Anda di halaman 1dari 21

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL

LINGKUNGAN
Oleh
Wahyu Akmal Rosyid
1914201032

ABSTRAK
Indonesia mempunyai banyak komoditas ikan air tawar, salah satu diantaranya
adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Ikan nila mempunyai kemampuan
adaptasi yang baik terhadap perubahan lingkungan. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi perubahan kondisi lingkungan, diantaranya suhu, ph, kecerahan.
Biasanya perubahan tersebut selain dari faktor alam sendiri terdapat juga
pengaruh dari non alam seperti limbah industri, limbah rumah tangga, serta
pabrik-pabrik tekstil. Semua faktor diatas dapat mempengaruhi kondisi organisme
diantaranya proses fisiologis pada ikan, tingkah laku ikan, dan mortalitas
organisme akuatik. Berdasarkan hal tersebut maka diadakannya praktikum kali ini
yang bertujuan untuk mengetahui respon organisme akuatik terhadap variable
lingkungan (suhu, Ph, dan deterjen) serta mengetahui kisaran toleransi
organisme akuatik terhadap variable lingkungan. Adapun hal akhir yang dilihat
pada praktkun kali ini yaitu melihat respon organisme yang terjadi terhadap
perubahan lingkungan berupa bukaan operkulum setiap 10 menit selama 60
menit. Serta ketahanan hidup (survival rate) ikan tersebut dan angka kematian
(mortalitas).

Kata Kunci : Organisme, Lingkungan, Repon

I. PENDAHULUAN kondisi lingkungan (fluktuasi) baik


1.1 Latar Belakang karena faktor alam, maupun karena
Ikan merupakan komoditas yang aktivitas manusia seperti kegiatan
banyak dimanfaatkan oleh semua industri, limbah rumah tangga, dan
orang baik untuk konsumsi, sarana aktivitas-aktivitas manusia lainnya
olahraga, atau sebagai ikan hias. sehingga berdampak pada
Sebagai komoditas konsumsi, ikan perubahan lingkungan hal ini
memiliki kandungan protein yang biasanya dapat mengancam tingkat
tinggi dan baik untuk tubuh. kelangsungan hidup (survival rate)
Organisme akuatik harus bisa untuk organisme akuatik. Oleh karena itu
mempertahankan hidupnya karena organisme akuatik diberi
akan sering mengalami perubahan kemampuan untuk memberikan
respon terhadap jenis perubahan fisiologi, tinggkah laku biokimia
lingkungan yang bermacam-macam, maupun bentuk tubuhnya. Ikan
tergantung pada jenis ataupun sensitif terhadap perubahan variabel
beberapa kondisi perubahan lingkungan hidupnya. Variabel
lingkungan yang sedang dihadapi. lingkungan baik secara fisik maupun
secara kimia memiliki pengaruh
Ikan akan merespon secara alami
nyata terhadap ikan. Variabel yang
dari dalam tubuhnya jika terjadi
mempengaruhi seperti pH, suhu,
perubahan lingkungan. Respon yang
kekeruhan, intensitas cahaya,
diberikan dapat berupa respon
salinitas, dll. Pengaruh dari variabel
biokimia, respon struktur sel, respon
ini menimbulkan reaksi yang sangat
fisiologis dan beberapa tingkah laku
berbeda- beda tergantung pada jenis
pada suatu organisme akuatik.
ikan. Seperti tersekresinya mukus,
Melalui praktikum ini, akan melihat
terjadinya iritasi pada mata,
beberapa contoh respon yang akan
berubahnya tingkah laku ikan (aktif
diberikan oleh organisme akuatik
jadi pasif atau sebaliknya), kerusakan
ketika diberikan berbagai macam
pada insang, dan bahkan kematian.
perlakuan dari lingkungan perairan
yang berbeda-beda. Lingkungan
akan terus mengalami perubahanan
1.2 Tujuan Praktikum
yang disebabkan dari berbagai faktor
Tujuan dari dilakukannya praktikum
misalnya cuaca, musim dan aktivitas
respon organisme akuatik terhadap
manusia. Diantaranya suhu, pH
variabel lingkungan ini yaitu agar
salinitas, limbah deterjen serta
mahasiswa dapat mengetahui respon
percemmaran perairan. Hal itu dapat
organisme akuatik terhadap suatu
terjadi kapan saja sehingga ikan
variable lingkungan (suhu, Ph, dan
harus mempunyai kemampuan yang
deterjen) dan agar mahaiswa dapat
baik dalam menyesuaikan diri
mengetahui banyak kisaran toleransi
terhadap perubahan lingkungan. Jika
organisme akuatik terhadap suatu
perubahan tersebut terjadi selang
variable lingkungan.
waktu sehari maka organisme
tersebut harus di perhatikan Jika
tidak maka akan mempengaruhi
II. Bahan Dan Metode awalnya dengam menggunakan
timbangan digital. Siapkan HCl,
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum telah dilaksanakan pada NaOH, dan aerator untuk masing-

