Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN RETARDASI MENTAL &

AUSTIME PADA ANAK

Mata Kuliah : Keperawatan Anak II


Dosen : Ns. Julita Legi, S.Kep., M. Kep

Oleh:

Nama: Tesalonika Karundeng


Nim: 1814201291
Kelas: A3 Keperawatan Semester V
8

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2020

Retardasi Mental

1. Pengertian

Retardasi mental (RM) adalah tingkat fungsi intelektual yang

secara signifikan berada di bawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes

intelegensi yang dilaksanakan secara individual (Yustinus, 2006). Istilah

lain dari retardasi mental yang sering digunakan di Indonesia yaitu

tunagrahita. Menurut Apriyanto dalam Utami (2016) tunagrahita

merupakan kata lain dari retardasi mental (mental retardation). Tuna

berarti merugi, grahita berarti pikiran. Retardasi mental (mental

retardation atau mentally retarded) berarti keterbelakangan mental.

Menurut Schwart dalam Arfandi (2012) retardasi mental

merupakan suatu kondisi dimana anak mengalami hambatan pada

perkembangan mental, tingkat intelegensi, bahasa, sosial, dan motorik.

Retardasi mental memiliki keterbatasan pada fungsi intelektual dan

kemampuan adaptasi. Keterbatasan kemampuan adaptasi meliputi

komunikasi, keterampilan sosial, akademik, kesehatan, keamanan, dan

merawat diri.

2. Klasifikasi

Klasifikasi anak retardasi mental menurut Somantri dalam Ferial (2011)

adalah sebagai berikut :


9

a. Retardasi mental ringan

Retardasi mental ringan disebut juga moron atau debil.

Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan

menurut skala Weschler (WISC) memiliki IQ 6955. Mereka masih

dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan

bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental

ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk

dirinya sendiri.

b. Retardasi mental sedang

Anak retardasi mental sedang disebut juga imbisil.

Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada skala binet dan 54-40

menurut skala wescher (WISC). Anak retardasi mental sedang

sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti

belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih

dapat menulis secara sosial, misalnya menulis namanya sendiri,

alamat rumahnya, dan lain-lain.

c. Retardasi mental berat

Kelompok anak retardasi mental berat sering disebut idiot.

Retardasi mental berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut

skala binet dan antara 39-25 menurut skala weschler

(WISC).

Para ahli medis mengkasifikasikan retardasi mental

berdasarkan pada nilai tes intelegensinya, yakni: ringan (mampu

didik), sedang (mampu latih), berat (mampu rawat), dan sangat berat

(mampu rawat) seperti dalam tabel berikut.


10

Tingkat Retardasi Rentang IQ Persentase Retardasi


Mental Usia Mental Mental
Retardasi Mental
Ringan 50-70 9-12 tahun 85%

Retardasi Mental
Sedang 35-49 6-8 tahun 10%

Retardasi Mental
20-34 3-5 tahun 3-4%
Berat
Retardasi Mental Di bawah
Sangat Berat 20 < 3 tahun 1-2%

3. Karakteristik
Anak retardasi mental memiliki karakteristik yang berbeda dari

anak normal lainnya. Mengacu pada fungsi intelektual yang secara jelas

berada di bawah rata-rata atau normal, sehingga menyebabkan

perkembangan kecerdasan dimiliki banyak hambatan, untuk itu

diperlukan layanan khusus guna membantu mengoptimalkan kemampuan

dan potensinya, hal ini terutama yang berkaitan dengan perawatan diri.

Sehingga pada

kehidupannya kelak dapat mandiri dan tidak selalu tergantung pada orang

lain (Apriyanto, 2012).

Menurut Delphie dalam Yusuf (2015) karakteristik

retardasi mental adalah sebagai berikut:

a. Pada umumnya, anak dengan gangguan perkembangan

mempunyai pola perkembangan perilaku yang tidak sesuai

dengan kemampuan potensialnya.

b. Anak dengan gangguan perkembangan mempunyai

kelainan perilaku maladaptif, yang berkaitan dengan sifat agresif

secara verbal atau fisik, perilaku yang suka menyakiti diri


11

sendiri, perilaku suka menghindarkan diri dari orang lain, suka

menyendiri, suka mengucapkan kata atau kalimat yang tidak

masuk akal atau sulit dimengerti maknanya, rasa takut yang tidak

menentu sebab akibatnya, selalu ketakutan, serta sikap suka

bermusuhan.

c. Pribadi anak dengan gangguan perkembangan mempunyai

kecenderungan yang sangat tinggi untuk melakukan

tindakan yang salah.

d. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khusus seperti

terhambatnya perkembangan gerak, tingkat pertumbuhan yang

tidak normal, kecacatan sensori, khususnya pada persepsi

penglihatan dan pendengaran sering tampak pada anak dengan

gangguan perkembangan.

