Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

( INDIKATOR MUTU DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN )

NAMA KELOMPOK 4 :

1. ARI CENDANI PRABAWATI (17.321.2658)


2. KOMANG AYU RATIH PURBANIGRUM (17.321.2675)
3. NI KADEK ERNI WIDJAYANTI (17.321.2683)
4. NI KETUT YULIANA (17.321.2686)
5. NI MADE AYU PRIYASTINI (17.321.2695)
6. NI PUTU AYU WISMAYA DEWI (17.321.2698)
7. NI PUTU MERRY TASIA SURYAWAN (17.321.2702)
8. NI WAYAN YUNA PRATIWI (17.321.2705)
9. I GEDE KRISNATA SUBAGIO (17.321.2668)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk


mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien
membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang
perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non
profesional.

Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara
keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa yang
terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari
orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan
berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki
oleh kedua belah pihak.

Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu
memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan
terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

Tergantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang
dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang
pemimpin dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam makalah ini penulis akan
membahas berbagai macam gaya kepemimpinan yang ada digunakan dalam keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi kepemimpinan ?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi kepemimpinan
2. Menjelaskan gaya kepemimpinan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kepemimpinan


Definisi kepemimpinan menurut Stogdill yaitu kepemimpinan sebagai suatu proses
yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan
mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari Strogdill dapat diterapkan dalam
keperawatan.
Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi
contoh sehingga individu (atau pemimpin kelompok) membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Merton menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi masyarakat dimana
seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.
Menurut McGregor, akhirnya ada empat variabel besar yang diketahui sekarang untuk
memahami kepemimpinan: (1) karakteristik pimpinan; (2) sikap; (3) kebutuhan, dan
karakteristik lainnya dari bawahan; dan (4) keadaan sosial, ekonomi, dan polotik
lingkungan. McGregor mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang
sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang terjadi pada
manajemen, serikat kerja atau kekuatan dari luar.
Talbott mengatakan “kepemimpinan adalah bumbu yang sangat vital yang
mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisai yang berfungsi dan berguna.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang menopang suatu kegiatan atas inisiatif
seseorang. Bukan semata-mata hanya menunjukan arah dan membuarkan sesuatu terjadi.
Kepemimpinan adalah suatu konsep dari suatu tujuan dan metode untuk mencapainya,
suatu mobilisasi dari seluruh fasiltas yang diperlukan untuk mencapai hasil, dari
penyesuaian dan nilai-nilai terhadap faktor lingkungan pada akhir dari tujuan yang
dikehendaki nantinya.”
2.2 Gaya Kepemimpinan
1.Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap
bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang
dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Wewenang mutlak berada pada pimpinan
• Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
• Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
• Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
• Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahan dilakukan secara ketat
• Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
• Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat
• Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
• Lebih banyak kritik daripada pujian
• Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
• Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
• Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
• Kasar dalam bersikap
• Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan
2.Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang
lain agar besedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan
bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Wewenang pimpinan tidak mutlak
• Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
• Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
• Komunikasi berlangsung timbal balik
• Pengawasan dilakukan secara wajar
• Prakarsa datang dari bawahan
• Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan
• Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan
daripada instruktif
• Pujian dan kritik seimbang
• Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing-masing
• Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
• Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
• Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling
menghargai
3.Gaya Kepemimpinan Partisipasif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang
menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut
pada bawahannya. Staf dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon
staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok. Ciri-cirinya :
• Tinggi hubungan rendah tugas
• Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam
pengambilan keputusan
• Delegasi
• Rendah hubungan dan rendah tugas
• Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan
dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk
mengambil keputusan
4.Gaya Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan kharismatik (charismatic leadership): Kharisma diartikan
“keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal
kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari
masyarakat terhadap dirinya” atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas
kualitas kepribadian individu. Pemimpin kharismatik menampilkan ciri-ciri sebagai
berikut:
(a) memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas.
(b) mengkomunikasikan visi itu secara efektif.
(c) mendemontrasikan konsistensi dan fokus
(d) mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya.
5. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan
cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada
bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
• Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
• Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
• Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
• Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
• Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
• Prakarsa selalu berasal dari bawahan
• Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
• Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
• Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
• Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
6.Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam
bekerja dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal
sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan
target capaian yang telah ditetapkan. Sumber daya yang dimaksud yaitu sumber daya
manusia seperti pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, peneliti, dan lain-
lain.
Kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah
tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangam
visi secara bersama, pendist ribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun
kultur organisasi sekolah yang menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi
sekolah.
Ciri pemimpin transformasional diantaranya:
1. Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan.
2. Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi
3. Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.
7. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Burns mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang
memotivasi bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan
transaksional juga melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas
proses pertukaran (exchange process), tidak langsung menyentuh substansi perubahan
yang dikehendaki. Kepemimpinan transaksional sangat memperhatikan nilai moral
seperti kejujuran, keadilan, kesetiaan dan dan tanggung. Kepemimpinan ini membantu
orang ke dalam kesepakatan yang jelas, tulus hati, dan memperhitungkan hak-hak
serta kebutuhan orang lain. Inilah kepemimpinan kepala sekolah dengan
mendengarkan keluhan dan perhatian berbagai partisipan, memutuskan perdebatan
dengan adil, membuat orang bertanggungjawab atas target kerja mereka,
menyediakan sumberdaya yang diperlukan demi pencapaian tujuan.

