Disusun oleh
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penentuan lokus suatu gen dalam kromosom secara konvensional maupun dengan
bioteknologi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemulia tanaman untuk meningkatkan
mutu suatu varietas tanaman. Kegiatan ini membutuhkan peta genetik yang dikonstruksi
berdasarkan marka molekuler, yang dapat dikelompokkan menjadi marka klasik dan marka
DNA. Marka klasik meliputi marka morfologi, sitologi, dan biokimia. Marka genetik umumnya
dimanfaatkan dalam kegiatan karakterisasi plasma nutfah, isolasi suatu gen, seleksi alel target
yang terintrogresi pada suatu individu, dan perlindungan varietas.
Bateson dan Punnet untuk pertama kali melaporkan adanya penyimpangan data F2 terhadap
Hukum Perpaduan Bebas Mendel. Penyimpangan ini terjadi karena lokus-lokusterletak pada
kromosom yang sama atau disebut berada pada grup pautan (linkage group)yang sama. Pada
tulisan ini akan dibahas mengenai fenomena pautan dan pindah silang antarlokus pada suatu
kromosom dan pemanfaatan pengetahuan ini untuk menentukan posisilokus-lokus tersebut pada
kromosom. Usaha menentukan posisi gen atau lokus dalamkromosom disebut pemetaan gen atau
pemetaan kromosom.
Terdapat dua cara pemetaan kromosom yaitu pertama secara fisik melalui
observasimikroskopik atau peta sitologi, dan yang kedua melalui studi rekombinasi gen atau
pindahsilang yang disebut peta genetik. Peta sitologi merupakan peta fisik yang nyata. Jarak
yangterdapat pada peta fisik merupakan jarak yang nyata, gen-gen akan ditampilkan melalui
pita- pita kromatin. Peta genetik merupakan peta relatif yang didasarkan pada frekuensirekombin
asi yang tercatat. Nilai yang dihasilkan dari suatu perhitungan dapat dikoreksi
oleh perhitungan lain seandainya diperoleh data tambahan. Selain kedua cara di atas, bersamaand
engan berkembangnya teknik molekular muncul peta-peta molekular tingkat DNA berdasarkan
marka molekuler.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Untuk menambah wawasan seputar pemetaan gen dan cara pembuatan pemetaan
kromosom
2. menambah wawasan seputar sitologis pindah silang
BAB II
PEMBAHASAN
a) Pemetaan Gen
Peta genetik (linkage maps) menunjukkan posisi dan jarak genetik relatif antara marka-marka
DNA di sepanjang kromosom suatu spesies. Susunan dan urutan suatu marka dan jarak genetik
relatif marka-marka tersebut ditentukan berdasarkan nilai rekombinasi dari pasangan marka yang
digunakan sehingga terbentuk grup-grup keterpautan. Pada prinsipnya, susunan atau urutan
marka dalam suatu peta keterpautan dihitung berdasarkan konsep segregasi dan rekombinasi,
seperti yang dipaparkan dalam teori pewarisan pada hukum Mendel. Ketersediaan peta genetik
dengan tingkat resolusi tinggi akan mempermudah penentuan lokus suatu gen dalam kromosom,
jumlah gen, dan kekuatan gen yang bertanggung jawab terhadap karakter tertentu. Gen yang
bertanggung jawab terhadap karakter kualitatif maupun kuantitatif dikenal sebagai quantitative
trait loci (QTLs). Makin banyak jumlah marka DNA yang digunakan dalam analisis segregasi,
peluang untuk mendapatkan peta genetik yang lebih lengkap akan makin tinggi.
Bahkan, ketersediaan peta genetik menjadi dasar dalam kloning suatu gen yang bertanggung
jawab terhadap karakter yang memiliki nilai ekonomis tinggi atau yang dikenal sebagai
positional or map-based cloning. Dalam pembentukan peta genetik, metode dan teknik yang
digunakan harus sederhana, tetapi tingkat akurasinya tinggi, mudah diadopsi oleh pengguna,
cepat dalam pengerjaannya, dan efektif dalam biayanya.Misal :
Pindah silang gen a – b = 5%, artinya jarak antara gen a – b adalah 5 Unit Peta atau 5 cM.
