Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN NEGARA DAN WARGA NEGARA

Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen pengampu: Ibu Ari Retno P. SH,MH

Kelompok 3
Kelas A1
1. Bambang Triantoro (18144200003)
2. Riski Yulian Nurjanah (18144200011)
3. Alvi Nur Aghisna (18144200022)
4. Ika Puspita Sari (18144200030)
5. Lintang Liana Septiya Putri (18144200032)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah hunungan negara
dengan warga negara.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang hubungan negara dengan warga
negara ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman judul .................................................................................................1

Kata Pengantar.................................................................................................2

Daftar Isi...........................................................................................................3

BAB I Pendahuluan.........................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................5
BAB II Pembahasan.........................................................................................6
A. Pengertian Negara dan Warga Negara .................................................6
B. Teori Hubungan Negara dengan warga negara.....................................9
C. Asas, Sifat, Wujud hubungan Warga Negara dengan Negara.............10
D. Pasal yang Mengatur HAM..................................................................11
BAB III Penutup.............................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................17
Daftar Pustaka.................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia seringkali terjadi adanya kesenjangan antara peranan negara dengan


kehidupan warga negara. Masalah-masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya
misalnya, seringkali terjadi karena adanya kesenjangan antara peranan negara serta
kehidupan warga negaranya. Dalam deretan pasal-pasal beserta ayat-ayatnya, UUD 1945
secara jelas mencantumkan hak serta kewajiban negara atas rakyatnya yang secara jelas
juga harus dipenuhi melalaui tangan-tangan trias politica ala Monteqeiu. Melalui tangan
Legislatif suara rakyat tersampaikan, melalui tangan eksekutif kewajiban negara, hak
rakyat dipenuhi, dan di tangan yudikatif aturan-aturan pelaksanaan hak dan kewajiban di
jelaskan. Idealnya begitu, tapi apa daya sampai sekarang boleh di hitung dengan sebelah
tangan seberapa jauh negara menjalankan kewajibannya. Boleh dihitung juga berapa
banyak negara menuntut haknya.

Bukan hal yang aneh ketika sebagian rakyat menuntut kembali haknya yang
selama ini telah di berikan kepada negara sebagai jaminan negara akan menjaga serta
menjalankan kewajibannya. Negara sebagai sebuah entitas dimana meliputi sebuah
kawasan yang diakui (kedaulatan), mempunyai pemerintahan, serta mempunyai rakyat.
Rakyat kemudian memberikan sebagian hak-nya kepada negara sebagi ganti negara akan
melindunginya dari setiap mara bahaya, serta berkewajiban untuk mengatur rakyatnya.
Hak-hak rakyat tadi adalah kewajiban bagi sebuah negara. Hak untuk hidup, hak untuk
mendapatkan kerja serta hak-hak untuk mendapatkan pelayanan umum seperti kesehatan,
rumah, dan tentunya hak untuk mendapatkan pendidikan. Semuanya itu harus mampu
dipenuhi oleh negara, karena itulah tanggung jawab negara. Kalau hal itu tak bisa
dipenuhi oleh sebuah negara maka tidak bisa disebut sebuah negara.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian negara dan warga negara?

2. Bagaimana teori hubungan negara dengan warga negara?

3. Apa saja asas, sifat, wujud hubungan Warga Negara dengan Negara?

C. Tujuan

Pembelajaran tentang Hubungan warga negara dengan negara akan memberikan


pengetahuan tentang pengertian negara dan warge negara, teori hubungan warga negara
dengan negara, asas, sifat, wujud.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Negara dan Warga Negara


a. Pengertian Negara

Negara adalah suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok


manusia, yang bersama sama mendiami suatu wilayah tertentu, dengan mengakui adanya
suatu pemerintahan yang mengurus tatatertip dan keselamatan sekelempok atau beberapa
manusia tadi. Negara merupakan suatu organisasi yang dalam wilayah tertentu dapat
memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan
yang dapat menetapkan tujuan – tujuan dari kehidupan bersama. Masih banyak pendapat
lain yang tentunya berbeda dengan satu lainnya. Perbedaan tersebut lebih tersangkut pada
asal usul hakikat negara serta tujuan negara yang memang relative sangat tergantung pada
perkembangan zaman, keadaan atau tempat.

Negara merupakan suatu organisasi yang dalam wilayah tertentu dapat


memaksakan kekuasaanya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainya dan
yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama. Negara juga berwenang
menetapkan cara dan batas sampai dimanakah kekuasaan itu dapat digunakan oleh
individu, kelompok, maupun negara itu sendiri. Dengan demikian negara dapat
membimbing berbagai macam kegiatan warga negaranya kearah tujuan bersama yang
telah ditetapkan.

