Anda di halaman 1dari 1

Musim kemarau berkepanjangan membuat 7 provinsi di Indonesia terdampak

bencana kekeringan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan


berdasarkan hasil riset BMKG musim kering pada tahun 2019 diprediksi akan
berlangsung hingga September mendatang. Awal musim hujan di prediksi pada awal
bulan November 2019, sehingga kekeringan diperkirakan akan meluas. Kepala Pusat
Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo menyebutkan wilayah yang
terdampak kekeringan meliputi yang terdampak yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara
Timur (NTT). Beliau menuturkan, lebih panjangnya durasi kekeringan tahun ini
disebabkan adanya fenomena El Nino.

Dari seluruh wilayah tadi ada 72 Kabupaten, 556 kecamatan, 1969 desa
terdampak kekeringan. BMKG memprediksi puncak kekeringan Agustus ditambah
ada banyak beberapa lokasi yang 60 hari belum hujan. BMKG menyatakan kemarau
tahun 2019 akibat beberapa faktor yaitu fenomena el-nino, kuatnya muson Australia,
dan anomali peningkatan suhu udara akibat perubahan Iklim. . Selain itu, kekeringan
air ini terjadi karena tidak adanya penampung penampung air, banyak daerah resapan
air yang berubah menjadi bangunan sehingga saat hujan air tidak terserap dan
kembali ke laut,

Mengatasi dampak bencana ini, BNPB dan BPBD melakukan beberapa


strategi penanganan yaitu penyiapan suplai air. Langkah taktis cepat yang dilakukan
oleh BPBD yaitu distribusi air bersih kepada warga. Untuk mendukung distribusi,
beberapa upaya diterapkan oleh BPBD seperti menambah mobil tangki , hidran
umum dan sumur bor. Sementara itu, BNPB akan mendukung dengan operasi hujan
buatan. BNPB telah mengajukan strategi penanganan jangka menengah hingga
panjang. Strategi ini harus dilakukan dengan sinergi multi pihak yaitu antara lain
revitalissi dan reforestasi DAS serta danau, embung, dan sumur bor permanen,
pembuatan waduk hingga pengendalian pemanfaatan air tanah.

Anda mungkin juga menyukai