Anda di halaman 1dari 6

Assalamualaikum

Kepada Yth. Ibu Nur Rahmawati

Menurut pendapat saya mengenai diskusi kita minggu 6 ini adalah sebagai berikut:

1. Konsep intergasi antara ilmu pengetahuan, teknologi dan seni adalah

Ipteks adalah singkatan dari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Ilmu adalah
pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi,
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara
ilmiah (International Webster’s Dictionary dalam Modul Acuan Proses Pembelajaran MPK,
2003)

Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali
dalam Al-qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek
pengetahuan (Quraish Shihab, 1996). Setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang
kajian. Oleh sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut sebagai
spesialis. Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.

Jadi ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang


dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal.
Dengan kata lain, sains dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang sudah sistematis
(science is systematic knowledge). Dalam pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga
karakteristik, yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sedangkan dalam pemikiran Islam, sain
tidak boleh bebas nilai, baik nilai lokal maupun nilai universal. Dalam pemikiran Islam ada
dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang
bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenaran
mutlak (absolute). Sedangkan Ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat
perolehan (acquired knowledge), tingkat kebenaran nisbi (relative), oleh karenanya tidak
ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka
kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikan kembali.

Al-qur’an menganggap “anfus” (ego) dan “afak” (dunia) sebagai sumber pengetahuan.


Tuhan menampakka tanda-tanda-Nya dalam pengalaman batin dan juga pengalaman lahir.
Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang dari berbagai sisi
pengalaman ini. Pengalaman batin merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh
potensi jiwa dan inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi dengan nuansa wahyu Ilahi.
Sedangkan Al-qur’an membimbing pengalaman lahir manusia kearah obyek alam dan
sejarah.

Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi karena sesungguhnya hal ini
merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu sendiri. Manusia adalah makhluk
satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan.
Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek.

Pertama, turunnya wahyu pertama ( Al-Alaq : 1-5), ayat yang dimulai dengan perintah untuk
membaca, ini mencerminkan betapa pentingnya aktivitas membaca bagi kehidupan manusia
terutama dalam menangkap hakikat dirinya dan lingkungan alam sekitarnya. Membaca
dalam arti luas adalah kerja jiwa dalam menangkap dan menghayati berbagai fenomena di
dalam dan di sekitar diri hingga terpahami betul makna dan hakikatnya.

Kedua, banyaknya ayat Al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal,


pikiran dan pemahaman (Al-Baqarah 2 : 44, Yaa siin 36 : 68, Al-An’aam 6 : 50). Ini
menandakan bahwa manusia yang tidak memfungsikan kemampuan terbesar pada dirinya
itu adalah manusia yang tidak berharga.

Ketiga, Allah memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi


akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang, bahkan lebih rendah dari itu (al-
A’raf 7 : 179).

Keempat, Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan orang-
orang yang bodoh (Az-Zumar 39 : 9).

Sedangkan teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan praktis dari
ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa
ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia yang berakibat kehancuran alam
semesta. Oleh sebab itu teknologi bersifat netral artinya bahwa teknologi dapat digunakan
untuk kemanfaatan sebesar-besarnya atau juga bisa digunakan untuk kehancuran manusia
itu sendiri. Adapun seni termasuk bagian dari budaya manusia sebagai hasil ungkapan akal
dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia.

Selanjutnya teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan untuk
kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan demikian, mesin atau alat canggih yang
dipergunakan bukanlah teknologi, tetapi merupakan hasil dari teknologi.

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-
ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam
semesta. Pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral, tetapi
dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memliki potensi untuk merusak dan
potensi kekuasaan. Oleh karena itu, penguasaan, pengembangan dan pendayagunaan iptek
harus senantiasa berada dalam jalur nial-nilai keimanan dan kemanusiaan.
2. Sebelum kita membahas ke topik utama, mari kita membahas terlebih dahulu seajarah
penerapan teknolgi dalam islam. Pada abad ke VIII samapi dengan abad ke XIII islam islam
pernah berjaya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologinya. Ini dibuktikan dengan
banyaknya ilmuwan-ilmuwan islam yang terkenal tulisannya pada masa itu, misalnya dalam
bidang astronomi, al-Battn (Albategnius) dapat menghasilkan tabel-tabel astronomi yang
sangat akurat pada sekitar tahun 900 M, selain dalam bidang astronomi, dalam bidang
kedokteranpun ada Abu Bakar Muhammad bin Zakariyya al-Razi atau Rhazes (250-313
H/864-925 M atau 320 H/932 M) , Ibn Sn atau Avicenna (1037 M), Ibn Rushd atau Averroes
(1126-1198 M), Ab al-Qsim al-Zahrw (Abulcasis), dan Ibn uhr atau Avenzoar (1161 M).

Al-w karya al-Rz yang merupakan ahli dalam bidang kedokteran pada masanya, dan masih
banyak ilmuwan-ilmuwan hebat islam lainnya, yang sangat berkompeten dibidang
teknologi. Selain itu juga, pada jaman kejayaan islma, para cendekiawan muslim sangat di
segani dan di hormatkan masyarakatnya, bahkan mereka diberi gelatr muhandis. Muhandis
adalah kata dari bahasa arab, artinya kurang lebih sama lah dengan "Engineer" atau
"Insinyur". Dengan adanya hal tersbeut, membuktikan bahwa perkebangan teknologi bukan
merupakan hal yang baru dalam dunia islam.

Dalam islam sendiri, alquran tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern,
justru islam sangat mendukung kemajuan umatnya untuk melakukan penelitian dan
bereksperimen dalam bidang apapun termasuk dalam bidang teknologi. Bagi islam,
teknologi merupakan bagian dari ayat-ayat allah yang perlu kita gali dan kita cari
kebenarannya, misalnya dalam ayat alquran dibawah ini

Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan Ini dengan sia-si. Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa
neraka. QS. Ali-Imran: 190-191).

Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa semua yang ada dilangit dan bumi yang penuh misteri
ini dapat kita mencari tahu kebenarannya dengan melakukan penelitian-penelitian yang kita
lakukan. Dengan kita sebagai umat islam melakukan penenlitian tersebut diharapkan dapat
membantu kita dalam mencari kemudahan hidup baik didunia maupun diakhirat dalam
bidang apapun termasuk teknologi. Selain banyak memuat tentang pentingnya
pengembangan sains, Alquran juga dapat dijadikan sebagai inspirasi ilmu dan
pengembangan wawasan berpikir sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam
kehidupan. Hanya saja, untuk menemukan hal tersebut, dibutuhkan kemampuan untuk
menggalinya secara lebih mendalam agar potensi alamiah yang diberikan Tuhan dapat
memberikan kemaslahatan sepenuhnya bagi keselarasan alam dan manusia. 

Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk


teknologi canggih seperti radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan barang-barang
mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, kaum muda, atau
anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang
diakibatkannya. Justru di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu.
Sebab adanya pelbagai media informasi dan alat-alat canggih yang dimiliki dunia saat ini
dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah yang menentukan operasionalnya.
Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat.
Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya
untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. Maka dari itu, sains dan teknologi
merupakan madaniyah 'am yaitu benda yang tidak ada sangkut pautnya dengan hadlarah.
Sebagaimana Imam Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nizhamul Islammenyebutkan
bahwa "Sedangkan bentuk-bentuk madaniyah yang menjadi produk kemajuan sains dan
perkembangan teknologi/industri tergolong madaniyah yang bersifat umum, milik seluruh
umat manusia". Madaniyah itu sendiri merupakan merupakan bentu-bentuk fisik berupa
benda-benda yang terindera dan digunakan dalam kehidupan yang meliputi seluruh
aktivitas kehidupan.Maka dengan hal ini jelaslah sudah bahwa produk dari sains dan
teknologi dalam pandangan Islam boleh/mubah. Tetapi ingat bahwasannya ada juga
madaniyah yang bersifat khas seperti patung, salib, bintang david, dll itu merupakan
karya/hasil dari hadlarah selain Islam, maka menggunakannya adalah suatu kemaksiatan
dan hukumnya haram.

Jadi kesiumpulannya bahwa pandangan islam terhadap teknologi saat ini merupakan sebuah
hal yang lumrah, yang sudah ada pada masa-masa dahulu, dan memang islam mengajarkan
kita sebagai umatnya untuk selalu mencari tahu semua kebenaran yang ada didunia ini
sesuai dengan syariat islam yang berlaku. Dan islam tidak pernah menutup diri untuk
menerima modernsiasi dari sebuah perkembangan jaman. Sehingga dengan adanya
perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini merupakan hal yang wajar yang dapat
kita terima sebagai umat islam, selama masih sesuai dengan ajaran-ajaran islam yang
berlaku.

https://web.facebook.com/notes/zulfikri-kamin/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-seni-
dalam-islam/2504817293081481/?_rdc=1&_rdr

3. Berpikir ilmiah adalah


a. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas
secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
(Hillway,1956).
b. Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan,
memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-
prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran. uripsantoso.wordpress.com
c. (Menurut Salam (1997:139)Pengertian berpikir ilmiah)
 Proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/ mendapatkan ilmu.
 Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
 Sarana berpikir ilmiah.
 Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh.
 Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan
kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
d. Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik.
e. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam
mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu
proses metode ilmiah.
f. Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan yang benar.
Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan induksi dan deduksi.(Jujun
S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan,)
g. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih
komplek disertai pembuktian-pembuktian. ( Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah,
2006:118)
h. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/ pengembangan pikiran yang tersusun secara
sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah,yang sudah ada (Eman
Sulaeman)
i. Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan
yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.(wikipedia bahasa
indonesia, ensiklopedia bebas)
j. Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan,
memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-
prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logisterhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran
k. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan
cermat (Jujun S. Suria Sumantri, 1984)
l. Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan
induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE)

Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan


sesuatu. Sedangkan menurut Poespoprodjo berpikir adalah suatu aktifitas yang banyak
seluk-beluknya, berlibat-libat, mencakup berbagai unsur dan langkah-langkah. Sedangkan
Ilmiah yakni “bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat kaidah ilmu
pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah berpikir rasional dan berpikir empiris. Bersifat ilmiah
apabila ia mengandung kebenaran secara objektif, karena didukung oleh informasi yang
telah teruji kebenarannya dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan analisa
yang tajam.

4. Memperkuat paradigm bahwa menuntut ilmu pengetahuan adalah suatu perintah (amar)
wajib (dosa jika tidak dilakukan) sehingga dapat dikatakan suatu kewajiban dan agama
adalah merupakan pedoman bagi kebahagiaan dunia akhirat, sehingga ilmu yang tersimpul
dalam agamatidak semata ilmu yang menjurus kepada urusan ukhrawi, tetapi juga ilmu yang
mengarah kepada duniawi. Dan menuntut ilmu haruslah yang bermanfaat untuk mencapai
kecerdasan dan di balik itu, orang yang memiliki ilmu (ilmuwan) akan berdosa jika ilmunya
tidak diamalkan. Dalam Alquran terdapat 620 kata amal. Dikaitkan pula dengan orang yang
beriman harus didasarkan pada pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dalam karya nyata
yang bermanfaat bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang dibenarkan oleh
ajaran agama (amal saleh).Maka dengan demikian diri kita dan rekan-reka akan tebiasa
untuk Berfikir Ilmiah, yaitu berfikiryang logis dan empiris. ( Logis: masuk akal. Empiris:
Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan)

Demikian jawaban diskusi saya, trimakasih dan mohon koreksian dan revisi dari Ibu Nur
Rahmawati dan teman-teman mahasiswa.

Salam

Alfian Ferdiansyah

(043252759)

Wassalamualaikum

Anda mungkin juga menyukai