Anda di halaman 1dari 26

Struktur Beton 1

01
Modul ke:

Fakultas
Prinsip Dasar Perencanaan
FAKULTAS Struktur Beton Bertulang
TEKNIK

Program Studi
PROGRAM
TEKNIK SIPIL
Ir. Anom Wibisono, ST, MT, IPM

Pembuka Daftar Pustaka Akhiri Presentasi


Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

PRINSIP DASAR PERENCANAAN


STRUKTUR BETON BERTULANG
Pertemuan - 1

Abstrak: Kompetensi:
Modul ini membahas mengenai prinsip dasar Diharapkan setelah membaca modul ini mahasiswa
struktur beton mencakup material penyusun, dapat memahami mengenai prinsip dasar struktur
elemen struktur serta kelebihan dan kekurangan beton mencakup material penyusun, elemen struktur
dari struktur tersebut. serta kelebihan dan kekurangan dari struktur tersebut.
Buku Referensi yang Digunakan

Text Book
Dept. Kimpraswil, 2013, Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton Bertulang Untuk Bangunan Gedung, SNI
03-28472013

MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced


Concrete Structure, Prentice-Hall,Inc, New Jersey.

Setiawan, Agus, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang


Berdasarkan SNI 2847:2013, Erlangga, Jakarta

Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan


Beton Bertulang (Berdasarkan SKSNI T-15-1991-
03), Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta.

Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Grafik dan Tabel Perhitungan


Beton Bertulang (Berdasarkan SKSNI T-15-1991-
03), Seri Beton 4, Erlangga, Jakarta.dst.
PRINSIP DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG

Terkadang terdapat beberapa Campuran beton tersebut seiring


Beton material tambahan yang berjalannya waktu akan
Merupakan perpaduan antara
dicampur untuk memerbaiki mengeras sehingga:
material konstruksi pasir,
sifat-sifat beton seperti
kerikil/ batu pecah, semen dan Kuat Tekan
meningkatkan workability,
air.
durability dan waktu
perkerasan beton Kuat Tarik

Tulangan baja juga Kehadiran tulangan baja


Beton bertulang
adalah kombinasi antara beton
mampu memikul beban di dalam beton memberikan
dan tulangan baja yang bekerja
tekan seperti yang digunakan kuat tarik yang tidak dimiliki
bersama-sama memikul beban
pada elemen kolom oleh beton.
yang ada.
PRINSIP DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG

126 M 1824 1867 1873 1884 1877


Pantheon, Joseph Aspdin Joseph Monier Tanki dan Ransome Balok dan kolom
Roma memproduksi semen mempatenkan beton jembatan beton memperkenalkan
beton bertulang
Portland di Wakefield bertulang bertulang tulangan ulir
Inggris

1963- 1940 1915 – 1935 1928 1902 Thaddeus Hyatt


Ransome memberi dasar teori
Saat ini, Riset di bidang Dikembangkan Eugene Freyssinet
kolom dengan banyak riset tentang memperkenalkan memperkenalkan elastik dalam
ACI
beban eksentris kolom beton dan beton prategang tulangan spiral perencanaan
memperkenalkan
metode desain masalah rangkak beton bertulang
dengan konsep
kekuatan
yang bertahan
hingga kini
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON BERTULANG

KELEBIHAN KUAT TARIK RENDAH


(SEKITAR 1/10 KUAT TEKAN)

PERLU PROSES PERAWATAN UNTUK MENCAPAI


KUAT TEKAN TINGGI
KUAT TEKANNYA

KETAHANAN TERHADAP API BIAYA CETAKAN TINGGI

UKURAN PENAMPANG LEBIH BESAR DIBANDING


STRUKTUR SANGAT KAKU STRUKTUR BAJA SEHINGGA LEBIH BERAT

ADANYA RETAKAN AKIBAT SUSUT BETON


UMUR LAYANAN PANJANG, RENDAHBIAYA PERAWATAN
MUTU TERGANTUNG PADA PROSES
MATERIAL EKONOMIS UNTUK BENDUNGAN, PILAR PENCAMPURAN
JEMBATAN

DAPAT DICETAK BERAGAM BENTUK

TIDAK PERLU SDM TERAMPIL TINGGI KEKURANGAN


ELEMEN STRUKTUR BETON
ELEMEN STRUKTUR BETON

ELEMEN DINDING GESER


(SHEAR WALL)

ELEMEN BALOK

ELEMEN KOLOM

Elemen struktur beton


juga termasuk Lower
ELEMEN PELAT
Structure

- Pondasi
- Diaphragm Wall
(dinding penahan basement)
STANDAR PERENCANAAN

• Pada umumnya setiap negara memiliki peraturan masing-masing.