Kepemimpinan transaksional menurut Bass memiliki karakteristik sebagai berikut :


1. Contingent reward
Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk
kinerja yang baik, mengakui pencapaian.
2. Active management by exception
Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan
perbaikan.
3. Pasive management by exception
Intervensi hanya jika standar tidak tercapai.
4. Laissez-faire
Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.
8. Gaya Kepemimpinan Caring Leadership
Pemimpin transformasional selalu menunjukkan kepedulian terhadap orang lain.
Pemimpin yang peduli akan membuat bawahan merasa menjadi bagian dari
organisasi. Pemimpin transformasional juga menaruh rasa hormat terhadap perbedaan
termasuk perbedaan pendapat, karena dia menyadari bahwa setiap orang berbeda dan
mempunyai sudut pandang berfikir yang berlainan.
9. Gaya Kepemimpinan Servant Leadership
Servant leadership atau kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang
berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati untuk melayani,
menempatkan kebutuhan pengikut sebagai prioritas, menyelesaikan sesuatu bersama
orang lain dan membantu orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama. Ciri-ciri :
a. Mendengarkan
Pemimpin pelayan berusaha mengenali dan memahami dengan jelas kehendak
kelompok. Mereka berusaha mendengarkan secara tanggap apa yang dikatakan (dan
tidak dikatakan). Mendengarkan dan memahami apa yang dikomunikasikan oleh
tubuh, jiwa, dan pikiran.
b. Menerima orang lain dan Empati
Pemimpin pelayan berusaha keras memahami dan memberikan empati kepada orang
lain. Orang perlu diterima dan diakui sebagai suatu individu yang istimewa dan unik.
Setiap individu tidak ingin kehadirannya dalam suatu organisasi/perusahaan ditolak
oleh orang lain yang berada di sekitar dirinya. Pemimpin pelayan yang paling sukses
adalah mereka yang mampu menjadi seorang pendengar yang penuh dengan empati.
c. Kemampuan meramalkan
Kemampuan untuk memperhitungkan kondisi yang sudah terjadi atau meramalkan
kemungkinan hasil suatu situasi sulit didefinisikan, tetapi mudah dikenali.
Kemampuan meramalkan adalah ciri khas yang memungkinkan pemimpin pelayan
bisa memahami pelajaran dari masa lalu, realita masa sekarang dan kemungkinan
konsekuensi sebuah keputusan untuk masa depan. Hal ini menanamkan inti
permasalahan sampai jauh ke dalam pikiran intuitif.
d. Membangun kekuatan Persuasif
Ciri khas kepemimpinan pelayan lainnya adalah mengandalkan kemampuan
meyakinkan orang lain, bukannya wewenang karena kedudukan dalam membuat
keputusan di dalam organisasi. Pemimpin pelayan berusaha meyakinkan orang lain,
bukannya memaksakan kepatuhan.
e. Konseptualisasi
Pemimpin pelayan berusaha memelihara kemampuan mereka untuk memiliki impian
besar. Kemampuan untuk melihat kepada suatu masalah (atau sebuah organisasi) dari
perspektif konseptualisasi berarti bahwa orang harus berpikir melampaui realita dari
hari ke hari. Pemimpin pelayan harus mengusahakan keseimbangan yang rumit antara
konseptualisasi dan fokus sehari-hari.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk


mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencaqpai suatu tujuan
(S. Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2006: 24).
Dasar yang dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan:
1. Tugas yang harus dilakukan oleh pemimpin
2. Kewajiban pemimpin
3. Falsafah yang dianut pemimpin

Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh
pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak persis
sama, maka gaya kepemimpinan ( leadership style ) yang diperlihatkanpun juga tidak
sama. Tergantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan atau
yang dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang
pemimpin dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya.

3.2 Saran

Saya menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang model-model kepemimpinan dalam
keperawatan. Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Swansburg, Russel C. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan; alih


bahasa, Suharyati Samba; editor, Monica Ester. Jakarta : EGC, 2017.
Nursalam. 2018. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan
Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Suarli S dan Bahtiar nYanyan. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga
Anwar Kurniadi, S. M. (2019). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nursalam. (2016). MANAJEMEN KEPERAWATAN. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai