Anda di halaman 1dari 2

Nama : Diah Ayu Atmajani

NIM : 12020219130082
Kelas : MONETER ISLAM
RESUME WEBINAR
“PELUNCURAN DAN KAJIAN BUKU “INSTRUMEN MONETER ISLAM” DAN
“PEMBIAYAAN HIJAU ISLAM”
Webinar peluncuran dan kajian buku ini dilaksanakan pada Rabu, 27 Oktober 2021. Webinar ini
merupakan rangkaian festival Indonesia Sharia Economonic yang ke-tujuh tahun 2021 dengan
tema “Refreksi Keuangan Syariah Pada Instrumen Moneter Islam dan Pembiayaan Hijau Islam
untuk Pemulihan Ekonomi Nasional”. Acara ini dihadiri oleh Dr. Solikin M. Juhro selaku kepala
Bank Indonesia, serta Prof. Raditya Sukmana, Prof. Hermanto Siregar dan Dr. Imam Teguh
Saptono selaku pemateri pada webinar ini. Sesi diskusi webinar ini dimoderatori oleh Dr. Sri
Rahayu Hijrah Hati. Sebelum pada acara inti, acara dibuka dengan pembacaan doa yang
dibawakan oleh ustad Zeini Hasibuan kemudian disambut serta dibuka oleh kepala Bank
Indonesia, Dr. Solikin M. Juhro dan penyerahan buku yang dilangsungkan secara virtual.
Pada acara inti, pemateri yang pertama dipresentasikan oleh Prof. Hermanto Siregar yang
merupakan guru besar Ilmu Ekonomi di Intitut Pertanian Bogor (IPB). Prof. Hermanto
menjelaskan tentang peran Keuangan Syariah dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan Potensi
Pembiayaan Hijau Islam. Beliau menjelaskan dampak covid-19 terhadap Global Muslim
Spending yang memberi dampak penurunan sekitar 8% dan terdapat projeksi pertumbuhan ke
level yang lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Hal ini menandakan keuangan syariah
memiliki prospek yang bagus. Beliau juga menjelaskan posisi Indonesia dalam keuangan syariah
berada di urutan yang cukup bagus tergantung dari industri keuangan syariah secara keseluruhan
berada diranking 7 yang mana nilai paling banyak berada di perbankan syariah Pada
pertumbuhan pembiayaan syariah mengalami penurunan setiap tahun tetapi pada penurunan itu
masih positif dan pembiayaan syariah lebih tinggi disbanding dengan pembiayaan konvensional.
Pada model pengembangan ekosistem rantai nilai halal Bank Indonesia memfokuskan penerapan
pada 6 bidang utama yakni, pertanian terintegrasi, industri makanan halal, fashion, pariwisata
ramah mulim dan energi terbarukan. Selanjutnya beliau menjelaskan potensi pembiayaan hijau
Islam. Dalam pembiayaan hijau Islam mengintergrasikan pembiayaan hijau dengan ekonomi Isla
dimana seperti dalam buku yang telah di-launching sasaran pembangunan berkelanjutan
merupakan tujuan yang hendak dicapai melalui pembiayaan hijau. Sasaran ini dapat dikaitkan
dengan dasar nilai-nilai Islam pada ekonomi dan keuangan Islam. Selain itu, maqashid al-sharia
menggunakan 12 prinsip yang merupakan pilar penting untuk mengembangkan dan
mennyempurnakan pembiayaan hijau menjadi pembiayaan hijau Islam. Dalam buku yang telah
dilaunching juga menjelaskan bahwa “Maqashid al sharia as the basic principle require the
maintenance of region, soul, reason, descent and wealth or hifz al-maal” (Gunawan, Firdaus,
Siregar and Siregar, 2021). Pada akhir pemaparan Prof. Hermanto menjelaskan transformasi
yang harus dilakukan agar potensi keuangan Syariah yang besar dapat diwujudkan yaitu
memilikikeunikan model bisni/produk yang berdaya saing tinggi, mengoptimalkan ekosistem
ekonomi dan keuangan syariah, mengintegrasikan fungsi keuangan komersial dan sosial, SDM
berkualitas dan Teknologi Informasi yang mutakhir. Beliau juga menambahkan potensi
pembiayaan hijau Islam akan meningkat sejalan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat,
koperasi, dan Satker Pemeritah Pusat dan Daerah terhadap SDGs, meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap pembiayaan syarah, afirmasi kebijakan seperti money yang merupakan
upaya pengintegrasian, dan meningkatkan kondisi perekonomian.
Pemateri yang kedua dipresentasikan oleh Dr. Imam Teguh Saptono yang merupakan pimpinan
Badan Wakaf Indonesia (BWI). Penjelasan beliau diringkas dalam 4 point penting yaitu
pelajaran yang dapat diambil dari covid-19, kegagalan mainstream ekonomi dunia, Islamic
Green Economy & Instruments, dan What next ? connecting the Dots. Pelajaran yang dapat
diambil dari pandemi covid-19 ini tertuang dalam hadist yang berbunyi, “ Setiap umat memiliki
fitnah (ujian dan cobaan) dan fitnah umatku adalah harta” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban).
Pandemi covid-19 ini berdampak lebih dari setengah miliar penduduk dunia itu masuk ke dalam
kemiskinan. Terjadi ledakan hutang yang besar baik itu karena upayah fiskal untuk menahan
pertumbuhan ekonomi supaya tidak terpuruk dan belanja yang dipaksakan dalam artian tidak ada
pilihan untuk belanja vaksin dan obat-obatan. Disimpulkan hikmah dari adanya pandemi covid-
19 ini seperti doa sang pembelajar yaitu selalu ada hikmah dibali setiap peristiwa. Beliau
menjelaskan menariknya buku yang dilaunching adalah untuk mencoba mencari tahu apa
konteks ke integrasi agama Islam dalam mengatur konteks ekonomi khususnya moneter dan
pembiayaan hijau. Pada penjelasan kegagalan mainstream ekonomi dunia, dijelaskan bahwa
Permasalahan kesejahteraan dan kemajuan ekonomi tidak diikuti dengan keinginan untuk hidup.
Dimana terdapat 795 juta orang yang terancam meninggal karena kelaparan, sementara orang
yang meninggalkan overwight sekitar 2,1 miliar jadi sejatinya dunia ini lebih banyak orang yang
terancam karena kebanyakan makan daripada yang kekurangan makan. Kemudian dalam Islamic
Green Economy & Instruments dijelaskan supply uang yang tidak netral dan tidak bebas nilai
dan nafsu manusia yang unlimited menyebabkan ever eksploitasi SDA, eksploitasi individu dana
eksploitasi SDM.
Pemateri yang ketiga dipresentasikan oleh Prof. Raditya Sukmana yang merupakan guru besar
Ekonomi Islam di Universitas Airlangga. Beliau menjelaskan dalam 5 point refleksi yaitu
perilaku masyarakat dan peranan bank sentral, fungsi financial intermediation, inovasi Sovereign
sukuk dan wakaf uang bank sentral (usulan Islamic Green Financing), wakaf uang untuk
pembiayaan UMKM, dan Islamic perspective on cryptocurrencies. Dalam perilaku masyarakat
dan peranan bank sentral dijelaskan ekonomi Islam menekankan pada pembentuan manusia,
dalam produksi tidak ada arahan pembatasan memproduksi jumlah tertentu, dan untuk konsumsi
terdapat arahan untuk berkonsumsi moderat.

Anda mungkin juga menyukai