hari Selasa 14 September 2021, di masing perlakuan lalu masukkan

Laboratorium Budidaya Perairan ikan ke dalam akuarium secara

Universitas Lampung dimulai pada bersama-sama. Kemudian diamati

pukul 07.00 WIB sampai dengan setiap 15 menit dan dicatat ikan uji

selesai. yang mati selama percobaan.


Timbang bobot akhir ikan uji.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun beberapa alat dan bahan III. Hasil dan Pembahasan
yang digunakan pada saat praktikum 3.1 Hasil Pengamatan
ini meliputi akuarium/stoples kaca, Tabel 1. Tabel Data Kelas
aerator, thermometer, pH-meter,
timbangan digital, air, heater, lap,
pengaduk, tisu, stopwatch, terminal
listrik, selang, buku catatan danikan
nila, es batu, air panas, aquadesh,
serta surfaktan deterjen.

2.2 Cara Kerja


Pengamatan organisme terhadap pH
perlu disiapkan terlebih dahulu 5
buah akuarium yang diisi 3 liter air
dengan begbagai tingkat pH yang
berbeda sebagai tempat untuk uji
coba. Akuarium 1, 2, dan 3 untuk
perlakuan yang berbeda (asam :5
dan 6;basa : 8 dan 9), sedangkan
akuarium 4 dan 5 untuk perlakuan
gradual. Sebelumnya ikan ditimbang
terlebih dahulu dan dicatat bobot
Perlakuan Menit Jenis Respon Bukaan SR M( Bobot Bobot Akhir
ke- Ikan Tingkah Laku operkulum (%) %) Awal
Ikan Ikan
Mati hidup

10 Ikan A Lemas, 10 100 0%


tergeletak, dan %
sedikit gerakan
di sirip pektoral.
Ikan B Lemas, 12
tergeletak, dan
sedikit gerakan
di sirip pektoral.
20 Ikan A Ikan hidup 12 100 0%
kembali, %
keadaan
lemas/pingsan,
dan bereaksi
ketika disentuh
oleh tangan.
Ikan B Ikan hidup 16
Suhu 10 OC kembali, Ikan
keadaan A : 43 Ikan A :
lemas/pingsan, Ikan 45
dan bereaksi B : 29 Ikan B :
ketika disentuh 29
oleh tangan.
30 Ikan A Hidup kembali, 20 100 0%
ikan bergerak %
normal, namun
tidak merespon
rangsangan dari
luar.
Ikan B Hidup kembali, 25
ikan bergerak
normal, namun
tidak merespon
rangsangan dari
luar.
40 Ikan A Tidak banyak 15 100 0%
pergerakan, %
lemas kembali,
keseimbangan
stabil, masih
merespon jika
disentuh tetapi
tidak merespon
rangsangan dari
luar.
Ikan B Tidak banyak 20
pergerakan,
lemas kembali,
keseimbangan
stabil, masih
merespon jika
disentuh tetapi
tidak merespon
rangsangan dari
luar.
50 Ikan A Mulai 22 100 0%
kehilangan %
keseimbangan
dan terbaring.
Ikan B Mulai berenang 20
aktif kembali
jika disentuh
60 Ikan A Ikan mulai 15 100 0%
miring dan %
keseimbanganny
a tidak stabil
Ikan B Ikan mulai 10
kehilangan
keseimbangan,
bergerak sangat
lambat, dan saat
diberikan
sentuhan lebih
kurang
merespon.
10 Ikan A Lemas 23 100 0% Ikan Ikan A :
Ikan B % A : 29 30
Ikan Ikan B :
B :36 36
20 Ikan A Agresif 59 100 0%
Ikan B %

Suhu 20 C
30 Ikan A Tenang 68 100 0%
Ikan B (Diam) %

40 Ikan A Tenang 59 100 0%


Ikan B (Agresif) %
50 Ikan A Agresif 62 100 0%
Ikan B %

60 Ikan A Tenang 51 100 0%


Ikan B (Agresif) %

10 Ikan A Ikan bergerak 30 100 0% 26 27


Ikan B normal dibawah %
permukaan air

20 Ikan A Ikan 1 bergerak 50 100 0%


Ikan B aktif, ikan 2 %
bergerak tenang

30 Ikan A Kedua ikan 60 100 0%


Ikan B bergerak aktif, %
Suhu40°C namun beberapa
detik kemudian
melemah
40 Ikan A Pergerakan dari 70 100 0%
Ikan B kedua ikan %
melemah

50 Ikan A Kedua ikan 75 100 0%


Ikan B bergerak aktif %
mencari oksigen

60 Ikan A Ikan 1 80 100 0%


Ikan B mengalami %
kejang-kejang
karena berusaha
mencari
oksigen, ikan 2
tidak terlihat
melakukan
pergerakan aktif
Gradual 10 Ikan lemas dan 3 100 31 gr 31 gr
Suhu 10 pergerakan % 35 gr 35 gr
semakin sedikit
10 20 Ikan diam 5 100 0%
didasar %
aquarium dan
tidak bergerak

