Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRODUK DAN LAYANAN BANK SYARIAH

“ SISTEM OPERASIONAL BANK SYARI'AH

( Pembiayaan Berbasis Jual Beli ) ’’

Dosen Pengampu : Ambok Pangiuk, S.Ag, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 7 :

1. Sabita Az-Zahra (501190189)

2. Suci Putri Utami (501190196)

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “SISTEM OPERASIONAL BANK SYARI'AH
( Pembiayaan Berbasis Jual Beli )’’ dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Produk dan Layanan Bank Syari'ah. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Produk dan Layanan Bank Syari'ah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ambok Pangiuk, S.Ag, M.Si selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah Produk Dan Layanan Bank Syariah, dan juga penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif ( membangun ) sangat diharapkan demi
kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua, Aamiin Yarabbal ‘alamin.

Jambi, 14 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................................ 3

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah .............................................................................................................. 4

BAB II Pembahasan ............................................................................................................ 5

A. Pengertian dan Konsep Perbankan Syari'ah...............................................................5


B. Sistem Operasional Perbankan Syari'ah.....................................................................7

BAB III Penutup ................................................................................................................. 10

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam konteks pembangunan ekonomi ummat, keberadaan dan kehadiran lembaga


bisnis, seperti lembaga keuangan syariah adalah mutlak adanya. Sebab perbankan
bertindak sebagai perantara antara unit penawaran dengan unit permintaan. Keberadaan
bank syariah sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Para
pakar syariah dan akuntansi harus mencari pedoman yang digunakan untuk berperilaku
dalam segala aspek kehidupan termasuk bisnis perbankan yang tidak terlepas dari ikatan
etika syariah dalam melayani masyarakat di sekitarnya sehingga harus dapat menyajikan
system operasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun
tetap dalam konteks syariah.

Salah satu prasyarat pengembangan kepercayaan itu adalah ketersediaan informasi


yang meyakinkan nasabah terhadap kemampuan bank Islam dalam mencapai tujuannya.
Diantara sumber-sumber informasi yang penting adalah sistem informasi produk dan
penyajian akuntansi dari bank syariah yang disiapkan sesuai dengan standar yang dapat
diterapkan pada bank Islam. Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara
antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit yang lain
yang mengalami kekurangan dana, melalui produk bank syariah kelebihan tersebut dapat
disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada
kedua belah pihak. Kualitas bank syariah sebagai lembaga perantara ditentukan
kemampuan manajemen dalam operasinya serta penyajian dalam akuntansinya yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah Islam.

Hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dan kreditur,
melainkan hubungan kemitraan dana (partnership) antara penyandang dana (shohibul
maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah tidak
saja berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan
dana. Hubungan ini merupakan bagian yang khas dari proses berjalannya mekanisme
bank syariah.Bisnis secara syariah adalah aktivitas bisnis yang syarat dan berorientasi
pada nilai. Dengan demikian pelaporan atas aktivitas dan hasilnya harus dilaporkan atau
dilakuka berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Untuk mencapai tegaknya sasaran pokok
tersebut, maka perlu penyiapan sistem akuntansi untuk praktik bisnis berdasarkan
syariah.

3
4

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1) Apa pengertian dan Konsep Bank Syari'ah ?

2) Bagaimana Sistem Operasional Perbankan Syari'ah?

C. Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

1) Mengetahui Pengertian dan Konsep Perbankan Syari'ah

2) Mengetahui Sistem Operasional Perbankan Syari'ah


5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Bank Syari'ah


1. Pengertian Perbankan Syariah.
Bank pada dasarnya merupakan entitas yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi intermediasi
keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional
perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia
seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah),
universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang
haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan
fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).

Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari aspek pelaksanaan
prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan oleh OJK sebagaimana halnya pada
perbankan konvensional, namun dengan pengaturan dan sistem pengawasan yang disesuiakan
dengan kekhasan sistem operasional perbankan syariah. Kepatuhan pada prinsip syariah menjadi
alasan dasar eksistensi bank syariah. Selain itu, kepatuhan pada prinsip syariah dipandang
sebagai sisi kekuatan bank syariah. Dengan konsisten pada norma dasar dan prinsip syariah maka
kemaslhahatan berupa kestabilan sistem, keadilan dalam berkontrak dan terwujudnya tata kelola
yang baik dapat berwujud.

Secara umum terdapat bentuk usaha bank syariah, yaitu terdiri atas Bank Umum dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS dilarang menerima
simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas sistem pembayaran. Secara kelembagaan
bank umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh dan terdapat pula dalam bentuk Unit
Usaha Syariah (UUS) dari bank umum konvensional. Pembagian tersebut serupa dengan bank
konvensional, dan sebagaimana halnya diatur dalam UU perbankan, UU Perbankan Syariah juga
mewajibkan setiap pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat dalam
bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip syariah harus terlebih dahulu mendapat izin
OJK.

2. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah

6
7

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada Prinsip Syariah,
demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan Syariah bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat.

Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah :

1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat.

2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang
dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi
wakaf (wakif).

Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Struktur Perbankan Syariah

Berdasarkan Kegiatannya Bank Syariah dibedakan menjadi Bank Umum Syariah, Unit Usaha
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

a.) Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b.) Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank
Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari
suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau
unit syariah.

c.) Bank Pembiayaan Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.