• Di Amerika Serikat sebelum tahun 2000 dikenal tiga macam standar perencanaan
bangunan yaitu Uniform Building Code (UBC), Standard Building Code dan Basic
Building Code.
• Ketiga peraturan tersebut mencakup persyaratan dalam proses desain suatu struktur
bangunan. Namun setelah tahun 2000, ketiga peraturan ini digantikan oleh International
Building Code (IBC) yang selalu diperbaharui setiap 3 tahun sekali.
• Sedangkan peraturan desain yang lebih spesifik untuk struktur beton bertulang diatur
dalam Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318M-11).
• Di Indonesia sendiri peraturan desain struktur beton diatur dalam SNI 2847:2013
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung, yang disusun dengan mengacu
pada peraturan ACI 2011.
STANDAR PERENCANAAN

• Konsep perencanaan yang dianut oleh ACI maupun SNI adalah berbasis
kekuatan, atau yang lebih sering dikenal sebagai metode LRFD (Load and
Resistance Factor Design).

• Dengan menggunakan konsep ini, maka persyaratan dasar yang harus


dipenuhi dalam desain adalah:

Kuat Rencana > Kuat Perlu


ϕ (Kuat Nominal) > U
BAHAN PENYUSUN BETON

Bahan Penyusun
Beton
• Portland Cement
• Coarse Aggregate
• Fine Aggregate
• Water
• Admixture (optional)
BAHAN PENYUSUN BETON

SEMEN PROSES
• Bahan dasar pembuat semen sebenarnya
adalah batu kapur yang mengandung PEMBUATAN
kalsium oksida/ kapur (CaO), serta lempung
atau tanah liat yang banyak mengandung 1. Penambahan material dasar
silikon dioksida/silika (SiO2) dan alumunium (kapur, silika dan alumina)
oksida/alumina (Al2O3). 2. Pemecahan batuan dan
pencampuran material dasar
• Material-material ini dicampur dan 3. Pencampuran dalam tungku
ditambahkan gips dalam jumlah yang cukup, berputar
kemudian dibakar dalam klinker dan
4. Pembakaran material menjadi
kemudian didinginkan.
klinker
5. Pemberian bahan tambah
4 UNSUR SEMEN (CaSO4, CaCl2, dan lain-lain),
• Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2 sampai semen dikemas
• Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
• Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
• Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
BAHAN PENYUSUN BETON

Secara umum sesuai dengan standar dari American Society for Testing and Materials (ASTM), jenis semen dapat
dikategorikan menjadi lima jenis sebagai berikut:

• Tipe I, jenis semen biasa yang dapat digunakan pada pekerjaan konstruksi umum

• Tipe II, merupakan modifikasi dari semen tipe I, yang memiliki panas hidrasi lebih rendah dan dapat tahan dari
beberapa jenis serangan sulfat.

• Tipe III, merupakan tipe semen yang dapat menghasilkan kuat tekan beton awal yang tinggi. Setelah 24 jam proses
pengecoran semen tipe ini akan menghasilkan kuat tekan dua kali lebih tinggi daripada semen tipe biasa, namun
panas hidrasi yang dihasilkan semen jenis ini lebih tinggi daripada panas hidrasi semen tipe I

• Tipe IV, merupakan semen yang mampu menghasilkan panas hidrasi yang rendah, sehingga cocok digunakan pada
proses pengecoran struktur beton yang massif

• Tipe V, digunakan untuk struktur –struktur beton yang memerlukan ketahanan yang tinggidari serangan sulfat
BAHAN PENYUSUN BETON

PENGGUNAAN
SEMEN
BERDASARKAN
KEBUTUHAN
BANGUNAN
BAHAN PENYUSUN BETON

AGREGAT
• Agregat menempati 70 hingga 75% volume beton yang mengeras.
• Agregat yang dapat melalui saringan No.4 (4,75 mm) dapat diklasifikasikan sebagai agregat ringan
• Agregat yang tertahan di saringan No.4 diklasifikasikan sebagai agregat kasar.

