PENDAHULUAN
Prostat Hiperplasia (BPH) terjadi sekitar 50% pada pria umur 50 tahunke atas
dan sekitar 90% pria pada usia 80 tahun ke atas. Kurang lebih 25%
rumah sakit pandanarang boyolali pada tahun 2012 adalah sebanyak 90 kasus
dan awal tahun 2012 sampai april 2013 tecatat 131 kasus. Melihat jumlah
juga bervariasi maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang
mendesak jaringan asli keporifer. Pada pasien BPH usia lanjut sangat
1
prostat, pasien harus dirawat inap sampai keadaannya membaik, guna
Menurut Silva (2007), BPH dianggap menjadi bagian dari proses penuaan
yang normal. Walaupun demikian, jika menimbulkan gejala yang berat dan
batu vesika akibat selalu terdapat sisa urin setelah buang air kecil, sehingga
terjadi pengendapan batu. Bila tekanan intra vesika yang selalu tinggi tersebut
diteruskan ke ureter dan ginjal, akan terjadi hidroureter dan hidronefrosis yang
kemungkinan seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan
terjadi pada usia 41-50 tahun, 50% terjadi pada usia 51-60 tahun dan 90%
Adapun ruang lingkup pembahasan dalam karya Tulis Ilmiah ini adalah
terbatas hanya satu orang saja dengan melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Benigna Prostat Hiyperplasia di ruang rawat inap bedah kelas III DI
RSUD Kota Subulussalam selama tiga hari yaitu, dari tanggal 21 Juli sampai
23 Juli 2020.
2
1.3 Tujuan Penulisan
Hiyperplasia (BPH)
3
Metode yang di gunakan penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
1. Studi kepustakaan
2. Studi kasus
3. Observasi
perkembangan klien.
4. Wawancara
5. Studi dokumentasi
6. Pelaksanaan langsung
4
Melakukan asuhan keperawatan langsung pada Tn.A dengan penyakit
1.5 Sistematika
Sistematika dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 ( lima ) bab
Bab II : Landasan teori yang terdiri dari konsep dasar dan asuhan
Hasil,rasional.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1.1 Definisi
umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering ditemukan untuk
intervensi medis pada pria di atas usia 50 tahun (Wijaya. A & Putri. Y, 2016).
jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hyperplasia beberapa atau semua
menyebabkan penyumbatan uretra pas prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD dr.
Sutomo, 2018)
Kelenjar prostat terletak tepat dibawah leher kandung kemih. Kelenjar ini
mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh dua duktus ejakulatorius, yang
merupakan kelanjutan dari vas deferen. Pada bagian anterior difiksasi oleh
prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan
berakhir pada verumontarum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dan
sfingter uretra eksterna secara embriologi, prostat berasal dari lima evaginasi
epitel uretra posterior. Suplai darah prostat diperdarahi oleh arteri vesikalis
inferior dan masuk pada sisi postero lateralis lever vesika (Wijaya & Putri, 2016)
6
Prostat adalah organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior
seperti buah kemiri, dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm, dan beratnya kurang lebih
20gram. Secara histopatologi, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan
stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah,
saraf, dan jaringan penyangga yang lain (Muttaqin & Sari, 2017)
sedikit asam. Cairan prostat menetralisir sifat asam dari cairan lain
7
2. Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untukk
panjang 2-5 cm. Fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat. Kelenjar
Putri,2016)
1.1.3 Etiologi
diketahui secara pasti tetapi hanya 2 dua faktor yang mempengaruhi terjadinya
BPH yaitu testis dan usia lanjut (Jitowiyono & Kristyanasari 2015).
2. Faktor usia
8
mempengaruhi bagian tengah prostat Peningkatan usia membuat
3. Faktor pertumbuhan/Growth
prostate secara tidak langsung diatur oleh sel-sel stroma melalui suatu
prostate.
9
1.1.4 Patofisiologi Bagan
USIA LANJUT
TESTIS
REFLUKS HERNIA,
VESIKA HAEMOROID
URETRAL
KERUSAKAN KERUSAKAN
GINJAL GINJAL
10
Patofisiologi benign prostatic hyperplasia disebabkan karena beberapa faktor,
yaitu faktor usia dan hormonal. Seiring bertambahnya usia, kelenjar prostat akan
kelenjar prostat mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia, hal ini
terutama pada stroma. DHT juga akan berikatan dengan reseptor androgen pada
rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama,
otot detrusor dengan tanda gejala antara lain: sering miksi (frekwensi),
miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria).
