Askep Retardasi Mental&Autisme
Askep Retardasi Mental&Autisme
Oleh:
Retardasi Mental
1. Pengertian
merawat diri.
2. Klasifikasi
dirinya sendiri.
(WISC).
didik), sedang (mampu latih), berat (mampu rawat), dan sangat berat
Retardasi Mental
Sedang 35-49 6-8 tahun 10%
Retardasi Mental
20-34 3-5 tahun 3-4%
Berat
Retardasi Mental Di bawah
Sangat Berat 20 < 3 tahun 1-2%
3. Karakteristik
Anak retardasi mental memiliki karakteristik yang berbeda dari
anak normal lainnya. Mengacu pada fungsi intelektual yang secara jelas
dan potensinya, hal ini terutama yang berkaitan dengan perawatan diri.
Sehingga pada
kehidupannya kelak dapat mandiri dan tidak selalu tergantung pada orang
masuk akal atau sulit dimengerti maknanya, rasa takut yang tidak
bermusuhan.
gangguan perkembangan.
seperti
1) Keterampilan gerak.
keadaan sekelilingnya.
berikut.
13
berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa
baru.
fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri, atau
mendongakkan kepala.
main.
5. Patofisologi
Hubungan
Keluarga Perkembangan
sosial
6. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
keridakmampuan fisik
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan defisiensi bicara
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
7. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi
1. Gangguan tumbuh kembang Intervensi : Perawatan
berhubungan dengan efek perkembangan
keridakmampuan fisik d.d Observasi :
tidak mampu melakukan - Identifikasi pencapaian
keterampilan atau perilaku tugas perkembangan.
khas sesuai usia, respon - Identifikasi isyarat
social lambat. peerilaku dan fisiologis
yang ditunjukkan bayi
Terapeutik :
- Pertahankan sentuhan
seminimal mungkin.
- Minimalkan kebisingan
ruangan.
- Pertahankan lingkungan
yang mendukung
perkembangan optimal
- Motivasi anak
berinteraksi dengan anak
17
lain.
- Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri.
2. Gangguan interaksi social - Bernyanyi bersama anak
berhubungan dengan lagu-lagu yang disukai
defisiensi bicara d.d merasa - Pertahankan kenyamanan
sulit menerima atau anak
mengkomunikasikan
perasaan Intervensi : Intervensi :
Modifikasi perilaku keterampilan
social
Observasi :
- Identifikasi penyebab
kurangnya keterampilan
social
- Identifikasi focus
pelatihan keterampilan
social.
Terapeutik :
- Motivasi untuk berlatih
keterampilan social
- Beri umpan balik positif
(mis. Pujian atau
penghargaan) terhadap
kemampuan sosialisasi.
- Libatkan keluarga selama
latihan keterampilan
social, jika perlu.
Edukasi :
- Jelaskan tujuan melatih
keterampilan social
- Jelaskan respons dan
konsekuensi keterampilan
3. Defisit perawatan diri
social.
berhubungan dengan - Anjurkan
mengungkapkan perasaan
gangguan neuromuskuler
akibat masalah yang
d.d tidak mampu melakukan dialami.
- Anjurkan mengevaluasi
kegiatan secara mandiri
pencapaian setiap
interaksi.
18
Autisme
A. Pengertian
Autisme adalah gangguan yang parah pada komunikasi yang
berkepanjangan dan tampak pada usia tiga tahun pertama,ketidakmampuan
berkomunkasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autisme
menyendiri dan tidak respon dengan orang lain (Sarwindah,2002).menurut
Rutter (1970) adalah gangguan yang melibatkan kegagalan untuk
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam
pembicaraan,perkembangan bahasa,fenomena ritualistik dan
konvulsiv.autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan
kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain
(Sacharin,R,M.1996:305).Autisme infantile adalah gangguan kulitatif pada
komunikasi verbal dan non verbal,aktivitas imajinatif dan interaksi social
timbale balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan (Behrman.1999:120).
Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama
mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi,bertingkalaku dan tingkat
perkembanganya yakni yang terdapat pada penderita autism dengan
membedakan usia anak.Tanda dan gejala dapat dilihat sejak bayi dan harus
diwaspadai:
1. Usia o-6 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
b. Terlalu sensitive,cepat terganggu/terusik
c. Tidak ditemukan senyum social diatas 10 minggu
d. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
e. Perkembangan motorik kasar/halus sering tampak normal
2. Usia 6-12 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang
b. Terlalu sensitive
c. Sulit di gendong
d. Tidak ditemukan senyum sosial
e. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
3. Usia 1-2 tahun:
a. Kaku bila di gendong
b. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba,da...da)
c. Tidak mengeluarkan kata
d. Tidak tertarik pada boneka
e. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan halus
4. Usia 2-3 tahun:
a. Tidak bias bicara
b. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya)
c. Hiperaktif
d. Kontak mata kurang
5. Usia 3-5 tahun:
a. Sering didapatkan ekolalia (membeo)
b. Mengeluarkan suara yang aneh(nada tinggi ataupun datar)
c. Marah bila rutinitasyang seharus berubah
21
C. Etiologi
Menurut Dewo (2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat
disebabkan karena beberapa hal antara lain:
D. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk
mengalirkan implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik
(dendrite).Sel saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks).akson di bungkus selaput bernama myelin terletak di bagian otak
berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.pada
trimester ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan
22
akson,dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun.
Setelah anak lahir,terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di pengaruhi secara
genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor
dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan
akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan.Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan
pertamabhan akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak yang tak
digunakan menunjukan kematian sel,berkurangnya akson,dendrite dan
sinaps.Kelaina genetis,keracuna logam berat,dan nutrisi yang tidak
adekuatdapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Neutrologis
2. Test neupsikologis
3. Test pendengaran
4. MRI(Magnetic resonance imaging)
5. EEG(elektro encepalogram)
6. Pemeriksaan darah
7. Pemeriksaan urine.
F. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah
serotonin 5-Hydroxytryptamine(5HT) yaitu neurotransmitter atau
penghantar singnal ke sel-sel saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis
mempunyai kadar serotonin dalam darah. Kadar norepinefrin,dopamin,dan
serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan saling
23
B. Penatalksanaan Keperawatan:
a. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga
membantu anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya
sringkali tidak memahami mereka.mereka merasa sulit
mengekspresikan kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif
terhadap suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering
mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya
dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan interaksi social b/d ketiadaan orang terdekat
2. Gangguan komunikasi verbal b/d hambatan psikologis
3. Gangguan identitas diri b/d gangguan neurologis
H. Intervensi Keperawatan
Observasi
Identifikasi penyebab kurangnya ketrampilan social
Identifikasi focus pelatihan ketrampilan social
Terapeutik
Motivasi untuk berlatih ketrampilan social
Beri umpan balik positif (mis. Pujian atau penghargaan) terhadap
kemampuan sosialisasi
Libatkan keluarga selama Latihan ketrampilan social
Edukasi
Jelaskan tujuan melatih ketrampilan social
Jelaskan respon dan konsekuensi ketrampilan social
Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami
Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
Edukasi keluarga untuk dukungan ketrampilan social
Latih ketrampilan social secara bertahap