INVESTASI
- CHAPTER 8 -
PASAR TRADISIONAL VS PASAR MODAL
PASAR MODAL
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham),
reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar
modal menjalankan dua fungsi, yaitu :
1) sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor)
2) sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi,
reksa dana, dan lain-lain
SEJARAH PASAR MODAL DI INDONESIA
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia (Vereniging voor de effectenhandel) dibentuk di
Batavia oleh Pemerintah Hindia dan di surabaya tanggal 11 januari 1925
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM
(Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan
kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
13 Juli 1992 BEJ (Bursa Efek Jakarta) diswastanisasikan menjadi PT BEJ dan beralihnya fungsi Bapepam dari
Badan Pelaksana Pasar Modal menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta
Automated Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi
Bursa Efek Indonesia (BEI).
02 Maret 2009 : Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
BAPEPAM & LK
Dasar perhitungan IHSG adalah Jumlah Nilai Pasar dari total saham yang
tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982.
Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk
perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEJ
pada hari tersebut.
Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
(𝑃𝑥𝑄)
𝐼𝐻𝑆𝐺 = 𝑥100
𝑁𝑑
P = Harga penutupan di pasar reguler
Q = Bobot atau Jumlah masing-masing Saham
Nd = Nilai Dasar
Initial Public Offering (IPO)
Pasar sekunder adalah kelanjutan dari pasar perdana setelah perusahaan melepas sahamnya dalam IPO.
Setelah tercatat di bursa saham, artinya saham perusahaan tersebut bisa bebas ditransaksikan oleh publik,
sesuai banyaknya permintaan dan penawaran
Transaksi jual beli saham di pasar sekunder dilangsungkan di Bursa Efek Indonesia. Anda bisa membeli
saham melalui sekuritas atau broker, misalnya menggunakan software online trading saham.
Pasar sekunder dibagi menjadi 3, yaitu :
Pasar Reguler. Saham-saham di Pasar Reguler diperdagangkan dalam satuan perdagangan “lot”, dimana 1 lot
sekarang adalah 100 lembar. Transaksi saham menggunakan mekanisme tawar menawar yang berlangsung secara
terus menerus selama periode perdagangan. Maka, boleh dibilang harga saham bisa berubah terus setiap waktu.
Pasar Negosiasi. Hampir mirip dengan cara perdagangan di pasar reguler, ada tawar menawar juga tetapi tidak
dilakukan di pasar bursa efek. Tawar menawar harga dilakukan secara pribadi tetapi tetap dalam pengawasan bursa.
Pasar negosiasi biasanya dipilih bila jumlah lembar saham investor tidak genap 1 lot (100 lembar). Hasil negosiasi harus
disepakati oleh bursa.
Pasar Tunai. Sama persis seperti di pasar reguler, yang berbeda hanya sistem pembayarannya. Di pasar reguler
penyelesaian transaksi adalah T+3 (3 hari setelah transaksi), sistem pembayaran di pasar tunai T+0 jadi dilakukan hari itu
juga. Pasar Tunai tersedia untuk menyelesaikan kegagalan anggota Bursa dalam memenuhi kewajibannya di Pasar
Reguler dan Pasar Negosiasi. Misalnya pada transaksi short selling.