Anda di halaman 1dari 4

DASAR KAIDAH FIKIH AL UMURU BIMAQOSIDIHA

Kaidah Fikih adalah rumusan dasar hukum yang disusun dalam kata-kata yang ringkas tapi
memuat cakupan dalil-dalil hukum yang luas untuk menjawab suatu permasalahan hukum.
kaidah berasal dari bahasa Arab yaitu Qa’idah yang berarti asas, dasar atau pondasi. Dalam
bentuk plural disebut Qawa’id yang bermakna asas dan pondasi sesuatu, baik secara zahir
ataupun maknawi.

Secara terminologi kaidah fikih didefinisikan oleh Al-Nadwi dalam dua definisi :

1. Hukum syar’i yang termuat dalam ketentuan hukum yang mayoritas, dapat difahami
darinya hukum-hukum yang berada dalam cakupannya.

2. Dasar-dasar umum fikih yang memuat hukum-hukum syariat secara umum pada berbagai
kajian dalam permasalahan hukum yang mencakup tema-tema di bawahnya.

Kaidah-kaidah fikih dibagi kepada dua kategori, yaitu kaidah pokok (kulliy) dan kaidah
cabang (juz’iy) yang merupakan turunannya. Salah satu kaidah fikih yang populer tentang
niat adalah adalah:

ِ ‫ْاالُ ُموْ ُر بِ َمقَا‬


‫ص ِدهَا‬

“semua urusan tergantung niat dan tujuannya”.

Ibnu Nujaim merumuskan pula sebuah kaidah lain tentang niat :

َ ‫بِالنِّيَّ ِة إِالَّ ثَ َو‬


َ‫اب ال‬

“tidak ada pahala kecuali dengan niat”.

Ia mengatakan bahwa dua kaidah ini masih termasuk dalam pembahasan tentang niat.

Landasan hukum dari kaidah fikih ini juga dapat dirujuk dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

A. Al-Qur’an
1. Al-Bayyinah ayat 5

َ ِ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ ەۙ ُحنَفَ ۤا َء َويُقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َوي ُْؤتُوا ال َّز ٰكوةَ َو ٰذل‬
‫ك ِديْنُ ْالقَيِّ َم ۗ ِة‬ ‫هّٰللا‬
ِ ِ‫َو َمٓا اُ ِمر ُْٓوا اِاَّل لِيَ ْعبُدُوا َ ُم ْخل‬

k‫ ِل‬k‫ ا‬kَ‫ ت‬kِ‫ ق‬k‫ ْل‬kِ‫ ل‬k‫ َد‬k‫ع‬kِ k‫ ا‬kَ‫ ق‬k‫ َم‬k‫ن‬kَ k‫ ي‬kِ‫ ن‬k‫ ِم‬k‫ؤ‬kْ k‫ ُم‬k‫ ْل‬k‫ ا‬k‫ئ‬ َ kِ‫ ل‬k‫ ْه‬kَ‫ أ‬k‫ن‬kْ k‫ ِم‬k‫ت‬
ُ k‫ ِّو‬kَ‫ ب‬kُ‫ ت‬k‫ك‬ kَ k‫و‬kْ k‫ َد‬k‫ َغ‬k‫ ْذ‬kِ‫ إ‬k‫َو‬

kٌ‫م‬k‫ ي‬kِ‫ ل‬k‫ َع‬k‫ ٌع‬k‫ ي‬k‫ ِم‬k‫ َس‬kُ ‫ هَّللا‬k‫و‬kَ kۗ

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya


semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”
Ayat ini mengungkapkan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk beribadah
kepada Nya dengan didasarkan pada niat yang ikhlas semata-mata karena Allah. Ayat
ini termasuk dalil yang menunjukkan atas wajibnya niat dalam ibadah, karena ikhlas
adalah amalul qalbi.

2. Q.S. An-Nisa’ ayat 100

ُ ‫اجرًا اِلَى هّٰللا ِ َو َرس ُْولِ ٖه ثُ َّم يُ ْد ِر ْكهُ ْال َم ْو‬


‫ت فَقَ ْد َوقَ َع اَجْ ر ُٗه‬ ِ َ‫ ۗ َو َم ْن ي َّْخرُجْ ِم ۢ ْن بَ ْيتِ ٖه ُمه‬...
‫َعلَى هّٰللا ۗو َك َ هّٰللا‬
ِ ‫ان ُ َغفُ ْورًا ر‬
ࣖ ‫َّح ْي ًما‬ َ ِ
...Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan
Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju),
maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.
Ayat ini menunjukkan pentingnya niat seseorang, saat ia sudah berniat untuk berhijrah
karena Allah, ternyata ia mati sebelum sempat beramal dengan sempurna, itu tidak
mengurangi pahala dan kedudukannya di sisi Allah SWT.

3. Al-Baqarah ayat 225

‫ت قُلُوْ بُ ُك ْم ۗ َوهّٰللا ُ َغفُوْ ٌر َحلِ ْي ٌم‬


ْ َ‫اَل يُؤَ ا ِخ ُذ ُك ُم هّٰللا ُ بِاللَّ ْغ ِو فِ ْٓي اَ ْي َمانِ ُك ْم َو ٰل ِك ْن يُّ َؤا ِخ ُذ ُك ْم بِ َما َك َسب‬

“Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi
Dia menghukum kamu karena niat yang terkandung dalam hatimu. Allah Maha
Pengampun, Maha Penyantun.”
Ayat ini mengandung pesan bahwa Allah menilai maksud yang terkandung di dalam
hati, meskipun berbeda dengan apa yang diucapkannya.
4. Al-Ahzab ayat 5
‫هّٰللا‬ ْ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح فِ ْي َمٓا اَ ْخطَأْتُ ْم بِ ٖه َو ٰل ِك ْن َّما تَ َع َّمد‬
ِ ‫َت قُلُوْ بُ ُك ْم َۗو َكانَ ُ َغفُوْ رًا ر‬
‫َّح ْي ًما‬ َ ‫ َۗولَي‬....

“...Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya)
apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

Ayat ini menegaskan bahwa Allah hanya memberikan sanksi hukum terhadap
perbuatan hukum yang didasarkan kepada unsur kesengajaan, adapun disebabkan
kesalahan maka Allah memberikan peluang kemaafan.

5. Q.S Ali ‘Imran ayat 121

k‫ ِل‬k‫ ا‬kَ‫ ت‬kِ‫ ق‬k‫ ْل‬kِ‫ ل‬k‫ َد‬k‫ع‬kِ k‫ ا‬kَ‫ ق‬k‫ َم‬k‫ن‬kَ k‫ ي‬kِ‫ ن‬k‫ ِم‬k‫ؤ‬kْ k‫ ُم‬k‫ ْل‬k‫ ا‬k‫ئ‬ َ kِ‫ ل‬k‫ ْه‬kَ‫ أ‬k‫ن‬kْ k‫ ِم‬k‫ت‬
ُ k‫ ِّو‬kَ‫ ب‬kُ‫ ت‬k‫ك‬ kَ k‫و‬kْ k‫ َد‬k‫ َغ‬k‫ ْذ‬kِ‫ إ‬k‫َو‬
kٌ‫م‬k‫ ي‬kِ‫ ل‬k‫ َع‬k‫ ٌع‬k‫ ي‬k‫ ِم‬k‫ َس‬kُ ‫ هَّللا‬k‫ۗ َو‬

“Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu
akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,”

B. Hadits

Selain dijelaskan oleh Al-Qur’an, pentingnya kedudukan niat juga ditegaskan dalam hadis-
hadis nabi, di antaranya :

1. (HR. Bukhari dan Muslim)

ْ ‫ت وإِنَّما لِ ُك ِّل امري ٍء ما ن ََوى فَ َم ْن َكان‬


‫َت ِهجْ َرتُهُ إلى هللاِ و َرسُولِ ِه ف ِهجْ َرتُهُ إلى‬ ِ ‫إنَّ َما األع َمال بالنِّيَّا‬
َ ‫ص ْيبُها أو امرأ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا ف ِهجْ َرتُهُ إلى ما ه‬
‫َاج َر إلي ِه‬ ِ ُ‫َت ِهجْ َرتُهُ لِ ُد ْنيَا ي‬
ْ ‫هللاِ و َرسُوْ لِ ِه و َم ْن َكان‬
“Sesungguhnya setiap perbuatan itu hanya diberikan nilai terkait dengan niatnya,
dan setiap orang hanya akan dibalas sesuai apa yang diniatkannya, jika niat
hijrahnya karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya dinilai karena Allah dan
RasulNya. Namun jika niat hijrahnya karena berorientasi pada dunia, atau sebab
wanita yang ingin dinikahinya, maka ia akan mendapatkan hanya apa yang
diniatkannya.”

Ada tiga keutamaan yang bisa di ambil dalam hadits tentang niat tersebut, di
antaranya :

a. Sesungguhnya tidak ada amalan yang diterima kecuali berdasarkan niat, misalnya
tidak sah melakukan wudhu atau sholat jika tidak di awali dengan niatnya masing-
masing.
b. Sesungguhnya manusia diberi pahala dan siksa menurut niatnya, jika niatnya baik,
maka amalnya baik. Jika niatnya buruk maka amalnya buruk walaupun bentuknya
baik.
c. Segala perbuatan manusia terdiri atas tiga bagian yaitu; keta’atan, kemaksiatan dan
perkara mubah.

2. HR Al-Bukhari no 6491 dan Muslim no 128


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

‫ َوإنْ َه َّم ب َها فَ َع ِملَ َها َكتَبَ َها هللاُ َعش َْر‬،ً‫سنَةً كا ِملَة‬
َ ‫سنَ ٍة فَلَ ْم يَ ْع َم ْل َها َكتَبَها هللاُ تَبَا َر َك وتَ َعالى ِع ْن َدهُ َح‬ َ ‫فَ َمنْ َه َّم‬
َ ‫بح‬
ٍ ‫ف إِلى أَض َع‬
‫اف َكثير ٍة‬ ٍ ‫ض ْع‬ ِ ‫س ْبعمئ ِة‬ َ ‫ت إِلى‬ ٍ ‫سنا‬َ ‫َح‬

“Barangsiapa berniat untuk melakukan kebaikan lalu tidak jadi melakukannya


maka Allah tabaaraka wa ta’ala mencatat disisi-Nya satu kebaikan sempurna, dan
jika ia berniat untuk melakukannya lalu melakukannya maka Allah mencatatnya
sepuluh  kebaikan sampai tujuh puluh kali lipat sampai berlipat-lipat yang
banyak.” (HR Al-Bukhari no 6491 dan Muslim no 128)

3. Hadis dari Ibnu Mas’ud dalam Musnad Ahmad berbunyi


“Berapa banyak golongan yang berperang, sedang Allah yang Maha Tahu tentang
niatnya.”

“Allah akan membangkitkan manusia kelak atas niat-niat mereka”.

Dari dalil-dalil yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadis di atas, dapat dilihat
pentingnya kedudukan niat dalam tindakan dan perbuatan seseorang, Beberapa poin
penting yang dapat dipetik dari dalil-dalil di atas antara lain :

1) Setiap tindakan hukum terkait erat dengan niat atau maksud dan tujuan awalnya.

2) Posisi niat terletak di dalam hati

3) Niat merupakan kunci diterima atau ditolaknya amalan manusia

4) Perbuatan baik harus didasarkan niat ikhlas karena Allah

5) Perbuatan buruk akan diberikan sanksi melihat dari unsur kesengajaannya.

Sumber :

Armaya Azmi.TAQNIN : Jurnal Syariah dan Hukum.Vol. I, No. 2, Juli-Desember 2019.


Penerapan Kaidah Fikih Tentang Niat “Al-Umūru bi Maqāṣidihā” Dalam Kasus Hukum
Tindak Pidana Pembunuhan.Binjai Utara.

Anda mungkin juga menyukai