Anda di halaman 1dari 68

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai faktor mendasar terhadap tercapainya kualitas

pembangunan disegala bidang sudah seharusnya mendapat perhatian yang

serius dari semua lapisan masyarakat, terutama dari para guru sebagai

pendidik dalam lembaga pendidikan formal.

Dalam Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional


(UUSISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1, ditegaskan; bahwa
kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat, antara lain
pendidikan agama. Ini berarti setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan
disetiap sekolah wajib memberikan pendidikan agama kepada anak didik
sesuai dengan agama yang dianutnya.1

Adapun tujuan pendidikan Islam bukan saja berorientasi pada

keakhiratan dalam bentuk mengamalkan ajaran agama dan berakhlak mulia,

melainkan juga mampu mengembangakan seluruh potensi yang dimilikinya

terutama aspek fisik, psikis, intelektual, kepribadian, dan sosial yang sesuai

dengan tuntutan kehidupan, kemajuan ilmu dan teknologi, perkembangan

budaya, perkembangan masyarakat serta cita-cita Islam itu sendiri, sehinga

manusia (peserta didik) tersebut mampu menunaikan tugas hidupnya sebagai

khalifah yang sekaligus sebagai insan yang mengabdi kepada Allah SWT.

Dalam mewujudkan kehidupan yang rahmatan lil 'alamin. Penambahan

fasilitas belajar saja tidaklah cukup, lebih dari itu semua adalah bagaimana

membuat anak didik kita mencintai belajar sebagai bagian yang tak

1
Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003, (Jakarta:PT. Mutiara Sumber Widya,2005), h.
53

1
2

terpisahkan dari hidupnya. Maka pembenahan kurikulum dan manajemen

pendidikan merupakan sebuah keniscayaan, begitu juga dengan kegiatan-

kegiatan di luar jam belajar yang dilakukan sekolah untuk menunjang visi

pembelajaran menjadi penting.

Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban

mendidik, secara umum mendidik ialah membantu anak didik di dalam

perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan

atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidikan dari anak

didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah

tangga, sekolah maupun masyarakat.

Spektrum di atas, selaras dengan tujuan pendidikan yang diamanatkan

dalam UUD 1945, pasal 31 ayat 3, yakni "...meningkatkan keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa...,"2 demikian juga tujuan pendidikan yang ditetapkan dalam Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003, yakni: "untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".3

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran pendidikan Islam tersebut,

maka penggunaan strategi dan pendekatan dalam operasional pengajaran dan

pendidikan mutlak diperlukan sebagai alternatif pemecahan dalam menjawab

fenomena yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan

2
Ibid., h. 49
3
Ibid., h. 50
3

siswa. Adapun salah satu pendekatan yang besar kemungkinannya akan

mendukung pengembangan wawasan pengetahuan siswa tentang pengetahuan

agama Islam diantaranya adalah melalui kegiatan pengembangan diri.

Penilaian kegiatan pengembangan diri bersifat kualitatif, potensi,

perilaku dan kondisi psikologis peserta didik merupakan portofolio yang

digunakan untuk penilaian. Penulis merupakan alumni MI Al-Husin

Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir,

berdasarkan pengalaman yang pernah ada pengembangan diri yang

dilaksanakan seperti : Pramuka, Kesenian, Olah Raga, Pengajian Jum’at dan

Memperingati Hari-Hari Besar Agama Islam.

Pengembangan diri dengan motivasi merupakan faktor pendukung

dalam belajar, karena sesuatu yang dapat menimbulkan motivasi adanya

kebutuhan, pengetahuan tentang kemajuan sendiri dan aspirasi atau cita-cita

serta persaingan atau kompetisi yang dapat mendorong timbulnya kelakuan

atau suatu perbuatan, sebagai pengarah dan penggerak

Dari pengamatan yang penulis lihat dari gejala - gejala setelah

dilakukan studi pendahuluan dilapangan antara lain ;

- Masih adanya siswa yang datang terlambat dalam acara hari besar islam

- Rendahnya semangat belajar siswa di kelas.

- Masih ada sebagian siswa yang bermain saat pengajian Jum’at.

- Sedikitnya siswa yang mengikuti ekstrakurikuler agama di sekolah.

Berkaitan dengan hal di atas, maka penulis ingin mengetahui

bagaimana pengembangan dan pelaksanaan pengembangan diri. Untuk itu


4

penulis menyusun skripsi yang berjudul; “Implementasi Pembelajaran

Pengembangan Diri Siswa Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Di MI Al-

Husin Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan

Hilir”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesimpang siuran dalam memahami istilah-istilah

yang penulis paparkan, maka berikut ini penulis berikan batasan istilah yang

digunakan dalam penelitian antara lain :

Pengembangan diri siswa yang dikaji merupakan merupakan di bidang

agama seperti : pengajian jum’at, kegiatan hari besar Islam dll. Pengembangan

diri siswa dibidang agama ini bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,

bakat dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

Motivasi belajar adalah sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang

individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai

tujuan.

C. Permasalahan

1. Identifikasi masalah

Sebagaimana yang telah diterangkan dalam latar belakang masalah di atas,

maka identifikasi masalah yang di lapangan, yakni:

a. Metode yang digunakan guru kurang menarik perhatian siswa dalam

pelaksanaan pengembangan diri MTs Al-Istiqomag Sintong

Kabupaten Rokan Hilir.


5

b. Rendahnya minat siswa dalam pelaksanaan pengembangan MTs Al-

Istiqomah Sintong Kabupaten Rokan Hilir.

c. Rendahnya motivasi siswa terhadap kegiatan proses belajar mengajar

di MTs Al-Istiqomah Sintong Kabupaten Rokan Hilir.

d. Sarana prasarana yang kurang memadai dalam pelaksanaan

pengembangan diri di. MTs Al-Istiqomah Sintong Kabupaten Rokan

Hilir.

e. Kondisi lingkungan sekolah yang tidak sesuai dalam dalam

pelaksanaan pengembangan diri di. MTs Al-Istiqomah Sintong

Kabupaten Rokan Hilir.

f. Tinggi pengaruh teman sebaya dalam pelaksanaan pengembangan diri

di. MTs Al-Istiqomag Sintong Kabupaten Rokan Hilir.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan diri

terhadap motivasi belajar siswa di MTs Al-Istiqomag Sintong

Kabupaten Rokan Hilir.

2. Batasan masalah

Untuk lebih fokusnya masalah yang diteliti, penulis dan tidak

menimbulkan kesalahan pemahaman dan persepsi dalam tulisan ini, maka

permasalahan yang diteliti adalah :

a. Bagaimana proses pelaksanaan pengembangan diri di MTs Al-

Istiqomag Sintong Kabupaten Rokan Hilir?

b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan

pengembangan diri terhadap motivasi belajar siswa di di MTs Al-

Istiqomag Sintong Kabupaten Rokan Hilir?


6

c.
3. Rumusan masalah

Merujuk pada latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran

pengembangan diri siswa dalam meningkatkan motivasi belajar di MTs Al-

Istiqomag Sintong Kabupaten Rokan Hilir?

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang dirumuskan, maka secara rinci

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan diri di

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan diri

terhadap motivasi belajar siswa di MTs Al-Istiqomag Sintong

Kabupaten Rokan Hilir?

b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

pelaksanaan pengembangan diri terhadap motivasi belajar siswa di

MTs Al-Istiqomag Sintong Kabupaten Rokan Hilir?

2. Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang penulis kemukakan di atas,

penelitian ini bermanfaat bagi :

a. Siswa :

Sebagai bahan informasi bagi siswa tentang pentingnya kegiatan

pengembangan diri dibidang agama.

b. Guru :
7

Sebagai bahan masukan dalam membantu guru untuk

mengembangkan strategi pembelajaran yang baik sehingga motivasi

siswa pada PAI dapat meningkat.

c. Sekolah :

Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam

melaksanakan berbagai kegiatan, terutama kegiatan pengembangan

diri dibidang agama.

d. Penulis :

Untuk meningkatkan keaktifan mahasiswa didalam melatih cara

berfikir secara ilmiah, berlatih mandiri dalam hal pendidikan dan

sebagai contoh penelitian yang sejenis serta Sebagai salah satu

persyaratan bagi peneliti untuk mendapatkan gelar S.Pd.I pada

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI ) AR-RIDHO Bagansiapiapai.


8

BAB II
KERANGKA TEORETIS

A. Konsep Teoretis

1. Pengembangan Diri

Pengembangan Diri yaitu bagian dari muatan kurikulum sekolah

berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).4 Akan tetapi

pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan

minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.5

Dari ketiga peraturan tersebut memuat beberapa hal penting diantaranya

bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang kemudian

dipopulerkan dengan istilah KTSP. Di dalam KTSP, struktur kurikulum yang

dikembangkan mencakup tiga komponen yaitu: (1) Mata Pelajaran; (2) Muatan

Lokal dan (3) Pengembangan Diri.6

Komponen Pengembangan Diri merupakan komponen yang relatif baru

dan berlaku untuk dikembangkan pada semua jenjang pendidikan. Sebagai sesuatu

yang dianggap baru, kehadirannya menarik untuk didiskusikan dan diperdebatkan,

4
Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Tim Gaung
Presada, 2007), h. 10
5
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasinya dalam
KTSP , (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.30
6
Ibid., h. 34
9

Sejumlah pertanyaan banyak diajukan diantaranya saja : Apa hakekat

Pengembangan Diri itu? dan Bagaimana pula pelaksanaan kegiatan

Pengembangan Diri di sekolah ?.

