F1 dengan salah satu induknya.

F1     x    salah satu induk (P)

Testcros (uji silang) adalah persilangan antara suatu individu yang genotifnya belum diketahui
dengan individu yang telah diketahui bergenotif homozigot resesif. Gunanya untuk mengetahui
apakah genotif suatu individu tersebut homozigot ataukah heterozigot.

?    x    homozigot resesif

Persilangan Resiprok
Persilangan resiprok adalah suatu persilangan dimana sifat induk jantan dan betina bila dibolak-
balik/dipertukarkan tetapi tetap menghasilkan keturunan yang sama.

Teori Asal Usul Kehidupan (Teori Evolusi)


Teori Abiogenesis

Menurut teori ini, makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau dengan kata lain
makhluk hidup ada dengan sendirinya. Oleh karena makhluk itu ada dengan sendirinya
maka teori ini dikenal juga dengan teori Generatio Spontanea. Aristoteles merupakan
salah satu pelopor teori ini, dengan percobaan yang dilakukannya pada tanah yang
direndam air akan muncul cacing.

Pendukung lain teori Abiogenesis adalah Nedham, seorang ilmuwan dari Inggris.
Nedham melakukan penelitian dengan  merebus kaldu dalam wadah selama beberapa
menit kemudian ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari, terdapat bakteri dalam
kaldu tersebut. Nedham berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu.

Setelah ditemukan mikroskop, Antonie van Leeuwenhoek melihat adanya


mikroorganisme (animalculus) di dalam air rendaman jerami. Temuan ini seolah-olah
menguatkan teori Abiogenesis. Para pendukung teori Abiogenesis menyatakan bahwa
mikroorganisme itu berasal dari jerami yang membusuk. Akan tetapi, Leeuwenhoek
menolak pernyataan itu dengan mengemukakan bahwa mikroorganisme itu berasal dari
udara.

Para penganut abiogenesis tersebut di atas dalam menarik kesimpulan sebenarnya


terdapat kelemahan, yaitu belum mampu melihat benda yang sangat kecil (bakteri,
kista, ataupun telur cacing) yang terbawa dalam materi percobaan yang digunakan. Hal
ini karena pada zaman Aristoteles belum ditemukan mikroskop. Walaupun ada
kelemahan pada percobaan, tetapi cara berpikir dalam mencari jawaban mengenai asal
usul kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada pola metode ilmiah.

2. Teori Biogenesis
Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Tokoh
pendukung teori ini antara lain Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur.
Francesco Redi merupakan orang pertama yang melakukan penelitian untuk
membantah teori Abiogenesis.

a. Percobaan Francesco Redi

Francesco Redi melakukan penelitian menggunakan 8 tabung yang dibagi menjadi 2


bagian. Empat tabung masing-masing diisi dengan daging ular, ikan, roti dicampur
susu, dan daging. Keempat tabung dibiarkan terbuka. Empat tabung yang lain
diperlakukan sama dengan 4 tabung pertama, tetapi tabung ditutup rapat. Setelah
beberapa hari pada tabung yang terbuka terdapat larva yang akan menjadi lalat.

Berdasarkan hasil percobaannya, Redi menyimpulkan bahwa ulat bukan berasal dari
daging, tetapi berasal dari telur lalat yang terdapat dalam daging dan menetas menjadi
larva. Penelitian ini ditentang oleh penganut teori Abiogenesis karena pada tabung yang
tertutup rapat, udara dan zat hidup tidak dapat masuk sehingga tidak memungkinkan
untuk adanya suatu kehidupan. Bantahan itu mendapat tanggapan dari Redi. Redi
melakukan percobaan yang sama, namun tutup diganti dengan kain kasa sehingga
udara dapat masuk dan ternyata dalam daging tidak terdapat larva.

b. Percobaan Lazzaro Spallanzani

Lazzaro Spallanzani pada tahun 1765 melakukan percobaan untuk menyanggah


kesimpulan yang dikemukakan oleh Nedham. Lazzaro Spallanzani melakukan
percobaan dengan memanaskan 2 tabung kaldu sehingga semua organisme yang ada di
dalam kaldu terbunuh. Setelah didinginkan kaldu tersebut dibagi menjadi 2, satu
tabung dibiarkan terbuka dan satu tabung yang lain ditutup. Ternyata pada tabung yang
terbuka terdapat organisme, sedangkan pada tabung yang tertutup tidak terdapat
organisme.

c. Percobaan Louis Pasteur

Louis Pasteur melakukan percobaan menggunakan labu leher angsa. Pertama-tama


kaldu direbus hingga mendidih, kemudian didiamkan. Setelah beberapa hari, air kaldu
tetap  jernih dan tidak mengandung mikroorganisme. Adanya leher angsa
memungkinkan udara dapat masuk ke dalam tabung, tetapi mikroorganisme udara
akan terhambat masuk karena adanya uap air pada pipa leher. Namun, apabila tabung
dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukaan pipa, air kaldu tersebut akan
terkontaminasi oleh mikroorganisme udara. Akibatnya setelah beberapa waktu, air
kaldu akan keruh karena terdapat mikroorganisme.

Berdasarkan hasil percobaan para ilmuwan tersebut maka muncullah teori baru yaitu
teori Biogenesis yang menyatakan bahwa:

a. setiap makhluk hidup berasal dari telur = omne vivum ex ovo,


b. setiap telur berasal dari makhluk hidup = omne ovum ex vivo,
c. setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya = omne vivum ex vivo.

Perhatikan ikhtisar percobaan yang dilakukan oleh Nedham, L. Spallanzani, dan L.


Pasteur dalam Tabel berikut.

Keterangan Nedham L. Spallanzani L. Pasteur


Bahan

Reaksi
Kaldu
Merebus kaldu beberapa menit, kemudian menutup botol dengan sumbat gabus
Tumbuh bakteri
Kaldu
Merebus kaldu cukup
lama sehingga semua organisme mati  botol ditutup dengan rapat
Tidak tumbuh bakteri
Kaldu
Merebus kaldu hingga mendidih,memasukkan kaldu dalam botol kemudian leher angsa
Tidak tumbuh bakteri

3. Teori Cosmozoic

Teori Cosmozoic atau teori Kosmozoan menyatakan bahwa asal mula makhluk hidup
bumi berasal dari ”spora kehidupan” yang berasal dari luar angkasa. Keadaan planet di
luar angkasa diliputi kondisi kekeringan, suhu yang sangat dingin serta adanya radiasi
yang mematikan sehingga tidak memungkinkan kehidupan dapat bertahan. Pada
akhirnya spora kehidupan itu sampai ke bumi. Teori ini tidak dapat diterima oleh
banyak ilmuwan.

4. Teori Penciptaan (Special Creation)

Teori ini berpandangan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan seperti apa
adanya. Paham ini hanya membicarakan perkembangan materi sampai terbentuknya
organisme tanpa menyinggung asal usul materi kehidupan. Penciptaan setiap jenis
makhluk hidup terjadi secara terpisah. Teori ini tidak berdasarkan suatu eksperimen.

5. Teori Evolusi Biokimia

Teori ini mencoba menggali informasi asal usul makhluk hidup dari sisi biokimia.
Menurut Oparin dalam bukunya yang berjudul The Origin of Life (1936) menyatakan
bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi
beserta atmosfernya. Alexander Oparin adalah ahli evolusi molekular berkebangsaan
Rusia. 

Lebih lanjut, Oparin menjelaskan bahwa pada mulanya atmosfer bumi purba terdiri
atas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Oleh karena
adanya pemanasan dan energi alam, berupa sinar kosmis dan halilintar, gas-gas
tersebut mengalami perubahan menjadi molekul organik sederhana, sejenis substansi
asam amino.

Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di cekungan perairan


membentuk primordial soup, seperti semacam campuran materi-materi di lautan
panas. Tahap selanjutnya, primordial soup ini membentuk monomer. Monomer
bergabung membentuk polimer. Polimer membentuk agregasi berupa protobion.
Protobion adalah bentuk awal sel hidup yang belum mampu bereproduksi, tetapi
mampu memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya. 

Di samping itu, protobion juga telah memperlihatkan sifat yang berhubungan dengan
makhluk hidup, seperti dapat melakukan metabolisme, kemampuan menerima
rangsang, dan bereplikasi sendiri. Terbentuknya polimer dari monomer-monomer telah
dibuktikan oleh Sydney W. Fox. Dalam percobaannya, Fox memanaskan 18–20 macam
asam amino pada titik leburnya dan didapatkan protein.