20 30 Ikan tetap diam 8 100 0%


didasar %
akuarium dan
tidak beregerak

20 40 Ikan tetap diam 23 100 0%


didasar %
akuarium dan
tidak beregerak

40 50 Ikan bergerak 30 100 0%


aktif dan cepat %
serta sesekali
naik
kepermukaan

40 60 Ikan naik 41 100 0%


kepermukaan %
serta bergerak
dengan sangat
aktif
Perlakuan Menit Jenis Respon Bukaan SR M( Bobot Bobot Akhir
ke- Ikan Tingkah Laku operkulu (%) %) Awal
m Ikan Ikan
Mati Hidup
10 Ikan Bergerak dan 45 100 0%
A sedikit %
kehilangan
keseimbangan.
Ikan Bergerak dan 49
B sedikit Ikan A : Ikan A :
kehilangan 27 28
keseimbangan. Ikan B : Ikan B :
20 Ikan Bergerak 55 100 0% 23 23
A normal dan %
hilang
keseimbangan.
Ikan Bergerak 45
B normal dan
hilang
keseimbangan.
30 Ikan Bergerak 60 100 0%
A normal dan %
Gradual pH hilang
keseimbangan.
Ikan Bergerak 57
B normal dan
hilang
keseimbangan.
40 Ikan Bergerak lebih 39 100 0%
A aktif, %
kesimbangan
stabil,
merespon saat
disentuh, dan
mengeluarkan
kotoran.
Ikan Bergerak lebih 45
B aktif,
kesimbangan
stabil,
merespon saat
disentuh, dan
mengeluarkan
kotoran.
50 Ikan Bergerak aktif, 20 100 0%
A keseimbangan %
tetap namun
ikan
mengeluarkan
lendir ditandai
dengan air
yang
mengeluarkan
busa.
Ikan Bergerak aktif, 27
B keseimbangan
tetap namun
ikan
mengeluarkan
lendir ditandai
dengan air
yang
mengeluarkan
busa.
60 Ikan Ikan mulai 32 100 0%
A aktif, %
keseimbangan
stabil, dan
agresif.
Ikan Ikan mulai 35
B aktif,
keseimbangan
stabil, dan
agresif.
10 kedua ikan 42 100 0% 14 16
bergerak aktif %
20 pergerakan 30 100 0%
ikan 1 sangat %
aktif untuk
mencari
oksigen
sedangkan
pergerakan
ikan 2 terlihat
tenang
30 pergerakan 35 100 0%
kedua ikan %
tersebut mulai
melemah
pH 5 40 pergerakan 34 100 0%
kedua ikan %
melemah
50 Pergerakan 32 100 0%
kedua ikan %
sangat lemah
60 Pergerakan 72 100 0%
lemah, hamper %
tak terlihat
gerakan
15 Ikan bergerak 48 43 100 0% Ikan Ikan A:
aktif /responsif % A:39 38
terhadap Ikan B: Ikan B:
rangsang dari 22 22
luar /sukar
tertangkap
dengan tangan/
ikan hidup
30 Ikan bergerak 45 40 100 0%
aktif/ responsif %
terhadap
rangsang dari
luar /sukar
pH 6 terhadap
gerakan
45 Ikan bergerak 43 40 100 0%
aktif/ responsif %
terhadap
rangsang dari
luar /sukar
terhadap
gerakan
60 Ikan bergerak 40 47 100 0%
aktif/ responsif %
terhadap
rangsang dari
luar /sukar
terhadap
gerakan
10 Bergerak 53 48 100 0% Ikan A : Ikan A :
% 32 29
20 Bergerak 49 47 100 0% Ikan B : Ikan B :
% 23 23
30 Bergerak 52 51 100 0%
pH 8 %
40 Bergerak 50 46 100 0%
%
50 Bergerak 48 45 100 0%
%
60 Bergerak 47 45 100 0%
%
10 Bergerak 60 60 100 0% Ikan Ikan A :
% A:38 37
20 Bergerak 65 65 100 0% Ikan B Ikan B :
% :52 55
pH 9 30 Bergerak 60 60 100 0%
%
40 Bergerak 60 60 100 0%
%
50 Bergerak 62 62 100 0%
%
60 Bergerak 63 63 100 0%
%
Perlakuan Menit Jenis Respon Tingkah Bukaan SR M Bobot Bobot Akhir
ke- Ikan Laku operkulum (%) (%) Awal
Ikan Ikan
Mati Hidup
10 Ikan A Diam 31 100 0%
Ikan B Keseimbangan 25 %
hilang
20 Ikan A Diam 17 50% 50%
Ikan B Mati 0
Ikan A Ikan A
30 Ikan A Keseimbangan 12 50% 50%
hilang :51 : 49
Ikan B Ikan B :
Ikan B Diam 0
Detergent 6 :42 41
40 Ikan A Keseimbangan 8 50% 50%
gram
hilang
Ikan B Mati 0
50 Ikan A Mati 0 0% 100
Ikan B Mati 0 %
60 Ikan A Mati 0 0% 100
Ikan B Mati 0 %
10 Ikan A Bergerak 28 100 0%
Ikan B Sedikit bergerak 25 %
20 Ikan A Sedikit bergerak 15 100 0%
Ikan B Diam, sedikit 10 %
bergerak
Ikan A : Ikan A
30 Ikan A Sedikit bergerak 14 100 0%
43 : 46
Ikan B diam 5 % Ikan B : Ikan B :
3 gram 40 Ikan A Sedikit bergerak 10 100 0% 31 32
Ikan B diam 4 %
50 Ikan A Mati 0 0% 100
Ikan B Mati 0 %
60 Ikan A Mati 0 0% 100
Ikan B Mati 0 %