11
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik
Laboratorium
menyebabkan infeksi.
Pencitraan
1.1.7 Penatalaksanaan
Terapi bedah
12
berulang, difertikel batu saluran kemih,hidroureter,hidronefrosis
jenis pembedahan :
uretra
2. Prostatektomi suprapubis
3. Protatektomi retropubis
bagian
kemih.
4. Prostatektomi teritoneal
13
1.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain : sering
dengan semakin beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena
urine tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih dan apabila tidak diobati dapat mengakibatkan gagal ginjal (Corwin, 2014)
Stasis urin akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan
hematuria. Selain itu stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media
1.2.1. Pengkajian
Aktivitas/ istirahat:
Integritas ego
Nyeri/kenyamanan
14
Gejala : nyeri perut pada bagian bawah sehingga merasa tidak
nyaman.
Seksualitas
Penyuluhan/pembelajaran
obat
pembedahan
prostat hayperplasia
15
16
17
18
1.2.4 Evaluasi Yang Diharapkan
19
BAB III
LAPORAN KASUS
2.1 Pengkajian
2.1.1 Pengumpulan Data
A. Identitas Pasien
Identitas Klien
Nama : Tn.A
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
No. RM : 070 xxx
Tanggal masuk : 20 Juli 2020
Tanggal pengkajian : 21 Juli 2020
Diagnosa Medis : Benigna Prostat Hiperplasia
Alamat : Jln. Teuku Umar Subulussalam
20
Pasien mengatakan tidak bisa buang air kecil bila tidak
bulan
Keluarga pasien tidak ada yang menderita dengan penyakit yang sama
atau genetik
4. Riwayat Keluarga
Genogram
5
62
4
4
4
36 28 1
2
5 6
5 6
5 6
6
Keterangan genogram : Pasien
6
Tinggal Serumah 6
Meninggal Dunia
21
E. Pemeriksaan Fisik
TD : 130 / 90 mmHg
HR : 88 x / menit
RR : 26 x/menit
Temp : 38,30 C
Berat badan : 60 kg
a. Kepala
Kepala tidak ada kelainan struktur, bentuk bulat, ubun-ubun tidak teraba,
b. Penglihatan / Mata
Mata tidak ada kelainan struktur, ketajaman mata kurang baik, klien dapat
membaca pada jarak 20 cm, sclera tidak dijumpai icterus, pupil isokor
kanan dan kiri, konjungtiva tidak dijumpai tanda-tanda anemia, klien tidak
c. Penciuman / Hidung
22
Hidung klien tidak ada kelainan struktur, tidak ada pembengkakan pada
polip tidak ada perdarahan dan peradangan. Fungsi penciuman baik, klien
d. Pendengaran / Telinga
Telinga tidak ada kelainan struktur, serumen ada tetapi tidak mengganggu,
e. Mulut
si
Rasa manis pada gula dengan rasa asam pada jeruk, trakea baik, kelenjar
f. Thoraks
Bentuk simetris kanan dan kiri, pernafasan sesak frekuensi 26x/i bunyi
nafas ronchi, batuk ada, sputum ada berwarna putih dengan konsistensi
g. Jantung
Nyeri dada ada, ukuran jantung tidak teraba, denyut jantung 88x/i, tidak
23
h. Abdomen
Turgor kulit kurang baik, bila dicubit kembali > 2 detik, hepar dan lien
i. Ekstremitas
Atas : kekuatan otot kanan dan kiri : skala kekuatan otot 5 dari rentang
skala 0-5.
lemah.
a.Nutrisi
pantangan.
Sesudah masuk RS pola makan klien 3 kali sehari, jenis diet nasi dan
bubur.
b. Eliminasi
24
Sebelum sakit : frekuensi BAB 3 hari sebelum masuk rumah sakit
c. Istirahat
d. Aktivitas
e. Kebersihan Perorangan
25
G. Pemeriksaan Penunjang laboratorium
Hemoglobin
- Hemoglobin 11,7- g/dl 11,7
- Leukosit 15,5 x10 3/ul 11,5
- Hematokrit 4,4-11,3 % 37
- Trombosit 35-47 X10 3/ul 153
- Eritrosit 140-440 X10 6/ul 6,6
,5-5,9
KIMIA
Fungsi ginjal
- Ureum 10-50 mEq/dl 43
- Creatinine 0,0-1,1 mEq/dl 1
Gula darah
- Glukosa darah 70-150 mg/100ml 85
sewaktu
Hasil pemeriksaan Paru : paru kanan apek, paru kiri lob superrior kiri tenang
normal.
