Anda di halaman 1dari 12

DRAFT MENDELISME

Perkawinan Monohibrid Pada Hewan


Contohnya adalah pada marmut. marmut( seperti juga pada manusia tikus dan
lain-lain) ada yang hitam ada juga yang putih atau albino.
 marmut memiliki yang normal adalah berambut hitam disebabkan Ia memiliki gen
dominan a yang menentukan pembentukan pigmen pigmen melanin.Alelnya A Dalam
keadaan homozigotik  menyebabkan melanin tidak terbentuk, sehingga marmut berambut
putih.Perkawinan antara marmut jantan hitam dengan marmut betina albino
menghasilkan keturunan F1 yang semuanya hitam. jika anak-anaknya ini kawin
sesamanya didapatkan keturunan F2 yang memperlihatkan perbandingan fenotip 3 hitam:
1 albino. Perbandingan genotip nya adalah 1AA :2Aa:1aa

Perkawinan Monohibrid pada manusia


Pada manusia telah diketahui cukup banyak sifat herediter atau turun temurun, misalnya albino/
bulan bulai( cara menurunnya gen seperti pada marmut itu), jari lebih, mampu merasakan rasa
pahit atau tidak di waktu tes PTC, mata biru, rambut ikal, celah langit-langit  dan,kencingmanis
dll
Berikut contoh:
Jari lebih ditentukan oleh gen dominan P, sedangkan alelnya resesif p menentukan jri
normal.seorang ibu normal,suaminya polydactyli mempunyai 3 orang anak.Anak pertama dan
kedua adala laki laki  polydactyli dan anak ketiga adalah permpuan normal.bagaimanakah kira
kira genotip dari individu tersebut?

Perkawinan Respirok

Perkawinan respirok (Perkawinan Kebalikan) ialah perkawinan yang merupakan


kebalikan dari perkawinan semula dilakukan.

Contoh nya percobaan mendel pada tanaman kacang ercis:

H=Gen untuk buah polong berwarna hijau

H=Gen untuk buah polong berwarna kuning

Mul amula di kawinkan tanaman ercis berbuah polong hijau dengan berbuah polong
kuning.semua tanaman F1 berbuah polong hijau.Keturunan F2 memisah dengan perbandingan
fenotip 3 hijau:1 kuning.pada perkawinan reespiroknya menggunsksn serbuk sari yang berasal
dari polong kuning dan diberikan kepada bunga dari tanaman berpolong hijau.
Perkawinan Balik (Back Cross)
Merupakan perkawinan antara individu F1 dengan induknya betina atau jantan. Ambilah sebagai
contoh marmot.
B = Gen untuk warna hitam
B = Gen untuk warna putih
Jika marmot hitam homozigot BB dikawinkan dengan marmot putih bb, maka semua keturunan
F1 seragam, yaitu Bb berwarna hitam. Jika dilakukan perkawinan balik F1 dengan induk jantam
(hitam), maka semua marmot F2 berwarna hitam, meskipun genotipenya berbeda. Disini dapat
dolihat bahwa dua individu dapat mempunyai fenotipe sama tetapi berlainan genotipenya.
Berikut persilangan backcross :
P1 = BB x bb
(Hitam) (Putih)
F1 = Bb
(Hitam)
“Backcross” : BB x Bb
(Hitam) (Hitam)
F2 :
B
B BB
(Hitam)
b Bb
(Hitam)
Uji silang (Test Cross)
Merupakan perkawinan antara individu F1 (Hibrid) dengan individu yang dobel reserip. Pada
contoh ini maka uji silang (testcross) menghasilkan keturunan 50% marmut hitam dan 50%
marmot putih.
P1 = BB x bb
(Hitam) (Putih)
F1 = Bb
(Hitam)
Uji silang : Bb x bb
(Hitam) (Putih)
F2 :
B b
b Bb bb
(Hitam) (Putih)
50% 50%

