Print ME Nebis Edited
Print ME Nebis Edited
Print ME Nebis Edited
1. Bahwa Majelis Hakim Judex factie dan judex Juris Telah memutuskan Harta pemohon
PK Selaku Objek Hukum BB No. 829-909 (Yang di perkara baru ini dirubah menjadi
BB no.386-394 dan BB no.396-460 ) Tidak Berhubungan dengan TPPU M. Akil
Mochtar dan Majelis Hakim Menolak Tuntutan JPU KPK agar Dirampas Untuk
Negara karena tidak terbukti adanya unsur penyertaan dan tidak terbukti Adanya
unsur penitipan dengan Perbuatan M. Akil Mochtar (Tidak Terbukti TPPU
bersama-sama M. Akil Mochtar).
C. Telah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap dan bersifat positif seperti
menolak gugatan atau mengabulkan.
Bahwa HARTA Pemohon PK selaku objek hukum dan Pemohon PK selaku subjek
Hukum telah memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap (Inkracht Van
Gewisjsde) Seperti Menolak tuntutan ;
2. Putusan diatas telah di insafi dengan kesadaran dan Pengakuan sendiri oleh JPU
KPK, dimana JPU KPK sependapat dan setuju dengan pertimbangan Hakim Ketua
Majelis dan Hakim Anggota lainnya dalam putusan Mahkamah Agung Ri No.
no.336K/Pid.Sus/2015 tanggal 23 Pebruari 2015 halaman 517-518; ; "Bahwa terkait
penyitaan barang bukti mengacu pada Pasal 39 KUHAP, "jika barang bukti
tersebut diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana maka
barang bukti tersebut dirampas untuk negara" (Alat Bukti 15).
Berdasar Pasal 39 KUHAP dalam Amar Putusan tersebut membuktikan bahwa harta
Pemohon PK BB 829-909 (Yang di perkara baru ini dirubah menjadi BB no.386-394
dan BB no.396-460 ) bukanlah hasil Tindak Pidana Atau sebagai Hasil dari Tindak
pidana karena Tidak termasuk Dirampas Untuk Negara. Oleh karenanya maka Harta
Pemohon PK BB No. 829-909 tersebut harus Segera di kembalikan kepada Pemohon
PK Berdasatkan pasal UU No. 8 Tahun 1981 KUHPidana Pasal 46 ayat (2) Namun
sayang saat harta tersebut mau dikembalikan Dilapas Sukamiskin Bandung, ada oknum
pihak KPK meminta harta tersebut di bagi 2(dua) jika mau dikembalikan, tapi jika
melolak akan di tersangkakan lagi Agar dirampas (telah terbukti ancaman tersebut
dirampas diperkara baru ini).
3. Berdasarkan putusan dan Pertimbangan hukum tersebut diatas (poin 1), terbukti bahwa
harta milik Pemohon PK BB 829-909 (Yang di perkara baru ini dirubah menjadi BB
no.386-394 dan BB no.396-460 ) sudah Pernah di dakwa, di tuntut, diuji dan divonis
menjadi perkara lain Atau sudah Dijadikan Objek perkara dan sudah dipertimbangkan
dalam putusan Pengadilan TIPIKOR tersebut Serta Telah Memperoleh Kekuatan Hukum
Tetap (Inkracht) di PERKARA LAMA.
4. Apabila Harta Milik Pemohon PK BB No. 829-909 (Yang di perkara baru ini dirubah
menjadi BB no.386-394 dan BB no.396-460 ) dijadikan lagi Sebagai objek Perkara
dalam perkara TIPIKOR Baru, yaitu dalam Perkara No 14/Pid.SUS -TPK/2020/PT
DKI.tanggal 25 juni 2020 Juncto Pengadilan Negeri TIPIKOR No 96 /PID.