Oleh karena itu, melalui tulisan ini akan dipaparkan secara teoritik tentang

hakekat pengembangan diri dan beberapa alternatif pemikiran tentang

pelaksanaan kegiatan pengembangan diri di sekolah, untuk dijadikan sebagai

salah satu bahan rujukan dalam kegiatan Pengembangan Diri di sekolah-sekolah,

sehingga kegiatan Pengembangan Diri di sekolah lebih dapat

dipertanggungjawabkan.

Penggunaan istilah Pengembangan Diri dalam kebijakan kurikulum


8
memang relatif baru. Kehadirannya menarik untuk didiskusikan baik secara

konseptual maupun dalam prakteknya. Jika menelaah literatur tentang teori-teori

pendidikan, khususnya psikologi pendidikan, istilah pengembangan diri disini

tampaknya dapat disepadankan dengan istilah pengembangan kepribadian, yang

sudah lazim digunakan dan banyak dikenal. Meski sebetulnya istilah diri (self)

tidak sepenuhnya identik dengan kepribadian (personality). Istilah diri dalam

bahasa psikologi disebut pula sebagai aku, ego atau self yang merupakan salah

satu aspek sekaligus inti dari kepribadian, yang di dalamnya meliputi segala

kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita, baik yang disadari atau pun yang tidak

disadari. Setiap orang memiliki kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita akan

dirinya, ada yang realistis atau justru tidak realistis. Sejauh mana individu dapat

memiliki kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-citanya akan berpengaruh

terhadap perkembangan kepribadiannya, terutama kesehatan mentalnya.


10

Kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita akan seseorang akan dirinya secara

tepat dan realistis memungkinkan untuk memiliki kepribadian yang sehat. Namun,

sebaliknya jika tidak tepat dan tidak realistis boleh jadi akan menimbulkan pribadi

yang bermasalah. Kepercayaan akan dirinya yang berlebihan (over confidence)

menyebabkan seseorang dapat bertindak kurang memperhatikan lingkungannya

dan cenderung melabrak norma dan etika standar yang berlaku, serta memandang

sepele orang lain. Selain itu, orang yang memiliki over confidence sering

memiliki sikap dan pemikiran yang over estimate terhadap sesuatu. Sebaliknya

kepercayaan diri yang kurang, dapat menyebabkan seseorang cenderung bertindak

ragu-ragu, rasa rendah diri dan tidak memiliki keberanian. Kepercayaan diri yang

berlebihan maupun kurang dapat menimbulkan kerugian tidak hanya bagi dirinya

namun juga bagi lingkungan sosialnya.

Begitu pula, setiap orang memiliki sikap dan perasaan tertentu terhadap

dirinya. Sikap akan diwujudkan dalam bentuk penerimaan atau penolakan akan

dirinya, sedangkan perasaan dinyatakan dalam bentuk rasa senang atau tidak

senang akan keadaan dirinya. Sikap terhadap dirinya berkaitan erat dengan

pembentukan harga diri (penilaian diri), yang menurut Maslow merupakan salah

satu jenis kebutuhan manusia yang amat penting. Sikap dan mencintai diri yang

berlebihan merupakan gejala ketidaksehatan mental, biasa disebut narcisisme.

Sebaliknya, orang yang membenci dirinya secara berlebihan dapat menimbulkan

masochisme.

Disamping itu, setiap orang pun memiliki cita-cita akan dirinya. Cita-cita

yang tidak realistis dan berlebihan, serta sangat sulit untuk dicapai mungkin hanya
11

akan berakhir dengan kegagalan yang pada akhirnya dapat menimbulkan frustrasi,

yang diwujudkan dalam bentuk perilaku salah-suai (maladjusted). Sebaliknya,

orang yang kurang memiliki cita-cita tidak akan mendorong ke arah kemajuan.

Berkenaan dengan diri atau ego ini, John F. Pietrofesa (1971)

mengemukakan tiga komponen tentang diri, yaitu : (1) aku ideal (ego ideal); (2)

aku yang dilihat dirinya (self as seen by self); dan (3) aku yang dilihat orang lain

(self as seen by others). Dalam keadaan ideal ketiga aku ini persis sama dan

menunjukkan kepribadian yang sehat, sementara jika terjadi perbedaan-perbedaan

yang signifikan diantara ketiga aku tersebut merupakan gambaran dari

ketidakutuhan dan ketidaksehatan kepribadian.7

Dengan memperhatikan dasar teoritik tersebut di atas, kita bisa melihat

arah dan hasil yang diharapkan dari kegiatan Pengembangan Diri di sekolah yaitu

terbentuknya keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta didik yang

realistis, sehingga peserta didik dapat memiliki kepribadian yang sehat dan utuh.

Secara konseptual, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

22 Tahun 2006 kita mendapati rumusan tentang pengembangan diri, sebagai

berikut : Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh

oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,

bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau

tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

7
Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung : P.T.
Remaja Rosdakarya, 2005), h. 112
12

Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling

yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan

pengembangan karir peserta didik.8

Berdasarkan rumusan di atas dapat diketahui bahwa Pengembangan Diri

bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Dengan sendirinya,

pelaksanaan kegiatan pengembangan diri jelas berbeda dengan pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar mata pelajaran. Seperti pada umumnya, kegiatan belajar

mengajar untuk setiap mata pelajaran dilaksanakan dengan lebih mengutamakan

pada kegiatan tatap muka di kelas, sesuai dengan alokasi waktu yang telah

ditentukan berdasarkan kurikulum (pembelajaran reguler), di bawah tanggung

jawab guru yang berkelayakan dan memiliki kompetensi di bidangnya. Walaupun

untuk hal ini dimungkinkan dan bahkan sangat disarankan untuk mengembangkan

kegiatan pembelajaran di luar kelas guna memperdalam materi dan kompetensi

yang sedang dikaji dari setiap mata pelajaran.

Sedangkan kegiatan pengembangan diri seyogyanya lebih banyak

dilakukan di luar jam reguler (jam efektif), melalui berbagai jenis kegiatan

pengembangan diri. Salah satunya dapat disalurkan melalui berbagai kegiatan

ekstra kurikuler yang disediakan sekolah, di bawah bimbingan pembina ekstra

kurikuler terkait, baik pembina dari unsur sekolah maupun luar sekolah. Namun

perlu diingat bahwa kegiatan ekstra kurikuler yang lazim diselenggarakan di

sekolah, seperti: pramuka, olah raga, kesenian, PMR, kerohanian atau jenis-jenis
8
Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,. (Jakarta :
Depdiknas, 2006), h. 18
13

ekstra kurikuler lainnya yang sudah terorganisir dan melembaga bukanlah satu-

satunya kegiatan untuk pengembangan diri.

Di bawah bimbingan guru maupun orang lain yang memiliki kompetensi

di bidangnya, kegiatan pengembangan diri dapat pula dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan di luar jam efektif yang bersifat temporer, seperti mengadakan diskusi

kelompok, permainan kelompok, bimbingan kelompok, dan kegiatan-kegiatan

lainnya yang bersifat kelompok. Selain dilakukan melalui kegiatan yang bersifat

kelompok, kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan pula melalui kegiatan

mandiri, misalnya seorang siswa diberi tugas untuk mengkaji buku, mengunjungi

nara sumber atau mengunjungi suatu tempat tertentu untuk kepentingan

pembelajaran dan pengembangan diri siswa itu sendiri.

Selain kegiatan di luar kelas, dalam hal-hal tertentu kegiatan

pengembangan diri bisa saja dilakukan secara klasikal dalam jam efektif, namun

seyogyanya hal ini tidak dijadikan andalan, karena bagaimana pun dalam

pendekatan klasikal kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan dan

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minatnya relatif

terbatasi. Hal ini tentu saja akan menjadi kurang relevan dengan tujuan dari

pengembangan diri itu sendiri sebagaimana tersurat dalam rumusan tentang

pengembangan diri di atas.

Dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan terjadi pengurangan jumlah jam efektif setiap

minggunya,namun dengan adanya pengembangan diri maka sebetulnya aktivitas


14

pembelajaran diri siswa tidaklah berkurang, siswa justru akan lebih disibukkan

lagi dengan berbagai kegiatan pengembangan diri yang memang lebih bersifat

ekspresif, tanpa “terkerangkeng” di dalam ruangan kelas.

Kegiatan pengembangan diri harus memperhatikan prinsip keragaman

individu. Secara psikologis, setiap siswa memiliki kebutuhan, bakat dan minat

serta karakateristik lainnya yang beragam. Oleh karena itu, bentuk kegiatan

pengembangan diri pun seyogyanya dapat menyediakan beragam pilihan.

Hal yang fundamental dalam dalam kegiatan Pengembangan Diri bahwa

pelaksanaan pengembangan diri harus terlebih dahulu diawali dengan upaya untuk

mengidentifikasi kebutuhan, bakat dan minat, yang dapat dilakukan melalui

teknik tes maupun non tes (skala sikap, inventori, observasi, studi dokumenter,

wawancara dan sebagainya).

