Salah satu pengaruh Iman kepada Allah, adalah menjauhkan seseorang dari
perbuatan maksiat, kerena ketika di dalam hatinya memiliki benteng dan pondasi
yang kuat (iman) maka tidak ada satupun yang dapat menyingkirkannya, baik itu
dari godaan setan ataupun pengaruh hawa nafsu.
Nabi Saw. bersabda: “Tidak berzina orang yang beriman itu, tidak mencuri orang
yang beriman itu, dan tidak minum-minuman keras bagi orang yang minum
sedang dalam keadaan beriman”.(HR. Bukhari dan Muslim). Selain menjauhkan
diri dari perbuatan maksiat, masih banyak pengaruh-pengaruh lain, diantaranya
adalah :
Menghiasi diri orang yang beriman dengan budi pekerti yang baik, jauh dari
kehidupan dan hal-hal yang tidak berguna. Sebagaimana Allah berfirman “Dan
apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya
berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya?
Demikianlah Kami jadikan orang kafir itu memandang baik apa yang telah
mereka kerjakan.(Al-An’am:122)
https://owntalk.co.id/2020/10/29/pengaruh-keimanan-dalam-kehidupan-
manusia/
2. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri orang bertakwa yang perlu diketahui:
Orang yang bertakwa adalah orang yang mengerti ilmu agama. Maka dari itu,
terdapat sebuah riwayat yang menceritakan tentang setan yang jauh lebih takut
pada orang berilmu yang sedang tidur daripada orang tak berilmu yang sedang
sholat. Maka dari itu, jika ingin meningkatkan ketakwaan, tingkatkanlah ilmu
agama.
« اس أَ ْك َر ُم َق ا َل ِ َعنْ أَ ِبى ه َُر ْي َر َة – رضى هللا عنه – َق ا َل ُس ِئ َل َر ُس و ُل هَّللا ِ – ص لى هللا عليه وس لم – أَىُّ ال َّن
ِ ُوس فُ َن ِبىُّ هَّللا ِ ابْنُ َن ِبىِّ هَّللا ِ اب
ِّْن َن ِبى ِ َقا َل « َفأ َ ْك َر ُم ال َّن. ك
ُ اس ي َ ُْس َعنْ َه َذا َنسْ أَل
َ َقالُوا لَي. » أَ ْك َر ُم ُه ْم عِ ْن َد هَّللا ِ أَ ْت َقا ُه ْم
« َق ا َل. َق الُوا َن َع ْم. » ب َت ْس أَلُونِى ِ ِن ْال َع َر َ ُْس َعنْ َه َذا َن ْس أَل
ِ َق ا َل « َف َعنْ َم َع اد. ك َ َقالُوا لَي. » ِ ِيل هَّللا ِ هَّللا ِ اب
ِ ْن َخل
ِ » َف ِخ َيا ُر ُك ْم فِى ْال َجا ِهلِ َّي ِة ِخ َيا ُر ُك ْم فِى
اإلسْ الَ ِم إِ َذا َفقِهُوا
b. Menegakkan sholat
Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu menjaga sholatnya. Bahkan
meskipun dalam keadaan terseok-seok, ia akan tetap melaksanakan sholatnya.
“Alif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka., dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. Albaqarah 1-4).
c. Menjauhi maksiat
Orang yang bertakwa juga akan selalu menjauhi berbagai bentuk kemaksiatan.
Meskipun godaan setan hanya berupa kalimat ‘cuma sebentar’ atau ‘bisa taubat
lagi’ sekalipun, orang yang bertakwa akan menjauhi kemaksiatan.
Orang yang bertakwa juga selalu mempersiapkan bekal di hari akhir. Ia akan
beribadah sebaik mungkin dan memperbanyak amalan agar bisa memiliki bekal
yang cukup. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al Hasyr ayat 18,
َ ُت ل َِغ ٍد ۖ َوا َّتقُوا هَّللا َ ۚ إِنَّ هَّللا َ َخ ِبي ٌر ِب َما َتعْ َمل
ون ْ ظرْ َن ْفسٌ َما َق َّد َم َ َيا أَ ُّي َها الَّذ
ُ ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َو ْل َت ْن
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
e. Puasa
Puasa adalah salah satu ciri-ciri dari orang bertakwa yang hanya diketahui oleh
Allah SWT karena sesungguhnya amalan puasa adalah amalan tersembunyi.