SUS/TPK/2019/PN.Jkt.Pst.tanggal 12 maret 2020. adalah bertentangan dengan
Hukum yang berlaku yaitu melanggar Azas Nebis In Idem (Untuk selanjutnya Dalam
memori Peninjauan kembali (PK) ini disebut sebagai PERKARA BARU)
Diuraikan dalam halaman (Alat Bukti Nomor 16 Fhoto Copy putusan Pengadilan tipikor
pada pengadilan Negeri Jakarta pusat no.96/Pid.Sus.TPK/2019/PN.Jkt.Pst, halaman
1,601,715,716).
" Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana, tentang Penyertaan yakni “orang yang
melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan
7. Bahwa sangat jelas Penuntut Umum KPK mendalilkan / Dasar dalam Dakwaan dan
Tuntutan adalah mengenai Harta pemohon PK Selaku Objek Hukum BB No. 829-909
(Yang di perkara baru ini dirubah menjadi BB no.386-394 dan BB no.396-460 ) yang
sudah divonis dan Telah ada Putusan yang berkekuatan hukum tetap yang bukan
diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana. sesuai amanah
Pasal 39 KUHAP Yang telah diinsafi oleh JPU KPK. (seperti poin 2).
8. Bahwa Adanya kebohongan dari JPU KPK mendalilkan atau Menyatakan Bahwa Harta
Pemohon PK BB No. 829-909 (Yang di perkara baru ini dirubah penyidik KPK
menjadi BB no.386-394 dan BB no.396-460 Agar terlihat beda Objek Hukum nya untuk
menghindari Azas Ne Bis In idem) Selaku objek hukum dan Pemohon PK selaku
Subjek Hukum belum pernah di perkarakan dan Belum pernah di Vonis Majelis Hakim
(Alat bukti 17) Dan harus dituntut Ulang agar dirampas Untuk Negara yang ke -2 (dua)
kalinya (Alat bukti 18) Padahal;
a. FAKTA HUKUMNYA bahwa harta BB no. 829-909 sudah pernah di dakwa,
dituntut, diuji, dipertimbangkan dan divonis dan telah Menperoleh berkekuatan
Hukum tetap. ( Seperti Romawi III poin 01 huruf C dan huruf a Kecil sampai huruf
c kecil)
b. FAKTA HUKUMNYA bahkan JPU KPK sendiri telah mengisafi bahwa harta
Pemohon PK bukanlah hasil Tindak Pidana korupsi seperti poin No. 2 diatas.
c. FAKTA HUKUMNYA Bahkan JPU KPK sendiri tidak sependapat dengan Majelis
Hakim atas putusan judex factie dan judex Juris kenapa Harta Pemohon PK Ditolak
dirampas Untuk Negara dan Kenapa Pemohon PK tidak terbukti melakukan TPPU
bersama-sama M. Akil Mochtar. Sebagaimana uraian dibawah ini;
1. Penuntut umum KPK Berkeberatan dengan Pertimbangan Majelis
Hakim pada tingkat Judex Factie;
Seharusnya terhadap barang bukti HARTA PEMOHON PK
tersebut diberikan amar dirampas untuk negara sebagaimana
tuntutan Jaksa Penuntut Umum.(Alat bukti 19)
Dan Penuntut umum KPK meminta Majelis Hakim Banding Agar
HARTA PEMOHON PK di rampas untuk Negara (Alat bukti 20)
Dengan demikian apa yang di dalilkan oleh JPU KPK terdapat kebohongan
jika Harta Pemohon PK selaku Objek Hukum dan Pemohon PK selaku
subjek Hukum belum pernah didakwa, dituntut, diuji, disidangkan,
dipertimbangkan dan belum di vonis Majelis Hakim. Bahkan Telah ada
putusan yang berkekuatan hukum tetap dan bersifat positif seperti
menolak gugatan atau mengabulkan.
9. Bahwa dengan demikian baik harta Pemohon PK BB No. 829-909 sebagai obyek
Hukum dan Pemohon PK selaku Subjek Hukum SUDAH PERNAH DI DAKWA,
DITUNTUT, DIUJI, DISIDANGKAN DAN DI PERTIMBANGKAN SERTA
DIPUTUSKAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP Dalam perkara M. Akil
Mochtar, sehingga Jaksa Penuntut Umum dan Peradilan tidak lagi memiliki hak
sebagaimana yang telah di atur dalam PASAL 76 AYAT (1), (2) KUHP Untuk
mengulang perkara dengan Mendakwa, menuntut, Menguji, menyidangkan ,Menimbang
serta memutuskan vonis atas Harta Pemohon PK BB No. 829-909 dan Diri Pemohon PK
Dalam perkara baru Ini.