Pindah silang gen a – b = 10 %, berarti jarak a – b = 10 unit
Pindah silang gen a – c = 9 %, berarti jarak a – c = 9 unit
Pindah silang gen c – d = 13 %, berarti jarak c – d = 13 unit
Jarak antara gen satu dengan gen lainnya yang berangkai disebut Jarak Peta. Adapun peta
kromosom tanpa menunjukkan letak sentromer disebut Peta Relatif. Untuk membuat peta
kromosom harus menggunakan individu trihibrid yang berangkai yang diujisilang. Umumnya
pembuatan peta kromosom banyak dilakukan pada organisme-organisme yang cepat
menghasilkan keturunan, mudah dipelihara, dan memiliki jumlah kromsom sedikit, misalnya
pada lalat Drosophila melanogaster.
P ♀ cse X ♂ CSE
cse CSE
(sayap berlekuk, (sayap lurus,
tubuh bergaris, tubuh tidak bergaris,
tubuh hitam) tubuh kelabu)
F1 CSE
cse
(sayap lurus, tubuh tidak bergaris,
tubuh kelabu)
F1 diujisilang
P2 ♀ CSE X ♂ cse
cse cse
menghasilkan keturunan sebagai berikut :
786 lalat sayap lurus, tidak bergaris, tubuh kelabu
753 lalat sayap lurus, tidak bergaris, tubuh kelabu
107 lalat sayap lurus, tidak bergaris, tubuh kelabu
97 lalat sayap lurus, tidak bergaris, tubuh kelabu
86 lalat sayap lurus, tidak bergaris, tubuh kelabu
94 lalat sayap lurus, tidak bergaris, tubuh kelabu
1 lalat sayap lurus, tidak bergaris, tubuh kelabu
2 lalat sayap lurus, tidak bergaris, tubuh kelabu
Langkah -langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta kromosom adalah sebagai
berikut :
1. Hasil uji silang dinyatakan gen-gennya dan diurutkan mana saja yang berasal dari
gamet tipe parental dan gamet tipe rekombinasi baik hasil pindah silang tunggal
maupun ganda
2. Mencari urutan letak gen yang sebenarnya dari parental (P2), maka letak gen-gen
tipe PAR dengan PSG ditulis dan selanjutnya diperhatikan dengan seksama
apakah sudah letak gen pada tipe PAR sudah benar.
Tipe PAR Tipe PSG
CSE CsE
cse cSe
Dari hasil di atas memperlihatkan bahwa letah gen-gen pada tipe PAR sudah
benar
3. Menghitung jarak antara gen-gen tersebut, yaitu dengan menghitung prosentase
pindah silang anatara gen-gen tersebut berdasarkan tipe PAR yang benar. Caranya
sebagai berikut :
10,75 mu 9,50 mu
●———————————●————————●
c s e
5. Menentukan nilai Koefisien Koinsidens (KK) dan Interferensi (I)
Koefisien koinsidens merupakan perbandingan antara frekuensi pindah silang
ganda yang diperoleh terhadap frekunsi pindah silang ganda atas dasar kalkulasi
(yang diharapkan) yaitu :
KK = banyaknya PSG yang diperoleh
banyaknya PSG yang diharapkan
I = 1 – KK
Pada contoh di atas, maka nilai KK dan I sebagai berikut :
Dari data di atas tampak bahwa ada ketidaksesuaian letak gen w antara tipe PAR dengan
tipe PSG. Gen w tersebut seharusnya letaknya ditengah jadi urutan gennya adalah y w f
atau f w y.
Jarak y – w = (y W F) + (Y w f) + (y W f) + (Y w F) x 100%
300
= 46 + 50 + 4 + 2 X 100%
300
= 34% = 34 mu
Jarak w – f = (Y W f) + (y w F) + (y W f) + (Y w F) x 100%
300
=9+4+4+2 X 100%
300
= 6,33% = 6,33 mu
34 mu 6,33 mu
●——————————————————●———————● — X
Y w F
c) Pindah Silang
Crossing over atau pindah silang adalah proses pemilihan posisi string secara acak dan
menukar karakter-karakter stringnya. Fungsi crossing over adalah menghasilkan kromosom anak
dari kombinasi materi-materi dua gen kromosom induk. Probabilitas crossing over (Pc)
ditentukan untuk mengendalikan frekuensi crossing over. Pindah silang atau crossover adalah
sebuah proses yang membentuk kromosom baru dari dua kromosom induk dengan
menggabungkan bagian informasi dari masing-masing kromosom. Kromosom baru dihasilkan
dari crossover yang disebut anak kromosom. Pindah silang adalah peristiwa pertukaran materi
genetik antara kromosom homolog saat gametogenesis. Proses pindah silang menghasilkan
sebuah individu baru yang disebut anak. Peristiwa pindah silang umumnya terjadi pada setiap
gametogenesis yang terdapat pada setiap makhluk hidup, seperti terjadi pada manusia, hewan
dan tumbuhan. Pindah silang terjadi ketika fase meiosis 1A, fase tersebut terjadi jika saat
kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid.