Sebagaimana Allah berfirman,
f. Menepati janji
Menepati janji adalah ciri orang bertakwa yang mana merupakan kebalikan dari
orang munafik dan kafir. Setiap kali diberikan amanah atau tanggung jawab,
maka ia akan melaksanakan sesuai dengan janjinya. Allah berfirman,
َ َبلَ ٰۚى َم ۡن أَ ۡو َف ٰى ِب َع ۡه ِدهِۦ َوٱ َّت َق ٰى َفإِنَّ ٱهَّلل َ ُيحِبُّ ۡٱل ُم َّتق
ِين
“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan
bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Al-Imran : 76).
g. Rajin sedekah
Ciri lain dari orang yang bertakwa adalah rajin sedekah. Orang yang suka
menghabiskan hartanya di jalan Allah adalah orang yang benar-benar
mengetahui bahwa segalanya hanya milik Allah dan sudah seharusnya
dikembalikan ke jalan Allah. Allah berfirman,
https://umma.id/post/7-ciri-ciri-orang-bertaqwa-dalam-islam-dan-dalilnya-
375264?lang=id
3. Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada
manusia.
• Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia
mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah
termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan
abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski
terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah
membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat :
56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu”
• Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada
Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka
tidak ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah
beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai
Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf :
172
• “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah
Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami
menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
Belajar. Manusia sebagai khalifah harus mau belajar. Obyek belajar nya
adalah ilmu Allah yang berwujud Al Quran dan ciptaanNya.Hal ini tercantum
juga di dalam QS An Naml: 15-16 dan QS Al Mukmin: 54
Mengajarkan Ilmu. Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib
untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu
Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan
Dari ketiga peran tersebut,maka semua yang dilakukan oleh khalifah harus
untuk kebersamaan sesama umat manusia dan hamba Allah serta
pertanggungjawabannya kepada Allah, diri sendiri, dan masyarakat.
http://limubermanfaat.blogspot.com/2011/01/fungsi-dan-peran-manusia.html
4. 7 karakterisitk dasar dari ummatan wasathan atau masyarakat madani. Ke 7
karakteristik ini tersimpulkan dalam konferensi internasional yang diinisiasi
oleh Prof Din Syamsuddin selaku Special Envoy Presiden RI di Istana Bogor
beberapa waktu lalu.
Keadilan itu universal. Tidak ada keadilan ekslusif. Tidak ada keadilan Islam,
keadilan Kristen, Buddha atau Hindu. Adil ya adil. Karenanya keadilan harus
ditegakkan walau terkadang bertentangan dengan kepentingan diri sendiri,
keluarga, dan kelompok sendiri.
Contoh lain, Shalat subuh hukumnya wajib, yakni suatu ketentuan dari agama
yang harus dikerjakan, jika tidak berdosalah ia.
Alasan yang dipakai untuk menetapkan pengertian diatas adalah atas dasar
firman Allah swt:
2. Sunnah:
“Suatu perbuatan jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika
ditinggalkan tidak berdosa“. Atau bisa anda katakan : “Suatu perbuatan
yang diminta oleh syari’ tetapi tidak wajib, dan meninggalkannya tidak
berdosa”
Contoh: Nabi saw bersabda:
“….apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shaum? Beliau bersabda: (shaum)
bulan ramadhan, kecuali engkau mau bertathauwu’ (melakukan yang
sunnah)….” Hadits riwayat Imam Bukhari.
Dari riwayat ini jelas bahwa shaum itu yang wajib hanyalah shaum di bulan
ramadhan sedangkan lainnya bukan. Jika lafadz perintah dalam hadits yang
pertama “shaumlah” itu bukan wajib, maka ada 2 kemungkian hukum yang
bisa diambil:
1. Sunnah
2. Mubah
Shaum adalah suatu amalan yang berkaitan dengan ibadah, maka jika ada
perintah yang berhubungan dengan ibadah tetapi tidak wajib, maka
hukumnya sunnah. Kalau dikerjakan mendapat pahala jika meninggalkannya
tidak berdosa.
Alasan untuk menetapkan hal itu mendapat pahala adalah atas dasar firman
Allah swt:
َ لِلَّذِينَ أَ ْح
-26 :يونس- .ٌس ُنوا ا ْل ُح ْس َنى َو ِز َيادَ ة
Allah swt memberi kabar, bahwasanya siapa saja yang berbuat baik di dunia
dengan keimanan (kepada-Nya) maka (balasan) kebaikan di akhirat untuknya,
sebagai mana firman Allah:
Kita bisa memahami bahwa orang yang melakukan suatu kebaikan selain
mendapatkan balasan atas apa yang telah dia lakukan, terdapat pula
tambahan yang disediakan, dan tambahan ini bisa kita sebut sebagai
“ganjaran”.
3. Haram:
“Suatu ketentuan larangan dari agama yang tidak boleh dikerjakan. Kalau
orang melanggarnya, berdosalah orang itu“.
Alasan untuk pengertian haram ini, diantaranya sama dengan alasan yang
dipakai untuk menetapkan pengertian wajib, yaitu Al-Qur’an S.An-Nur: 63.
4. Makruh:
Arti makruh secara bahasa adalah dibenci.
“Suatu ketentuan larangan yang lebih baik tidak dikerjakan dari pada
dilakukan“. Atau “meninggalkannya lebih baik dari pada melakukannya“.