Dalam hal ini, peranan bimbingan dan konseling menjadi amat penting,

melalui kegiatan aplikasi instrumentasi data dan himpunan data, bimbingan dan

konseling seyogyanya dapat menyediakan data yang memadai tentang kebutuhan,

bakat, minat serta karakteristik peserta didik lainnya. Data tersebut menjadi bahan

dasar untuk penyelenggaraan Pengembangan Diri di sekolah, baik melalui

kegiatan yang bersifat temporer, kegiatan ekstra kurikuler, maupun melalui

layanan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Namun harus diperhatikan pula bahwa kegiatan Pengembangan Diri tidak

identik dengan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling tetap harus

ditempatkan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah dengan

keunikan karakteristik pelayanannya.


15

Terkait dengan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah

kemungkinan besar akan menggunakan konsep baru menggantikan Pola 17 yang

selama ini diterapkan. Ke depannya kemungkinan akan digunakan konsep baru

yang lebih dikenal sebutan Bimbingan dan Konseling Komprehensif dan

Pengembangan diri, dimana layanan Bimbingan dan Konseling lebih bersifat

menyeluruh Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan perbedaan

dari kedua pendekatan tersebut adalah :

Pendekatan Pengembangan :

 Bersifat pedagogis

 Melihat potensi siswa.

 Berorientasi pengembangan potensi positif siswa

 Menggembirakan siswa.

 Dialog konselor menyentuh siswa dan terbuka

 Bersifat humanistik- religius

siswa sebagai subyek memegang peranan, memutuskan tentang dirinya

 Konselor hanya membantu dan memberi alternatif-alternatif

Pendekatan Klinis (Model Lama):

 Bersifat klinis

 Melihat kelemahan klien

 Berorientasi pemecahan masalah klien (siswa)

 Konselor serius

siswa sering tertutup

 Dialog menekan perasaan klien


16

 Klien sebagai obyek9

Dengan demikian, layanan Bimbingan dan Konseling yang memiliki

fungsi pengembangan, seperti layanan Pembelajaran, Penempatan dan Bimbingan

Kelompok kiranya perlu lebih dikedepankan dan ditingkatkan lagi dari segi

frekuensi maupun intensitas pelayanannya.

Dari uraian di atas, tampak bahwa kegiatan pengembangan diri akan

mencakup banyak kegiatan sekaligus juga banyak melibatkan orang, oleh karena

itu diperlukan pengelolaan dan pengorganisasian tersendiri.

Pengembangan Diri di sekolah merupakan salah satu komponen penting

dari struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diarahkan guna

terbentuknya keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta didik yang

realistis, sehingga pada gilirannya dapat mengantarkan peserta didik untuk

memiliki kepribadian yang sehat dan utuh.

Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan secara klasikal pada jam

efektif, namun seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar jam reguler (jam

efektif), baik melalui kegiatan yang dilembagakan maupun secara temporer,

bersifat individual maupun kelompok.

Pengembangan diri harus memperhatikan kebutuhan, bakat, dan minat

setiap peserta didik dan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peranan

penting untuk mengidentikasi kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik

melalui kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data, untuk ditindaklanjuti

dalam berbagai kegiatan pengembangan diri.

9
Sudarwan Danim. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan. (Bandung : Pustaka Setia, 2003), h. 56
17

Kegiatan pengembangan diri akan melibatkan banyak kegiatan sekaligus

juga banyak melibatkan orang, oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan

pengorganisasian disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi nyata di sekolah.

Sebagai penutup tulisan ini, ada baiknya kita renungkan ungkapan dari R.F.

Mackenzie yang banyak mengilhami ribuan guru di Inggris tentang bagaimana

seharusnya proses pendidikan berlangsung, dikaitkan dengan kegiatan

pengembangan diri di sekolah : “ …Kami ingin memberikan kepada siswa-siswa

kesempatan untuk menceburkan ke dalam cara hidup yang berbeda, dan kenangan

yang bertahan lebih lama. Di sana tidak akan ada paksaan atau keharusan,

ketekanan, ketergesaan, atau ujian. Apabila mereka ingin memanjat atau berski,

kita akan membantu mereka untuk mendapatkan keterampilan itu. Apabila mereka

ingin mengidentifikasi tumbuhan gunung tinggi atau burung, kita akan

mengusahakan diperolehnya pengetahuan itu. Dan apabila mereka ingin tidak

memiliki kedambaan akan adanya kegiatan atau kehausan akan pengetahuan,

tetapi maunya hanya duduk diam seperti kaum penghuni dataran tinggi yang

dulunya di sini, atau ingin memandangi awan berarak melaju di atas Creag

Dhubh, atau mendengarkan suara rintik hujan yang menitik jatuh di antara

cecabang pohon setelah hujan berhenti mengucur, itu semua juga merupakan

bagian penting dari perkembangan. Pada saat inilah, ketakutan, ide, harapan, dan

pertanyaan yang setengah tenggelam mulai muncul kembali ke permukaan…”

(Combie White, 1997).10

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan


10
Ibid., h. 59
18

diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai dengan

kondisi sekolah.11 Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing

oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk

kegiatan ekstrakurikuler.

Tujuan umum pengembangan diri adalah untuk memberikan kesempatan

kepada siswa mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan

kebutuhan potensi, bakat, minat, kondisi lingkungan dan kultur sekolah.

Sedangkan tujuan khusus adalah sebagai penunjang struktur kurikulum inti dalam

mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam

kehidupan, kemampuan kehidupan beragama, kemampuan sosial, kemampuan

belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah dan

kemandirian.

Sedangkan kegiatan pengembangan diri yang tidak terprogram

dilaksanakan sebagai berikut :

a. Kegiatan Rutin yaitu : kegiatan dilakukan terjadwal seperti upacara

bendera, budaya salam dan bersalaman, membaca Al-Qur’an beserta

terjemahannya sebelum belajar, sholat zuhur berjamaah, doa dan dzikir

sesudah sholat, dan sebagainya.

b. Kegiatan Spontan adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus

seperti pembentukan prilaku memberi salam, membuang sampah pada

tempatnya, budaya antri, dan sebagainya.

11
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,
(Jakarta:Rajawali Press, 2005), h. 147
19

c. Keteladanan yaitu kegiatan dalam bentuk prilaku sehari-hari seperti

berpakain rapi, berbahasa Indonesia yang baik dan benar, rajin membaca,

memuji kebaikan, tepat waktu dan sebagainya.12

2. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “ sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan atau tindakan, motivasi

dapat juga dikatakan sebagai daya penggerak yang datangnya dari dalam diri

subjek untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu pula. “. 13

Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara

sadar atau tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. 14 Sedangkan

motivasi belajar yaitu sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu

dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai

tujuan.15Menurut Jaali bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan sikologis

yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).16

Dan dengan keaktifan, perhatian serta disiplin guru maka seorang

murid dapat bersemangat serta termotivasi untuk belajar walaupun

sebelumnnya ia menganggap setiap pelajaran itu sulit. Namun dengan

adanya hal-hal seperti diatas tadi, maka seorang murid itu merasa berani
12
Ibid., h. 78
13
. Arifin H.M. Prof.Ed, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
1991), h. 63.
14
Pupuh, Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar (melalui Penanaman Konsep umum
dan Islami), (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.15
15
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV, Wacana Prima, 2007), h.
148
16
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), h. 101
20

dan sanggup mengatasi kesulitan dalam belajar tersebut. Murid yang belajar

dibantu oleh lingkungan belajar mengajar, kondisi psikologisnya, kualitas

hubungan interpersonal dan pendidikannya yang dinyatakan dalam tingkah

laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.17

Menurut Cetro motivasi itu terdapat dalam diri pribadi individu akibat

motivasi tersebut seseorang mau melakukan sesuatu dengan bermacam ketentuan.

Motivasi kerja guru merupakan salah satu faktor atau variabel yang sangat

mempengaruhi kwalitas perfomasi kerja guru. Motivasi kerja guru merupakan

kemauan guru, dengan menggunakan segala kemampuan psikis dan kekuatan

fisiknya untuk mengerjakan tugas-tugasnya dalam rangka mencapai tujuan.

Seorang guru harus bersungguh-sungguh dalam menjalankan

tugasnya, dengan perhatian dan aktif. Guru yang malas tidak dapat

diharapkan oleh muridnya. Perhatian dan keaktifannya juga tidak dapat

diharapkan dapat membangkitkan jiwa berani muridnya. Terutama murid

yang lemah dan menganggap berat semua tugas ringan yang dihadapinya.

Bagi murid yang seperti ini membutuhkan kasih sayang untuk

memberanikan dan mengarahkan serta memotivasi kemampuan mereka

yang ada, sehingga ia dapat mengatasi kesulitan.18

Dalam pendidikan motivasi merupakan salah satu faktor penunjang dalam

menentukan intensitas usaha untuk belajar dan juga dapat dipandang sebagai suatu

17
Oemar Malik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan dalam belajar, h. 28
18
Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran, h. 71
21

usaha yang membawa anak didik ke arah pengalaman belajar sehingga dapat

menimbulkan tenaga dan aktivitas siswa serta memusatkan perhatian siswa pada

suatu waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi bukan saja

menggerakkan tingkah laku tetapi juga dapat mengarahkan dan memperkuat

tingkah laku. Siswa yang mempunyai motivasi dalam pembelajarannya akan

menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam belajarnya, tanpa

banyak bergantung kepada guru. Motivasi belajar adalah faktor psikis yang

bersifat non intelektual. Peranannya yang khas yaitu dalam hal menumbuhkan

gairah dalam belajar, merasa senang dan mempunyai semangat untuk belajar

sehingga proses belajar mengajar dapat berhasil secara optimal. Berdasarkan

sumbernya, motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu (1) motivasi intrinsik,

yakni motivasi yang datang dari dalam peserta didik; dan (2) motivasi ekstrinsik,

yakni motivasi yang datang dari lingkungan di luar diri peserta didik.

