ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
Disusun Oleh
:
Kelompok 2
(Kelas Sakura)
2018/2019
KATA
PENGANTAR
i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan ISPA ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan pada tugas pembuatan berikutnya.
Semoga makalah ini dapat diterapkan sehingga berguna bagi mahasiswa
keperawatan secara umum, terutama mahasiswa AKPER Pemkab Buton pada
khususnya.
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................... .................... 2
C. Tujuan ............................. .............................. ............................... ..... 2
1. Tujuan Umum .............................................................................. 2
2. Tujuan Khusus ......................................................... .................... 3
D. Metode Penulisan .............................................................................. 3
E. Sistematika Penulisan ............................... .............................. .......... 3
iii
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya
dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan
anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Kegiatan pemberantasan
Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif disemua aspek lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan.Hingga saat
ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan istilah yang digunakan
untuk menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal sinus, hulu
kerongkongan, pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan saluran
pernapasan diagnosis umum yang termasuk didalamnya adalah rhinosinusitis
virus(flu biasa), sinusitis akut, dan pharyngitis akut. Sistem saluran pernapasan
atas lain, yang lebih serius termasuk epigglotis dan penyakit batuk yang disertai
dengan sesak napas. Terjadinya ISPA karena masuknya virus, dan bakteri. Sebab
utama ISPA adalah Virus dan kemudian diikuti oleh bakteri. Kebanyakan ISPA
disebabkan oleh virus yang akan sembuh dengan sendirinya, tanpa pemberian
obat-obat terapeutik, namun pemberian antibiotik dapat mempercepat proses
penyembuhan.
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian
balita di atas 40 per 1.000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada
golongan usia balita. Menurut WHO sekitar 13 juta anak balita di dunia
meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara
berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian
dengan membunuh sekitar 4 juta anak balita setiap tahun.
Penyakit ISPA masih merupakan penyakit yang mengakibatkan angka
kematian yang cukup tinggi pada balita. Penyakit ini dapat berupa batuk pilek
pada balita dengan angka kesakitan di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai
1
6 kali pertahun. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%
- 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit yang
disebabkan oleh ISPA. Dalam satu tahun angka kejadian ISPA yaitu tiga kali
populasi balita yang terbagi atas 70% ISPA ringan, 10% ISPA yang tergolong
penyakit infeksi telinga dan tenggorokan, 14% ISPA sedang dan 6% ISPA berat
(Depkes RI, 2012).
Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa keteraturan ibu dalam melakukan
pencegahan penyakit ISPA masih sangat perlu mendapatkan perhatian serius
karena hal tersebut merupakan faktor yang terkait dengan tingginya angka
kematian dan angka kesakitan akibat penyakit ini.
Untuk mengendalikan angka kematian dan angka kesakitan dapat dilakukan
dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan pemberian
pendidikan kesehatan mencangkuppencegahan penyakit ISPA. Perawat sebagai
tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif
dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka kematian dan angka
kesakitan melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok tertarik membahasnya lebihi
lanjut dalam bentuk penyusunan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep medis ISPA, yang meliputi : definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan
penatalaksanaan ?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan ISPA, yang meliputi : pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi ?
C. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui dan memperoleh informasi tentangkonsep asuhan
keperawatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
2. Tujuan
Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui konsep medis ISPA, yang meliputi : definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan
penatalaksanaan.
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan ISPA, yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode yang berupa
:studi kepustakaan yaitu penggunaan sumber kepustakaan dengan cara membaca
buku dan sumber dari internet yang ada hubungannya dengan konsep asuhan
keperawatan ISPA.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini terdiri
atas :
BAB I :
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN
PUSTAKA
Bab ini membahas tentang konsep medisISPA yang meliputi :
definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan konsep asuhan
keperawatan ISPA yang meliputi : pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi.
BAB III :
PENUTUP
Bab ini berisikan tentang : kesimpulan dan saran.
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep Medis
ISPA
1. Definisi
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi
kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara
simultan atau berurutan (Nelson,edisi 15).
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafasdan akan menyebabkan retraksi
dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel& Ian Roberts;
1990; 450).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk
dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga,
radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah
satunya adalah Pneumonia (WHO).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.
Infeksi pernapasan jarang memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering
menyebar dari satu struktur ke struktur lainya karena sifat menular dari
membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,infeksi saluran
pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu struktur,
meskipun efek pada satu individu dapat mendominasi penyakit lain.
2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan
Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak
biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih
didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO,
penelitian diberbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73,9% aspirat paru
dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari
air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut
berpengaruh didalam derajat keparahan pen yakit. Karena dengan lobang yang
semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara
keseluruhan dari jalan nafas.
3. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
b. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2
bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : Pneumonia berat : diisolasi dari cacing
tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas
napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau
lebih dan Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu :
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).
4. Patofisiologi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau
kuman golongan A streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae,
clamydia trachomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan
menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring) dan memiliki
manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare,
abdominal pain, sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing,
stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan.
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering (Jeliffe, 1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada
dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal gejala
ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan
juga menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus
pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan
anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam,
dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak
infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan
atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di
saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan
sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri
dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system
imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan
pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui
pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan
integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
Pathway Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA);
Multi faktor
(Bakteri, Virus, mikroplasma, dll)
Bronkus
Kuman melepaskan Peningkatan
menyempit
endotoksin produksi sekret
Bronkospasme
Merangsang tubuh mengeluarkan zat Obstruksi jalan
pirogen oleh leukosit nafas
Ketidakefektifan pola nafas
Suhu tubuh Ketidakefektifan
Perkembangan penyakit meningkat bersihan jalan nafas
10
demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan
parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak
membaik.Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan
mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media
perforata (OMP).
c. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula
terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
7. Pemeriksaan
Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa :
a. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis ku man.
b. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
8.
Penatalaksanaa
n a.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2) Immunisasi.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2) Meningkatkan makanan bergizi
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
b. Pengobatan antara lain:
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). Mengatasi batuk dianjurkan
memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan
tiga kali sehari.
suhu tubuh
(proses
2. Hipertermi Tujuan :
2.
Terjadi
nya
vaso
dilat
asis
ehin
gg
penyakit). tubuh kembali a suhu tubuh
normal. cepat kembali
normal.
4. Kolaborasi
dalam pemberian
terapi obat.
3. Nyeri Tujuan : 1. Tanyakan 1. Membantu
pasien tentang dalam evaluasi
akut berhubungan Setelah nyeri, Tentukan gejala nyeri
karaktersitik nyeri. kanker yang dapat
dengan inflamasi dilakukan tindakan melibatkan visera,
saraf atau
pada keperawatan jaringan tulang.
1. Tampak rileks
dan tidur/istrahat 3. Memberikan
dengan baik. obat berdasarkan
2. Melaporkan aturan.
nyeri
hilang/terkontrol. 3. Evaluasi
3. Berpatisipasi keefektifan 4. Meningkatkan
dalam aktivitas pemberian obat. relaksasi
yang diinginkan. dan pengalihan
perhatian.
4. Berikan 5. Penurunan
tindakan stress, menghemat
kenyamanan, energi.
ubah posisi,
pijatan punggung
dll. 6. Mempertahankan
5. Berikan kadar
lingkungan tenang. obat, menghindari
puncak
periode nyeri.
6. Kolaborasi:
Berikan analgesik
rutin s/d indikasi.
4. Kolaborasi
5. Ketidakseimbangan pemberian
oksigen. 1. Pasien
nutrisi kurang 1. Kaji kebiasaan distress pernapasan
diet. akut sering
Tujuan Evaluasi berat
dari kebutuhan anoreksia karena
:
badan dan ukuran dispnea, produksi
tubuh berhubungan tubuh. sputum, dan obat-
Setelah
obatan.
dengan penurunan
dilakukan tindakan
intake inadekuat,
keperawatan selama
penurunan
3x24 jampasien akan
nafsu makan,
menunjukan perbaikan
Kriteria 3. Meningkatkan
hasil: proses
pencernaan dan
1. Tidak tampak toleransi pasien
mual muntah, terhadap
2. Peningkatan nutrisi yang
pengecapan 3. Berikan diberikan dan
dan menelan. makanan dalam dapat
3. Nafsu jumlah kecil dan meningkatkan
makan meningkat. dalam waktu yang kerjasama
sering dan pasien saat makan.
teratur.
4. Rasa tak enak, bau, dan
penampilan adalah
pencegah utama
terhadap nafsu makan
dan dapat membuat
mual dan
muntah dengan
peningkatan
kesulitan
4. Anjurkan napas.
perawatan oral,
dan cara
mengeluarkan
6. Ansietas Tujuan sekret.
: 1. Evaluasi 1. Pemahaman
berhubungan tingkat pemahaman persepsi
Setelah pasien/orang melibatkan
dengan terdekat susunan tekanan
dilakukan tindakan tentang diagnosa. perawatan
perkembangan individu dan
keperawatan selama memberikan
penyakit informasi.
3x24 jam ansietas
dan perubahan
hilang atau 2. Memberi
status kesehatan. 2. Akui rasa takut, waktu untuk
berkurang masalah pasien, mengidentifikasi
dan dorong perasaan.
mengekspresikan
perasaan.
Kriteria hasil
:
3. Libatkan 3. Dapat
1. Tampak pasien/oran memperbaiki
rileks g perasaan kontrol.
2. Klien terdekat
dapat beristrahat. dalam perencanaan
3. Dapat bekerja keperawatan.
sama dalam
program terapi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2001).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan
intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah
dituliskan dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut
bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang
mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
20
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan
respon pasien terhadap intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan
kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam
praktek.
5. Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Nursalam, 2001).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang
dapat digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka kesimpulan
dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Penyakit ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka
timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai
saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi
ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional
adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan
kuman penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA
dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat,
kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan
antimikroba yang sesuai.
2. Asuhan keperawatan klien ISPA berpusat pada peningkatan ventilasi
khususnya pada saluran pernapasan dengan mempertahankan jalan nafas yang
bersih, mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, meningkatkan rasa
nyaman dengan peredaran nyeri, pola nafas efektif, meningkatkan masukan
nutrisi, dan peningkatan pengetahuan tentang proses penyakit dan
pencegahannya.
B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Diharapkan pada semua calon perawat maupun perawat dapat memahami tentang
Asuhan Keperawatan Bronkiektasis,dimana nantinya perawat akan
mengaplikasikan apa yang dipelajari ini dalam praktek keperawatannya. Oleh
karena itu sangat perlu untuk kita semua calon-calon perawat masa depan
memahami hal tersebut.
2. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi
pembaca makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama
perawat dalam membuat asuhan keperawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurarif, Huda Amin dan Kusuma Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction