Anda di halaman 1dari 3

Kondisi masyarakat Perbatasan di kecamatan badau kabupaten Kapuas hulu di Bidang Pendidikan,

Pelayanan Kesehatan dan Kemiskinan masih kurang diperhatikan oleh pemerintah. Masih banyak
masyarakat disana yang belum bisa merasakan bangku pendidikan padahal pendidikan merupakan hal
yang sangat penting bagi seseorang, juga kurangnya fasilitas pendidikan didaerah perbatasan menjadi
masalah dalam hal pendidikan ini. Untuk dari segi pelayanan kesehatan di kecamatan badau kabupaten
Kapuas hulu ini sudah cukup baik sudah terdapat Puskesmas, Poskesdes, Puskesmas Pembantu,
Polindes, dan Posyandu didaerah tersebut yang dapat memberi pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Konsisi perekonomian masyarakat Nanga Badau Mayoritas berprofesi sebagai petani, nelayan, dan
pedaganag. Perekonomian masyarakat badau dipengaruhi oleh perekonomian masyarakat perbatasan
yang ada di pinggiran lubuk antu serawak yang sangat dekat dengan badau.

Bidang Pendidikan

Dalam konteks pembangunan pendidikan di kawasan perbatasan Kapuas Hulu sangat


memerlukan lebih banyak perhatian dan sentuhan, keadaan demikian dikarenakan letak geografisnya
sangat jauh dari ibu kota provinsi dan kabupaten, menjadi alasan mengapa pendidikan di sana kurang
perhatian dan sentuhan. Alasan lain adalah belum ada akses jalan darat yang memadai, saluran
komunikasi melalui telepon seluler maupun kabel tidak tersedia, dan belum terjangkau aliran listrik
(Warsilah & Wardiat, 2017). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2008 tentang wajib belajar dengan tujuan memberikan pendidikan bagi warga negara Indonesia untuk
mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri didalam mayarakat atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam penyelengaraannya wajib belajar diselengarakan pada
jalur pendidikan 18 formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Pembangunan pada bidang
pendidikan merupkan salah satu upaya untuk mencetak sumberdaya manusia yang berkualitas,
potensial dan produktif bagi pembangunan, baik melalui pendidikan formal, pendidikan non formal dan
pendidikan informal. Upaya meningkatkan mutu dunia pendidikan mutlak diperlukan guna
menghasilkan sumber daya yang handal dan mandiri, serta mampu dalam menghadapi perkembangan
iptek dan tangap serta mampu dalam menghadapi perkembangan iptek dan tangap terhadap
perkembangan (Faturrahman, dkk., 2012). Oleh karena itu penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia.

maka dapat disimpulkan bahwa Keadaan sarana dan prasarana pendidikan di wilayah
perbatasan di Kecamatan Puring Kencana dan Kecamatan Badau Kabupaten Kapuas Hulu, belum terlalu
baik, ada beberapa komponen dari prasarana sekolah yang mengalami kerusakan dan tidak layak.
Sarana dan prasarana yang tidak memadai dijumpai di sekolah yang letaknya di wilayah pedalaman dan
pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah, perlu dilakukan:

1. Pemetaan standar sarana dan prasarana pendidikan di satuan tingkat dasar


2. Melakukan rehabilitasi gedung/ruang kelas yang mengalami kerusakan
3. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembiayaan sekolah, seperti melalui penguatan
komite sekolah dan pelibatan perusahaan setempat melalui CSR
4. Mensinergikan dan memetakan kebutuhan daerah-daerah desa yang membutuhkan akses
sarana dan prasarana dasar sekolah.
Pelayanan Kesehatan

Akses Terhadap Fasilitas Kesehatan Parikesit (2003), informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi
zona prioritas dilakukan perbaikan akses terhadap fasilitas kesehatan adalah : jumlah penduduk,
keberadaan sarana kesehatan, jenis fasilitas kesehatan, petugas dan jumlah petugas pelayanan
kesehatan, sarana dan prasarana transportasi menuju pusat pelayanan kesehatan, jarak ke pusat
pelayanan kesehatan, waktu perjalanan ke pusat pelayanan kesehatan, biaya perjalanan menuju pusat
kesehatan dan persepsi masyarakat tentang permasalahan dan prioritas.

Puskesmas merupakan salah satu prasarana yang paling vital di kecamatan Badau bagi pelayanan
kesehatan masyarakat. Pada tahun 2013 terdapat 1 Puskesmas, 1 Poskesdes, 3 Puskesmas Pembantu, 4
Polindes, dan 9 Posyandu.

