Anda di halaman 1dari 2

BIOSFER 2021 "Covid:19 Everlasting Life Under Omnious Dust Looking At The Other Side Of

The Impact After Pandemic Strikes"

(Undip 26/6) Telah dilaksanakan webinar BIOSFER yang diselenggarakan oleh LPM
NICHE Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro (FSM Undip). BIOSFER tahun
ini mengangkat tema "Covid: 19 Everlasting Life Under Omnious Dust Looking At The Other
Side Of The Impact After Pandemic Strikes". Acara tahunan yang diselenggarakan LPM Niche
ini diselenggarakan melalui platform Zoom Meeting pada pukul 09.00 WIB. Acara ini dipandu
oleh Aqbil Hafidz dan dimoderatori oleh Nabila Syalist Fitri. Pembicara pada acara ini yaitu
Muhammad Hawasy Al Muharrik atau sering disapa Arrik yang merupakan photopreneur &
Freelance Photographer. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa Universitas Diponegoro yang
beberapa merupakan perwakilan Lembaga Pers tiap fakultas.
Setelah pembukaan, MC menyerahkan waktu dan layarnya kepada moderator yang
langsung mempersilakan pembicara memaparkan materinya. Pemateri memaparkan maternya
meliputi 3 bab yaitu Teknik, Estetika dan Industri. Pada bab Teknik ada hal yang perlu
diperhatikan yaitu segitiga exposture. Segitiga exposture ini adalah hal yang mempengaruhi
keseimbangan cahaya foto yaitu aperture, shutter speed dan ISO. Teknik yang pertama yaitu
shutter speed yang merupakan kecepatan menangkap atau membuka foto. Semakin cepat
kecepatan shutter speed yang ditangkap akan ngefreeze karena moment yang ditangkapnya itu
cepat sehingga ngefreeze, sebaliknya jika shutter speednya lambat hasil yang ditangkap akan
blur karena pergerakan gambar tersebut terekam dalam foto. Teknik yang kedua yaitu aperture,
aperture merupakan. "Jika diibaratkan di dalam kamar, aperture ini merupakan korden penutup
jendela. Jadi di dalam kamera itu ada iris lensa, iris lensa ini bisa membuka dan menutup," ujar
Arrik. Efek dari aperture ini menyebabkan fokus pada foto atau sering dikenal bokeh. Teknik
yang ketiga yaitu ISO, ISO ini merupakan kepekan sensor dari kamera itu sendiri. Ketika ISOnya
tinggi maka cahayanya cerah. “Konsekuensi dari ISO ini adalah noise. Ketika ISO yang tinggi,
nanti bakal ada bintik-bintik hitam pada gambar. Makanya, orang-orang lebih suka
mempertahankan ISO 100, ketika darurat banget baru ISOnya dinaik-naikin dikit,” ujar Arrik.
Bab selanjutnya yaitu estetik, estetik ini dalam fotografi yaitu bagaimana menjadikan
suatu fotografi itu cerita atau menjadikan fotografi itu sebuah kesenian. Metode dalam fotografi
untuk memperoleh foto atau angle yang bagus menggunakan kombinasi-kombinasi yang
disingkat EDFAT. Metode ini metode yang sering digunakan dalam fotografi jurnalistik. EDFAT
sendiri merupakan singkatan dari Entire, Detail, Frame, Angle dan Time. Entire ini bagaimana
mengambil keseluruhan objek yang ada dalam suatu moment. “Misal dalam akad nikah, entire
disini mengambil keseluruhan dari akad nikah,” ujar Arrik. Setelah entire, hal selanjutnya yaitu
detail. Detail ini dimisalkan dalam moment akad nikah yaitu seperti saat mempelai memasukkan
cincin dan lain-lain. Selanjutnya yaitu Frame, frame disini memposisikan suatu objek dalam
suau frame baik itu natural maupun buatan. Kemudian Angle, angle ini yaitu meng-capture suatu
moment dengan berbagai angel yang berbeda untuk hasil foto yang variatif. Yang terakhir yaitu
time, time ini meng-capture dengan time yang unik atau dramatis. Selain metode, dalam fotograsi
juga harus memperhatikan komposisi. Beberapa komposisinya yaitu Rule of Third, Walking
Room, Framing, Leading Lines, Symetry, Pattern/repeatation dan Negative Space.
Bab yang terakhir yaitu mengenai industri dalam fotografi. Fotografi digunakan orang
untuk hidup dengan cara menjadikan fotografi untuk seniman, komersial dan jurnalistik.
Fotografer seniman ini biasanya memiliki skill yang sudah mumpuni dan explorasinya lebih
mendalam. Fotografer seniman juga tidak memperhatikan permintaan pasar, hanya untuk sekedar
menjalankan hobinya. Tetapi, jika ada yang mau membeli hasil dari seniman ini dibandrol
dengan harga yang mahal. Biasanya seniman juga menggunakan hasil karyanya untuk pameran-
pameran. Kemudian fotografer komersial, fotografer ini memperhatikan permintaan pasar.
“Sekarang itu orang itu lagi butuh apa sih dari fotografi, mereka melihat peluang-peluang dari
situ,” ujar Arrik. Selanjutnya yaitu fotografer jurnalis yaitu fotografer yang mau bekerja dalam
tugasnya mengabadikan factual, ke-aktualan berita dan kepandaian mereka menangkap moment
untuk karir mereka.
Setelah materi yang disampaikan oleh pembicara selesai, selanjutnya dibuka sesi tanya
jawab. Peserta sangat antusias dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Setelah
pertanyaan demi-pertanyaan selesai dijawab dilanjutkan dengan pengumuman hasil lomba
fotografi. Pemenangnya yaitu Faqih Asysyauqi, Muhammad Zulfikar, dan Nazbudin Zaki.
Rarngkaian demi rangkaian telah selesai kemudian acara ditutup pukul 11.05 WIB setelah
melakukan dokumentasi.

Anda mungkin juga menyukai