10 Ikan A Gerakan 30 100 0%


pasif,masih %
bereaksi ketika
disentuh tangan.
Ikan hidup
Ikan B Gerakan 28 Ikan A : Ikan A
pasif,masih 31 : 32
bereaksi ketika Ikan B : Ikan B
disentuh tangan. 27 :27
1 gram Ikan hidup
20 Ikan A Ikan bergerak 23 100 0%
aktif , bereaksi %
ketika disentuh
tangan
Ikan B Ikan bergerak 25
aktif , bereaksi
ketika disentuh
tangan
30 Ikan A Ikan bergerak 20 100 0%
normal namun %
tidak merespon
rangsangan dari
luar
Ikan B Ikan bergerak 23
normal namun
tidak merespon
rangsangan dari
luar
40 Ikan A Pergerakan 20 100 0%
lambat, masih %
merespond
ketika disentuh
namun tidak
merespon
langsung dari
luar
Ikan B Pergerakan 22
lambat, masih
merespond
ketika disentuh
namun tidak
merespon
langsung dari
luar
50 Ikan A Satu ikan mulai 16 100 0%
kehilangan dan %
terbaring, tidak
bergerak,tidak
merespond
rangsangan dari
luar
Ikan B Satu ikan mulai 20
kehilangan dan
terbaring, tidak
bergerak,tidak
merespond
rangsangan dari
luar
60 Ikan A Ikan tidak 0 50% 50%
bergerak,bergera
k sangat lambat
saat diberikan
sentuhan
Ikan B Ikan tidak 18
bergerak,bergera
k sangat lambat
saat diberikan
sentuhan
10 Aktif 23 100 0%
%
20 Lemes 19 100 0%
%
30 Mulai 16 100 0%
mengambang % Ikan A : Ikan A
40 Mulai mati 6 100 0% 26 : 28
GradualDet % Ikan B: Ikan B :
ergent 38 37
50 Kejang-kejang 5 100 0%
%