Pada saat kromosom ingin memisah yaitu pada fase anafase 1, kromatid yang bersilangan
tersebut menempel dan putus di bagian kiasma, kemudian tiap potongan tersebut menempel pada
kromatid sebelahnya secara timbal balik. Terkait dengan itu gen - gen yang terletak pada bagian
yang pindah itu akan berpindah pada kromatid sebelah. Pindah silang terjadi pasca duplikasi
kromosom, pada profase 1 meiosis kedua kromosom homolog mengalami duplikasi menjadi
empat buah kromatid. Empat buah kromatid membentuk sinapsis yang dinamakan tetrad. Saat
tetrad terbentuk, pindah silang terjadi. Bukti pindah silang terjadi sesudah kromosom homolog
mengalami duplikasi diperoleh dari hasil analisis genetik pada percobaan kapang. Kapang
Neurospora crassa. sering digunakan dalam keperluan analisis genetik karena dalam fase
reproduksi aseksual terjadi askosopra haploid yang akan mengalami mitosis sehingga
berkecambah dan tumbuh menjadi miselium multisel yang juga haploid.
a) Tipe pindah silang
PINDAH SILANG TUNGGAL
Pindah silang tunggal merupakan pindah silang yang akan membentuk 4 macam gamet. Dua
macam memiliki gamet dan gen yang sama dengan gen yang dimiliki oleh induknya, maka
dinamakan gamet tipe parental. Dua gamet yang lain merupakan gamet yang baru yang terjadi
akibat proses pindah silang, maka gamet ini dinamakan gamet tipe rekombinasi. Gamet tipe
parental lebih banyak dibentuk dari pada gamet tipe rekombinasi.
Gambar pindah silang tunggal
Pada gambar ditunjukkan gamet-gamet yang akan muncul jika terjadi proses pindah silang
(b) dan jika tidak terjadi persitiwa pindah silang (a). Tanpa adanya peristiwa pindah silang antara
2 kromosom non homolog, maka gamet yang terbentuk akan seperti gamet yang dibentuk oleh
induknya (AA BB dan aa bb) atau tidak ada tipe gamet yang bergenotip rekombinan. Namun
dengan adanya satu pindah silang tunggal antara alel A dan B, akan dihasilkan kombinasi gamet
bergenotip baru atau rekombinan yakni a B dan A b, selain gamet seperti induknya atau tipe
parental (AA BB dan aa bb).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kromosom adalah bagian dari sel yang membawa gen-gen itu selama meiosis mempunyai
keakuan berdasarkan prinsip-prinsip Mendel, yaitu memisah secara bebas. Peristiwa terdapatnya
dua atau lebih banyak gen pada sebuah kromosom yang sama disebut berangkai (linkage) dan
gen-gennya dinamakan gen-gen terangkai. Pindah silang adalah pertukaran segmen antara dua
kromosom homolog. Pindah silang kromosom terjadi pada meiosis, yaitu pada saat pembagian
kromosom. Pindah silang terjadi pada fase metaphase karena pada fase tersebut kromosom saling
bertumpang tindih.
Peta kromosom adalah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah
garis lurus dimana diperlihatkan lokus setiap genyang terletak pada kromosom itu. Sentromer
dari kromosom biasanya dianggap sebagai pangkal, maka diberi tanda 0 (angka 0). Ada 2 aspek
utama pemetaan genetik: 1. Penentuan urutan linier lokus-lokus dalam kromosom. 2. Penentuan
jarak relative antar lokus. Dengan menghitung frekuensi antara dua lokus, kita dapat mengetahui
jarak relative antara dua lokus tersebut, 1% rekombinasi sama dengan 1 satuan peta / 1 centi
morgan.
DAFTAR PUSTAKA