1200 2283 1 SM
1200 2283 1 SM
Edra Satmaidi
Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
Jl. WR. Supratman Kandang Limun Kota Bengkulu
Email: edra_fhunib@yahoo.com
Abstract
Damage and pollution of the environment is driven by the dominance of
anthropocentric concepts in environmental and natural resources management that are
backed-up by the sectoral and partial regulations more to prioritize aspects of economic
development but ignoring the sustainability of the environment. The concept of Deep
Ecology’s Arne Naess fight for the sustainability of ecological communities. In the
concept of Deep Ecology, protection and saving the environment by humans basically
moved from the awareness that humans are part of nature and environmental
sustainability intended for the entire ecological community.Law No. 32 of 2009 on the
Protection and Management of the Environment (UUPPLH 2009) which establishes the
obligation of the planning of the Protection and Environmental Management (RPPLH), the
Strategic Environmental Assessment (SEA), Spatial Planning (RTRW) at the policy level
and Environmental Impact Assessment (EIA) within the framework of the licensing
system for environmental management at the project level or activity must be
understood as an effort to protect and maintain environmental carrying capacity as the
implementation of the concept of Deep Ecology in the regulation of Indonesian
environmental law.
Keywords: Deep ecology concept, Environmental law, Regulation
Abstrak
Kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup didorong oleh masih
dominannya konsep antroposentris dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumber
daya alam yang diback-up oleh peraturan yang bersifat sektoral dan parsial yang lebih
memprioritas aspek pembangunan ekonomi tetapi mengabaikan keberlanjutan fungsi
lingkungan hidup.Konsep Deep Ecology dari Arne Naess memperjuangkan
keberlanjutan komunitas ekologis. Dalam konsep Deep Ecology, perlindungan dan
penyelamatan lingkungan hidup yang dilakukan manusia pada dasarnya beranjak
dari kesadaran bahwa manusia merupakan bagian dari alam dan keberlanjutan
lingkungan hidup diperuntukan bagi seluruh komunitas ekologis.Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UUPPLH 2009) yang menetapkan kewajiban penyusunan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di level kebijakan dan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dalam kerangka sistem perizinan pengelolaan
lingkungan hidup di level proyek atau kegiatan harus dipahami sebagai upaya untuk
melindungi dan memelihara daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
(DDDTLH) sebagai implementasi konsep Deep Ecology dalam pengaturan hukum
lingkungan Indonesia.
Kata Kunci: Konsep deep ecology, Hukum lingkungan, Pengaturan
Krisis lingkungan
Salah satu versi teori dianggap terjadi karena perilaku
ekosentrisme adalah "deep manusia yang dipengaruhi oleh
ecology". Deep ecology (DE) cara pandang antroposentris.
menuntut suatu etika baru yang Pola perilaku yang eksploitatif,
tidak berpusat pada manusia, destruktif dan tidak peduli
tetapi berpusat pada makhluk terhadap alam tersebut dianggap
hidup seluruhnya dalam kaitan berakar pada cara pandang yang
dengan upaya mengatasi hanya mementingkan
persoalan lingkungan hidup.7 DE kepentingan manusia. Apa saja
mempersoalkan secara boleh dilakukan manusia
mendasar cara pandang dan terhadap alam, sejauh tidak
pemahaman etika antroposentris merugikan kepentingan
dalam melihat hubungan manusia, sejauh tidak
manusia dengan alam. mempunyai dampak yang
merugikan kepentingan manusia
Etika antroposentris (dalam arti kepentingan jangka
mendapatkan banyak kritikan pendek).10 Kewajiban dan
dan kecaman karena lebih tanggung jawab moral manusia
menempatkan manusia sebagai terhadap lingkungan - kalaupun
manusia biologis yang memiliki itu ada semata-mata demi
cara pandang “hidup untuk memenuhi kepentingan sesama
hidup” bahkan lebih sempit lagi manusia.11
“hidup untuk manusia”.8 Etika
antroposentris menjauhkan Ditinjau dari perspektif
manusia sebagai manusia ajaran Islam, yang tertuang
ekologis dan manusia idealis dalam Al-Qur’an Surah Al-
yang memiliki kesadaran bahwa Baqarah ayat 30 paradigma
antroposentris bertentangan
dengan tugas manusia sebagai
6 Ibid., hlm. 75-76 khalifah fil ardhi dimana Allah
7 A. Sonny Keraf, Etika
SWT mengamanahkan tugas
Lingkungan, PT. Kompas Media
Nusantara, Jakarta, 2006, hlm. 76
kepada manusia sebagai
8 Sunardi, Perlindungan khalifah untuk mengelola atau
Lingkungan: Sebuah Perspektif dan
Spritualitas Islam, Program Studi 9Ibid., hlm. 41-43
Magister Ilmu Lingkungan – 10 Ibid., hlm. 35
Universitas Padjadjaran, Bandung, 11 Sonny Keraf, Op.cit., hlm.