Dapat diambil kesimpulan bahwa uji silang (testcross) terhadap individu monohybrid
menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan 1 : 1. Perkawinan demikian disebut
uji silang, karena biasanya dilakukan untuk menguji ketidak-murnian suatu inddividu seperti
contoh ini misalnya, jika marmot ini dikawinkan dengan marmot hitam pula, maka semua
keturunan akan hitam. Tetapi jika dilakukan uji silang atau testcross, keturunannya memisah
dengan perbandingan 1 : 1. Makan disimpulkan bahwa marmot hitam tersebut merupakan
marmot heterozigot. Namun bila mana ujisilang tadi menghasilkan keturunan hitam semua, maka
marmot tersebut homozigotik.
Sifat intermediet
Sebagai contoh dapat digunakan penyerbukan silang tanaman bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa). Jika serbuk berasal dari tanaman homozigot berwarna merah (MM) diberikan kepada
putik tanaman homozigot berbunga putih (mm), maka didapatkan tanaman F1 heterozigot
berbunga merah jambu (Mm). warna merah jambu ini disebut sifat intermediet (antara merah dan
putih). Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri dan kemudia biji – bijinya
ditanam, didapatkan tanam – tanaman F2 yang memperlihatkan perbandingan 1 merah : 2 merah
jambu : 1 putih. Pada keturunan berikut nya (F3) maka tanam – tanaman yang berbunga merah
akan terus menghasilkan tanaman berbunga merah. Begitu pula tanaman yang berbunga putih
akan terus menghasilkan tanaman berbunga putih. Tetapi tanaman yang berbunga merah jambu
akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
Skema perkawinan sebagai berikut :
P1 : mm x MM
(putih) (merah)
F1 : Mm
(merah jambu)
Serbuk sari : M dan m
Sel tellur : M dan m

F2 : MM Mm Mm mm
(merah) (merah jambu) (merah jambu) (putih)

F3 : MM MM (merah) MM (merah) mm (putih)


Mm (Merah jambu) Mm (Merah jambu)
Mm (Merah jambu) Mm (Merah jambu)
Mm (putih) mm (putih)

PERKAWINAN DIHIBRID
Pada berbagai contoh di muka hanya diperhatikan satu sifatbeda saja, karena itu individu F1
disebut monohibrid. Tetapi dalam praktek dua individu dapat mempunyai sifatbeda lebih dari
satu, misalnya beda mengenai warna dan beda mengenai bentuk. Hasil persilangannya (F1)
dinamakan dihibrid.
Contohnya dapat diikuti pada hasil percobaan Mendel dengan tanaman ercis. Pada bijinya
terdapat 2 sifatbeda, yaitu soal bentuk biji dan warna biji. Kedua sifatbeda ini ditentukan oleh
gen-gen yang berbeda yaitu sbb.:
B = gen untuk biji bulat
b = gen untuk biji keriput
K = ger untuk biji kuning
k = gen untuk biji hijau
Jadi bentuk bulat dan warna kuning adalah dominan.

Jika tanaman ercis berbiji bulat-kuning homozigotik (BBKK) disilangkan dengan tanaman ercis
berbiji keriput-hijau (bbkk), maka Semua tanaman F 1 berbiji bulat-kuning. Apabila tanam-
tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka tanaman ini akan membentuk 4 nacam gamet
baik jantan muupun betina, masing-masing dengan kombinasi BK, Bk, bK dan bk. Akibatnya
dalam F2 diharapkan 4x 4 = 16 kombinasi, yang terdiri atas 4 macam fenotip, yaitu tanaman
berbiji bulat-kuning (9/16 bagian), berbiji bulat-hijau (3/16 bagian), berbiji keriput-kuning (3/16
bagian) dan "berbiji keriput-hijau (1/16 bagian). Dua di antara keempat fenotip itu serupa dengan
iadukn semula, yaitu yang berbiji bulat-kuning dan yang berbiji keriputehija." Sedang dua
fenotip lainnya merupakan hasil baru, yaitu yang berbii: bulat hijau dan yang berbiji keriput-
kuning.
Jika diperhatikan dominansinya misalnya mengenai bentuk bijinya, maka didapatkan 76,089%
bulat (315 + 108) dan 23,92% keriput (101 + 32). Ini menunjukkan perbandingan yang
mendekati 3:1. Begitu pula mengenai warna bijinya didapatkan 74,82% kuning (315 + 101) dan
25,18% hijau (108 + 32). Apabila hasil mengenai dua sifatbeda itu dikalikan akan diperoleh
perbandingan 9:3:3:1
Dapat diambil kesimpulan bahwa hasil persilangan dihibrid = hasil persilangan monohibrid I x
hasil persilangan monohibrid II.
Berdasarkan data hasil percobaannya itu Mendel menyusu hukumnya ke II. Hukum Mendel ke II
disebut hukum pengelompokan gen secara bebas (dalam bahasa Inggris: ''The Law of
Independen Assortment of Genes”'). Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen dan sepasang alel
memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) pada waktu
pembentukan gamet-gamet. Oleh karena itu pada contoh dihibrid itu terjadilah 4 macam
pengelompoxan dari dua pasang gen, yaitu:
1. gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK
2. gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk
3. gen b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet bK
4. gen b mengelompok dengan gen k. terdapat dalam gamet bk.
Semidominansi Dalam Dihibrid
Perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 9:3:3:1. Juga telah
diketahui bahwa hasil perkawinan dihibrid - hasil perkawinan monohibrid 1 x hasil perkawinan
monohibrid II. Pada semidominansi (artinya dominansi tidak nampak penuh, sehingga ada sifat
intermedier) maka hasil perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan
1:2:1. Tentunya mudah dimengerti bahwa pada semidominansi, perkawinan dihibrid akan
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1 x 1:2:1 = 1:2:1:2:4:2:1:2:1. Bukti akan
kebenaran ini dapat diperhatikan pada persilangan tanaman bunga pukul empat.
Tanaman bunga pukul empat ada yang berdaun lebar (genotip LL) dan ada yang berdaun sempit
(genotip II), sedangkan yang berdaun sedang bersifat heterozigotik (genotip LI). Bunganya ada
yang berwarn3 merah (genotip MM), ada yang putih (genotip mm) dan ada yang merah jambu
(genotip Mm). Jika tanaman berdaun sempit bunga putih disilangkan dengan tanaman homozigot
berdaun lebar bunga merah, maka tanaman F1 bersifat intermedier berdaun sedang dan berbunga
merah jambu. Tanam-tanaman F2 akan memperlihatkan 16 kombinasi dengan perbandingan
1:2:1:2:4:2:1:2:1.
Perkawinan Dihibrid Pada Hewan.
Pada marmot misalnya, rambut hitam (ditentukan oleh gen H) adalah dominan terhadap rambut
putih (ditentukan oleh gen h). Rambu kasar (ditentukan oleh gen K) dominan pula terhadap
rambut hajus (ditentukan oleh gen k). Cara menurunnya gen-gen tersebut sama dengan contoh
pada tanaman, sehingga dalam F» akan didapatkan per. bandingan 9 hitam kasar : 3 hitam halus :
3 putih kasar : I putih halus,
Ujisilang ("testcross") pada dihibrid
Perhatikan contoh pada tanaman ercis dengan sifat-sifatnya mengenai bentuk dan warna biji.
Seperti diketahui :
B = biji bulat
b = biji keriput
K= biji kuning
k = biji hijau
Jika tanaman berbiji bulat-kuning homozigotik (BBKK) disilangkan dengan tanaman berbiji
keriput-hijau (bbkk), maka tanaman F1 merupakan dihibrid berbiji bulat-kuning. Pada waktu
dilakukan ujisilang pada tanaman dihibrid ini didapatkan keturunan dengan perbandingan
1:1:1:1
P1 : BBKK x bbkk
(bulat-kuning) (keriput-hijau)
F1 : BbKk
(bulat-kuning)
Ujisilang : BbKk x bbkk
(bulat-kuning) (keriput-hijau)
gamet : BK, Bk, bK, bk. gamet : bk
F2 : BbKk = bulat-kuning (25%)
Bbkk = bulat-hijau (25%)
bbKk = keriput-kuning (25%)
bbkk = keriput-hijau (25%)
Perhitungan matematika
Dari pelajaran di muka dapat disusun beberapa rumus untuk diterapkan pada berbagai kejadian,
seperti :
1. Meramal banyaknya macam gamet yang dapat dibentuk hibrid.
Untuk tujuan ini digunakan rumus 2n.
Angka 2 menunjukkan bahwa pada setiap pasang alel akan terjadi dua macam gamet, sedangkan
n menunjukkan jumlah pasangan alel atau banyaknya sifat beda. Jadi:
 monohibrid (Aa) menghasilkan 2n = 2¹ = macam gamet (A dan a)

 dihibrid (AaBb) menghasilkan 2n = 2² = 4 macam gamet (AB, Ab, aB, ab). Berapa
macam gamet akan dibentuk oleh individu yang mempunyai genotip
AaBBCcDdEEffGg? Jawabnya = 2^4 = 16 macam gamet.

2. Meramal banyaknya kombinasi dalam F2 :


Digunakan rumus (2n)². Jadi:
 perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan (2n)² = (2¹)² = 4 kombinasi, ialah AA,
Aa, Aa, aa.

 perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan (2n)² = (2²)² = 16 kombinasi.

3. Meramal banyaknya fenotip dalam F2


Digunakan rumus 2n. Jadi:
 perkawinan monohidrib (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 2¹ = 2 fenotip yang dinyatakan
oleh A dan a.

 perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) dinyatakan 2n = 2² = 4 fenotip yang dinyatakan oleh


AB, Ab, aB, dan ab.

4. Meramal banyaknya individu yang genotip dan fenotipnya persis hibridnya. Digunakan rumus
2n. Jadi:
 perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 2¹ = 2 individu yang persis
hibridnya, ialah Aa dan Aa.

 perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 2² = 4 individu yang persis


hibridnya, yaitu AB, Ab, aB, dan ab.
5. Meramal banyaknya individu yang homozigotik.
Digunakan rumus 2n. Jadi:
 perkawinan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 2¹ = 2 individu homozigotik, ialah
AA dan aa.

 perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 2² = 4 individu homozigot.

6. Meramal banyaknya kombinasi baru yang homozigotik.


Digunakan rumus 2n-2. Jadi:
 perkawinan monohibrid (AaxAa) menghasilkan 2n-2=2²-2=2 kombinasi baru yang
homozigotik, yaitu AAbb dan aaBB.

7. Meramal banyaknya macam genotip dalam F2.


Digunakan rumus 3n. Jadi:
 perkawinan monohibrid (AaxAa) menghasilkan 3n=3¹=3 macam genotip, ialah AA, Aa,
dan aa.
 perkawinan dihibrid (AaBbxAaBb) menghasilkan 3n = 3² = 9 macam genotip, ialah
AABB, AABb, AaBB, AaBb, AAbb, Aabb, aaBB, aaBb dan aabb.

Ramalan-ramalan tersebut di atas yang didasarkan atas rumus tertentu dapat dipersingkat pada
tabel berikut:
Banyakn Macamn Banyakn Banyakn Banyakn Banyakny Banyakny Banyakm
ya sifat ya gamet ya ya ya a a ya
beda dari F1 kombina fenotip kombina kombinasi kombinasi macam
si dalam dalam F2 si persis homosigot baru yang genotip
F2 F1 ik homozigot dalam F2
ik
1 2 4 2 2 2 0 3
2 4 16 4 4 4 2 9
3 8 64 8 8 8 6 27
4 16 256 16 16 16 14 81
n 2n (2n)² 2n 2n 2n 2n-2 3n