Pendapat Alexander Oparin mendapat dukungan dari ahli kimia Amerika Serikat,
bernama Harold Urey. Urey menyatakan bahwa atmosfer bumi purba terdiri atas gas-
gas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Dengan
adanya energi alam (berupa halilintar dan sinar kosmis), campuran gas-gas tersebut
membentuk asam amino.

Pada tahun 1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu Stanley Miller (USA) mencoba
melakukan eksperimen untuk membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan Urey.
Percobaannya itu juga dikenal dengan eksperimen Miller-Urey.

Miller menggunakan campuran gas yang diasumsikan terdapat di atmosfir bumi purba,
yaitu amonia, metana, hidrogen, dan uap air dalam percobaannya. Oleh karena dalam
kondisi alamiah gas-gas itu tidak mungkin bereaksi, Miller memberi stimulus energi
listrik tegangan tinggi, sebagai pengganti energi alam (halilintar dan sinar kosmis). 

Miller mendidihkan campuran gas tersebut pada suhu 100oC selama seminggu. Pada
akhir percobaan, Miller menganalisis senyawa-senyawa kimia yang terbentuk di dasar
gelas percobaan dan menemukan 3 jenis dari 20 jenis asam amino.

Alat percobaan Miller-Urey Terdiri atas bagian yang berupa sebuah tabung tertutup
yang dihubungkan dengan 2 ruangan. Ruangan atas berisi beberapa gas yang
menggambarkan keadaan atmosfer bumi purba. Selanjutnya pada tempat ini diberi
percikan listrik yang menggambarkan halilintar. 
Kondensor berfungsi untuk mendinginkan gas, menyebabkan terbentuknya tetesan-
tetesan air dan berakhir pada ruangan pemanas kedua yang menggambarkan
lautan. Beberapa molekul kompleks yang terbentuk di ruangan atmosfer,
dilarutkan dalam tetesan-tetesan air ini dan dibawa ke ruangan lautan tempat
sampel yang terbentuk diambil untuk dianalisis.

Keberhasilan percobaan Miller ini memunculkan hipotesis lanjutan tentang asal usul
kehidupan. Para evolusionis menyatakan bahwa asam-asam amino kemudian
bergabung dalam urutan yang tepat secara kebetulan untuk membentuk protein.
Sebagian protein-protein yang terbentuk secara kebetulan ini menempatkan diri
mereka pada struktur seperti membran sel yang diikuti pembentukan sel primitif. Sel-
sel ini kemudian bergabung membentuk organisme hidup. Mereka menyebutnya
sebagai evolusi biologi.

6. Evolusi Biologi

Oparin dan Haldane serta teori Urey menyebutkan bahwa zat organik (asam amino)
yang merupakan bahan dasar penyusun makhluk hidup, pada mulanya terakumulasi di
lautan. Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa dalam sel-sel tubuh makhluk hidup
mengandung garam (NaCl). Hal ini mendasari kesimpulan bahwa makhluk hidup
berasal dari laut.

Evolusi biologi dimulai pada saat pembentukan sel. Asam amino yang terbentuk dari
evolusi kimia akan bergabung membentuk makromolekul. Hal ini dibuktikan pada
penelitian Sidney W. Fox. Larutan yang mengandung monomer-monomer organik
diteteskan ke pasir, batu, atau tanah yang panas sehingga mengalami polimerisasi. 

Hasil polimerisasi ini dinamakan proteinoid. Apabila proteinoid dicampur dengan air
dingin terbentuklah kumpulan proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut
mikrosfer. Mikrosfer memiliki beberapa sifat hidup yang mempunyai membran selektif
permeabel namun belum dapat dikatakan hidup.

Oparin menggunakan istilah koaservat untuk mikrosfer. Koaservat merupakan tetesan


koloid yang terbentuk saat larutan protein, asam nukleat, dan polisakarida dikocok.
Substansi dalam koaservat dapat membentuk enzim yang berperan dalam pengambilan
bahan dari lingkungan sebagai bahan pembentuk tubuh. Adanya deretan molekul-
molekul lipid dan protein yang membatasi koaservat dengan lingkungan luar
sekitarnya, telah dianggap sebagai selaput sel primitif. 

