Anda di halaman 1dari 13

GENETIKA

Kuliah ke 3

PEWARISAN SIFAT MONOHIBRID

PS PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
Hukum Mendel I
Menyatakan: terjadi pemisahan gen-gen selokus
Terjadi saat pembentukan gamet, baik pada jantan maupun
betina
Pembuktian
Marmot diketahui memiliki dua macam warna bulu: hitam
dan albino.
1. Dikawinkan marmot jantan hitam dengan betina hitam,
dihasilkan semua turunan hitam. Artinya warna hitam
pada bulu marmot ini diatur oleh satu gen, katakan
gen B.
2. Dikawinkan marmot jantan albino dengan betina albino,
dihasilkan semua turunan albino. Artinya, warna
albino pada bulu marmot ini diatur oleh satu gen,
misalnya gen b.
3. Dikawinkan marmot jantan hitam dengan marmot
betina albino atau sebaliknya (generasi P), dihasilkan
turunan (F1) semua marmot warna bulu hitam.

2
Dari 3 kasus di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. Setiap individu marmot baik jantan maupun
betina berwarna hitam membawa sepasang gen
untuk warna hitam (katakan BB), dan setiap
individu marmot baik jantan atau betina
berwarna albino membawa sepasang gen (katakan
bb).
b. Setiap individu baik jantan maupun betina hanya
akan menurunkan satu gen dari pasangan gen
yang dimilikinya (melalui gamet) pada turunannya
. Dalam hal ini, individu hitam (BB) menurunkan
gen B pada gametnya, dan individu albino (bb)
menurunkan gen b pada gametnya.
c. Hukum Mendel I terbukti.

3
Perkawinan Monohibrid
Perkawinan antar individu dalam satu spesies
dengan satu perbedaan karakter.
Contoh:
P : marmot jantan hitam x betina albino
Genotip BB bb
Gamet : B b
F1 : Bb (hitam)
Jika F1 kawin sesamanya: Bb x Bb
Akan dihasilkan F2:
1. Warna bulu hitam (bergenotip BB dan Bb)
2. Warna bulu albino (bergenotip bb).
3. Diperoleh imbangan jumlah warna hitam : albino
diperoleh 3 : 1.
4. Diperoleh imbangan genotip BB : Bb : bb sebesar
1 : 2 : 1.
4
Enam tipe perkawinan monohibrid

Misal: alel dominan B menghasilkan warna hitam


dan alelnya b menghasilkan warna putih. Genotipe
dari ke dua alel ini adalah: BB, Bb, dan bb. Ada
enam tipe perkawinan dari ke tiga genotipe ini:

Rasio F1 harapan
Genotipe Penotipe
1. BB x BB semua BB semua hitam
2. BB x Bb ½ BB : ½ Bb semua hitam
3. BB x bb semua Bb semua hitam
4. Bb x Bb ¼ BB : 1/2Bb : ¼ bb ¾ htm : 1/4 pth

5. Bb x bb ½ Bb : ½ bb ½ htm : ½ pth
6. bb x bb semua bb semua putih

5
Uji silang (test cross)
Karena genotipe dominan homozigot mempunyai penotipe
yang sama dengan genotipe heterozigot, maka
diperlukan uji silang untuk membedakan keduanya.
P : B_ x bb
(betina hitam, genotipe (jantan putih)
tidak diketahui)
Gamet : B ? b

F1 : semua turunan hitam


Dengan demikian maka genotipe betina hitam
adalah BB.
: jika ½ turunan hitam, dan ½ putih maka genotip
betina adalah Bb.

6
Silang balik (backcross)
Jika turunan F1 dikawinkan dengan salah satu tetuanya (individu yang
mempunyai genotipe yang identik dengan tetuanya) disebut sebagai silang
balik.
P : BB x bb
(betina hitam) (jantan putih)
F1 : jantan dan betina hitam (Bb)

Silang balik : F1 x tetua (betina hitam, atau jantan putih)


Selengkapnya baca Genetika (Wildan Yatim) hal 73-98.

7
Beberapa contoh perkawinan monohibrid
A. Dominan penuh
1.Pada ayam: bentuk jengger: mawar dominan terhadap tunggal.
 Dikawinkan ayam jengger mawar RR dengan ayam jengger tunggal rr,
semua anak F1 berjengger mawar (Rr). Jika sesama F1 dikawinkan
diperoleh turunan F2 dengan rasio genotip 1:2:1 untuk RR, Rr, dan rr;
dan rasio penotip 3:1 untuk tipe rose dan tunggal.

8
2. Drosophila sp
 Warna tubuh: abu-abu dan warna tubuh hitam. Warna abu-abu
dikontrol oleh gen B (dominan), sedangkan warna hitam dikontrol
oleh alel b (resesif).
 Jika abu-abu murni (BB) dikawinkan dengan hitam murni (bb),
diperoleh turunan F1 Bb (heterozigot) abu-abu.
 Jika sesama F1 dikawinkan diperoleh turunan F2 dengan rasio genotip
1:2:1, dan rasio penotip 3:1.

9
3. Pada sapi pedaging
 Sifat double muscling memiliki gumpalan otot pada pangkal paha,
pantat, kaki depan dan pundak. Lemak dan tulang lebih sedikit, dan
kulit tipis. Kelemahannya sering infertil (jarang dapat turunan).
 Sifat ini dikontrol oleh gen G (dominan) untuk gemuk dan g (resesif)
untuk normal. Sapi yang gemuk memiliki genotip GG dan Gg,
sedangkan sapi normal memiliki genotip gg.

10
 Dikawinkan sapi gemuk murni GG dengan sapi normal gg, diperoleh
turunan F1 gemuk dengan genotip Gg.
 Dikawinkan sesama F1 diperoleh turunan F2 dengan rasio genotip
1:2:1 dan rasio penotip 3:1
4. Domba
 Terdapat satu penotip agak abnormal: kaki pendek dan agak bengkok
disebut ankon sehingga sulit untuk melompat.
 Sifat ini dikontrol oleh gen A (dominan) untuk normal dan gen a
(resesif) untuk ankon.

11
 Dikawinkan domba normal murni AA dengan
domba ankon aa, diperoleh turunan F1 normal
dengan genotip Aa.
 Jika sesama F1 dikawinkan diperoleh turunan F2
dengan rasio genotip 1:2:1 dan rasio penotip 3:1
untuk normal dan ankon.
5. Pada manusia
 Sifat kemampuan merasakan PTC
(phenylthiocarbamida).
 Mampu merasakan: terasa pahit; tidak mampu
terasa tawar.
 Sifat ini dikontrol oleh pasangan gen T (dominan)
mampu dan t (resesif) tidak mampu mengecap.

12
6. Polydactyly (jari berlebih)
 Sifat ini dikontrol oleh pasangan gen P (dominan)
untuk polydactyly dan p (resesif) untuk normal.

B. Dominan tak penuh (kodominan)


1. Warna bulu pada sapi Shorthorn
 Sifat ini dikontrol oleh pasangan gen R1 untuk
merah, dan R2 untuk putih.
 Sapi warna bulu merah memiliki genotip R1R1,
dan warna bulu putih R2R2.
 Dikawinkan sapi warna bulu merah dengan sapi
warna bulu putih diperoleh turunan F1 R1R2
dengan penotip campuran (roan).

13

Anda mungkin juga menyukai