Dilihat dari bentuknya negara bias dibedakan menjadi dua, yaitu negara kesatuan
(unitary state) dan negara serikat (federation state). Dalam negara kesatuan tidak dikenal
dengan adanya negara bagian (tidak ada negara dalam negara), yang ada adalah daerah
otonom dan wilayah administrative seperti “propinsi” (daerah tingkat I) dan “kabupaten
atau kota” (sebagai daerah tingkat II). Dalam negara serikat, dikenal adanya “negara
bagian” (terdapat negara dalam negara). Dengan demikian ada pemerintah negara bagian
ada pula pemerintah federal yang membawahi semua negara bagian. Pemerintah federal
biasanya memegang kekuasaan bidang pertahanan dan keamanan, moneter, politik luar

6
negeri, serta peradilan. Urusan lain di luar keempat bidang tersebut bisanya menjadi
wewenang pemerintah negara.

b. Pengertian Warga negara


Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU
sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda
Penduduk, berdasarkan kabupaten, provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga.
Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti
identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi
Warga Negara Indonesia (WNI) adalah

1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI


2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang
ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia
18 tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

7
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi

1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum
kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai anak oleh
WNA berdasarkan penetapan pengadilan
3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut
penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi sebagai
berikut:

1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan
Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia

8
2. Teori Hubungan Warga Negara dengan Negara

Teori Hubungan Warga Negara dengan Negara Diantaranya Dapat Berupa


Otonomi. Teori otonomi menurut Gramsci menyatakan “ bahwa masyarakat masing-
masing memilki otonominya yang bersifat relatif. Interaksi antara negara dengan
masyarakat bersifat hegemonik “kekuasan legslatif yang lebih dominan yang duduk di
lembaga legislatif”. (kelompok kekuatan politik dominan), teori otonomi relatif meliputi :

1. Teori Marxis

Menurut teori Marxis, negara hanyalah sebuah panitia yang mengelola


kepentingan kaum borjuis, sehingga sebenarnya tidak memiliki kekuasaan yang
nyata. Justru kekuasaan nyata terdapat pada kelompok atau kelas yang dominan
dalam masyarakat (kaum borjuis dalam sistem kapitalis dan kaum bangsawan dalam
sistem feodal).

2. Teori Pluralis

Dalam pandangan teori pluralis, negara merupakan alat dari masyarakat


sebagai kekuatan eksternal yang mengatur negara. Dalam masyarakat terdapat banyak
kelompok yang berbeda kepentingannya, sehingga tidak ada kelompok yang terlalu
dominan. Untuk menjadi mayoritas, kepentingan yang beragam ini dapat melakukan
kompromi.

3. Teori Organis

Menurut teori Organis, negara bukan merupakan alat dari masyarakatnya,


tetapi merupakan alat dari dirinya sendiri. Negara mempunyai misinya sendiri, yaitu
misi sejarah untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, negara
harus dipatuhi oleh warganya sebagai lembaga diatas masyarakat. Negaralah yang
tahu apa yang baik bagi masyarakat secara keseluruhan. Pandangan ini merupakan
dasar bagi terbentuknya negara-negara kuat yang seringkali bersifat otoriter bahkan
totaliter.

4. Teori Elite Kekuasaan

9
Teori ini muncul sebagai bentuk kritik terhadap teori pluralis. Menurut teori
ini, meskipun masyarakatnya terdiri dari bermacam-macam kelompok yang pluralitas,
tetapi dalam kenyataannya kelompok elite penguasa datang hanya dari kelompok
masyarakat tertentu, meskipun secara hukum semua orang memang bisa menempati
jabatan-jabatan dalam negara/pemerintah

3. Asas, Sifat, Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara


1. Asas Hubungan Warga Negara dengan Negara

Asas hubungan warga negara dengan negara yaitu :

1.  Asas  Pancasila

2.  Asas Kedaulatan rakyat

3.  Asas Negara Hukum

4.  Asas Kekeluargaan

5.  Asas Pembagian kekuasaan

Dengan asas tersebut baik warga negara dengan pemerintah memiliki tugas dan
membangun negara demokrasi, berkembang dan berkeadilan sosial.

2. Sifat Hubungan Warga Negara dengan Negara

a)  Hubungan yang bersifat hukum

Hubungan hukum yang  sederajat dan timbal balik, adalah sesuai dengan
elemen atau ciri-ciri negara hukum Pancasila , yang meliputi :

1. Keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat berdasarkan asas


kerukunan

2. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan lembaga negara

3. Prinsip fungsional yang proporsional antara kekuasaan lembaga negara

10
4. Prinisp penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan
sarana terakhir.