12. Bahwa berdasarkan uraian diatas, Maka Putusan PERKARA BARU tidak dapat
dipertahankan lagi, oleh karena itu harus dibatalkan Oleh yang Mulia Majelis Hakim
Mahkamah Agung RI Karena telah Nebis In Idem. Karena peristiwa peradilan pidana
dalam PERKARA BARU ini yang menjadi alasan-alasan keberatan Pemohon PK
tersebut dalam putusan Mahkamah Agung pada tingkat Peninjauan Kembali (PK),
KELAK AKAN MENJADI YURISPRUDENSI;
13. Bahwa untuk menguji apakah PERKARA BARU memenuhi kreteria Ne Bis In
Idem. Pemohon PK juga mengutip pendapat 4 Ahli Hukum sebagai berikut :
Bahwa Fakta hukum perkara baru ini telah Memenuhi 5 kualifikasi Nebis in
idem di atas Pemohon PK Uraikan di bawah ini;
a.1. Bahwa PERKARA LAMA dan PERKARA BARU Ini Bermula dari suatu
peristiwa hukum yang sama, Yaitu tentang Harta Pemohon PK Rp.
35.000.000.000,00 ( BB No.829-909 Yang di perkara baru ini dirubah menjadi
BB no.386-394 dan BB no.396-460) yang di peroleh dari pembayaran calon
walikota Palembang Romy Herton dan calon Bupati Empat lawang Budi Antoni
Aljufri.
a.2. Dimana perkara baru hanyalah pengulangan saja dari perkara lama yang sudah
pernah diperkarakan, Didakwa, dituntut, di uji dipersidangan dan telah
dipertimbangkan serta di Vonis INKRACH Oleh Majelis Hakim baik tingkat
Judex factie sampai Mahkamah Agung RI Dengan Objek Hukum dan subjek
hukum Serta kronologis peristiwa yang sama, perbuatan locus dan tempus delik
sama saksi-saksi sama, BAP para saksi sama, pengadilan yang mengadilipun
sama.
a.3. Pengulangan Persamaan perkara dimaksud di perlihatkan dalam tabel sebagai
berikut;
a.4. Bahwa pengulangan Persamaan perkara atas Objek Hukum Harta Pemohon PK (
BB No.829-909 Yang di perkara baru ini dirubah menjadi BB no.386-394 dan
BB no.396-460 Disamarkan agar tidak terlihat Nebis In Idem) diperlihatkan
Dalam tabel sebagai berikut :
PENGULANGAN PERSAMAAN PERKARA OBJEK HUKUM ATAS HARTA PEMOHON PK
DI PERKARA LAMA DAN PERKARA BARU DENGAN DAKWAAN DAN TUNTUTAN YANG SAMA
OLEH JPU KPK RI
Fakta Hukum Dengan Pengulangan persamaan objek Hukum dan Subjek Hukum di PERKARA
BARU ini Dengan PERKARA LAMA , Membuktikan bahwa Apa yang digugat dan
diperkarakan Diperkara baru ini sudah pernah Digugat dan diperkarakan Di perkara
lama.
Sehingga sesuai amanat pasal 76 ayat(1)dan(2) KUHP dan SEMA mahkamah Agung RI no. 3
tahun 2002 Serta pasal 18 ayat 5 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Perkara
baru ini telah Memenuhi Unsur azas Nebis in Idem "Dimana Objek Hukum dan Subjek
Hukum yang sama dan telah diperkarakan tidak boleh di Perkara 2 (dua) kali untuk
menghindari putusan yang berbeda demi kepastian hukum bagi pencari keadilan.
b. Telah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap dan bersifat positif seperti menolak
gugatan atau mengabulkan.
