Mekanika Tanah
II
1. Penyelidikan Tanah
2. Uji Lapangan (Insitu Test)
3. Penyelidikan Air Tanah
01
Teknik Teknik Sipil W111700013 Eka Nur Fitriani, ST., MT.
Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Diharapkan setelah membaca modul ini
pengujian tanah di lapangan yang mahasiswa dapat :
meliputi standard penetration test 1. Memahami mengenai penyelidikan
(SPT), Sondir (Cone penetration tanah
test/CPT), Uji baling-baling lapangan 2. Memahami pengujian tanah di
(Vane Shear Test/FVT), Uji beban lapangan yang meliputi standard
lateral silinder (Pressuremeter penetration test (SPT), Sondir
Test/PMT), Uji beban lateral pipih (Cone penetration test/CPT), Uji
(Dilatometer Test/DMT), Uji beban baling-baling lapangan (Vane
pelat (Plate Load Test/Plate Bearing Shear Test/FVT), Uji beban lateral
Test) serta penyelidikan air tanah. silinder (Pressuremeter Test/PMT),
Uji beban lateral pipih (Dilatometer
Test/DMT), Uji beban pelat (Plate
Load Test/Plate Bearing Test)
3. Memahami penyelidikan air tanah.
Pembahasan
1. PENDAHULUAN
Penyelidikan tanah merupakan suatu upaya memperoleh informasi bawah tanah untuk
perencanaan pondasi bangunan sipil. Penyelidikan tanah mencangkup antara lain,
pengeboran tanah, pengambilan contoh tanah, pengujian lapangan, pengujian laboratorium
dan observasi air tanah. Penyelidikan tanah merupakan bagian yang penting dalam
perencanaan pondasi sehingga harus dilakukan oleh personal yang trampil dalam melakukan
explorasi dan diawasi oleh ahli geoteknik.
Modul ini membatasi pada penyelidikan tanah (soil investigastion) saja yang merupakan
penyelidikan tanah (site investigation). Penyelidikan lapangan mempunyai cakupan yang lebih
luas, antara lain survey geologi serta topografi lingkungan sekitarnya, studi sejarah
penggunaan lahan sebelumnya, penyelidikan dampak fisik dan lingkungan pada sekitar objek
bangunan, fotografi udara dan sebagainya.
Penyelidikan tanah umumnya dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain, inspeksi
lapangan, penyelidikan awal, penyelidikan detail dan penyelidikan tambahan.
a. Pondasi telapak dan lajur : 3 kali lebar pondasi atau minimum 9m dibawah dasar pondasi
b. Pondasi rakit : 2 kali lebar pondasi dibawah dasar pondasi
c. Pondasi tiang group tunggal : 2 kali lebar group dibawah ujung tiang
d. Pondasi tiang-rakit : 2 kali lebar bangunan dibawah 2/3 panjang tiang
e. Dinding penahan tanah : terbesar dari 0,7 kali lebar galian atau 1 kali tinggi galian
f. Timbunan tanah : 2 kali lebar timbunan
g. Apabila ditemui tanah keras atau batuan sebelum memenuhi kedalaman yang diatur
diatas, penyelidikan harus menembus tanah keras atau batuan sedikitnya 5m pada
beberapa titik penyelidikan.
Konfigurasi penyelidikan (jumlah, jarak dan posisi) tergantung pada kompleks tidaknya kondisi
tanah, jenis proyek serta pengalaman setempat. Tabel 1 memberi penuntun untuk
penempatan penyelidikan tanah. Pada dasarnya, ketentuan di bawah ini dapat digunakan
sebagai pedoman :
Jumlah titik penyelidikan yang dimaksud diatas dapat berupa kombinasi titik bor dan sondir.