e. Sebagian dari anak dengan gangguan perkembangan

mempunyai kelainan penyerta serebral palsi, kelainan saraf

otot yang disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu pada otak

saat dilahirkan ataupun saat awal kehidupan. Mereka yang

tergolong memiliki serebral palsi mempunyai hambatan pada

intelektual, masalah berkaitan dengan gerak dan postur tubuh,

pernapasan mudah kedinginan, buta warna, kesulitan berbicara

disebabkan adanya kekejangan otot-otot mulut (artikulasi), serta

kesulitan sewaktu mengunyah dan menelan makanan yang keras

seperti

permen karet, popcorn, sering kejang otot (seizure).

f. Secara keseluruhan, anak dengan gangguan perkembangan

(retardasi mental) mempunyai kelemahan pada segi berikut.


12

1) Keterampilan gerak.

2) Fisik yang kurang sehat.

3) Kurangnya perasaan percaya terhadap situasi dan

keadaan sekelilingnya.

4) Keterampilan kasar dan halus motor yang kurang.

g. Dalam aspek keterampilan sosial, anak dengan gangguan

perkembangan umumnya tidak mempunyai kemampuan sosial,

antara lain suka menghindar dari keramaian, ketergantungan

hidup pada keluarga, kurangnya kemampuan mengatasi marah,

rasa takut yang berlebihan, kelainan peran seksual, kurang

mampu berkaitan dengan kegiatan yang melibatkan kemampuan

intelektual, dan mempunyai pola perilaku seksual secara khusus.

h. Anak dengan gangguan perkembangan mempunyai

keterlambatan pada berbagai tingkat dalam pemahaman dan

penggunaan bahasa, serta masalah bahasa dapat memengaruhi

perkembangan kemandirian dan dapat

menetap hingga pada usia dewasa.

i. Pada beberapa anak dengan gangguan perkembangan

mempunyai keadaan lain yang menyertai, seperti autisme,

serebral palsi, gangguan perkembangan lain (nutrisi, sakit dan

penyakit, kecelakaan dan luka), epilepsi, dan disabilitas fisik

dalam berbagai porsi.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Yusuf (2015) gejala anak retardasi mental, antara lain sebagai

berikut.
13

a. Lamban dalam mempelajari hal baru, mempunyai kesulitan

dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang

berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa

latihan yang terus-menerus.

b. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang

baru.

c. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak RM berat.

d. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan

retardasi mental berat mempunyai keterbatasan dalam gerak

fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri, atau

bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-

tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan

mendongakkan kepala.

e. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari

anak retardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri

sendiri, seperti berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan

diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk

mempelajari kemampuan dasar.

f. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak retardasi

mental ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi

anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak melakukan

hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak

retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan

main.

g. Tingkah laku kurang wajar yang terus-menerus. Banyak anak

retardasi mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas.


14

Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya memutar-mutar jari di

depan wajahnya dan melakukan halhal yang membahayakan diri

sendiri, misalnya menggigit diri sendiri, membentur-beturkan

kepala, dan lain-lain


15

5. Patofisologi

Faktor Faktor Faktor Faktor


Genetik Prenatal Perinatal Pascanatal

Kelainan 1. Gizi 1.Proses 1.Akibat infeksi


jumlah 2. Mekanis kelahiran yang 2.Trauma kepala
dan 3. Toksin lama dan tumor otak
bentuk 4. Radiasi 2.Posisi janin 3.Kelainan tulang
kromosom 5. Infeksi yang abnormal tengkorak
6. Stress 3.Kecelakaan 4. Kelainan
7. Imunitas pada waktu lahir metabolik

Kerusakan pada fungsi otak:


Hemisfer kanan : keterlambatan perkembangan
motorik kassar
dan halus
Hemisfer kiri : keterlambatan perkembangan bahasa, sosial
dan kognitif

Penurunan fungsi intelektual secara umum


Gangguan perilaku adaptif sosial

Hubungan
Keluarga Perkembangan
sosial

1. Kecemasan 1.Gangguan 1.Defisit


keluarga komunikasi perawatan diri
2. Kurang verbal 2.Resiko cedera
pengetahuan 2.Isolasi sosial
3. Koping 3.Gangguan
keluarga tidak interaksi sosial
efektif

Gambar 2.1 Patofisiologi Retardasi Mental


Sumber : Muttaqin (2008)
16

6. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
keridakmampuan fisik
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan defisiensi bicara
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler

7. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi
1. Gangguan tumbuh kembang Intervensi : Perawatan
berhubungan dengan efek perkembangan
keridakmampuan fisik d.d Observasi :
tidak mampu melakukan - Identifikasi pencapaian
keterampilan atau perilaku tugas perkembangan.
khas sesuai usia, respon - Identifikasi isyarat
social lambat. peerilaku dan fisiologis
yang ditunjukkan bayi
Terapeutik :
- Pertahankan sentuhan
seminimal mungkin.
- Minimalkan kebisingan
ruangan.
- Pertahankan lingkungan
yang mendukung
perkembangan optimal
- Motivasi anak
berinteraksi dengan anak
17

lain.
- Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri.
2. Gangguan interaksi social - Bernyanyi bersama anak
berhubungan dengan lagu-lagu yang disukai
defisiensi bicara d.d merasa - Pertahankan kenyamanan
sulit menerima atau anak
mengkomunikasikan
perasaan Intervensi : Intervensi :
Modifikasi perilaku keterampilan
social

Observasi :
- Identifikasi penyebab
kurangnya keterampilan
social
- Identifikasi focus
pelatihan keterampilan
social.
Terapeutik :
- Motivasi untuk berlatih
keterampilan social
- Beri umpan balik positif
(mis. Pujian atau
penghargaan) terhadap
kemampuan sosialisasi.
- Libatkan keluarga selama
latihan keterampilan
social, jika perlu.
Edukasi :
- Jelaskan tujuan melatih
keterampilan social
- Jelaskan respons dan
konsekuensi keterampilan
3. Defisit perawatan diri
social.
berhubungan dengan - Anjurkan
mengungkapkan perasaan
gangguan neuromuskuler
akibat masalah yang
d.d tidak mampu melakukan dialami.
- Anjurkan mengevaluasi
kegiatan secara mandiri
pencapaian setiap
interaksi.
18

- Edukasi keluarga untuk


dukungan keterampilan
social.
- Latih keterampilan social
secara bertahap.

Intervensi : Dukungan perawatan


diri
Observasi :
- Identifikasi kebiasaan
aktivitas perawatan diri
sesuai usia
- Monitor tingkat
kemandirian
- Identifikasi kebutuhan
alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan
makan.
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang
terapuetik.
- Siapkan kepeerluan
pribadi.
- Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
- Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri.
Edukasi :
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
19

Autisme

A. Pengertian
Autisme adalah gangguan yang parah pada komunikasi yang
berkepanjangan dan tampak pada usia tiga tahun pertama,ketidakmampuan
berkomunkasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autisme
menyendiri dan tidak respon dengan orang lain (Sarwindah,2002).menurut
Rutter (1970) adalah gangguan yang melibatkan kegagalan untuk
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam
pembicaraan,perkembangan bahasa,fenomena ritualistik dan
konvulsiv.autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan
kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain
(Sacharin,R,M.1996:305).Autisme infantile adalah gangguan kulitatif pada
komunikasi verbal dan non verbal,aktivitas imajinatif dan interaksi social
timbale balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan (Behrman.1999:120).

B. Tanda Dan Gejala


20

Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama
mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi,bertingkalaku dan tingkat
perkembanganya yakni yang terdapat pada penderita autism dengan
membedakan usia anak.Tanda dan gejala dapat dilihat sejak bayi dan harus
diwaspadai:
1. Usia o-6 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
b. Terlalu sensitive,cepat terganggu/terusik
c. Tidak ditemukan senyum social diatas 10 minggu
d. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
e. Perkembangan motorik kasar/halus sering tampak normal
2. Usia 6-12 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang
b. Terlalu sensitive
c. Sulit di gendong
d. Tidak ditemukan senyum sosial
e. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
3. Usia 1-2 tahun:
a. Kaku bila di gendong
b. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba,da...da)
c. Tidak mengeluarkan kata
d. Tidak tertarik pada boneka
e. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan halus
4. Usia 2-3 tahun:
a. Tidak bias bicara
b. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya)
c. Hiperaktif
d. Kontak mata kurang
5. Usia 3-5 tahun:
a. Sering didapatkan ekolalia (membeo)
b. Mengeluarkan suara yang aneh(nada tinggi ataupun datar)
c. Marah bila rutinitasyang seharus berubah
21

d. Menyakiti diri sendiri (membentur kepala)

C. Etiologi
Menurut Dewo (2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat
disebabkan karena beberapa hal antara lain:

1. Genetis ,abnormalitas genetic dapat menyebabkan abnormalitas


pertumbuhan sel-sel saraf dan sel otak
2. Keracunan logam seperti mercury yang banyak terdapat dalam vaksin
imunisasi atau pada makanan yang dikomsumsi yang sedang ibu hamil
,misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang tinggi.sehingga para
peneliti membuktikan bahwa didalam tubuh anak atisme terkandung timah
hitam dan mercury dalam kadar yang relative tinggi.
3. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam
pertumbuhan otak tidak diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur
dalam lambung dan juga nutrisi tidak terpenuhi karena factor ekonomi.
4. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan
tubuhnya sendiri.imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri
penyakit,sedangkan autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan oleh
tubuh penderita itu sendiri yang justru kebal terhadap zat-zat penting
dalam tubuh dan menghancurkannya.

D. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk
mengalirkan implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik
(dendrite).Sel saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks).akson di bungkus selaput bernama myelin terletak di bagian otak
berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.pada
trimester ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan
22

akson,dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun.
Setelah anak lahir,terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di pengaruhi secara
genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor
dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan
akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan.Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan
pertamabhan akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak yang tak
digunakan menunjukan kematian sel,berkurangnya akson,dendrite dan
sinaps.Kelaina genetis,keracuna logam berat,dan nutrisi yang tidak
adekuatdapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Neutrologis
2. Test neupsikologis
3. Test pendengaran
4. MRI(Magnetic resonance imaging)
5. EEG(elektro encepalogram)
6. Pemeriksaan darah
7. Pemeriksaan urine.

F. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah
serotonin 5-Hydroxytryptamine(5HT) yaitu neurotransmitter atau
penghantar singnal ke sel-sel saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis
mempunyai kadar serotonin dalam darah. Kadar norepinefrin,dopamin,dan
serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan saling
23

berhubungan.Akan tetapi,tidak demikian pada penyandang autis.Terapi


psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan autis
tetapi efektif mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan
diri,stereotipik,menyakiti diri sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur.
Risperidone bias digunakan sebagai antagonis reseptor dopamine D2 dan
seroton 5-HT untuk mengurangi agresifitas,hiperaktivitas,dan tingkalaku
yang menyakiti diri sendiri.

B. Penatalksanaan Keperawatan:
a. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga
membantu anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya
sringkali tidak memahami mereka.mereka merasa sulit
mengekspresikan kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif
terhadap suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering
mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya
dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan interaksi social b/d ketiadaan orang terdekat
2. Gangguan komunikasi verbal b/d hambatan psikologis
3. Gangguan identitas diri b/d gangguan neurologis

H. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan interaksi social b/d ketiadaan orang terdekat


Intervensi utama : Modifikasi perilaku ketrampilan social
24

Observasi
 Identifikasi penyebab kurangnya ketrampilan social
 Identifikasi focus pelatihan ketrampilan social
Terapeutik
 Motivasi untuk berlatih ketrampilan social
 Beri umpan balik positif (mis. Pujian atau penghargaan) terhadap
kemampuan sosialisasi
 Libatkan keluarga selama Latihan ketrampilan social
Edukasi
 Jelaskan tujuan melatih ketrampilan social
 Jelaskan respon dan konsekuensi ketrampilan social
 Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami
 Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
 Edukasi keluarga untuk dukungan ketrampilan social
 Latih ketrampilan social secara bertahap

2. Gangguan komunikasi verbal b/d hambatan psikologis


Intervensi utama : Promosi komunikasi
Observasi
 Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dan diksi bicara
 Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan
dengan bicara
 Monitor frustasi, marah, depresi atau hal lain yang mengganggu
bicara
 Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk
komunikasi
Terapeutik
 Gunakan metode komunikasi alternatif (mis. Menulis, mata
berkedip, papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat
tangan dan computer)
 Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan
 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
25

 Ulangi apa yang disampaikan pasien


Edukasi
 Anjurkan berbicara perlahan
 Ajarkan pasien dengan keluarga proses kognitif, anatomis dan
fisiologis yang berhubungan dengan kemampuan berbicara.
Kolaborasi

3. Gangguan identitas diri b/d gangguan neurologis


Intervensi utama : Orientasi realita
Observasi
 Monitor perubahan orientasi
 Monitor oerubahan kognitif dan perilaku
Terapeutik
 Perkenalkan nama saat memulai interaksi
 Orientasikan orang tempat dan waktu
 Hadirkan realita (mis. Beri penjelasan alternatif, hindari perdebatan)
 Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
 Atur stimulus sensorik dan lingkungan (mis. Kunjungan,
pemandangan, suara, pencahayaan, bau dan sentuhan)
 Gunakan symbol dalam mengorientasikan lingkungan (mis. Tanda,
gambar, warna)
 Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
 Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup
 Fasilitasi akses informasi
Edukasi
 Anjurkan perawatan diri secara mandiri
 Anjurkan penggunaan alat bantu (mis. Kaca mata, alat bantu dengar,
gigi palsu)
 Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi realita
26

Anda mungkin juga menyukai