5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban (Hadjoen, 1987: 90)

Di dalam pelaksanaan hubungan hukum tersebut harus di sesuaikan juga


dengan tujuan hukum di negara Pancasila yaitu “... Memelihara dan
mengembangkan budi pekerti kemanusiaan serta cita-cita moral rakyat yang luhur
berdasarkan ketuhanan yang maha esa” (Klili Rasjididan Arief Sidharta, 1988:
172).

b)  Hubungan yang bersifat politik

Kegiatan politik (Peran politik) warga negara dalam bentuk partisipasi


(mempengaruhi pembuatan kebijaksanaan) dan dalam bentuk subyek (terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan) misalnya : Menerima peraturan yang telah di
tetapkan.

Sifat hubungan politik antara warganegara dengan pemerintah di


Indonesia yang berdasarkan kekeluargaan, akan dapat menunjang terwujudnya
pengambilan keputusan politik secara musyawarah mufakat, sehingga kehidupan
politik yang dinamis dalam kestabilan juga masih terwujud.

3. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara

Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa
peranan. Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan status
yang dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara. Secara teori, status warga negara
meliputi status pasif, aktif, negatif dan positif. Peranan warga negara juga meliputi
peranan yang pasif, aktif, negatif dan positif.

Peranan pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap peraturan perundang-


undangan yang berlaku. Peranan akif merupakan aktifitas warga negara untuk terlibat
(berprtisipasi) serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama dalam
mempengaruhi keputusan publik. Peranan positif merupakan aktifitas warga negara
untuk meminta pelayanan dari negara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peranan

11
negatif merupakan aktifitas warga negara untuk menolak campur tangan negara
dalam mempersoalan pribadi.

Di indonesia, hubungan antara warga negara dengan negara telah di atur


dalam UUD 1945. Hubungan antara warga negara dengan negara indonesia tersebut
digambarkan dengan baik dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban. Baik itu
hak dan kewajiban warga negara terhadap negara maupun hak dan kewajiban negara
terhadap warganya. Ketentuan selanjutnya mengenai hak dan kewajiban warga negara
diberbagai bidang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dibawah undang-
undang dasar.

a. Peran pasif, yakni merupakan kepatuhan terhadap peraturan perudnang-


undangan yang berlaku sebagai cermin dari seorang warga negara yang taat dan
patuh kepada negara.

Contoh : membayar pajak, menaati peraturan lalu lintas.

b. Peran aktif : yakni merupakan aktivitas warga negara untuk ikut serta
mengambil bagian dalam kehidupan bangsa dan negara

Contoh : memberikan Hak suara pada saat pemilu

c. Peran positif : yakni merupakan aktivitas warga negara untuk meminta 


pelayanan dari negara / pemerintah sebagai konskeuensi dari fungsi pemerintah
sebagai pelayanan umum (public service)

Contoh : mendirikan lembaga sosial masyarakat LSM)

d. Peran Negatif, yakni merupakan aktivitas warga negara untuk menolak campur
tangan pemerintah dalma persoalan yang bersifat pribadi.

Contoh : Kebebasan warga negara untuk memeluk ajaran agama yang


diyakininya.

12
C. Pasal dalam UUD 1945 Tentang HAM
Pasal 27
(1) “Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjungjung hukum dan pemerinatah itu dengan tidak ada kecualinya”.
 (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
(3) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
Pasal 28
”Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”

Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah
(2) Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum
(2) Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalm pemerintahan
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
Pasal 28 E

13
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap
sesuai hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

Pasal 28 F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan
(3) Setiap orang berhak atas imbalan jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan

14
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yanbg bersifat diskriminatif atas dasar apaun dan
berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara terutama pemerintah
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asaso manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokrastis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.
Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menajlan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimabangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokrastis.
Pasal 29
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk berinadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
Pasal 30 ayat (1)
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
Pasal 32

15
(1) Negara mamajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagi usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

16
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Hubungan antara warga negara dengan negara telah diatur dalam UUD
1945. Hubungan antara warga negara dengan negara indonesia tersebut
digambarkan dengan baik dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban. Baik
itu hak dan kewajiban warga negara terhadap negara maupun hak dan kewajiban
negara terhadap warganya. Ketentuan selanjutnya mengenai hak dan kewajiban
warga negara diberbagai bidang terdapat dalam peraturan perundang-undangan
dibawah undang-undang dasar.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://handsomepreneur.blogspot.com/2015/01/contoh-makalah-hubungan-
warganegara.html
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5c07cd146ddcae3c30477e49/makalah-
hubungan-negara-dengan-warga-negara?page=all

18

Anda mungkin juga menyukai