SNI 03-2847-2002
pasal 5.3.2
Ukuran agregat tidak melebihi dari:
• 1/5 kali jarak terkecil antara bidang samping
cetakan.
• 1/3 kali tebal pelat.
• 3/4 kali jarak bersih antara tulangan, jaring kawat
baja, bundel tulangan, tendon, atau bundel
tendon prategang
BAHAN PENYUSUN BETON

AIR
• Air merupakan bahan yang penting juga dalam pembuatan suatu campuran beton.
• Air yang dicampur dengan semen akan membungkus agregat halus dan agregat kasar
menjadi satu kesatuan.
• Pencampuran semen dan air akan menimbulkan suatu reaksi kimia yang disebut
dengan istilah reaksi hidrasi.
• Perbandingan antara jumlah berat air dengan jumlah berat semen (rasio air semen)
memegang peranan vital dalam hal kuat tekan beton.
• Agar reaksi hidrasi dapat berlangsung, pada umumnya dibutuhkan air sebanyak kurang
lebih 25% dari berat semen (atau dikatakan rasio air semen = 0,25).
• Untuk beton normal, rasio air semen pada umumnya berkisar antara 0,40 hingga 0,60,
sedangkan untuk beton mutu tinggi rasio air semen biasanya diambil cukup rendah
hingga 0,20
BAHAN PENYUSUN BETON

ACCELERATING MEMERCEPAT PERTUMBUHAN KUAT TEKAN


ADMIXTURES BETON.

AIR-ENTRAINING
MENINGKATKAN WORKABILITY
ADMIXTURES

WATER-REDUCING PENGURANG AIR TUJUANNYA UNTUK


ADMIXTURES MENINGKATKAN KUAT TEKAN BETON.
BAHAN TAMBAH
(ADMIXTURE) SET RETARDING JUANNYA MENJAGA SUPAYA BETON TIDAK CEPAT
ADMIXTURES MENGERAS

HIGH RANGE WATER MENGURANGI KADAR AIR SAMPAI 12. UNTUK


REDUCER MENGHASILKAN BETON DENGAN KELECAKAN
(SUPERPLASTICIZER) (WORKABILITY) YANG BAGUS.

SUBTITUSIONAL 10%-35% PARSIAL MATERIAL


BAHAN TAMBAH POZZOLAN SEMEN
SIFAT MEKANIK BETON

SIFAT MEKANIK BETON


• Kuat Tekan (f/c)
𝟐𝑷
• Kuat Tarik (fsp) = , berkisar antara 7% - 11%,
𝝅𝒙𝑳𝒙𝑫
rata-rata sebesar 10% dari kuat tekan beton Dimana:
fsp = Kuat tarik belah (MPa)
P = Beban batas pengujian
L = Panjang benda uji (mm)
D = Diameter benda uji (mm)
𝑷𝑳
• Kuat Lentur (fr) = 𝟐 , berkisar antara 11% - 23% dari
𝒃𝒅
kuat tekannya. Dimana:
fr = Kuat lentur beton (MPa)
P = Beban batas benda uji (N)
L = Panjang benda uji (mm)
b = Lebar balok (mm)
d = Tinggi balok (mm)
• Modulus Elastisitas (E) = 4.700 𝑓/𝑐
SIFAT MEKANIK BETON

SIFAT MEKANIK BETON


Rengkak (Creep)
• Beton adalah merupakan material yang bersifat elastoplastis, dan diawali dengan tegangan yang kecil, regangan plastis
akan muncul sebagai tambahan dari regangan elastis.
• Setelah beban tetap bekerja, maka deformasi plastis akan berlanjut hingga jangka waktu kurang lebih satu tahun.
Deformasi ini akan bertambah dengan cepat pada sekitar 4 bulan pertama setelah beban bekerja.
• Deformasi plastis yang terjadi selama beban tetap bekerja sering dikenal dengan istilah rangkak (creep).