H. Therapy
26
I. Pemeriksaan Radiologi dan Pemeriksaan Diagnostik lain :
Data Subjektif :
bawah
lemah
Data Objektif :
27
2.1.2 Analisa Data
28
No Diagnosa Keperawatan
29
Nyeri akut Noc label NIC
berhubungan Pain level 1. Kaji secara
dengan agen Pain control konprohensif
Control level (lokasi,karkteristik,d
injury fisik
Setelah di lakukan asuhan urasi
keperawatan selama 3x24 frekuensi,kualitas
jam di harapkan nyeri lien dan factor
dapat teratasi dengan presipitasi)
kriteria hasil. 2. Pantau tanda-tanda
1. Pasien melaporkan vital passion
skala nyeri (tekanan darah,nadi
berkurang suhu dan respirasi)
2. Pasien tidak 3. Eliminasi factor
tampak yang memicu terjadi
melokalisasi nyeri nya nyeri.
dan tidak tampak 4. Anjurkan tekhnik
meringis. non farmakologi
3. TTV dalam batas seperti
normal. relaksasi,distraksi
napas dalam sebelum
nyeri terjadi.
5. kolaborasi
pemberian terapi
analgetik secara
tepat.
30
mempertahankan cuci kulit dengan
kebersihan hati-hati.
lingkungan. 6. Ajarkan klien dan
d. Mengetahui resiko anggota keluarga
infeksi personal. bagaimana mencegah
e. Mengetahui kebiasaan infeksi
yang berhubungan 7. Kolaborasi pemberian
dengan resiko infeksi. obat antibiotik.
31
ketorolac 30
mg/12 jam.
2. Rabu, 22 DX II 14.00 1. Meninggikan S : Klien
juli 2020 kepala klien mengatakan
dengan posisi bisa berganti
semi fowler. posisi tidur,kaki
2. Memberikan sudah bisa di
14.40 injeksi
ceftriaxone ger
1000mg/12 jam akan
3. Memonitoring
15.00 tanda dan gejala
infeksi berupa O : Klien
kalor, dolor mengtakan
rubor, tumor dan sudah selera
fungsiolaesa makan
setiap saat.
4. Menganjurkan A : kebutuhan
16.00 nutrisi sudah
pasien untuk
membatasi terpenuhi
pengunjung dan
cuci tangan. P : Rencana
tindakan
dilanjutkan
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Benigna Prostat Hiyperplasia Di Ruang Bedah Kelas III RSUD Kota Subulussalam,
dari tanggal 21 juli sampai 23 juli 2020. Maka pada bab ini penulis akan membahas
kesenjangan yang di temukan antara teori dan kasus selama penulis melaksanakan
asuhan keperawatan.
33
Dalam hal ini penulis akan membahas berdasarkan tahapan proses keperawatan
Tahap pengkajian merupakan langkah awal yang penulis lakukan pada Tn.A
dengan Diagnosa Benigna Prostat Hiyperplasia Di Ruang Bedah Kelas III RSUD
antara landasan teori dan laporan kasus. Persamaannya pada landasan teori dan
laporan kasus terdapat data adanya nyeri pada luka operasi di bagian operasi perut
bawah, perbedaan nya pada landasan teori adanya perasaan ingin miksi yang
Dalam diagnosa keperawatn pada landasan teori dan laoran kasus pada klien
BPH terdapat sedikit perbedaan . pada diagnosa keperawatan landasan teori penulis
menemukan 3 diagnosa.
pembedahan
34
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan
prostat hayperplasia
Diagnosa keperawatan yang ada pada kasus dan sesuai dengan teori adalah
sebagai berikut :
pembedahan.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ada pada kasus tetapi tidak sesuai dengan
teori adalah :
prostat hayperplasia.
merumuskan tujuan dan kriteria hasil serta membuat rencana tindakan dan
35
keperawatan berdasarkan teori yang di sesuaikan dengan klien dan fasilitas yang
ada di rumah sakit khususnya di ruang Bedah kelas III. Adapun perencanaan
36