Penyelidikan dengan sondir tanpa bor hanya diperbolehkan untuk penyelidikan awal atau
untuk bangunan kecil (misalkan gedung dibawah 3 lantai atau jembatan dengan bentang lebih
kecil dari 4 m). untuk menghemat biaya dan waktu penyelidikan, sering dilakukan kombinasi
tituk bor dan titik sondir tergantung besar dan pentingnya proyek. Pengeboran lebih dititik
beratkan pada stratifikasi tanah. Apabila terdapat kelainan hasil sondir dengan hasil
pengeboran, dilakukan pengeboran tambahan untuk konfirmasi hasil sondir.
Uji lapangan dapat dilakukan untuk menentukan sifat tanah disamping uji laboratorium.
Terdapat dua golongan uji lapangan. Golongan pertama merupakan uji sederhana yang
memberi parameter untuk dikorelasikan dengan sifat mekanis tanah secara empiris.
Golongan kedua merupakan uji coba yang langsung memberi sifat mekanis tanah.
Beberapa uji lapangan sederhana yang sering dilakukan di Indonesia antara lain :
1. Uji penetrasi standar (standard penetration test) yang lebih dikenal dengan SPT
2. Uji sondir (cone penetration test) yang sering disingkat CPT
Nilai SPT atau tekanan konus dari uji lapangan sering dikorelasikan dengan sifat mekanis
tanah.
Uji lapangan yang langsung memberi sifat mekanis tanah antara lain :
1. Uji baling-baling (field vane shear test) yang memberi sifat kekuatan tanah.
2. Uji tekan lateral slinder (pressuremeter test atau lateral load test /LLT) yang memberi sifat
deformasi tanah serta korelasi sifat-sifat lainnya.
Uji SPT yang sangat popular adalah uji coba yang sederhana dan sangat berguna untuk
mendapatkan sifat tanah kwalitatif berdasarkan korelasi empiris yang banyaj diusulkan oleh
para pakar geoteknik. Disamping korelasi empiris, uji SPT juga memberikan contoh tanah
terganggu yang dapat digunakan untuk identifikasi tanah serta uji laboratorium untuk sifat
indeks.
Uji SPT dilakukan dengan memukul sebuah tabung standar kedasar lubang bor sedalam 450
mm dengan menggunakan sebuah palu severat 63,5 kg yang jatuh bebas dengan ketinggian
760 mm. Jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk penetrasi setiap 150 mm dicatat. Jumlah
pukulan untuk 150 mm awal diabaikan akibat gangguan yang mungkin terjadi pada saat
pengeboran. Jumlah penetrasi pada 300 mm terakhhir dicatat sebagai nilai N (N-Value) yang
sering dikorelasikan dengan berbagai sifat tanah, antara lain kekerasan atau kepadatan
tanah, kekuatan geser tanah serta modulus elastisitas tanah. Beberapa alat pemukur
(hammer) SPT otomatis dan manual ditampilkan pada Gambar 2. Ukuran tabung SPT yang
dianjurkan oleh ASTM D 1586 diperlihatkan pada Gambar 3.
b. Kuat Geser Tidak Alir (undrained shear strength) untuk Tanah Liat
Gambar 4 menunjukkan korelasi nilai N-SPT dengan kuat geser tak alir (undrained shear
strength) untuk tanah liat. Korelasi yang dianggap cukup konservatif dan masih relevan
untuk tanah endapan vulkanik di Jakarta adalah : su = 6,25 N (kPa). Untuk kedalaman
dangkal, su = 7 s/d 8 N (kPa) masih dianggap dalam batas wajar.
Perlu diketahui bahwa korelasi empiris yang berlaku untuk suatu daerah belum tentu berlaku
untuk daerah lain. Korelasi-korelasi sangat tergantung dengan jenis tanah, pengaruh geologi
serta kebiasaan kerja untuk melakukan SPT. Oleh karena itu, korelasi-korelasi empiris harus
dibuat berdasarkan pengalaman setempat dengan jumlah yang memadai.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan tidak standarnya energy pukulan SPT misalkan
cara menjatuhkan palu, kedalaman uji coba, besarnya stang bor serta besarnya lubang bor.