2008, hlm. 41 34
Jurnal Penelitian Hukum
Supremasi Hukum, ISSN: 1693-766X, Vol. 24, No. 2, Agustus 2015
kaidah-kaidah pengaturan
dalam perundang-undangan Bila dipahami UUPPLH,
tersebut. Hal ini disebabkan penyusunan Rencana
sustainabilitas (keberlanjutan) Perlindungan dan Pengendalian
telah menjadi isu penting dalam Lingkungan Hidup (RPPLH),
pembangunan ekonomi dunia, penyusunan Kajian Lingkungan
karena masyarakat dunia sudah Hidup Strategis (KLHS), dan
menyadari bahwa eksploitasi penyusunan Analisis Mengenai
sumber daya alam dapat Dampak Lingkungan Hidup
mengakibatkan kelangkaan (AMDAL) dalam kerangka sistem
sumberdaya, degradasi perizinan lingkungan bagi usaha
lingkungan, dan penurunan dan/atau kegiatan yang
kualitas lingkungan. Oleh berdampak penting bagi
karenanya, pembangunan lingkungan hidup bertujuan
ekonomi harus mengarah ke untuk memastikan agar
pembangunan yang berwawasan DDDTLH tetap terjaga sehingga
lingkungan atau pembangunan dapat mendukung pembangunan
berkelanjutan.28 Pembangunan berkelanjutan. RPPLH dan KLHS
berkelanjutan menempatkan berada pada tataran hulu atau
lingkungan hidup dan sumber berada pada level Kebijakan,
daya alam tidak saja sebagai Rencana dan Program (KRP),
modal pertumbuhan ekonomi sementara AMDAL berada pada
(resource based economy), tetapi tataran hilir yaitu pada level
juga sebagai penopang sistem kegiatan atau proyek.
kehidupan (life supporting
system), sehingga fungsi dan Menurut UUPPLH,
daya dukung lingkungan hidup pemanfaatan sumber daya alam
perlu dilestarikan.29 dan penyusunan rencana
pembangunan jangka panjang
Pelestarian fungsi (RPJP) dan rencana
lingkungan hidup dan pembangunan jangka menengah
pembangunan berkelanjutan (RPJM) harus berdasarkan
merupakan tujuan utama yang RPPLH karena melalui RPPLH
hendak dicapai dengan telah ditentukan rencana
ditetapkannya Undang-Undang mengenai pemanfaatan,
Nomor 32 Tahun 2009 tentang pencadangan, pengendalian, dan
perlindungan dan pengelolaan pelestarian sumber daya alam;
lingkungan hidup (UUPPLH). pemeliharaan dan perlindungan
Tercapainya pelestarian fungsi fungsi lingkungan hidup, dan
lingkungan hidup dan adaptasi dan mitigasi terhadap
pembangunan berkelanjutan perubahan iklim. Dalam hal
diukur dari terjaganya daya RPPLH belum tersusun,
dukung dan daya tampung pemanfaatan sumber daya alam
lingkungan hidup (DDDTLH). dilaksanakan berdasarkan
DDDTLH.
28Ibid.,hlm. 18
29 Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip Begitu pula, kewajiban
Pembaruan Agraria Perspektif Pemerintah dan Pemerintah
Hukum. Rajawali Pers, Jakarta, Daerah menyusun dan
2009 , hlm. 191.
Jurnal Penelitian Hukum
Supremasi Hukum, ISSN: 1693-766X, Vol. 24, No. 2, Agustus 2015
DAFTAR PUSTAKA