• α merupakan rasio regangan rengkak yang dapat


kembali terhadap rengkak total. Nilai rasio α berkisar
antara 0,1 hingga 0,2.
• Besarnya rengkak regangan dapat kembali pulih
kembali, mengecil dalam waktu yang lama. Besarnya
rengkak pada beton berkisar 0,2x10-6 hingga 2x10-6
per satuan tegangan.
SIFAT MEKANIK BETON

SIFAT MEKANIK BETON


Susut (Shrinkage)
• Nilai susut beton berkisar antara 200 hingga 700∙10–6, sedangkan
untuk beton normal, nilai susutnya dapat diambil sebesar 300∙10–6.
• Apabila potensi susut pada beton tidak dikontrol dengan baik,
maka akan menimbulkan retak-retak pada pelat atau dinding
beton.
• Pada struktur statis tak tentu, adanya susut akan menimbulkan
tegangan tambahan yang cukup besar dan membahayakan. Karena
akibat-akibat yang merugikan ini, maka potensi susut pada beton
harus diminimalisir.
• Untuk mengurangi potensi susut beton, pada umumnya beton
dirawat, dapat dengan disiram atau direndam dalam air, selama
jangka waktu tidak kurang dari 7 hari.
MATERIAL BETON BERTULANG

TULANGAN BAJA
(REINFORCEMENT)
• Tulangan baja, yang biasanya berupa batang baja bulat,
diletakkan di dalam beton, khususnya di daerah tarik,
untuk memikul gaya tarik yang timbul dari beban
eksternal yang bekerja pada struktur beton.

• Tulangan memanjang yang diletakkan dalam beton, dan


berfungsi memikul gaya tarik ataupun tekan yang terjadi,
dinamakan sebagai tulangan utama.

• Pada elemen pelat, terkadang diberikan tulangan dalam


arah tegak lurus tulangan utama yang disebut sebagai
tulangan sekunder, atau tulangan pembagi.

• Pada elemen balok, terdapat tulangan dalam arah


melintang dari tulangan utama, yang berfungsi untuk
memikul gaya geser, tulangan ini disebut dengan
tulangan geser atau tulangan Sengkang.
MATERIAL BETON BERTULANG

TULANGAN BAJA
(REINFORCEMENT)
• Tulangan berbentuk penampang lingkaran paling banyak digunakan dalam struktur beton bertulang.
• Berdasarkan bentuknya, tulangan baja terdiri dari tulangan baja polos dan tulangan baja sirip (deform).
• Tulangan baja polos, di lapangan dinotasikan sebagai Bj.TP, sedangkan tulangan baja sirip/deformbiasa
dinotasikan sebagai Bj.TD.
Mutu Tulangan Baja
Jenis Simbol Kuat Leleh Minimum fy Kuat Tarik Minimum fu kg/mm2
kg/mm2 (MPa) (MPa)
Polos BJ.TP 24 24 (235) 39 (382)
BJ.TP 30 30 (294) 49 (480)
Deform BJ.TD 24 24 (235) 39 (382)
BJ.TD 30 30 (294) 49 (480)
BJ.TD 35 35 (343) 50 (490)
BJ.TD 40 40 (392) 57 (559)
BJ.TD 50 50 (490) 63 (618)
MATERIAL BETON BERTULANG

TULANGAN BAJA
(REINFORCEMENT)
• Jenis tulangan baja selain bentuk batang seperti
dijelaskan di atas, adalah berbentuk jaring kawat baja.
• Jaring kawat baja adalah jaringan kawat yang berbentuk
segi empat dari hasil penarikan dingin dan dibuat
dengan pengelasan empat titik.
• Jaring kawat baja atau sering dikenal dengan istilah
wire-mesh, dikenali berdasarkan diameter kawat baja
dan ukuran lubang kotaknya (jarak pusat ke pusat
antara kawat baja).
• Kawat baja yang digunakan harus memiliki kuat tarik
minimum yang tidak kurang dari 490 MPa.
DAFTAR PUSTAKA

Dept. Kimpraswil,
2013, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-28472013
MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced Concrete Structure, Prentice-
Hall,Inc, New Jersey.
Setiawan, Agus, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013,
Erlangga, Jakarta
Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang (Berdasarkan
SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta.
Terima Kasih
Terima Kasih
Struktur Beton 1
Ir. Anom Wibisono, ST, MT, IPM

Anda mungkin juga menyukai