PERKAWINAN TRIHIBRID

Perkawinan trihybrid adalah perkawinan antara dua individu dengan tiga sifat beda.
Contohnya pada tanaman kapri terdapat tiga sifat beda yang masing-masing ditentukan oleh
pasangan gen sebagai berikut:
T = gen untuk tanaman tinggi

t = gen untuk tanaman pendek

K = gen untuk warna kuning pada biji

k = gen untuk warna hijau pada biji

U = gen untuk warna bunga ungu

u = gen untuk warna bunga putih

P : ♀TTKKUU x ♂ ttkkuu

(tinggi, buah kuning, (pendek, buah hijau,

bunga ungu) bunga putih)

G : T,K,U t,k,u

F1 : TtKkUu

(tinggi, buah kuning, bunga ungu)

Induk dari tanaman trihybrid F1 masing-masing akan membentuk 23 gamet, yaitu 8 gamet.
Gamet-gamet tersebut adalah TKU, TKu, TkU, tKU, Tku, tKu, tkU dan tku. Penyerbukan
sendiri dari tanaman F2 dengan (2n ¿2 = (23 ¿2 = 64 kombinasi.

Perinciannya sebagai berikut:

27 kombinasi TKU (tinggi, buah kuning, bunga ungu)  memiliki 3 gen dominan

9 kombinasi TKu (tinggi, buah kuning, bunga putih)  memiliki 2 gen dominan

9 kombinasi TkU (tinggi, buah hijau, bunga ungu)  memiliki 2 gen dominan

9 kombinasi tKU (pendek, buah kuning, bunga ungu)  memiliki 2 gen dominan

3 kombinasi Tku (tinggi, buah hijau, bunga putih)  memiliki 1 gen dominan

3 kombinasi tKu (pendek, buah kuning, bunga putih)  memiliki 1 gen dominan

3 kombinasi tkU (pendek, buah hijau, bunga ungu)  memiliki 1 gen dominan
1 kombinasi mkb (pendek, buah hijau, bunga putih)  tidak memiliki gen dominan

Jadi perkawinan trihybrid menghasilkan keturunan dengann perbandingan 27 : 9 : 9 : 9 :


3 : 3 : 3 : 1 atau dapat ditulis dengan 1x33 : 3x32 : 3x31 : 1x30 .

Alel Kodominan

Kadang-kadang sepasang alel dalam keadaan heterozigotik tidak menghasilkan sifat intermedier,
melainkan sifat baru disebut alel kodominan.

Contoh:

Pada sapi luar negeri Shorthorn dikenal 3 warna, yaitu merah, coklat dan putih. Cara memberi
tanda untuk alel kodominan berbeda dari biasanya, ialah sbb.:

 Sapi merah mempunyai genotip cRcR

 Sapi coklat mempunyai genotip cRcW

 Sapi putih mempunyai genotip cWcW

Warna coklat bukanlah warna intermedier antara merah dan putih.

Perkawinan dua ekor sapi coklat akan menghasilkan keturunan yang memperlihatka fenotif 1
merah : 2 coklat : 1 putih

P : ♀ CR CW x ♂ CR CW

sapi coklat sapi coklat

G : C R, C W C R, C W

F1 : C R CW = sapi merah

C R CW =sapicoklat

C R CW = sapi coklat

C R CW = sapi putih
Jika sapi jantan merah kawin dengan sapi betina coklat, dihasilkan sapi F1 dengan
perbandingan fenotif 1 merah : 1 coklat.

Bagaimanakah perkiraan kita mengenai keturunan F2 apabila sapi-sapi F1 itu diberi kesempatan
kawin secara bebas? Karena F1 terdiri dari sapi merah dan coklat, tentunya mudah dimengerti
bahwa ada kemungkinan 4 macam perkawinan, yaitu:

1. Sapi jantan merah x sapi betina merah

2. Sapi jantan merah x sapi betina coklat

3. Sapi jantan coklat x sapi betina merah

4. Sapi jantan coklat x sapi betina coklat

Jika semua kemungkinan itu dijumlah, maka akhirnya dalam F2 akan didapatkan keturunan
dengan perbandingan fenotip 9/16 merah: 6/16 coklat: 1/16 putih.

Anda mungkin juga menyukai