Kata إِ َّن َما dalam bahasa Arab disebut sebagai “huruf hashr” yaitu huruf yang
dipakai untuk membatas sesuatu. Kata ini diterjemahkan dengan arti: hanya,
tidak lain melainkan. Salah satu hadits Nabi saw yang menggunakan huruf
“innama” ini adalah:
Dengan ini berarti bahwa wudhu hanya diwajibkan ketika akan mengerjakan
shalat. Lafazh إِ َّن َماpada ayat ini ia berfungsi membatasi bahwa makanan yang
diharamkan itu hanya empat yaitu: bangkai, darah, babi dan binatang yang
disembelih bukan karena Allah. Maka kalau larangan makan binatang buas
itu kita hukumkan haram juga, berarti sabda Nabi saw yang melarang makan
binatang buas itu, menentangi Allah, ini tidak mungkin. Berarti binatang buas
itu tidak haram, kalau tidak haram maka hukum itu berhadapan dengan 2
kemungkinan yaitu: mubah atau makruh. Jika dihukumkan mubah tidak
tepat, karena Nabi saw melarang bukan memerintah. Jadi larangan dari Nabi
itu kita ringankan dan larangan yang ringan itu tidak lain melainkan makruh.
Maka kesimpulannya: binatang buas itu makruh.
5. Mubah:
Arti mubah itu adalah dibolehkan atau sering kali juga disebut halal.
“Satu perbuatan yang tidak ada ganjaran atau siksaan bagi orang yang
mengerjakannya atau tidak mengerjakannya” atau “Segala sesuatu yang
diidzinkan oleh Allah untuk mengerjakannya atau meninggalkannya tanpa
dikenakan siksa bagi pelakunya”
Akan tetapi perintah ini dianggap mubah. Jika kita mewajibkan perintah
makan maka anggapan ini tidak tepat, karena urusan makan atau minum ini
adalah hal yang pasti dilakukan oleh seluruh manusia baik masih balita atau
jompo. Sesuatu yang tidak bisa dielak dan menjadi kemestian bagi manusia
tidak perlu memberi hukum wajib, maka perintah Allah dalam ayat diatas
bukanlah wajib, jika bukan wajib maka ada 2 kemungkian hukum yang dapat
kita ambil, yaitu: sunnah atau mubah. Urusan makan atau minum ini adalah
bersifat keduniaan dan tidak dijanjikan ganjarannya jika melakukannya, maka
jika suatu amal yang tidak mendapat ganjaran maka hal itu termasuk dalam
hukum mubah.
https://fospi.wordpress.com/2008/07/22/mengenal-macam-macam-hukum-
di-syariat-islam/
5. Moral berasal dari kata latin mores yang berarti adat kebiasaan.1 Dalam kamus
besar bahasa Indonesia kata moral berarti “akhlak atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup”. 2 Moral adalah suatu ajaran
wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun
tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi
manusia yang baik.
Moralitas: ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk di bawah
tingkat manusia
• Keharusan alamiah dan keharusan moral
• Hukum moral tidak dijalankan “dengan sendirinya”
• Hukum moral merupakan semacam imbauan kepada kemauan manusia
• Hukum moral mengarahkan diri kepada kemauan manusia dengan
menyuruh dia untuk melakukan sesuatu
• Keharusan moral adalah kewajiban
• Moralitas selalu mengandaikan adanya kebebasan
Moral mengacu pada perilaku atau aturan perilaku di lingkungan tempat tinggal,
sementara etika mengacu pada studi tentang perilaku moral atau masalah moral,
sementara masalah etika dibahas secara lebih umum dan teoritis. Contoh
beberapa perilaku yang berhubungan dengan moral ada tiga, pertama nonmoral,
yang menggambarkan masalah-masalah yang berada di luar lingkup keprihatinan
moral. Kedua adalah amoral, yaitu perilaku yang tidak mempunyai kesadaran
moral, acuh tak acuh terhadap moralitas, tidak ada pendidikan moral, serta tidak
mengetahui perbedaan antara benar dan salah. Yang terakhir adalah bermoral
yaitu perilaku yang terpengaruh oleh prinsip moral, mengetahui mana yang
buruk atau salah.
Moralitas bisa dikatakan sebagai salah satu ciri khas manusia berwujud
kesadaran manusia akan tentang baik dan buruk, tentang yang boleh dilakukan
dan dilarang, serta tentang yang harus dilakukan dan tidak pantas dilakukan.
Dalam kehidupan sehari-hari, pembentukan moralitas pada diri seseorang
biasanya dipengaruhi oleh agama, filsafat, kelompok sosial, dan hati nurani.
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB358511441.pdf
https://www.kompasiana.com/satriopinandhito/552fc9246ea834ce398b466f/ke
mbali-mengingat-etika-dan-moral
Demikian jawaban diskusi saya, trimakasih dan mohon koreksian dan revisi dari
Ibu Nur Rahmawati dan teman-teman mahasiswa.
Salam
Alfian Ferdiansyah
(043252759)
Wassalamualaikum