Menurut A. Tabrani, pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai

sebagai berikut:

 Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan

belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi sulit untuk berhasil.

 Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pengajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif dan minat yang ada pada

siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam

pendidikan.

 Pengajaran yang bermotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas pada guru

untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan


22

dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar pada

siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa pada akhirnya mempunyai

motivasi yang baik.

 Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan menggunakan motivasi

dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam kelas.

 Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas- asas

mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi

prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan

pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi

sangat esensial dalam proses belajar mengajar.19

Berdasarkan pendapat - pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar adalah segala daya penggerak didalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar dan yang memberikan arah kepada kegiatan belajar

itu.

Guru dapat melakukan banyak tindakan positif untuk menciptakan sekolah

sebagai tempat yang lebih baik untuk mengajar dari pada melakukan hal-hal yang

negatif seperti menyalahkan siswa - siswa dan kepala sekolah. Berkaitan dengan

keberhasilan di atas, bahwa pendapat Maslow dalam Slameto dalam bukunya

Belajar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya menyebutkan bahwa tingkah

laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan (motivasi)

tertentu.20

19
A. Tabrani R., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Rosdakarya,1994) h.127
20
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 171
23

Seorang guru merasa semangat ketika siswa yang dihadapi memiliki

motivasi yang tinggi dalam belajar. Sebaliknya, guru bisa merasa kecewa ketika

melihat siswanya tidak termotivasi terhadap pelajaran yang diajarkan atau

terhadap cara dia mengajar. Ericksen menegaskan: Efective learning in the class

room depends on the teacher’s ability...to maintain the interest that brought

students so the course in the first place. Oleh karena itu seorang guru dituntut

mampu mengkreasi berbagai cara agar motivasi siswa dapat muncul dan

berkembang dengan baik.21

Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan kepada dua kelompok, yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang

berasal dari dalam diri seorang. Sesuatu yang dapat menimbulkan motivasi

intrinsk adalah adanya kebutuhan, pengetahuan tentang kemajuan sendiri dan

aspirasi atau cita - cita.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau tenaga - tenaga

pendorong yang berasal dari luar diri anak seperti ganjaran, sanksi atau hukuman

dan persaingan atau kompetisi. Adapun fungsi motivasi yaitu:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan

b. Sebagai pengarah

c. Sebagai penggerak22

21
Mohammad Asrori, Op.Cit., h. 184
22
Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Ibid., h. 176
24

Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang

dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang

memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar.23

Dengan tiga unsur yang dikemukakan diatas, maka dapat dikatakan bahwa

motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Menurut kebanyakan defenisi

motivasi itu mengandung tiga komponen yaitu, menggerakkan, mengarahkan dan

menopang tingkah laku manusia.

-. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu memimpin

seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

-. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan

demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan.

-. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus

menguatkan intensitas dan arah, dorongan-dorongan dan kekuatan-

kekuatan individu.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Sardiman A.M. menyebutkan

adanya tiga fungsi motivasi yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi seorang penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa.

b. Menentukan arah perbauatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

23
Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 116
25

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut “24

Didalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan.

Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat

mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi

adalah bermacam-macam.

Untuk mengetahui motivasi belajar PAI, terlebih dahulu penulis

sampaikan beberapa hal yang mendorong anak beragama. Hal ini untuk memberi

dalam menjelaskan motivasi belajar agama. Dalam buku Pengalaman Motivasi

Beragama dikutipkan bahwa setiap tingkah laku, termasuk tingkah laku beragama

dipengaruhi 3 faktor :

1. Faktor gerak atau dorongan secara spontan dan alamiah terjadi pada diri

manusia.

2. Faktor kekuatan manusia sebagai inti pusat kepribadian.

3. Faktor situasi manusia atau lingkungan hidup.25

Namun demikian dalam buku tersebut ditegaskan bahwa teori tingkah laku

yang seperti diatas sepertinya sangat umum, dan monistis sebab tidak ada tempat

untuk konfrontasi dengan dunia luar.26 Terlebih dalam kaitannya motivasi

beragama sebab kenyataan orang yang bertingkah laku agama banyak juga

24
Sardiman, A., Op.Cit., h. 85.
25
Nico Syakur, Pengalaman dan Motivasi Beragama ( Yogyakarta, Kanisius, 1988) h. 72
26
Ibid., h. 73
26

didasari oleh unsur hidayah sehingga analisis psikologi dan sosiologi hanya

sampai pada analisis tingkah laku fungsional.

Selanjutnya untuk mengetahui beberapa motif yang mendasari kegiatan

belajar agama, penulis kitipkan beberapa pendapat ahli psikologi dan pendidikan

dibawah ini :

1. Menurut Arden N. Fandsen menyebutkan bahwa yang mendorong belajar

itu ialah :

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas

2. Adanya sifat yang kreatif pada manusia yang selalu maju dan

berkembang.

3. Keinginan untuk mendapat simpati orang tua, guru dan teman-

temannya.

4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan

usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi.

5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman jika menguasai

pelajaran

6. Adanya ganjaran dan hukuman sebagai akhir dari belajar.

2. Thorndike melihat hubungan motivasi dan law of effect, dalam hukum

belajar tersebut pembuatan belajar diulangi karena :

1. Interest, motivasi belajar karena tertarik akan pelajaran bagi diri.

2. Significance, pelajaran itu berguna bagi diri.

3. Improvement, tertarik pada usaha memperbaiki diri

4. Problem attitude, karena mengalami problem dalam diri lalu ingin

memperbaiki dengan jalan belajar.


27

5. Attentiveness, ingin ikut serta dalam hal yang dipelajari.27

Kalau pendapat para ahli di atas dikaitkan dengan motivasi belajar agama,

maka dapat di tarik kesimpulan bahwa di antara yang dapat sebagai motivasi

belajar agama Islam :

1. Belajar agama untuk memenuhi keinginan mendapat simpati orang tua.

2. Belajar agama untuk memenuhi tuntutan kebutuhan dasar.

3. Belajar agama untuk memenuhi tuntutan jiwa mendapat rasa aman dan

tentram.

4. Belajar agama untuk memenuhi keinginan masyarakat dan kreatifitas yang

ada pada diri.

5. Belajar agama untuk mendapat ganjaran dan penghormatan.

6. Belajar agama karena agam itu berguna.

7. Belajar agama karena ingin kepribadian bertingkah laku secara agama.

Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting artinya dalam rangka

meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan

belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan

reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya

(aktivitas) dan daya cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadinya dinamika dalam

proses belajar mengajar. 28

Berkaitan dengan pentingnya guru sebagai motivator Drs. Slameto

Menjelaskan:

“Guru hanya merupakan salah satu diantara berbagai sumber dan media belajar.
Maka dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan
27
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta, Rajawali, 1990) h. 253
28
Sardiman, AM., op.cit., h. 142
28

lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar anak. Melalui perannya


sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong anak untuk senantiasa
belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media”29.31

Dengan demikian, maka jelaslah bahwa guru agama perlu meningkatkan

perannya sebagai motivator, yakni sebagai pendorong agar siswa melakukan

kegiatan belajar agama Islam, dengan menciptakan kondisi kelas yang dapat

merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar agama, baik secara

individual maupun secara kelompok.

Nana Sudjana menegaskan beberapa syarat yang harus dimiliki guru

dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang motivator belajar yaitu:

1. Menjalin hubungan baik dan harmonis dengan siswa agar kepatuhan dan

kepercayaan pada guru tertanam pada siswa.

2. Kaya akan berbagai bentuk dan jenis upaya untuk melakukan motivasi

pada siswa baik yang bersifat intrinsik maupun yang bersifat ekstrinsik.

3. Mempunyai perasaan humor yang positif dan normatif sehingga tetap

disegani dan disenangi siswa.

4. Menampilkan sosok kepribadian guru yang menjadi panutan siswa, baik

dalam prilaku di kelas maupun di luar kelas.30

Mengupayakan agar motivasi belajar siswa lebih meningkat sangat penting

artinya karena akan mempengaruhi kelangsungan kegiatan belajar mengajar.

Tugas guru adalah memotivasi siswa untuk belajar, demi tercapainya tujuan yang

diharapkan.

29
Slameto, Op.Cit., h. 100
30
Nana Sudjana, CBSA (Bandung: Sinar Baru, 1989) h. 34-35
29

Kegiatan belajar akan tercipta apabila motivasi belajar yang ada di dalam

diri siswa itu akan memperkuat ke arah tingkah laku tertentu (belajar). Adapun

motivasi dapat ditumbuhkan dengan cara:

 Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai

suatu keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebagainya;

 Menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman yang lampau;

 Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, mengetahui

sukses yang diperoleh individu itu, sebab sukses akan menimbulkan rasa

puas.31

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam

kegiatan belajar di sekolah:32

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya.

Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang

sangat kuat.

2. Memberikan hadiah

Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu

demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untu

sesuatu pekerjaan tersebut.

3. Sangan/Kompetisi

31
A. Tabrani,, op. cit. , h 121
32
Ibid., h. 92-95
30

Saingan/ kompetesi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Baik persaingan individual maupun persaingan

kelompok dapat meningkatkan prestasi belaajr siswa.

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas

dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan

mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi

yang cukup penting.

5. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui aka nada ulangan.

Oleh karena itu, member ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering karena

bisa membosankan.

6. Mengetahui asal

Untuk mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan

mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa

grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk

terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas

dengan baik, perlu diberikan pujian. Oleh karena itu, supaya pujian ini

merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.

8. Hukuman
31

Hukuman sebagai reinforcement yang negative tetapi kalau diberikan

secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru

harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

belajar. Hal ini akan lebih, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan

yang tanpa maksud.

10. Minat

Motivasi sangat erat hubungan dengan unsure minat. Motivasi muncul

karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat

merupakan alat motivasi yang pokok.

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan

merupakan alat motivasi yang sangat penting.

Prinsip motivasi disusun atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka

mendorong motivasi belajar para siswa di sekolah berdasarkan pandangan

demokratis. Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksankan:

1. Pujian lebih efektif daripada hukuman.

2. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar)

yang harus mendapat pemuasan.

3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daraipada

motivasi yang dipaksakan dari luar.


32

4. Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan

usaha penguatan (reinforcement)

5. Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain.

6. Pemahaman yang tidak jelas tentang tujuan belajar akan merangsang

motivasi.

7. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat

yang lebih besar untuk mengerjkaannya ketimbang bila tugas-tugas itu

dipaksakan oleh guru.

8. Pujian-pujian yang datangnya dari luar kadang-kadang diperlukan dan

cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.

9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk

memelihara minat siswa.

10. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari

hal-hal lainnya.

11. Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang

tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergiolongan

pandai.

12. Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi

dibandingkan dengan tekanan atau paksnan dari orang dewasa.

13. Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreativitas siswa.

14. Kecemasan akan menimbulkan kesulitan belajar.

15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik.
33

16. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat

menuju kepada demoralisasi.

17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlainan.33

B Penelitian Yang Relevan

Penelitian pernah diteliti oleh orang lain yaitu: Ilmayani. Kegiatan

Pengembangan Diri Dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan Agama Islam

Di MTs Al Furqon Bangko Jaya Rokan Hilir. Sebagaimana yang dikatakan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yakni: "untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : Siswa akan

mendapatkan pengetahuan agama dengan mengikuti kegiatan

pengembangan diri keagamaan Hal ini terbukti dari analisa kuantitatif

diperoleh angka yaitu Hasil penelitian di atas dapat dikategorikan bahwa

kegiatan pengembangan diri sekolah di MTs Al Furqon Bangko Jaya

berperan aktif dalam upaya meningkatkan pengetahuan agama Islam

yang memiliki tujuan dan pengetahuan yang bermanfaat dan berguna,

hal ini terbukti dari analisa kuantitatif yang diperoleh sebesar (69.29%),

33
Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Op.Cit.., h. 181
34

Apabila persentase jawaban berada pada angka 65% sampai dengan

75% maka digolongkan kurang berperan aktif.

B. Konsep Operasional

Konsep operasional diperlukan untuk memberikan batasan terhadap

konsep teoritis, hal ini sangat perlu agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam

memahami penelitian ini dapat diketahui dari indikator-indikator motivasi belajar

siswa sebagai berikut :

a. siswa mengikuti kegiatan pengembangan diri

b. siswa ikut sertadalam kegiatan pengembangan diri

c. Siswa bersemangat mengikuti kegiatan pengembangan diri

d. Siswa serius mengikuti kegiatan pengembangan diri

e. Siswa menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan berkaitan dengan

pengembangan diri.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


35

Penelitian ini mengambil lokasi di MTs A-Istiqomah Sintong

Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Waktu penelitian diperkirakan 3 (tiga)

bulan dari bulan 29 Agustus 2013 s/d 29 November 2013.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek dari penelitian ini adalah guru agama Islam dan

seluruh siswa yang menjadi responden penulis di MI Al-Husin Panipahan

Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir. Sedangkan

Objeknya adalah pembelajaran pengembangan diri siswa, motivasi belajar.

C. Populasi dan Sampel

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa yang berjumlah 168 orang dan 1 orang guru agama Islam di MTs Al-

Istiqomah Sintong Kabupaten Rokan Hilir. Untuk guru semua diambil

sampelnya. Sedangkan sampel untuk siswa di MTs Al-Istiqomah Sintong

Kabupaten Rokan Hilir dengan menggunakan teknik Suharsimi Arikunto

yang mengatakan bahwa “Jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek

dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah

subjek tersebut,…….”.34
33
Tabel 1
Populasi dan Sampel

No Responden Populasi Sampel Keterangan

34
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta, 2005), h. 95
36

1 Guru 1 1 Guru Agama


2 Siswa 168 42 25%
Jumlah 169 43 -

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut

ditujukan untuk :

a. Observasi yakni dengan mengamati langsung kelokasi penelitian

b. Wawancara yakni untuk mendapatkan data yang belum terjaring

c. Angket yakni sejumalah pertanyaan yang ditujukan kepada responden.

d. Dokumentasi adalah arsip-arsip yang mendukung guna melengkapi hasil

penelitian

E. Teknik Analisa Data

Setelah data diperoleh dan selanjutnya diklasifikasikan menurut

jenisnya dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif lalu dituangkan dalam

bentuk tabel dengan angka-angka dan persantase. Data yang di analisis dalam

persentase di ukur dengan rumus sebagai berikut :

P = F x 100%
N

Keterangan:

P = Angka persentase

F = Frekuensi aktivitas siswa

N = Jumlah anak dalam satu kelas

100 = persentase
37

Adapun data yang dikumpulkan melalui angket diolah dengan tehnik

Deskriptif dengan prosentase. Setelah itu disajikan dalam bentuk tabel

kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif ,yaitu :

a. Angka 76 sampai dengan 100 % dikatakan Baik

b. Angka 56 sampai dengan 75 % dikataka cukup

c. Angka 40 samapai dengan 55% dikatakan kurang baik

d. Angka yang kurang dari 40 % dikataka tidak baik


38

BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Ringkas MI Al-Husin Panipahan Darat Kecamatan Pasir

Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir

MTs Istiqomah Sintong Kabupaten Rokan Hilir adalah salah satu

Lembaga pendidikan yang sangat diperlukan oleh Masyarakat disamping

untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak- anak mereka juga merupakan

tempat untuk menanamkan nilai- nilai moral dan norma pada anak, MTs ini

berdiri pada tahun 2002. Marasah ibtidaiyah ini bernaung dibawah yayasan

Alhusin yang beralamat di Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas

Kabupaten Rokan Hilir

2. Visi dan Misi MTs Al-Istiqomah Sintong

a. Visi

“Terwujudnya MTs yang mampu bersaing dan berkualitas, beriman,

bertaqwa, pelajaran umum, teknologi informasi komputer serta

memiliki ahlak mulia”

b. Misi
36
1) Meningkatkan mutu pendidikan (MTs)

2) Meningkatkan akses pendidikan, sarana ibadah, sarana olahraga

dan sarana umum.


39

3) Megembangkan pendidikan yang berwawasan keislaman dan

pendidikan keunggulan

4) Meningkatkan manajemen, pengembangan silabus, prota, promes,

dan RPP

5) Meningkatkan kerja sama pendidikan dengan Dinas Pendidikan

dan Kementrian Agama.

6) Meningkatkan monitoring dan evaluasi.35

3. Jumlah Guru

Dalam proses belajar mengajar tidak lepas dari adanya guru dan

murid, serta sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan.

Adapun guru merupakan faktor penting dalam proses belajar mengajar

di sekolah.

Dimana guru bertugas mengajar dan mendidik siswa dalam meraih

cita-cita. Adapun jumlah guru terlampir dalam bentuk tabel dibawah

ini :

TABEL II

JUMLAH GURU MI AL-HUSIN PANIPAHAN DARAT KECAMATAN

PASIR LIMAU KAPAS KABUPATEN ROKAN HILIR

N IJAZAH
NAMA JABATAN
O TERAKHIR
35
Sumber : Dokumentasi MI Al-Husin, diminta tgl 11 Oktober 2013
40

1. ERWIN Kepsek / S1
2. NURAINI A,Ma Guru Kelas I DII
3 NURDIANA A,Ma Guru kelas II DII
4 BURHANUDDIN A,Ma Guru Kelas III DII
5 BASRI SPd Guru Kelas IV S1
6 NURBAITI SPd Guru Kelas V S1
7 SURYANI SPd Guru Kelas VI S1
8 HAMIDAH Guru Kelas SMA
9 SITI MARYAM SPd Guru bid study S1
10 HIDAYATI SPd Guru bid study S1
11 M SALIM Spdi Guru bid study S1
12 AMIRUDDIN Spdi Guru bid study S1

Sumber Data : Kantor Tata Usaha MI Al-Husin Panipahan Darat Kecamatan Pasir
Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir

4. Siswa

Jumlah siswa pada tahun ajaran 2012/2013 di MI Al-Husin

Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir

secara keseluruhan adalah 168 orang siswa, yang terdiri dari 83 orang siswa

laki- laki dan 85 orang siswa perempuan.

Untuk melihat rincian jumlah siswa di MI Al-Husin Panipahan Darat

Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir masing- masing

kelas dapat dilihat melalui tabel berikut :

TABEL III

JUMLAH SISWA MI AL-HUSIN PANIPAHAN DARAT KECAMATAN

PASIR LIMAU KAPAS KABUPATEN ROKAN HILIR

KELAS JUMLAH JUMLAH


41

LAKI-LAKI PEREMPUAN

I 15 10 25

II 14 15 29

III 16 14 30

IV 12 17 29

V 13 14 27

VI 13 15 28
JUMLAH 83 85 168

Sumber Data : Kantor Tata Usaha MI Al-Husin Panipahan Darat

Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir

5. Sarana dan Prasarana

Sarana pendidikan yang tersedia di MI Al-Husin Panipahan Darat

Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari Ruangan

Belajar, Ruang Kepala Sekolah dan Ruangan Majelis Guru MI Al-Husin

Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir

sebagai berikut :
42

TABEL IV
KEADAAN SARANA DAN PRASARANA
MI AL-HUSIN PANIPAHAN DARAT KECAMATAN PASIR LIMAU

KAPAS KABUPATEN ROKAN HILIR

NO JENIS SARANA DAN FASILITAS JUMLAH

1 Luas tanah bagunan 7000 M 2

2 Luas bangunan 128 M 2

3 Ruang belajar 6 Unit

4 Kantor kepala sekolah 1 Unit

5 Ruang guru-guru 1 Unit

6 WC / Kamar mandi 2 Unit

Sumber Data : Kantor Tata Usaha MI Al-Husin Panipahan Darat


Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir

6. Kurikulum

Kurikulum yang di gunakan pada MI Al-Husin Panipahan Darat

Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir, adalah kurikulum

KTSP tahun 2006, sebagaimana yang diterapkan pada sekolah.

Kurikulum dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan

tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan

kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.

Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk

memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan

potensi yang ada di daerah.


43

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun antara lain

agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :

1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

2) Belajar untuk memahami dan menghayati,

3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,

4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan

5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses

belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

B. Penyajian Data

Deskripsi variabel penelitian merupakan penjelasan mengenai

pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri agama dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa MI Al-Husin Panipahan Darat Kecamatan Pasir

Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir. Penilaian variabel didasarkan pada

tanggapan siswa yang memberikan informasi sesuai pertanyaan yang

diajukan dalam koesioner. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :

1. Variabel X (Pengembangan Diri Agama)

Tabel V
Pelaksanaan Pembelajaran Pengembangan Diri Di Sekolah

No Kriteria Jawaban F %
a. Sangat baik 37 88,1%
b. Kurang baik 5 11,9%
c. Tidak baik 0 0%
Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013
44

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagaian besar

sampel yaitu pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri di sekolah adalah

sangat baik 37 orang (88,1%), 5 orang (11,9%) kurang baik, 0 orang (0%) tidak

baik.

Tabel VI
Pengembangan Diri Wajib Untuk Semua Siswa

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 40 95,2%
b. Kadang-kadang 1 2,4%
c. Tidak baik 1 2,4%
Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagaian besar

sampel yaitu pengembangan diri wajib untuk semua siswa adalah ya 40 orang

(95,2%), 1 orang (2,4%) kadang-kadang, 1 orang (2,4%) tidak baik.

Tabel VII
Selalu Mengikutinya

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 40 95,2%

b. Kadang-kadang 2 4,8%

c. Tidak baik 0 0%

Jumlah 42 100%

Sumber: Data Olahan Angket 2013


45

Data di atas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagaian besar

sampel yaitu selalu mengikutinya adalah ya 40 orang (95,2%), 2 orang (4,8%)

kadang-kadang, 0 orang (0%) tidak baik.

Tabel VIII

Banyak Pelaksanaan Pengembangan Diri Di Sekolah

No Kriteria Jawaban F %

a. 5 Kegiatan 24 57,1%

b. 4 Kegiatan 11 26,2%

c. 3 Kegiatan 7 16,7%

Jumlah 42 100%

Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagaian besar

sampel yaitu banyak pelaksanaan pengembangan diri di sekolah adalah 5

kegiatan 24 orang (57,1%), 11 orang (26,2%) 4 kegiatan, 7 orang (16,7%) 3

kegiatan.

Tabel IX

Banyak Siswa Yang Mengikuti Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa

No Kriteria Jawaban F %

a. 100% 37 88,1%

b. 75% 3 7,1%

c. Kurang dari 74% 2 4,8%

Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013
46

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagaian besar

sampel yaitu banyaknya siswa yang mengikuti pelaksanaan pengembangan diri

agama adalah 100% 37 orang (88,1%), 3 orang (7,1%) 75%, 2 orang (4,8%)

kurang dari 74%.

Tabel X

Pengembangan Diri Siswa Masuk Kategori Ekstrakurikuler

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 7 16,7%

b. Tidak 5 11,9%

c. Tidak Tahu 30 71,4%

Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagaian besar

sampel yaitu pengembangan diri agama termasuk kategori ekstrakurikuler

adalah ya 7 orang (16,7%), 5 orang (11,9%) tidak, 30 orang (71,4%) tidak tahu.

Tabel XI

Aktif Mengikuti Kegiatan Hari Besar Islam

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 20 47,6%

b. Kadang-kadang 21 50,0%

c. Tidak baik 1 2,4%

Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013
47

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagaian besar

sampel yaitu aktif mengikuti kegiatan hari besar Islam adalah ya 20 orang

(47,6%), 21 orang (50,0%) kadang-kadang, 1 orang (2,4%) tidak baik.

Tabel XII

Turut Membantu Kegiatan Bila Ada Peringatan Hari Besar Islam Yang

Diselengarakan Oleh Sekolah

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 23 54,8%
b. Kadang-kadang 18 42,8%
c. Tidak baik 1 2,4%
Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagaian besar

sampel yaitu turut membantu kegiatan yang ada peringatan hari besar Islam

yang diselenggarakanoleh sekolah adalah ya 23 orang (54,8%), 18 orang

(42,8%) kadang-kadang, 1 orang (2,4%) tidak baik.

Tabel XIII

Setiap Ada Sumbangan Dana Sosial Di Sekolah, Anda Selalu Menyurnbang

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 13 30,9%
b. Kadang-kadang 27 64,3%
c. Tidak baik 2 4,8%
Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013
48

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagaian besar

sampel yaitu setiap ada sumbangan dana sosial siswa selalu menyumbang

adalah ya 13 orang (30,9%), 27 orang (64,3%) kadang-kadang, 2 orang (4,8%)

tidak baik.

Tabel XIV

Orangtua Anda Memberitahukan Akan Pentingnya Mengikuti Hari Besar Islam

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 34 80,9%

b. Kadang-kadang 7 16,7%

c. Tidak baik 1 2,4%

Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu orangtua siswa memberitahukan akan pentingnya mengikuti hari

besar Islam adalah ya 34 orang (80,9%), 7 orang (16,7%) kadang-kadang, 1

orang (2,4%) tidak baik.

Tabel XV

Motivasi Siswa Mengikuti Kegiatan Keagamaan Di Sekolah

No Kriteria Jawaban F %

a. Diri sendiri 26 61,9%

b. Perintah guru 9 21,4%

c. Orangtua 7 16,7%

Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013
49

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu motivasi siswa mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah adalah

ya 26 orang (61,9%), 9 orang (21,4%) kadang-kadang, 7 orang (16,7%) tidak

baik.

Tabel XVI

Upaya Guru Meningkatkan Pengembangan Diri Siswa Melalui Motivasi

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 16 38,1%
b. Kadang-kadang 23 54,8%
c. Tidak baik 3 7,1%
Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu upaya guru meningkatkan pengembangan diri agama melalui

motivasi adalah ya 16 orang (38,1%), 23 orang (54,8%) kadang-kadang, 3

orang (7,1%) tidak baik.

2. Variabel Y (Motivasi Belajar)

Tabel XVII

Bersemangat Dalam Mengikuti Pelajaran

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 39 92,9%
b. Kadang-kadang 3 7,1%
c. Tidak baik 0 0%
Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013
50

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu bersemangat dalam mengikuti pelajaran adalah ya 39 orang

(92,9%), 3 orang (7,1%) kadang-kadang, 0 orang (0%) tidak baik.

Tabel XVIII

Bersemangat Mengulangi Pelajaran Dirumah

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 16 38,1%

b. Kadang-kadang 24 57,1%

c. Tidak baik 2 4,8%

Jumlah 42 100%

Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu bersemangat dalam mengikuti pelajaran dirumah adalah ya 16

orang (38,1%), 24 orang (57,1%) kadang-kadang, 2 orang (4,8%) tidak baik.

Tabel XIX

Selalu Bisa Mengikuti Pelajaran Dari Awal s/d Akhir

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 28 66,7%

b. Kadang-kadang 6 14,3%

c. Tidak baik 8 19,0%

Jumlah 42 100%

Sumber: Data Olahan Angket 2013


51

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu selalu bisa mengikuti pelajaran dari awal s/d akhir adalah ya 28

orang (66,7%), 6 orang (14,3%) kadang-kadang, 8 orang (19,0%) tidak baik.

Tabel XX

Menyelesaikan Tugas Disekolah Maupun Dirumah

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 18 42,9%

b. Kadang-kadang 14 33,3%

c. Tidak baik 10 23,8%

Jumlah 42 100%

Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu menyelesaikan tugas di sekolah maupun dirumah adalah ya 18

orang (42,9%), 14 orang (33,3%) kadang-kadang, 10 orang (23,8%) tidak baik.

Tabel XXI

Menanyakan Mengenai Pelajaran Yang Belum Dimengerti Kepada Guru Anda

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 23 54,8%

b. Kadang-kadang 16 38,1%

c. Tidak baik 3 7,1%

Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013
52

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu menanyakan mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti

adalah ya 23 orang (54,8%), 16 orang (38,1%) kadang-kadang, 3 orang (7,1%)

tidak baik.

Tabel XXII

Selalu Senang

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 25 59,6%

b. Kadang-kadang 14 33,3%

c. Tidak baik 3 7,1%

Jumlah 42 100%

Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu selalu senang adalah ya 25 orang (59,6%), 14 orang (33,3%)

kadang-kadang, 3 orang (7,1%) tidak baik.

Tabel XXIII

Selalu Aktif Dalam Pembelajaran

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 12 28,6%

b. Kadang-kadang 29 69,0%

c. Tidak baik 1 2,4%

Jumlah 42 100%

Sumber: Data Olahan Angket 2013


53

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu selalu aktif dalam pembelajaran adalah ya 12 orang (28,6%), 29

orang (69,0%) kadang-kadang, 1 orang (2,4%) tidak baik.

Tabel XXIV

Selalu Mendapatkan Motivasi Belajar Dari Guru

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 15 35,7%

b. Kadang-kadang 18 42,9%

c. Tidak baik 9 21,4%

Jumlah 42 100%

Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu selalu mendapatkan motivasi dari guru adalah ya 15 orang

(35,7%), 18 orang (42,9%) kadang-kadang, 9 orang (21,4%) tidak baik.

Tabel XXV

Termotivasi Dalam Mengikuti Pengembangan Diri

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 39 92,9%

b. Kadang-kadang 3 7,1%

c. Tidak baik 0 0%

Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013
54

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu termotivasi dalam mengikuti pengembangan diri adalah ya 39

orang (92,9%), 3 orang (7,1%) kadang-kadang, 0 orang (0%) tidak baik.

Tabel XXVI
Mengikuti Kegiatan Pengembangan Diri (Kegiatan Islami) Dapat
Meningkatkan Pengetahuan Agama Anda

No Kriteria Jawaban F F

a. Ya 39 92,9%
b. Kadang-kadang 3 7,1%
c. Tidak baik 0 0%
Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu mengikuti pengembangan diri (kegiatan Islami) dapat

meningkatkan penegthuan agama siswa adalah ya 39 orang (92,9%), 3 orang

(7,1%) kadang-kadang, 0 orang (0%) tidak baik.

Tabel XXVII

Tanggapan Anda Baik Akan Faktor Motivasi Yang Diberikan Oleh Guru

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 25 59,6%
b. Kadang-kadang 14 33,3%
c. Tidak baik 3 7,1%
Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013
55

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu tanggapan siswa tentang motivasi dari guru adalah ya 25 orang

(59,6%), 14 orang (33,3%) kadang-kadang, 3 orang (7,1%) tidak baik.

Tabel XXVIII

Selalu Mengalami Kesulitan Dalam Belajar

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 39 92,9%

b. Kadang-kadang 3 7,1%

c. Tidak baik 0 0%

Jumlah 42 100%

Sumber: Data Olahan Angket 2013

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu selalu mengalami kesulitan dalam belajar adalah ya 39 orang

(92,9%), 3 orang (7,1%) kadang-kadang, 0 orang (0%) tidak baik.

Tabel XXIX

Guru Anda Selalu Memotivasi Siswa Dalam Belajar

No Kriteria Jawaban F %

a. Ya 12 28,6%

b. Kadang-kadang 29 69,0%

c. Tidak baik 1 2,4%

Jumlah 42 100%
Sumber: Data Olahan Angket 2013
56

Data diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang sampel, sebagian besar

sampel yaitu guru selalu memotivasi siswa dalam belajar adalah ya 12 orang

(28,6%), 29 orang (69,0%) kadang-kadang, 2 orang (2,4%) tidak baik.

Tabel XXX

Rekapitulisasi Hasil Angket

No. A B C Jumlah %
No
Angket F % F % F %
1 1 37 88,1 5 11,9 0 0,0 42 100
2 2 40 95,2 1 2,4 1 2,4 42 100
3 3 40 95,2 2 4,8 0 0,0 42 100
4 4 24 57,1 11 26,2 7 16,7 42 100
5 5 37 88,1 3 7,1 2 4,8 42 100
6 6 7 16,7 5 11,9 30 71,4 42 100
7 7 20 47,6 21 50,0 1 2,4 42 100
8 8 23 54,8 18 42,8 1 2,4 42 100
9 9 13 30,9 27 64,3 2 4,8 42 100
10 10 34 80,9 7 16,7 1 2,4 42 100
11 11 26 61,9 9 21,4 7 16,7 42 100
12 12 16 38,1 23 54,8 3 7,1 42 100
13 13 39 92,9 3 7,1 0 0,0 42 100
14 14 16 38,1 24 57,1 2 4,8 42 100
15 15 28 66,7 6 14,3 8 19,0 42 100
16 16 18 42,9 14 33,3 10 23,8 42 100
17 17 23 54,8 16 38,1 3 7,1 42 100
18 18 25 59,6 14 33,3 3 7,1 42 100
19 19 12 28,6 29 69,0 1 2,4 42 100
20 20 15 35,7 18 42,9 9 21,4 42 100
21 21 39 92,9 3 7,1 0 0,0 42 100
22 22 39 92,9 3 7,1 0 0,0 42 100
23 23 25 59,6 14 33,3 3 7,1 42 100
24 24 39 92,9 3 7,1 0 0,0 42 100
25 25 12 28,6 29 69,0 1 2,4 42 100
Jumlah 647 1445,6 308 656,9 95 221,4 1050 2500
Rata-Rata 25,9 60,2 12,3 28,6 3,8 9,6 42,0 100,0
Sumber: Data Olahan Angket 2013
57

Setelah penulis menyebarkan angket kepada siswa, penulis

melakukan wawancara dengan guru agama islam yaitu :

1. Apakah latar belakang pendidikan Bapak ?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa latar belakang

pendidikan mereka sudah sarjana dan tamatan sarjana Pendidikan Agama

Islam (PAI), sehingga sistim pembelajaran sudah lebih banyak dimengerti.

2. Apakah pembelajaran pengembangan diri siswa selalu diadakan di MI Al-

Husin Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan

Hilir? Bagaimana pelaksanaannya !

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa selalu

diadakan di sekolah selain tiap minggu juga kegiatan-kegiatan keagamaan

3. Apakah menurut Bapak bahwa siswa selalu menaggapi materi yang telah

diajarkan di MI Al-Husin Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas

Kabupaten Rokan Hilir?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa siswa selalu

menanggapi materi pembelajaran dengan baik.

4. Apa usaha Bapak dalam memberikan motivasi kepada siswa MI Al-Husin

Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa siswa yang di

sekolah ini saling membantu, memberikan dukungan, semangat agar lebih

giat dalam belajar.


58

5. Menurut Bapak, bagaimana cara yang digunakan dalam memberikanmotivasi

kepada siswa ?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa yang

digunakan dalam memberikanmotivasi kepada siswa dengan kegiatan awal

dan memberikan reward.

6. Menurut Bapak, apakah melakukan pembelajaran dengan memberikan

motivasi sebelum dan sesudah belajar ?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa pemebrian

motivasi sangat perlu sebelum maupun sesudah pembelajaran.

7. Menurut Bapak, apakah siswa selalu bersemangat dalam belajar ?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa dengan

adanya pemberian motivasi akan membuat siswa lebih bersemangat dan aktif

di kelas.

8. Menurut Bapak selain belajar yang semangat, guna mendapatkan segala hal

yang positif (prestasi tinggi, pemahaman belajar bagus) apakah siswa selalu

aktif dalam pembelajaran (bimbel)?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa siswa yang

aktif dan memiliki prestasi belajar yang tinggi maka akan tumbuh dalam diri

siswa tersebut semanagt belajar yang tinggi.

9. Apakah anda memiliki buku – buku pelajaran yang dianjurkan kurikulum ?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa buku-buku

yang dianjurkan dikurikulum belum semua dimiliki oleh responden karena

keterbatasan dana sekolah untuk membelikannya.


59

10. Apakah yang Bapak lakukan sebelum dan sesudah proses belajar mengajar

berlangsung ?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa responden

selalu melakukan kegiatan awal dan akhir pembelajaran, karena dalam

rencana pembelajaran selalu dibuat untuk melihat pemahaman atau

kemampuan siswa akan materi yang telah disajikan.

11. Menurut pendapat Bapak, apakah materi pelajaran Agama Islam yang

diberikan, dengan mencontohkan / mengkaitkan dengan mata pelajaran lain

mudah untuk dipahami ?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa responden

selalu mencontohkan materi pelajaran Agama Islam dengan bidang studi yang

lain, agar siswa bias memberikan contoh. Seperti : materi kebersihan dikaitkan

dengan pelajaran bahasa Indonesia maupun pengetahuan sosial.

12. Apakah Bapak sering menggunakan media yang dapat mendukung hasil

belajar siswa?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa responden

kadang-kadang menyediakan saran maupun fasilitas belajar guna untuk

membantu siswa lebih memahami akan materi yang disampaikan.

13. Bagaimana tanggapan Bapak dalam soal evaluasi setelah proses belajar

mengajar selesai, soal yang diberikan apa dipadukan juga dengan materi yang

lain ?
60

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa responden

selalu melakukan evaluasi setelah proses belajar mengajar karena evaluasi

sangat perlu dilakukan untuk melihat sejauhmana siswa menyerap materi

pelajaran yang disajikan.