Telah banyak usaha untuk mencari faktor-faktor koreksi untuk memperhitungkan pengaruh
kedalaman, jenis palu SPT yang dipakai dan segalanya. Faktor koreksi energy tersebut lebih
Sondir Mekanis
Sondir mekanis dilakukan dengan mendorong sebuah konus ke dalam tanah dengan luas
proyeksi sebesar 10 cm2 bersudut kemiringan 60 derajat. Tekanan yang dibutuhkan untuk
mendorong konus disebut tekanan konus (conus resistance, qc). Pada sondir jenis bikonus
terdapat selubung gesek dibelakang konus dengan luas selimut sebesar 150 cm2. Tekanan
yang dibutuhkan untuk mendorong selubung gesek dissebut tekanan friksi (local friction, fs).
penetrasi sondir dilakukan dengan kecepatan standar yaitu 20 mm per detik. Pengukuran
tekanan konus dan tekanan friksi pada jenis sondir mekanik dilakukan setiap 20 cm. Gambar
6 menunjukkan ukuran standard konus yang dianjurkan oleh ASTM D3441.
Untuk tanah liat yang lunak dan uji sondir dengan kedalaman besar, berat tiang tekan dalam
(inner rods) akan lebih besar dari pada daya dukung tanah. Oleh karena itu, tekanan konus
dan friksi harus dikoreksi dengan berat tiang. Pembersihan berkala untuk tiang tekan dan
bikonus harus dilakukan untuk mengurangi gesekan yang dapat memberi hasil uji yang
cenderung membesar.
Sondir Elektrik
Belakangan ini telah terdapat sondir elektrik untuk mengukur tekanan konus dan tekanan friksi
secara menerus dengan akurasi jauh lebih baik dari pada sondir mekanik. Koreksi berat tiang
tekan seperti yang dilakukan untuk sondir mekanik tidak perlu dilakukan untuk sondir listrik
karena sensor tepat berada diujung konus. Dengan demikian, sondir elektrik cukup sensitive
untuk tanah liat sangat lunak sehingga baik digunakan untuk proyek-proyek reklamasi.
Gambar 7 menunjukkan konus elektrik yang dianjurkan ASTM.
Kuat geser tak alir untuk sondir elektrik juga diusulkan dicari dari tekanan air pori sebagai
berikut :
su = Δu/ NΔu
Δu = u – uo
Penyelidikan tanah dengan sondir tanpa dibarengi pengeboran sangat tidak dianjurkan
terutama pada daerah baru tanpa pengalaman yang memadai karena sondir tidak dapat
memperoleh contoh tanah. Sondir yang tidal dapat menembus tanah keras bukan jaminan
bahwa lapisan keras tersebut cukup tebal. Oleh karena itu, sondir hanya dilakukan sebagai
pelengkap penyelidikan yang dikombinasikan dengan pengeboran dan pengambilan contoh
tanah.
Kelemahan sondir elektrik adalah mahalnya investasi serta mudah rusaknya komponen
elektronik. Tidak terdapatnya pusat reparasi lokal dengan dukungan komponen elektronik
yang memadai sering menghambat progress penyelidikan tanah bila sondir elektroniknya
rusak.
Pengetahuan tentang air tanah merupakan salah satu unsur penting dalam perencanaan
pondasi. Yang perlu diketahui tentang air tanah antara lain :
Muka air tanah perlu dicari untuk perencanaan ruang bawah tanah (basement), antara lain,
tekanan hodrostatis, besarnya gaya apung, kemungkinan mengembangnya dasar galian
(heaving) pada pembangunan basement. Sifat rembesan air tanah perlu untuk control air
tanah pada galian tanah serta pengaruhnya pada lingkungan sekitarnya.
Penyelidikan muka air tanah antara lain dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :