Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Mata Kuliah AIK II


Dosen Pengampu : Rajiah Rusydi

Dibuat oleh :
Nailah Nurjannah 105721129420
Kelompok 4

KELAS M20G
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................6

2.1 Pengertian Ijtihad...............................................................................................6

2.2 Jenis-jenis Ijtihad................................................................................................7

2.3 Objek Ijtihad.......................................................................................................9

BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11

3.2 Saran.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karen rahmat,
karunia, taufik serta hidayah-Nya Saya dapa menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Ijtihad”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK II
dan Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Rajiah Rusydi.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan dimngerti bagi para pembacanya.
Sebelumnya Saya mohon maaf apabila dalam menyusun makalah ini banyak
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat maupun
menginspirasi terhadapt pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sejarah pemikiran Islam, ijtihad telah banyak digunakan sejak dahulu.
Esensi ajaran Al-Qur’an dan Hadits kebanyakan hanya menjeaskan garis besarnya
saja, maka ulama berusaha menggali maksud dari rinciannya dari kedua sumber
tersebut melalui ijtihad.

Kemudian setelah wafatnya Rasulullah islam semakin kompleks, sehingga para


pemuka Agama yang sudah mempunyai keilmuwan yang sangat luas merespom
berbagai persoalan itu dengan metode ijtihad yang mereka konsep.

Jadi, begitu pentingnya memahami ijtihad sebagai kunci untuk menyelesaikan


problem-problem yang dihadapi oleh umat islam sejak dulu, sekarang dan yang
masa akan datang. Ijtihad sebagai sumber ketiga setelah Al-Qur’an dan Hadits.
Inilah yang membuat islam tidak kehilangan karakternya sebagai agama yang
dimanis.

Sesungguhnya ijtihad adalah suatu cara untuk mengetahui hokum sesuatu melalui
dalik-dalil agama yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan jalan istimbat. Adapun
mujtahid itu ahli fiqih yang menghabiskan atau mengerahkan seluruh
kesanggupannya untuk memperoeh persangkaan kuat terhadap sesuatu hokum
agama. Oleh karena itu kita harus berterima kasih kepada para mujtahid yang
telah mengorbankan waktu, tenaga serta pikiran untuk menggali hokum tentang
masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam baik yang sudah lama terjadi di
zaman Rasulullah maupun yang mau terjadi. Kita telah mengetahui bersama
bahwa sumber tertinggi dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Hadits. Di dalam
keduanya terdapat hokum-hukum yang relevan dalam kehidupan kita sehari-hari
(bermasyarakat), beragama dan menjalani kehidupan kita sebagai khalifah di
muka bumi ini tanpa disadari, keterkaitan muslimin untuk taat kepada Allah dan
Rasul-Nya dan dengan kekhawatiran akan jatuh dalam kekufuran, menjadikan
setiap muslim berjanji untuk mengikuti Al-Qur’an dan Hadits atau Sunnah. Tapi
ada hal yang tidak dapat ditolak, yakni adanya perubahan persepsi di kalangan
muslim dalam memahami keduanya. Dari dasar sumber yang sama teenyata
muslimin memahami dengan berbeda awal perbedaan ini, nampak jelas ketika
Rasulullah SAW wafat. A-Qur’an dalam artian wahyu atau kalam Ilahi dan
penjelas dalam praktik kehidupan sehari-hari Nabi SAW itu terhenti. Sebagian
muslimin berpandangan bahwa periode dasar hokum yang mutlak. Sebagian
meuslimin yang lain memiliki pandangan dan keyakinan berbeda. Seiring
berjaannya permasalahan tersebut tidak dapat lagi diselesaikan hanya melalui nash
Al-Qur’an dan Hadits secara eksplisit, maka timbu istilah ijtihad.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah daam penyusunan makalah ini berupa :

1. Apa itu pengertian Ijtihad?


2. Apa sajakah jenis-jenis Ijtihad?
3. Objek apa saja yang ada pada Ijtihad?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Ijtihad


2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis Ijtihad
3. Untuk mengetahui objek apa saja yang ada pada Ijtihad
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ijtihad

Kata Ijtihad bersal dari kata “Ijtahada-yajtahidu-ijtihadan” yang berarti


mengerahkan segala kemampuan untuk menanggung beban. Menurut bahasa,
ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan pikiran. Menurut istilah,
ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-
sungguh untuk menetapkan suatu hokum (yaitu sulit), dan dalam prakteknya di
gunakan untuk sesuatu yang sulit dan memayahkan. Oleh karena itu, tidak disebut
ijtihad apabila tidak ada unsur kesulitan di dalam suatu pekerjaan. Secara
terminologis, berijtihad berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk mencari
syariat mealui metode tertentu.

Namun dalam Al-Qur’an kata “jahda” sebagaimana dalam QS. 16:38, 24:53,
35:42. Semuanya mengandung arti “Badzlu Al Wus’I Wa Al-Thohoqi”
(pengarahan segala kesanggupan dan kekuatan) atau juga berarti “Al-Mubalaghah
fil al-Yamin” (berlebih-lebih daam sumpah). Dengan demikian arti ijtihad adalah
pengarahan segala kesanggupan dan kekuatan untuk memperoleh apa yang dituju
sampai batas puncaknya.

Ijtihad dalam bidang putusan hakim (pengadilan) ialah jalan yang diikuti hakim
dalam menetapkan hokum, baik yang berhubungan dengan nash undang-undang
ataupun dengan mengistinbathkan hokum yang wajib diterapkan di waktu taka da
nash.

Kemudian di kalangan para ulama perkataan ini khusus digunakan dalam


pengertian usaha yang sungguh-sungguh dari seorang ahli hukum (al-faqih) dalam
mencari tahu tentang hukum-hukum syariat. Jadi dengan demikian, ijtihad itu
ialah perbuatan-perbuatan istimbath hukum syar’iyyah dari segi dailnya yang
terperinci di dalam syai’at.
Imam Al-Ghozaliy, yang diikuti juga oleh Khudloriy mendefinisikan ijtihad itu
dengan “usaha sungguh-sungguh dari seorang mujtahid dengan sungguh-sungguh
di dalam rangka mengetahui/ menetapkan tentang hukum-hukum syari’ah.
Adapula yang mengatakan, ijtihad itu ialah qiyas, tetapi oeh al-Ghozaliy di dalam
al-mushtashfa (11/4 pendapat itu tidak disetujui menurutnya itu adalah keliru,
sebab ijtihad itu lebih umum daripada qiyas, sebab kadang-kadang ijtihad itu
memandang di dalam keumunan dan lafadz-lafadz yang pelik dan semua jalan
asillah (berdalil) selain daripada qiyas, Imam Syafi’i sendiri menyebutkan bahwa
dalam arti sempit qiyas itu juga adalah ijtihad).

Ijtihad adalah suatu alay untuk menggai hukum Islam, dan hukum Islam yang
dihasilkan dengan jaan ijtihad staturnya adaah zanni. Zann artinya pengertian
yang berat kepada benar, dengan arti kata mengandung kemungkinan salah.

Abdul Wahab Khalaf menerangkan bahwa ijtihad meliputi pengarahan segenap


kesanggupan untuk mendapatkan hukum syara’ yang tidak ada nasnya,
disebabkan dengan (al-ijtihad bi al-ra’yi).

Ijtihad bi al-ya’ri merupakan suatu macam ijtihad dalam arti umum yang
meliputi :

1. Ijtihad untuk mendapatkan hukum yang dikehendaki nash yang dhanni


dalalahnya. Hukum yang diperoleh berupa penafsiran berkualitas terhadap
ungkapan nash Al-Qur’an dan Hadits.
2. Ijtihad untuk mendapatkan hukum syari’ amali (furu’ iyah) dengan cara
menepkan qaidah syari’iyah kulliyah
3. Ijtihad untuk mendapatkan hukum syara’ amali tentang masalah yang tidak
ditunjuki hukumnya oleh suatu nash secara langsung yang disebut dengan
“ijtihad bi al-ra’yi”

2.2 Jenis-jenis Ijtihad

Ada tujuh jenis Ijtihad, yaitu :

1. Ijmak
Ijmak artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan
suatu-suatu hukum-hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam
suatu perkara yang terjadi adalah keputusan bersama yang diakukan oeh para
ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundungkan dan disepakati. Hasil
dari ijmak adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang
berwenang untuk diikuti seluruh umat.

2. Qiyas

Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum


atau suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun
memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya, dan berbagai aspek dengan
perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijmak dan Qiyas
sifatnya darurat, bila memang terdapat hal-hal yang ternyata belum ditetapkan
pada masa sebelumnya. Beberapa definisi Qiyas (analogi) :

 Menyimpulkan hukum dari asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik


persamaan di antara keduanya.
 Membuktikan hukum definitive untuk yang definitive lainnya, melalui suatu
persamaan di antaranya.
 Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelas di dalam (Al-
Qur’an) atau (Hadits) dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab
(iladh).
 Menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum di terangkan oleh
Al-Qur’an dan Hadits.

3. Istihsan

Beberapa definisi Istihsan :

1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang faqih (ahli fikih), hanya karena dia
merasa hal itu adalah benar.
2. Argumentasi dalam pikiran seorang faqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan
olehnya
3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang
banyak.
4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang
ada sebelumnya.

4. Masahah Murshalah

Maslahah murshalah adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada


naskahnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip
menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.

5. Sududz Dzariah

Sududz Dzariah adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai


ada alasan yang bisa mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan bolehkan
seorang perempuan menikah lagi apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya
bekerja di perantauan dan tidak jelas kabarnya? Maka dalam hal ini yang berlaku
adalah keasdaan semula bahwa perempuan tersebut statusnya adalah istri orang
sehingga tidak boleh menikah (lagi) kecuali sudah jelas kematian suaminya atau
jelas perceraian keduanya.

6. Urf

Urf adalah tindakan menentukan masih boehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan
masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-
aturan prinsipa dalam Al-Qur’an dan Hadits.

2.3 Objek Ijtihad

Adapun lapangan yang bisa menjadi objek Ijtihad adalah :


1. Lapangan yang dibawa oleh nash yang dhanni, baik dari segi pengertiannya,
dan nas seperti ini adalah hadits. Ijtihad dalam hal ini ditujukan kepada segi
sanad dan pen-sahinannya, juga dari pertalian pengertiannya dengan hukum
yang sedang dicari.
2. Lapangan yang dibawa oleh nas yang qat’I kedudukannya, tetapi dhanni
pengertiannya, dan nas seperti ini terdapat dalam Qur’an dan Hadits juga :
Obyek ijtihad disini ialah segi pengertiannya saja.
3. Lapangan yang dibawa oleh nas yang dhannu kedudukannya, tetapi qat’I
pengertiannya, dan hal ini hanya terdapat dalam Hadits. Obyek Ijtihad dalam
hal ini ialah segi sanad, sahihnya hadits, dan pertaliannya dengan Rasul. Dalam
ketiga-tiga lapangan hukum tersebut di atas semua, daerah ijtihad terbatas
sekitar nas, di mana seseorang mujtahid tidak bisa melampaui kemungkinan-
kemungkinan pengertian nas.
4. Lapangan yang tidak ada nas-nya atau tidak iijma’kan dan tidak pula diketahui
dari agama dengan pasti. Di sini seseorang yang berijtihad memakai qiyas, atau
istihsan atau ‘urf atau jalan-jalan lain. Di sini daerha ijtihad lebih luas daripada
lapangan-lapangan lain.
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut bahasa, ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan pikiran.


Menurut istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara
bersungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hokum (yaitu sulit), dan dalam
prakteknya di gunakan untuk sesuatu yang sulit dan memayahkan. Oleh karena
itu, tidak disebut ijtihad apabila tidak ada unsur kesulitan di dalam suatu
pekerjaan. Secara terminologis, berijtihad berarti mencurahkan segenap
kemampuan untuk mencari syariat mealui metode tertentu. Dimana terdapat jenis-
jenis Ijtihad ada enam, yaitu Ijmak, Qiyas, Istihsan, Masahah Murshalah, Sududz
Dzariah, dan Urf.

3.2 Saran

inilah yang dapat Saya paparkan dalam makalah ini, yang tentunya pembahasan
tentang Islam pada masa khulafaurrasyidin, pada pembahasan tersebut Saya
selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Saya juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami
khusunya dan pembaca umunya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Ijtihad

https://www.slideshare.net/NurDh2/makalah-ijtihad-214711045

https://www.dosenpendidikan.co.id/ijtihad/#:~:text=Obyek%20Ijtihad%20dalam
%20hal%20ini,melampaui%20kemungkinan%2Dkemungkinan%20pengertian
%20nas.

Anda mungkin juga menyukai