14. Apakah Bapak memberitahukan kepada siswa akan tujuan belajar?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa responden

kadang-kadang memberitahukan tujuan pembelajaran kalau menggunakan

konsep keterpaduan. Karena tidak semua materi menggunakan konsep

keterpaduan.

15. Apakah Bapak selalu memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar

pendidikan Agama Islam selama ini ?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa responden

selalu memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar, dengan cara Tanya

jawab, tebak menebak maupun pemberian tugas.

16. Apakah Bapak setuju tentang tanggung jawab terhadap anak bukan sebatas

pada membesarkan secara fisik (membimbing, memberikan ilmu, mendidik) ?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa anak atau

siswa bersekolah untuk menapatkan ilmu, sekolah hanya memberikan teori-

teori ilmu tersebut, akan tetapi penerapannya adalah di keluarga maupun

masyarakat.

17. Apakah Bapak memberikan hadiah terhadap siswa yang berhasil menjadi

juara ?
61

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa responden

kadang-kadangs aja memberikan hadiah dalam pembelajaran, selain hadiah

berbentuk barang, nilai maupun yang bisa pulang lebih dahulu kalau jam

terakhir.

18. Apa usaha-usaha yang sudah dilakukan agar siswa lebih paham dan mengerti

dengan pembelajaran ?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa usaha-usaha

yang harus dilakukan adalah menyiapkan perangkat pembelajaran,

memisahkan materi pembelajaran yang antara metode pembelajaran maupun

sistim pembelajaran, meningkatkan minat dan semangat siswa dalam belajar,

mendukung anak untuk selalu mengunjungi perpustakaan.

19. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi ketika menyampaikan materi

pembelajaran?

Hasil wawancara penulis dengan responden mengatakan bahwa selalu

menghadapi kendala-kendala dalam belajar seperti : minimnya buku, bahasa

yang berbeda (pendatang), dukungan dari luar atau pengelaman anak dari luar.

C. Analisa Data

Sesuai dengan jenis data yang disajikan bersifat kwalitatif, maka analisa

dilakukan secara kwalitatif pula melalui teknik persentase, yang kemudian

dibandingkan dengan angka persentase yang dijadikan standar dalam penelitian

ini yang sebagaimana telah dijelaskan pada bab I dimuka, yaitu :


62

a. Angka 76 sampai dengan 100 % dikatakan Baik

b. Angka 56 samapai dengan 75 % dikatakan cukup

c. Angka 40 samapai dengan 55% dikatakan kurang baik

d. Angka yang kurang dari 40 % dikataka tidak baik .36

Langkah awal untuk medapatkan hasil analisa kwalitatif ini adalah dengan

mengumpulkan / menjumlahkan jawaban angket yang dianalisa ( tabel 3 – 28 )

sesuai dengan optionnya, yang selanjutnya dikalikan dengan angka pembobotan

angket yang telah ditetapkan. Adapun jumlah angka yang dimaksud setelah

dikelompokkan adalah sebagai berikut :

- Jumlah option a = 647 = 60,2%

- Jumlah option b = 308 = 28,6%

- Jumlah option c = 95 = 9,6%

Setelah dilakukan penganalisaan terhadap data yang disajikan diatas

melalui deskriptif kualitatif dengan teknik persentase, maka diperoleh angka

terbesar sebesar 60,2 % pada Y. Untuk mengukur apakah angka persentase

tersebut tergolong kepada baik atau tidaknya, terlebih dahulu dibandingkan

dengan angka persentase yang telah distandardkan.

Dengan memperhatikan angka persentase standard maka hasil persentase

melalui proses komputasi berada dalam kelompok antara 56% - 75% yaitu

pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri siswa dalam meningkatkan

motivasi belajar di MI Al-Husin Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas

Kabupaten Rokan Hilir yang berarti pula dapat dikatakan cukup.

36
Suharsini Arikunto, Prosedur penelitian satu pendekatan, Bina Aksara, Jakarta, 1987,
hal. 24
63

Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran

pengembangan diri siswa dalam meningkatkan motivasi belajar di MI Al-Husin

Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir , hal ini

diketahui dari hasil hasil perhitungan adalah 60,2%. Dari data tersebut jelas

menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri siswa dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa sangat signifikan.

Ada beberapa penyebab sehingga pelaksanaan pembelajaran

pengembangan diri siswa dalam meningkatkan motivasi belajar di MI Al-Husin

Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir adalah

sebagai berikut :

1. Adanya dorongan dan motivasi yang diberikan guru agama Islam

terhadap kegiatan.

2. Adanya antusias siswa dalam mengikuti kegiatan

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran pengembangan diri agama dalam meningkatkan motivasi belajar.

Berbagai hasil penelitian itu menunjukkan adanya pengaruh positif antara

pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri agama terhdap motivasi belajar .

Interpretasi secara logis dari berbagai riset adalah bahwa semakin sering

guru memberikan tugas kepada siswanya berbasis pengembangan diri,

maka semakin tinggi aktivitas pengembangan diri agama. Demikian juga,

semakin tinggi intensitas motivasi belajar siswa.


64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menyajikan data-data yang diperoleh dari lapangan

dengn alat pengumpul data melalui observasi dan wawancara serta

menganalisanya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan memperhatikan angka persentase standard maka hasil persentase

melalui proses komputasi berada dalam kelompok antara 56% - 75% yaitu

pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri siswa dalam meningkatkan

motivasi belajar di MI Al-Husin Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau

Kapas Kabupaten Rokan Hilir yang berarti pula dapat dikatakan cukup.

2. Ada beberapa penyebab sehingga pelaksanaan pembelajaran

pengembangan diri siswa dalam meningkatkan motivasi belajar di MI Al-

Husin Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan

Hilir adalah sebagai berikut :

a. Adanya dorongan dan motivasi yang diberikan guru agama Islam

terhadap kegiatan.

b. Adanya antusias siswa dalam mengikuti kegiatan

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh, maka penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut:

62
65

1. Diharapkan kepada guru PAI agar lebih Meningkatkan lagi bentuk upaya

dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

2. Dalam proses belajar mengajar hendaknya para guru mengunakan

media yang bervariasi dan contoh-contoh yang kongkrit yang sesuai untuk

mempermudah bagi siswa dalam manerima materi pelajaran yang

dijelaskan, agar bisa tercapai hasil yang baik

3. Diharapkan kepada guru untuk dapat meningkatkan pendidiknanya

kejenjang yang lebih tinggi agar mendapatkan stategi baru dalam upaya

pelaksanaan proses belajar mengajar dimasa yang akan datang.

4. Kepada guru di MI Al-Husin Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau

Kapas Kabupaten Rokan Hilir hendaknya pelaksanaan pembelajaran

pengembangan diri agama dalam meningkatkan motivasi belajar, karena

dapat meningkatkan hasil belajar berupa aspek kognitif, afektif siswa.

5. Kepada para guru disampaikan untuk senantiasa bersikap terbuka terhadap

inovasi dan merespon aktif dan kreatif setiap perkembangan pendidikan,

sehingga apa yang dilakukan kepada siswa benar-benar berguna baik

dalam kehidupanya sendiri maupun orang lain.

6. Bagi pihak sekolah dan dinas pendidikan mengadakan sosialisasi

pembelajaran kontekstual bagi guru untuk bekal dalam melaksanakan

KTSP baik dilaksanakan dengan seminar, workshop atau melalui berbagai

media.

7. Hendaknya mulai sekarang para guru menyadari dengan kesungguhan hati

untuk melaksanakan variasi mengajar seperti memberi penguatan terhadap

jawaban yang dimiliki siswa, bervariasi dalam mengajar agar tidak terjadi
66

kebosanan dalam diri siswa, pengelolaan kelas yang baik tidak

membiarkan siswa melakukan aktifitasnya sendiri namun harus ada

pemantauan dari guru, serta mengadakan kelompok diskusi.

8. Guru Harus menyadari bahwa dirinya adalah contoh, pusat perhatian, dan

sumber utama bagi keberhasilan siswa dalam mengerti dan paham

terhadap materi yang disampaikan.

9. Kepada semua pihak, pembaca, hendaknya dapat memberikan penjelasan,

saran-saran dan pemikiran-pemikiran bersama kepada guru maupun diri

semua orang bahwa kebosanan itu dapat dihindari dengan variasi terutama

dalam mengajar.
67

DAFTAR PUSATAKA

Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Arifin H.M. Prof.Ed, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
1991)

Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2011.

Depdiknas, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia., Toha, Jakarta, 2002.

Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang


Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan, (Jakarta :
Depdiknas, 2006)

Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang


tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,.
(Jakarta : Depdiknas, 2006)

E. Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep,Karakteristik dan


Implementasi. (Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya, 2003)

Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi


Guru, Rajawali Press, Jakarta, 2005

Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Tim


Gaung Presada, 2007.

Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV, Wacana Prima, 2007.

Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung :


P.T. Remaja Rosdakarya, 2005)

Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007

Oemar Malik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan dalam belajar

Pupuh, Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar (melalui Penanaman Konsep


umum dan Islami), Bandung: Refika Aditama, 2007

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Jemmars. 2005


68

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka


Cipta, 2003

Sudarwan Danim. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Meningkatkan


Profesionalisme Tenaga Kependidikan. (Bandung : Pustaka Setia, 2003)

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2005

Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasinya


dalam KTSP, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012)

UU Sisdiknas Tahun 2003.

Anda mungkin juga menyukai