Selaput sel primitif ini menyebabkan stabilitas koaservat akan tetap terjaga. Selaput sel
primitif ini diperkirakan berperan dalam pengaturan pertukaran substansi antara
koaservat dan lingkungan sekitarnya. Koaservat dengan selaput lipid protein mungkin
merupakan tipe sel primitif yang disebut protosel. Protosel kemudian akan membentuk
sel awal yang merupakan permulaan dari organisme uniselular. Oleh karena keadaan
atmosfer saat itu tidak mengandung O2, organisme awal tersebut diperkirakan bersifat
prokariotik, anaerob, dan heterotrof.

Perkembangan protosel menjadi organisme uniselular maupun multiselular tidak


terlepas dari sistem genetik pada protosel itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu,
seorang ahli biokimia dari Havard yaitu Walter Gilbert pada tahun 1986 mengajukan
hipotesis dunia RNA. Menurut hipotesis itu, miliaran tahun yang lalu sebuah molekul
RNA yang dapat mereplikasi terbentuk secara kebetulan. 

Melalui pengaktifan oleh lingkungan, RNA ini dapat memproduksi protein. Selanjutnya,
diperlukan molekul kedua untuk menyimpan informasi tersebut, maka dengan suatu
cara tertentu terbentuklah DNA. Segera setelah protosel memperoleh gen yang mampu
mereplikasi menyebabkan protosel mampu bereproduksi, dan dimulailah proses evolusi
biologi. Sejarah kehidupan pun telah dimulai. Selanjutnya organisme-organisme
mengalami proses evolusi menurut jalur kehidupan yang berbeda-beda.

Mutasi Gen dan Mutasi Kromosom


Mutasi Gen dan Mutasi Kromosom – Mutasi adalah suatu perubahan yang terjadi pada
bahan genetik yang menyebabkan perubahan ekspresinya. Perubahan bahan genetik
dapat terjadi pada tingkat pasangan basa, tingkat satu ruas DNA, bahkan pada tingkat
kromosom. 
 
Peristiwa terjadinya mutasi disebut mutagenesis. Sedangkan, individu yang mengalami
mutasi sehingga menghasilkan fenotip baru disebut mutan. Faktor yang menyebabkan
mutasi disebut mutagen. Untuk lebih mengetahui tentang mutasi, mari cermati uraian
di bawah ini.

1. Mutasi Gen (Mutasi Titik)

Mutasi gen atau mutasi titik adalah mutasi yang terjadi karena perubahan pada satu
pasang basa DNA suatu gen. Perubahan DNA menyebabkan perubahan kodon-kodon
RNA d, yang akhirnya menyebabkan perubahan asam amino tertentu pada protein yang
dibentuk. Perubahan protein atau enzim akan menyebabkan perubahan metabolisme
dan fenotip organisme. Besar kecilnya jumlah asam amino yang berubah akan
menentukan besar kecilnya perubahan fenotip pada organisme tersebut. Ada dua
mekanisme mutasi gen, yaitu subtitusi pasangan basa dan penambahan atau
pengurangan pasangan basa.
a. Subtitusi pasangan basa

Subtitusi pasangan basa ialah pergantian satu pasang nukleotida oleh pasangan
nukleotida lainnya. Subtitusi pasangan basa ada dua macam, yaitu transisi dan
tranversi. Transisi adalah penggantian satu basa purin oleh basa purin yang lain, atau
penggantian basa pirimidin menjadi basa pirimidin yang lain. Transisi sesama basa
purin, misalnya basa adenin diganti menjadi basa guanin atau sebaliknya. Sedangkan,
transisi sesama basa pirimidin, misalnya basa timin diganti oleh basa sitosin atau
sebaliknya.
 
Tranversi adalah penggantian basa purin oleh basa pirimidin, atau basa pirimidin oleh
basa purin. Tranversi basa purin oleh basa pirimidin, misalnya basa adenin atau guanin
diganti menjadi basa timin atau sitosin. Tranversi basa pirimidin oleh basa purin,
misalnya basa timin atau sitosin menjadi basa adenin atau guanin.
 