B. Sistem Operasional Bank Syari'ah


8

Dalam buku Manajemen Perbankan Syariah (2020) karya La Ode Alimusa, sistem operasi
pada bank syariah dan bank konvensional juga memiliki perbedaan. Perbedaan sistem dan
mekanisme operasional tersebut didasari oleh perbedaan konsep, prinsip, dan akad-akad
muamalah dalam Islam.

Akad-akad muamalah tersebut, terutama berkaitan dengan konsep bagi hasil yang
merupakan bagian dari kerja sama bisnis dalam Islam.

Pada sistem operasional bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak
dengan motif mendapatkan bunga, melainkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah, kemudian
disalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai
kesepakatan.

Sistem operasional perbankan syariah terbagi menjadi Penghimpunan Dana Bank Syari'ah dan
Penyaluran Dana(Pembiayaan) Bank Syari'ah.

Pembiayaan Prinsip jual Beli (Ba'i).

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau
benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan menjadi bagian harga
atas barang yang dijual.

Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan
barangnya, yakni sebagai berikut:

a) Pembiayaan murabahah

Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah berasal dari
kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual belil di mana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual
adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (marjin).

Berdasrkan Fatwa DSN MUI Nomor 4 tahun 2000, transaksi murabahah adalah transaksi jual
beli antara nasabah yang membutuhkan barang dengan bank syariah yang membeli barang
tersebut untuk dijual kembali kepada nasabah. Dalam hal ini nasabah dapat melakukan
pembayaran secara angsuran kepada bank syariah dengan perjanjian jangka waktu tertentu.

Beberapa hal penting yang harus dipenuhi dalam transaksi murabahah antara bank syariah
dengan nasabah diantaranya adalah:

1. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal. Bank syariah tidak boleh melayani nasabah
yang ingin membeli barang haram melalui pembiayaan bank syariah.
9

2. Bank memberitahu nasabah harga beli barang dan keuntungan yang diambil, termasuk biaya
yang diperlukan.

3. Nasabah sepakat dengan harga jual yang diberikan oleh bank syariah, sehingga selama waktu
pembayaran sampai lunas nasabah merasa ridha atas transaksi jual beli tersebut.

4. Jika bank syariah hendak mewakilkan transaksi jual beli barang dengan pihak ketiga kepada
nasabah, maka akad murabahah ini harus dilakukan setelah barang tersebut secara prinsip sudah
menjadi milik bank. Misalnya: nasabah ingin mengajukan pembiayaan murabahah atas
pembelian sebuah sepeda motor. Setelah sepakat mengenai spesifikasi yang diinginkan oleh
nasabah, bank syariah membeli sepeda motor tersebut kepada dealer. Hal ini membuat secara
prinsip motor tersebut adalah milik bank syariah. Kemudian bank syariah dan nasabah
menandatangani akad murabahah. Setelah itu bank syariah bisa mewakilkan pembayaran atau
pengambilan sepeda motor yang sudah dipesan tersebut kepada nasabah.

b) Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena
itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual
beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang
harus ditentukan secara pasti.

Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan
menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan.
Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan.
Dalam hal ini bank menjualnya secara tunai biasanya disebut dengan pembiayaan talangan
(bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan.

Ketentuan umum Pembiayaan Salam adalah sebagai berikut:

1.Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis, macam,
ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya jual beli 100kg mangga harum manis kualitas "A"
dengan harga Rp. 5000/kg, akan diserahkan pada panen dua bulan mendatang.

2.Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai akad maka nasabah (produsen)
harus bertanggung jawab dengan cara antara lain mengambilkan dana yang telah diterimanya
atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.

3.Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai persediaan
(inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam kepada pihak ketiga
10

(pembeli kedua), seperti BULOG, pedagang pasar induk atau rekanan. Mekanisme seperti ini
disebut sebagai paralel salam.

c) Pembiayaan Istishna.

Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam istishna' pembayarannya dapat dilakukan
oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Produk istishna’ merupakan salah satu
bentuk jual beli dengan cara pesanan. Pada umumnya akad ini digunakan untuk jual beli barang
yang tidak dijual di pasaran. Misalnya untuk pembangunan gedung, jembatan, dan sebagainya.
Nasabah yang melakukan pengajuan pembiayaan istishna’ dapat bekerjasama dengan bank untuk
menyelesaikan proyek secara keseluruhan atau sebagian.

Ketentuan umum Pembiayaan Istishna' adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti
jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan daam
akad Istishna' dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari
kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya
tambahan tetap ditanggung nasabah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank syariah tidak
dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangkah keuntungan bagi hasi sesuai dengan
kesepakatan, dengan konsep dan prinsip yang dianut bank syariah perinsip dan konsep bank
syariah perjanjian, Sistem Operasional Bank Syari'ah dalam pembiayaan prinsip jual beli terdiri
dari pembiayaan murabahah (transaksi jual beli antara nasabah yang membutuhkan barang
dengan bank syariah yang membeli barang tersebut untuk dijual kembali kepada nasabah),
Pembiayaan salam (transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada), dan
Pembiayan Istishna (transaksi jual beli dengan cara pesanan).

B. Saran

Sosialisasi kepada masyarakat tentang produk-produk bank syariah untuk meningkatkan


minat masyarakat khususnya umat muslim dalam mengembangkan pengetahuan mengenai
Sistem Operasional Perbankan Syari'ah serta beberapa ketentuan-ketentuannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-operasional-PBS.aspx

http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIS/article/download/30/29

https://amp.kompas.com/skola/read/2021/01/02/145651369/sistem-operasi-bank-syariah

12

Anda mungkin juga menyukai