Bahwa Pemohon PK selaku subjek Hukum dan HARTA Pemohon PK selaku objek hukum
telah memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap (Inkracht Van Gewisjsde) Seperti
Menolak tuntutan . Sehingga PERKARA BARU ini telah termasuk katagori azas Nebis in
Idem sesuai amanat pasal 76 ayat(1)dan(2) KUHP dan SEMA mahkamah Agung RI no. 3
tahun 2002 Serta pasal 18 ayat 5 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. ( Seperti
Romawi III poin 01 huruf C dan huruf a Kecil sampai huruf c kecil)
Fakta Hukum Dengan Pengulangan persamaan objek Hukum dan Subjek Hukum di
PERKARA BARU ini Dengan PERKARA LAMA , Membuktikan Bahwa Telah ada
putusan yang berkekuatan hukum tetap dan bersifat positif seperti menolak gugatan
atau mengabulkan.
Sehingga sesuai amanat pasal 76 ayat(1)dan(2) KUHP dan SEMA mahkamah Agung RI no. 3
tahun 2002 Serta pasal 18 ayat 5 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Perkara
baru ini telah Memenuhi Unsur azas Nebis in Idem "Dimana Objek Hukum dan Subjek
Hukum yang sama dan telah diperkarakan tidak boleh di Perkara 2 (dua) kali untuk
menghindari putusan yang berbeda demi kepastian hukum bagi pencari keadilan.
Bahwa Objek Hukum Dalam PERKARA LAMA dan PERKARA BARU keduanya berawal
dari perkara hukum yang sama, sehingga objek dalam kedua perkara tersebut merupakan
barang bukti yang SAMA yang telah ditemukan oleh penyidik KPK dan Penuntut Umum
KPK telah mempersoalkan/mendalilkan dalam dakwaan, tuntutan dan di uji dalam
persidangan dan telah di vonis oleh Majelis Hakim dan telah inkrach yaitu HARTA
Pemohon PK Rp. 35.000.000.000,00( BB No.829-909 dalam perkara baru ini menjadi BB
no.386-394 dan BB no.396-460) ( Seperti Romawi III poin 13 huruf A huruf a kecil dan huruf
a.1 sampai a. 4)
Sehingga PERKARA BARU ini telah termasuk katagori azas Nebis in Idem sesuai amanat
pasal 76 ayat(1)dan(2) KUHP dan SEMA mahkamah Agung RI no. 3 tahun 2002 Serta pasal
18 ayat 5 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.( Seperti poin 1 huruf A dan
huruf d) satu perkara tidak boleh diadili berulang-ulang jika objek dan Subjek perkara yang
sama untuk menghindari putusan yang berbeda demi kepastian hukum bagi pencari keadilan.
Materi yang diputus di PERKARA LAMA dan PERKARA BARU merupakan perkara
Tindak Pidana Korupsi, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sehingga PERKARA BARU ini telah termasuk katagori azas Nebis in Idem sesuai amanat
pasal 76 ayat(1)dan(2) KUHP dan SEMA mahkamah Agung RI no. 3 tahun 2002 Serta pasal
18 ayat 5 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Bahwa PERKATA LAMA DAN PERKARA BARU Disidang dan dituntut serta divonis di
pengadilan SAMA yaitu Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri jakarta pusat;
Pengadilan Tinggi Tindak Pidana Korupsi DKI Jakarta; dan Mahkamah Agung RI.
Bahwa Terkait dengan 5 kualifikasi tersebut diatas Membuktikan bahwa Harta Pemohon PK
BB Nomor 829-909 selaku Objek Perkara dan pemohon PK selaku Subjek Perkara Baru Sudah
pernah dijadikan objek di perkara Lama dan SUDAH PERNAH DI SIDANGKAN DAN
DIPERTIMBANGKAN SERTA DIPUTUSKAN OLEH MAJELIS HAKIM YANG
BERKEKUATAN HUKUM TETAP , sehingga Jaksa Penuntut Umum dan Peradilan tidak
lagi memiliki hak untuk mengadili kedua kali sebab sudah mempunyai status hukum. Jika tetap
disidangkan berarti telah melanggar Azas Nebis In Idem.
"Perkara yang didakwakan kepada terdakwa telah diperiksa materi perkaranya, diuji
dan diadili di sidang pengadilan oleh Hakim dan Perkaranya telah diputus dengan
putusan positif, telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap"
yaitu ( Seperti Romawi III poin 01 huruf C dan huruf a Kecil sampai huruf c kecil)
Sehingga PERKARA BARU termasuk katagori Ne Bis In Idem. Sesuai pasal 76 KUHP dan
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2002 Serta pasal 18 ayat 5 UU No. 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
C. Dr. ALFITRA, S.H., M.Hum. (Dalam Buku : Hapusnya Hak dan Menuntut Menjalankan
pidana Penerbit : Raih Asa Sukses (RAS), Depok 2012 Pada halaman : 134-135).
"Ne bis in idem artiny suatu perkara yang sama tidak boleh lebih dari satu kali diajukan
untuk diputus oleh pengadilan. " yaitu seperti ( Seperti Romawi III poin 13 huruf A dan
huruf a Kecil dan huruf a. 3 sampai a. 4)
Sehingga PERKARA BARU termasuk katagori Ne Bis In Idem. Sesuai pasal 76 KUHP dan
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2002 Serta pasal 18 ayat 5 UU No. 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
D. PROF. DR. WIRJONO PRODJODIKORO S.H (Dalam Buku : Asas-Asas Hukum Pidana
di lndonesia.Penerbit : Refika Aditama, Bandung 2009 Pada Halaman :150)"
Ne bis in idem artinya perbuatan yang sama tidak boleh diajukan penuntutan lagi"
Dianggap "ne bis in idem" apabila terjadi pengulangan perkara Sama dengan obyek, subjek,
dan kronologis yang sama, dan telah diputus serta mempunyai kekuatan hukum tetap.
Ne bis in idem tidak hanya berlaku bagi seseorang yang telah dihukum karena
melakukan tindak pidana, tetapi juga berlaku jika orang dalam perkara pertama
dibebaskan (vrijsprak) atau dilepaskan dari segala tuntutan (ontslag van
rechtsvervolging).
yaitu seperti ( Seperti Romawi III poin 01 huruf C dan huruf a Kecil sampai huruf c kecil)
dan ( Seperti Romawi III poin 13 huruf A dan huruf a Kecil dan huruf a. 3 sampai a. 4)
Sehingga PERKARA BARU Ini termasuk katagori Ne Bis In Idem. Sesuai pasal 76 KUHP
dan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2002 Serta pasal 18 ayat 5 UU No. 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Dengan mengunakan pendapat 4 Ahli Hukum diatas maka PERKARA BARU ini Telah
memenuhi syarat Ne Bis In Idem Sesuai pasal 76 KUHP dan Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 3 Tahun 2002. Serta pasal 18 ayat 5 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
Lebih lengkap tentang pendapat 4 (Empat) Ahli Hukum diatas, tersaji dalam Buku 4
memori Peninjauan Kembali (PK) ini. (Halaman 1-8)
14. YURISPRUDENSI PERKARA YANG TELAH DI VONIS NEBIS IN IDEM .
Bahwa untuk menguji apakah PERKARA BARU ini memenuhi kreteria Ne Bis In Idem.
Pemohon PK juga mengutip 2 (dua) Yurisprudensi sebagai berikut :
A. Perkara atas nama Terdakwa BUHARI, S.Sos. bin BAIRUNAS telah Ne Bis In Idem;
2. Petimbangan hakim; perkara sama, subjek dan objek Hukum sama, tempus dan
locus delicty sama.
B. Perkara atas nama Terdakwa FLORENSIA FENNY WIJAYA alias FENNY - TJONG
KIM PO; dan terdakwa AGUSTINUS WILLY alias WILLY - YUVENTIUS; telah Ne
Bis In Idem.
3. Memperhatikan Pasal 76 ayat (1) KUHP, Undang-Undang No. 48 Tahun 2009, Undang-
Undang No. 8 Tahun 1981 dan Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang
telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan
kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan
lain