Subtitusi pasangan basa ini kadang-kadang tidak menyebabkan perubahan protein,
karena adanya kodon sinonim (kodon yang terdiri atas tiga urutan basa yang berbeda,
tetapi menghasilkan asam amino yang sama). Misalnya, basa nitrogen pada DNA adalah
CGC menjadi CGA sehingga terjadi perubahan kodon pada RNA-d dari GCG menjadi
GCU. Sedangkan, asam amino yang dipanggil sama, yaitu arginin.

b. Penambahan atau pengurangan pasangan basa

Mutasi gen yang lain adalah perubahan jumlah basa akibat penambahan atau
pengurangan basa. Penambahan atau pengurangan basa pada DNA dapat menyebabkan
perubahan sederetan kodon RNA-d yang terdapat di belakang titik perubahan tersebut,
berarti juga akan terjadi perubahan asam amino yang disandikan melalui RNA-d
tersebut. Akibat lain dari penambahan atau pengurangan basa adalah terjadinya
pergeseran kodon akhir pada RNA-d. 
 
Pergeseran kodon akhir menyebabkan rantai polipeptida mutan menjadi lebih panjang
atau lebih pendek. Mutasi ini disebut juga mutasi ubah rangka karena menyebabkan
perubahan ukuran pada DNA maupun polipeptida. 
Mutasi ubah rangka ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penambahan basa (adisi)
dan pengurangan basa (delesi).
 
Mutasi karena penambahan basa, misalnya basa DNA awalnya AGC-GTC menjadi TAG-
CGT-C… . Sedangkan, jika basa DNA tersebut mengalami pengurangan basa maka
urutannya menjadi GCG-TC… . Penambahan atau pengurangan basa dapat terjadi di
bagian awal, di tengah, atau di akhir.
2. Mutasi Kromosom

Selain terjadi pada tingkat gen, mutasi juga dapat terjadi pada tingkat kromosom, atau
disebut juga aberasi kromosom.
 
Mutasi kromosom ini mengakibatkan perubahan sejumlah basa yang berdampingan
pada rantai DNA atau perubahan runtunan nukleotida dalam suatu ruas gen sehingga
akibat yang ditimbulkan pada fenotip individu menjadi lebih nyata.
 
 
Mutasi kromosom dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mutasi yang diakibatkan oleh
perubahan struktur kromosom karena hilang atau bertambahnya segmen kromosom,
dan perubahan jumlah kromosom. Mutasi kromosom ini biasanya diakibatkan oleh
kesalahan pada waktu meiosis melalui peristiwa pautan, pindah silang, atau gagal
berpisah.

a. Perubahan struktur kromosom

Perubahan struktur kromosom merupakan penataan kembali struktur kromosom akibat


terjadinya delesi, duplikasi, inversi, dan translokasi kromosom.
 
1) Delesi kromosom
 
Delesi adalah mutasi akibat hilangnya dua atau lebih nukleotida yang berdampingan.
Apabila rangkaian basa yang hilang merupakan suatu ruas yang lebih kecil dari panjang
gen, maka gen tersebut akan bermutasi, tetapi bila rangkaian nukleotida yang hilang
lebih besar dari ruas suatu gen, maka gen tersebut akan hilang dari kromosom.
 
Contoh delesi kromosom terjadi pada kromosom X Drosophila melanogaster yang
berukuran lebih pendek. Mutan ini bersifat resesif dan letal, dapat hidup hanya dalam
bentuk heterozigot.
 
2) Duplikasi kromosom
 
Duplikasi adalah mutasi yang terjadi karena penambahan ruas kromosom atau gen
dengan ruas yang telah ada sebelumnya. Sehingga, terjadi pengulangan ruas-ruas DNA
dengan runtunan basa yang sama yang mengakibatkan kromosom mutan lebih panjang.
 
Contoh perubahan fenotip akibat proses duplikasi adalah gen bar pada Drosophila
melanogaster. Penambahan gen pada kromosom lalat buah ini mengakibatkan
peningkatan enzim tertentu yang menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme.
 
3) Inversi kromosom
 
Inversi adalah penataan kembali struktur kromosom yang terjadi melalui pemutaran
arah suatu ruas kromosom sehingga kromosom mutan mempunyai ruas yang runtunan
basanya merupakan kebalikan dari runtunan basa kromosom liar. Misalnya pada satu
ruas kromosom terdapat urutan ruas ABCDEF, setelah inversi diperoleh ruas AEDCBF.
Jadi, terjadi pemutaran ruas BCDE.
 
Inversi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: inversi parasentrik dan inversi
perisentrik. Inversi parasentrik, yaitu bila sentromer berada di luar ruas yang terbalik.
Dan inversi perisentrik, yaitu bila sentromer terdapat dalam segmen yang berputar.
 
4) Translokasi kromosom
 
Translokasi adalah mutasi yang terjadi akibat perpindahan ruas DNA (segmen
kromosom) ke tempat yang baru, baik dalam satu kromosom atau antarkromosom yang
berbeda. Bila terjadi pertukaran ruas antarkromosom, disebut translokasi resiprok.
Sedangkan, translokasi tidak resiprok adalah berpindahnya segmen kromosom ke
kromosom yang lain tanpa pertukaran sehingga kromosom menjadi lebih panjang.

b. Perubahan jumlah kromosom

Makhluk hidup dalam satu spesies memiliki jumlah kromosom yang sama, sedangkan
pada spesies yang berbeda memiliki jumlah kromosom yang berbeda pula. Jumlah
kromosom tersebut dapat berbeda dalam satu spesies karena terjadi mutasi. Perubahan
jumlah kromosom tersebut biasanya terjadi pada waktu terjadinya meiosis pada saat
terjadi pindah silang atau gagal berpisah.
 
Ada dua jenis perubahan jumlah kromosom, yaitu aneuploidi (penambahan atau
pengurangan satu atau beberapa kromosom pada satu ploidi) dan euploidi
(penambahan atau kehilangan keseluruhan kromosom dalam satu ploidi).
 
1) Aneuploidi
 
Organisme aneuploidi adalah organisme yang jumlah kromosomnya terdapat
penambahan atau kehilangan satu atau beberapa kromosom pada genomnya. Yang
banyak ditemui adalah individu dengan penambahan atau pengurangan satu
kromosom. Dengan penambahan satu kromosom (2n + 1), maka dalam inti akan ada
satu nomor kromosom dengan tiga homolog (trisomi), sedangkan nomor yang lainnya
tetap mengandung dua kromosom. 
 
Kebalikannya, melalui pengurangan satu kromosom (2n – 1) akan dihasilkan individu
monosomi, yaitu yang mengandung hanya satu kromosom tanpa pasangan homolognya.
Aneuploidi terbentuk karena adanya ketidakseimbangan segregasi kromosom dalam
proses meiosis. 
 
Kegagalan segregasi yang terjadi pada meiosis I apabila dua
kromosom homolog bergerak ke kutub yang sama sehingga menghasilkan dua sel
dengan dua kromosom dan dua sel tanpa kromosom. Sedangkan, pada meiosis II, dua
kromosom bersaudara pada satu kromatid tidak berpisah menuju kutub yang berbeda
sehingga menghasilkan dua sel normal, satu sel dengan dua kromosom, dan satu sel
tanpa kromosom.
 
Pada manusia terdapat berbagai kasus trisomi atau monosomi baik pada autosom atau
kromosom seks yang menyebabkan munculnya berbagai sindrom kelainan fisik dan
mental. Pada Tabel 5.8 diperlihatkan berbagai aneuploidi pada manusia dengan
sindrom penyakit yang ditimbulkannya. 
 
2) Euploidi
 
Euploidi ialah perubahan jumlah kromosom pada tingkat ploidi atau genom sehingga
jumlah kromosom merupakan kelipatan jumlah kromosom pada satu genom. Misalnya
adalah jumlah kromosom pada sel adalah haploid, maka euploidi yang mungkin muncul
adalah kromosom yang berjumlah n (monoploid), 2n (diploid), 3n (triploid), 4n
(tetraploid), dan seterusnya.
 
Keragaman tingkat ploidi banyak ditemukan pada tumbuhan yang berhubungan dengan
evolusi spesies-spesies. Pada hewan dikenal adanya tingkat ploidi yang berhubungan
dengan penentuan jenis seks. Contohnya, lebah madu berkromosom monoploid,
sedangkan yang betina diploid.
 