60 Mati 0 0% 100
%

3.2 Pembahasan sehingga ikan lebih banyakdiam dan


Berdasarkan hasil yang pada tabel diatas pingsan.
didapat perlakuan suhu dingin dan panas
Pada perlakuan suhu dingin dan panas
memberikan pengaruh terhadap bobot ikan
memberikan pengaruh terhadap bobot ikan
yang bisa dilihat pada tabel. Bobot ikan
yang bisa dilihat pada tabel. Bobot ikan
mengalami penurunan akibat respon
mengalami penurunan akibat respon ikan
ikanterhadap lingkungannya yang baru dan
terhadap lingkungannya yang baru dan
adanya aktivitas yang berlebihan dalam
adanya aktivitas yang berlebihan dalam
rangka beradaptasi terhadap lingkungan
rangka beradaptasi terhadap lingkungan
yang baru. Suhu yang bersifat rendah akan
yang baru. Suhu yang rendah akan
menghambat proses pada fisiologis bahkan
menghambat proses fisiologis bahkan
menyebabkan ikan mengalami kematian
menyebabkan ikan mengalami kematian
atau tidak sadar karena pada proses
atau tidak sadar karena proses fisiologis
fisiologis yang dapat menurun,
yang menurun, sehingga kandungan air
sehingga kandungan air dalam tubuh
dalam tubuh berkurang dan menyebabkan
berkurang dan menyebabkan penurunan
penurunan bobot tubuh ikan (Effendi,
bobot tubuh ikan (Effendi,2013). Tingkah
2003). Tingkah laku ikan pada suhu dingin
laku ikan pada suhu dingin lebih banyak
lebih banyak diam dan pingsan. Hal ini
diam dan pingsan. Halini terjadi karena
terjadi karena terhambatnya proses
terhambatnya proses fisiologis ikan
fisiologis ikan sehingga ikan lebih banyak
diam dan pingsan.
Pada kelompok 3 di suhu 20oC, tidak fisiologis sehingga menyebabkan
mengalami mortalitas pada menit ke-10, ketidaksadaran atau pingsan. Hal ini sesuai
20 dan 30. Namun, pada suhu 20oC si ikan dengan literatur bahwa pada suhu
mengalami penurunan proses fisiologis 10oCmengalami ketidaksadaran (pingsan)
sehingga menyebabkan ketidaksadaran bahkan hingga kematian. Hal ini berarti
atau pingsan. Hal ini sesuai dengan suhu 20oC merupakan kisaran toleransi
literatur bahwa pada suhu 10oCmengalami yang menurunkan proses fisiologis pada
ketidaksadaran (pingsan) bahkan hingga tubuh ikan (Effendi, 2003). Kemudian
kematian. Hal ini berarti suhu 20oC pada suhu 40oC ikan mengalami
merupakan kisaran toleransi yang perubahan menjadi lebih bergerak akif.
menurunkan proses fisiologis pada tubuh
Pada perlakuan responsi ikan nila terhadap
ikan (Effendi, 2003).
perubahan pH, Pada pH asam dan bukaan
Sedangkan pada hasil praktikum kelompok operculum mengalami kenaikan seperti
4, pada suhu 40oC tidak mengalami pada hasil kelompok 4 dan 7. Kemudian
mortalitas. Hal ini pun sesuai dengan pada pada hasil kelompok 5, 6Pada pH
literatur bahwa pada suhu 40oCmengalami asam dan bukaan operculum mengalami
ketidaksadaran (pingsan) bahkan hingga penurunan. Hal ini disebabkan respon
kematian. Hal ini berarti suhu 10oC ikan terhadap pH asam serta adanya
merupakan kisaran toleransi yang aktifitas fisiologis yang berlebihan dalam
menurunkan proses fisiologis pada tubuh rangka menyesuaikan diri dengan
ikan (Effendi, 2003). Hasil yang didapat lingkungannya dengan cara mengeluarkan
pada kelompok 4 memiliki sedikit lendir (Damayanti, 2013). Tingkah laku
perbedaan terhadap kelompok 2. Diduga ikan yang paling terlihat pada praktikum
perbedaan tersebut terjadi dikarenakan si yaitu ikan mulai lemas, pergerakan
ikan yang akan digunakan dalam menjadi pasif, warna pucat dan perut
praktikum mengalami stress atau mengempis. Tingkat kelangsungan hidup
ketidakstabilan dalam kesehatannya, ikan pada kontrol sebesar 100%. Hal ini
sehingga menyebabkan mortalitas pada sesuai bahwa kisaran pH perairan yang
kelompok 2. cocok antara 5 – 8,7. Pada kisaran pH
tersebut cukup memenuhi syarat untuk
Pada kelompok 1 di suhu gradual10oC,
kehidupan ikan nila (Cahyono, 2011).
tidak mengalami mortalitas pada menit ke-
10, 20 dan 30. Namun, pada suhu 20oC si Surfaktan di dalam perairan dapat
ikan mengalami penurunan proses menimbulkan rusaknya organ
kemoreseptor, berubah pola makan, operculum mengalami penurunan, pada
pertumbuhan lambat dan tingkat tingkat kadar detergen yang bervariasi ikan
kelangsungan hidup larva yang rendah pada menit ke 20 sudah mengalami
(Abel, 1974). Menurut Williams J. (2008) penurunan, pergerakan ikan
pada konsentrasi 5 mg/L Dodecylbenzene sudahmelemah, warna ikan sedikit
Sulfonate dapat menyebabkan memudar serta ikan mengeluarkan lendir
pengurangan epitel insang pada ikan. Pada akibat dari proses adaptasi.
konsentrasi yang sama, lamella insang
Sedangkan pada hasil praktikum kelompok
cenderung bersatu. Semakin besar
3 ph gradualjuga menunjukkan bukaan