Dalam RKP 2005 Departemen Kesehatan, salah satu arah kebijakannya adalah: ”Peningkatan kualitas,
keterjangkauan, dan pemerataan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan terutama bagi keluarga miskin, kelompok rentan dan penduduk di daerah terpencil, perbatasan
dan rawan bencana/konflik dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender melalui
pelaksanaan program prioritas nasional yang disesuaikan dengan masalah dan ketersediaan sumber
daya lokal; peningkatan kegiatan luar gedung; peningkatan advokasi, sosialisasi dan informasi
kesehatan; pengembangan dan pemenuhan sumber daya.” Di sini disebutkan bahwa daerah perbatasan
sebagai sasaran program. Tapi, dalam rincian kegiatannya tidak disebutkan daerah perbatasan mana
yang menjadi sasaran program tersebut. Dan pada laporan akhirnya disebutkan bahwa salah satu
kendalanya adalah karena “Terbatasnya akses penduduk miskin atas pelayanan kesehatan, baik karena
kendala geografis maupun kendala biaya.” Gambaran ini menunjukkan kurang kompaknya sesama
instansi yang terlibat dalam perencanaan pengembangan daerah perbatasan, karena lemahnya
koordinasi dan kontrol pada lembaga penyelenggara. Problem Kelembagaan dalam konteks ini juga
dapat dilihat pada dua sisi tugas pokok dan fungsi (tupoksi). Pertama lembagakan perencana dan
evaluasi. Dalam perencanaan yang paling abstrak (grand design) dilaksanakan dan dikoordinir oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Dengan demikian, tentu saja perencanaan
secara menyeluruh telah dibuat dalam satu atap di instansi ini. Sedangkan untuk 15 Jurnal PMIS-UNTAN-
PSS-2012 operasionalisasinya telah dibuat oleh masing‐masing instansi yang terdiri dari 28 instansi
Kementerian/ Departemen. Pada tahap ini, merupakan tahap yang rawan terjadinya multiintrepretasi,
yakni masing‐masing instansi Kementerian/ Departemen punya potensi untuk memahami dan sekaligus
melakukan perencanaan yang berbeda dengan apa yang diharapkan oleh Bappenas. Pembangunan di
bidang kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar manusia, yaitu hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia guna mendukung pembangunan sosial daerah
perbatasan yang memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Perbatasan di
kecamatan badau kabupaten Kapuas hulu. Derajat kesehatan masyarakat di kecamatan badau
kabupaten Kapuas mengalami peningkatan yang berarti dalam periode waktu 4 tahun terakhir, hal
tersebut disebabkan oleh meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan, bertambahnya tenaga medis dan
fasilitas kesehatan sehingga berbagai permasalahan kesehatan masyarakat seperti wabah penyakit
menular, kekurangan gizi pada balita dan ibu hamil dapat ditekan seminimal mungkin.Dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah
dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kurun waktu 2008-2011. Adapun
upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di kecamatan badau kabupaten Kapuas adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan kesehatan sebaik mungkin denganbiaya yang dapat dijangkau oleh
masyarakat serta pemberian pengobatan gratis.
2. Terbentuknya desa sehat dan kecamatan sehat.
3. Meningkatkan mutu kesehatan dan gizi masyarakat yang ditandai dengan peningkatan harapan
hidup, menurunkan tingkat kesakitan dan kematian khususnya bayi dan ibu melahirkan.
4. Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan.
5. Meningkatkan cakupan pelayanan puskesmas.
6. Mewujudkan perilaku sehat bersih bagi masyarakat
7. Mengembangkan sistem informasi dan pelayanan kesehatan.

Pengentasan Kemiskinan

Konsisi perekonomian masyarakat Nanga Badau Mayoritas berprofesi sebagai petani, nelayan, dan
pedaganag. Perekonomian masyarakat badau di pengaruhi oleh perekonomian masyarakat perbatasan
yang ada di pinggiran lubuk antu serawak yang sangat dekat dengan badau. Sebagian besar warga
berada dalam strata ekonomi menengah, jika di bandingkan dengan skala perekonomian yang ada di
masyarak Desa Pulau Jawa. Tingkat kemiskinan di Desa Badau tergolong cukup tinggi. Berdasarkan data
yang ada, masih terdapat beberapa kepala keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan. Secara
Ekonomi Masyarakat Desa Badau pola perekonomiannya mayoritas petani. Di bidang pertanian
masyarakat perbatasan di Desa Badau becocok tanam seperti padi, kabun kelapa sawet, dua bentuk
pertanian ini yang menjadi prioritas utama masyarakat Badau. Selain petani ada juga yang pedagang
sperti buka warung, kedai, kebutuhan pokok, namun jumlah pedagang yang berada di Desa Badau
sendiri sangat minim, masyarakat Badau kebih banyak berdagang ke Malaysia yang ada di perbatasan di
bangdingkan di Indonesia yang notabene sebagai Negara sendiri. Faktor yang menyebabkan masyarakar
lebih memilih berdagang di Malaysia dari pada di Indonesia di karenakan, masalah harga, dan jangkauan
pasar yang sangat jauh, jika di bandingkan dengan Malaysia yang hanya berjarang sekitar 7-10 km. dan
hanya bisa di 21 tempuh dengan 30-menit saja melalu jalan Tran menuju Lobuk Antu Serawak Malaysia.
Jika ini di bandingkan dengan jalan menuju kota kabupaten Kapuas hulu, maka, sangat lah jauh sekali. Ke
kota kabupaten Kapuas hulu jarak dari Badau bisa di tempuh dengan jarak antara 5-6 jam dengan naik
sepeda motor atau kendaraan umum seperti Bus. Selain kondisi ekonomi masyarakat perbatasan yang
serba Malaysia , ada pula alat transaksi yang di pakai oleh masyarakat perbatasan dalam keseharian
yaitu memankai uang Negara Malaysia Ringgit Malaysia (RM), fator ini di sebabkan karena kebanyakan
masyaraka desa perbatasan yang ada di Badau kebanyakan beli-barang dan alat kebutuhan seharai-hari
kemalaysia yangada di lobuk antu serawak Malaysia. Selain petanai, pedagang masyarakat perbatasan
desa Badau juga berprofesi sebagai nelayan. Nelayan yang di lakukan oleh masyarakat badau beda
dengan nelayan pada umumnya. Nelayan yang ada di desa Badau yaitu mencari ikan di sungai-sungai
seperti mancing dan menjaring ikan. Karena propesi ini hanya segelintir orang saja yang melakukan oleh
masyarakat desa Badau selain itu semuanya petani dan berdagang.

Anda mungkin juga menyukai