Jika makhluk diploid dianggap sebagai makhluk normal, dan sebagian besar merupakan
organisme eukariot, maka euploid lain merupakan hasil mutasi diploid. Menurut
kelipatan jumlah kromosom pada satu genom, dibedakan sebagai berikut:
 
 
(a) Monoploid (n);
(b) Diploid (2n);
(c) Poliploidi (3n, 4n, dan seterusnya).
 
Poliploidi ialah proses peningkatan jumlah ploidi menjadi lebih tinggi dari diploid, yaitu
triploid, tetraploid, dan seterusnya. 
 
Pada tumbuhan ditemukan banyak spesies yang dibedakan oleh tingkat ploidi, misalnya
kentang, gandum, dan pisang. Terdapat dua kelompok poliploidi, yaitu autopoliploid
dan alopoliploid. Autopoliploid ialah penggandaan ploidi dengan penggabungan
genom-genom yang sama. Sedangkan, alopoliploid ialah penggandaan kromosom
melalui penggabungan genom-genom yang berbeda.

c. Faktor penyebab mutasi

Perubahan bahan genetik, baik mutasi tingkat gen maupun mutasi kromosom dapat
terjadi secara alami atau buatan. Mari cermati uraian berikut ini.
 
1) Mutasi alami
 
Mutasi alami dapat terjadi akibat kesalahan secara acak yang berlangsung dalam proses
replikasi, saat pembelahan sel, atau karena adanya unsur dalam material genetik yang
dapat berubah secara acak.
 
Mutasi terjadi secara lambat, kemungkinan terjadinya mutasi di alam, kira-kira satu di
antara satu juta sampai satu milyar kejadian. Faktor luar yang secara alami merangsang
terjadinya mutasi adalah sinar-sinar kosmis dari luar angkasa, sinar radioaktif yang
terdapat di alam, dan sinar ultraviolet.
 
Mutasi yang terjadi secara alami ini biasanya bersifat merugikan bagi makhluk hidup
yang mengalaminya dan sering tidak mampu bertahan hidup karena tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 
 
Tetapi, jika ada yang dapat bertahan hidup dan mewariskan sifat-sifat barunya kepada
keturunannya, maka keturunan tersebut menjadi varietas baru. Individu baru ini, dapat
menjadi spesies baru dalam beberapa ratusan generasi. Spesies baru yang terbentuk
akibat adanya mutasi secara alami ini merupakan salah satu mekanisme evolusi biologi.
 
2) Mutasi buatan
 
Peristiwa mutasi alami terjadi sangat lambat. Oleh karena itu, manusia melakukan
perubahan materi genetik yang sengaja dibuat untuk kepentingannya. Mutagen yang
dapat dipakai untuk merangsang mutasi adalah:
 
(a) Bahan fisik, misalnya berbagai gelombang cahaya pada sinar matahari, seperti
ultraviolet, infra merah, dan sinar-sinar radioaktif seperti sinar α, β, dan γ.
(b) Bahan kimia, antara lain etil metan sulfonat (EMS), etiletan sulfonat (EES), dan
hidroksilamin (HA).
(c) Bahan biologis yang merupakan bahan mutakhir digunakan ialah elemen loncat.
 
Selain mutagen di atas, suhu yang tinggi dan virus juga merupakan mutagen. Sinar X
menyebabkan mutasi kromosom dengan cara memutus kromosom menjadi beberapa
bagian. Bagian-bagian ini dapat hancur atau bergabung dengan kromosom lain.
 
Peristiwa ini menyebabkan mutasi gen atau mutasi kromosom. Sifat sinar X ini dapat
dimanfaatkan untuk mendapatkan mutan tumbuhan maupun hewan agar mempunyai
sifat yang lebih baik untuk keuntungan manusia. Hasil mutasi buatan dari radiasi sinar
X, antara lain: bibit unggul padi kultivar atomita I dan II, kedelai kultivar Muria, dan
tomat kultivar Boutset. 
 
Pemberian bahan kimia kolkisin dapat menghambat kerja mikrotubulus sehingga
pemisahan kromatid pada fase anafase tidak terjadi dan mengakibatkan poliploidi. Hal
ini dimanfaatkan untuk menghasilkan buah tanpa biji, misalnya semangka.

Anda mungkin juga menyukai