konsentrasi surfaktan yang diberikan maka
operculum mengalami penurunan, pada
semakin besar pula kerusakan sel epitelnya
tingkat kadar detergen yang semakin tinggi
(Mangkoedihardjo, 2009). Bila surfaktan
ikan pada menit ke 60 mengalami
deterjen tersebut sudah melebihi ambang
penurunan kesadaran, pergerakan ikan
batas bisa menyebabkan kematian pada
sudahmelemah, kemudian ikan mengalami
biota.
kematian.
Pada hasil praktikum kelompok 7
4.2.2 Cara Kerja Yang Dilakukan
menunjukkan bukaan operculum
Cara kerja yang dilakukan cukup sesuai
mengalami penurunan, pada tingkat kadar
dengan apa yang ditujukan oleh buku
detergen yang tinggi ikan pada menit ke 20
panduan yang diberikan dalam praktikum
sudah mati, pada insang mengalami sedikit
“Respon Organisme Akuatik Terhadap
pendarahan, pergerakan ikan melemah,
Variabel Lingkungan”. Perlakuan pada
warna ikan memudar serta ikan
praktikum bagian adaptasi organisme
mengeluarkan lendir akibat dari proses
terhadap suhu diawali dengan menyiapkan
adaptasi. Disamping itu, ikan mengalami
terlebih dahulu 4 buah akuarium yang diisi
difusi yang membuat lendir dalam tubuh
3 liter air. Akuarium 1,2, dan 3 untuk
keluar dan bobot tubuh ikan yang
perlakuan berbeda ( 10OC), 20OC, 40OC)
cenderung bertambah. Hal tersebut sesuai
sedangkan akuarium 4 untuk perlakuan
dengan literatur bahwa semakin besar
gradual. Sebelumnya ikan ditimbang dan
konsentrasi surfaktan yang diberikan maka
dicatat bobot awalnya dengan
semakin besar pula kerusakan sel epitelnya
menggunakan timbangan digital. Siapkan
(Mangkoedihardjo, 2009).
media air berupa air es dan air panas untuk
Kemudian pada hasil praktikum kelompok masing-masing perlakuan. Kemudian
5 dan 6 jugamenunjukkan bukaan siapkan lagi heater dan aerator pada
masing-masing akauarium lalu ikan yang Akuarium 1,2, dan 3 untuk perlakuan yang
telah ditimbang bobot awalnya di berbeda (tambahkan surfaktan deterjen
masukkan dalam akuarium secara sebanyak 1 gr, 3 gr dan 6 gr) , sedangkan
bersama-sama. Upayakan suhu dalam akuarium 4 untuk perlakuan gradual.
akuarium tetap stabil sesuai dengan
Sebelumnya ikan ditimbang terlebih
perlakuan. Kemudian diamati setiap 10
dahulu dan dicatat bobot awalnya dengan
menit dan dicatat ikan uji yang mati
menggunakan timbangan digital. Siapkan
selama percobaan. Timbang bobot akhir
deterjen yang sudah dilarutkan dengan 1
ikan uji.
liter air dari akuarium untuk masing-
Pada adaptasi organisme terhadap Ph masing perlakuan. Kemudian siapkan
diawali dengan menyiapkan terlebih aerator pada masing-masing akuarium, lalu
dahulu 5 buah akuarium yang diisi 3 liter ikan dimasukan dalam akuarium secara
air dengan begbagai tingkat Ph yang bersama-sama. Kemudian diamati setiap
berbeda sebagai tempat untuk uji 10 menit dan dicatat jumlah hewan uji
coba.Akuarium 1,2, dan 3 untuk yang mati selama percobaan. Timbang
perlakuan yang berbeda (asam :5 dan bobot akhir dari hewan uji tiap akuarium.
6;basa : 8 dan 9), sedangkan akuarium 4 Setelah itu dihitung ketahanan hidupnya
dan 5 untuk perlakuan gradual. (survival rate) ikan tersebut dan angka
Sebelumnya ikan ditimbang terlebih kematian (mortalitas) dengan rumus yang
dahulu dan dicatat bobot awalnya dengam tercantum pada panduan praktikum.
menggunakan timbangan digital. Siapkan
4.2.3 Hasil Yang Didapat
HCl, NaOH, dan aerator untuk masing-
Hasil yang di dapat pada praktikum ini
masing perlakuan lalu masukkan ikan ke
ialah bahwasanya adanya adaptasi dari
dalam akuarium secara bersama-sama.
setiap makhluk hidup terhadap variabel
Kemudian diamati setiap 10 menit dan
lingkungan demi keberlangsungan
dicatat ikan uji yang mati selama
kehidupan. Salah satu contoh yang di
percobaan. Timbang bobot akhir ikan uji.
praktekkan oleh praktikan ialah uji coba
Sedangkan pada bagian adaptasi adaptasi ikan nila terhadap variabel
organisme akuatik terhadap surfaktan lingkungan berupa suhu, Ph, dan surfaktan
deterjen diawali dengan menyiapkan 4 deterjen. Dan hasil yang didapatkanpun
buah akuarium yang diisi air 3 liter dengan cukup sesuai dengan literatur maupun
pemberian surfaktan deterjen yang pernyataan yang telah ada, seperti pada
berbeda sebagai tempat untuk uji coba. suhu 10oC merupakan kisaran toleransi
yang menurunkan proses fisiologis pada maka semakin besar pula kerusakan sel
tubuh ikan (Effendi, 2003). Selain itu, epitelnya atau penambahan bobot.
bahwa kisaran Ph perairan yang cocok
antara 5–8,7. Pada kisaran Ph tersebut
DAFTAR PUSTAKA
cukup memenuhi syarat untuk kehidupan
ikan nila (Cahyono, 2011). Affandi, R., dan Tang, U. 2010. Fisiologi
Hewan Air.University Riau Press.
IV. PENUTUP Riau. 217 p.

4.1 Kesimpulan Cahyono,Bambang.2011.Budidaya Ikan di


Perairan Umum.
Kesimpulan yang dapat diambil dari Yogyakarta:Kanisius.
praktikum ini yaitu:
Damayanti, Lis. 2013. Pengaruh Salinitas
1.Respon ikan nila terhadap perubahan Air terhadap kelangsungan Hidup
suhu yaitu bukaan operculum yang dan Pertumbuhan benih Ikan
Gurame (Osphronemus goramy
melambat dari waktu- kewaktu, Lac). Skripsi. FPIK. Bogor.
pergerakan yang lambat.
Effendi, H. 2012. Telaah Kualitas Air Bagi
2. Kesesuaian dengan literatur bahwa
Pengelolaan Sumberdaya dan
semakin besar konsentrasi surfaktan yang Lingkungan Perairan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. 258 p.
diberikan maka semakin besar pula
kerusakan sel epitelnya atau penambahan Jefkins, Frank. 2013, Public Relations.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
bobot.
Jerold W. Jones dan Wilbert F. Stoecker.
2011. Refrigerasi dan Pengkondisian
Udara. McGraw-Hill, Inc.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan Odum. 2012. Polusi Air dan Udara.


Kanisius. Yogjakarta.
Kesimpulan yang dapat diambil dari
Kordi, K. M. Ghufran. 2014.
praktikum ini yaitu: Penanggulangan Hama dan
Penyakit Ikan. Cetakan Pertama. PT
1.Respon ikan nila terhadap perubahan
Rineka Cipta. Jakarta.
suhu, pH, dan deterjen yaitu bukaan
Kottelat, M.A.J. Whitten., S.N. 2013.
operculum yang melambat dari waktu- Kartikasari dan S.Wirjoatmodjo.
kewaktu, serta pergerakan yang lambat Ikan air tawar Idonesia bagian barat
dan Sulawesi. Periplus editions
dan kehilangan keseimbangan.
Lehninger, A. L. 2010. Dasar-Dasar
2.Kesesuaian dari literatur bahwa semakin
Biokimia jilid 2. Erlangga.
besar konsentrasi surfaktan yang diberikan Jakarta.Lesmana Darti S.
2012. Kualitas Air untuk Ikan Hias
Air Tawar. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Lesmana Darti S. 2012. Kualitas Air untuk


Ikan Hias Air Tawar. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Saanin. 2014. Taksonomi dan Kunci Ikan.


Bina Cipta. Bandung.

Trewavas, E.2012. Tilapias: taxonomy and


spesification. Di dalam: Biology and
Culture of Tilapias (R.S.V Pullin and
R.H. Lowe Mc Cannel eds.) ICLARM
Conference Proceedings 7.
Internationa Centre for Living
Aquatic Resource Management.
Manila, Filipina.
DOKUMENTASI

No. Gambar Keterangan

Ditimbang bobot
Ikan untuk dilakukan
perlakuan.

Ditimbang bobot ikan


untuk dilakukan
perlakuan.

Kondisi ikan pada suhu


40 derajat pada menit 20
serta mengalami bukaan
operculum 60
4 Kondisi ikan pada suhu
40 derajat pada menit 1
serta mengalami
bukaan operkulum 50

Anda mungkin juga menyukai