Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PRIBADI

CARA PENILAIAN KEKUATAN OTOT DAN TINGKAT KESADARAN

Mata Kuliah : Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

Dosen : Ns. Ni Wayan , S.Kep., M.kep

Oleh:

Nama: TESALONIKA KARUNDENG

NIM: 1814201291

Kelas: A3 Keperawatan Semester V

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

INDONESIA MANADO
Teknik pemeriksaan sistem motorik termasuk penilaian sikap badan / postur, bentuk dan
ukuran otot, gerakan abnormal yang tidak terkendali, tonus otot, gerakan ekstremitas, dan
kekuatan otot. Pemeriksaan ini dilakukan dalam posisi berdiri, duduk, maupun berbaring.

Persiapan Pasien
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan sistem motorik adalah :

1. Melakukan anamnesis secara detail sebelum memulai prosedur pemeriksaan sistem


motorik karena berhubungan dengan lokasi tempat pemeriksaan
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah
dimengerti pasien
3. Memastikan keadaan ruangan pemeriksaan tertutup, sehingga dapat menjamin
kerahasiaan pasien, serta memiliki penerangan yang baik dan mintalah pendampingan
oleh perawat, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang
tidak benar, ditinjau dari pihak pemeriksa, maupun pasien
4. Memberikan instruksi kepada pasien untuk mengatur posisi sesuai pemeriksaan yang
akan dilakukan dapat berdiri, duduk, atau berbaring apabila pasien tidak mampu
duduk atau berdiri [9]
Peralatan
Pada pemeriksaan sistem motorik tidak dibutuhkan dan diperlukan peralatan dasar. [9]

Posisi Pasien
Untuk melakukan pemeriksaan sistem motorik pasien dapat diposisikan berdiri maupun
duduk, tergantung dari jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Namun apabila pasien tidak
dapat berdiri atau duduk, maka pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara berbaring dan
pemeriksa berada di sebelah sisi pasien. [9]

Prosedural
Pemeriksaan sistem motorik pada pasien melibatkan berbagai macam pemeriksaan. Pada
pemeriksaan sistem motorik, setiap bagian badan yang dapat bergerak dapat dilakukan
pemeriksaan inspeksi, palpasi, gerakan pasif dan gerakan aktif, serta kekuatan otot. [10]

Inspeksi

Pemeriksaan inspeksi dilakukan dengan memperhatikan sikap badan (postur), bentuk dan
ukuran otot, dan gerakan abnormal yang tidak terkendali. Berikut prosedur pemeriksaan
inspeksi yang dapat dilakukan :

1. Inspeksi sikap badan dan gait: mengamati sikap badan pasien secara keseluruhan dan
sikap setiap anggota tubuh pasien. Pemeriksa mengamati sikap pasien saat berdiri,
duduk, berbaring, bergerak, dan saat berjalan
2. Inspeksi bentuk dan ukuran otot: membandingkan dengan sisi yang sehat, baik dalam
keadaan otot beristirahat, maupun keadaan berkontraksi. Pengamatan harus dilakukan
secara sistematis dimulai dari daerah kepala dan wajah, hingga ekstremitas bawah.
Perhatikan adanya perubahan bentuk otot (atrofi, hipotrofi, atau hipertrofi). Pada
kasus kelumpuhan sejak kanak-kanak, ukuran anggota gerak atas atau bawah yang
mengalami kelumpuhan akan terlihat lebih pendek dibandingkan dengan anggota
gerak yang sehat
3. Inspeksi gerakan abnormal tidak terkendali: dapat berupa tremor (fisiologis, halus,
kasar), khorea, atetosis, balismus, tik, fasikulasi, mioklonik, dan spasme.
Palpasi

Sebelum melakukan pemeriksaan palpasi, mintalah pasien untuk tenang dan mengistirahatkan
otot-ototnya, agar tidak terjadi kesalahan penilaian sewaktu pemeriksaan dilakukan.
Pemeriksaan palpasi otot-otot ekstremitas bagian atas termasuk otot triseps, biseps, dan otot-
otot lengan bawah. Sedangkan pemeriksaan palpasi otot-otot ekstremitas bawah termasuk
otot-otot paha dan betis. Penilaian dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Membandingkan otot yang sakit dengan otot yang sama pada sisi tubuh lain yang
sehat
2. Melakukan pemeriksaan terlebih dahulu pada otot yang sehat
3. Palpasi dengan pemijatan otot untuk menilai tonus otot (normal, hipotoni, atau
hipertoni)
4. Menanyakan pasien apakah terasa nyeri saat dilakukan palpasi
Pemeriksaan Gerakan

Pemeriksaan gerakan dilakukan untuk menilai luas gerak persendian dan dibagi menjadi
pemeriksaan gerakan pasif dan gerakan aktif. Pada pemeriksaan motorik, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan secara pasif terlebih dahulu kemudian dilanjutkan pemeriksaan secara
aktif.

Pemeriksaan Gerakan Pasif :

Pasien diminta untuk tenang dan mengistirahatkan ekstremitas yang akan diperiksa.
Pemeriksa kemudian menggerakkan ekstremitas pasien (tungkai atau lengan) pada persendian
hingga ekstremitas dalam keadaan fleksi kemudian diekstensikan kembali, dengan gerakan
yang dibuat bervariasi, yaitu pada awalnya cepat, kemudian lambat, cepat kembali, lebih
lambat, seterusnya bergantian dan berulang-ulang. Pemeriksaan dilakukan pada ekstremitas
yang sehat terlebih dahulu, lalu pada ekstremitas sisi yang sakit. Sambil mengerjakan
ekstremitas lakukan penilaian ada tidaknya tahanan (kekakuan), baik berupa spastisitas,
maupun rigiditas. Pada keadaan normal, jika pasien benar mengistirahatkan persendian, tidak
ditemukan adanya tahanan.

Pemeriksaan Gerakan Aktif :


Memeriksa range of motion (ROM) pada ekstremitas atas dan bawah dengan cara mengatur
posisi pasien, dapat duduk atau berbaring bagi pasien yang tidak mampu duduk.
Pemeriksaan range of motion (ROM) juga bermanfaat untuk meningkatkan fleksibilitas
pasien dengan gangguan gait. Berikut pemeriksaan gerakan aktif antara lain :
1. Pada pemeriksaan ekstremitas atas,  dilakukan gerakan rotasi lengan pada persendian
bahu, dan meminta pasien menggerakkan bahunya ke atas, bawah, depan, dan
belakang. Apabila pasien tidak dapat menggerakkan lengannya, cukup menggerakkan
sendi-sendi kecil pada jari tangan, atau menggeser lengannya dan bandingkan antara
sisi sehat dan sakit
2. Pada pemeriksaan ekstremitas bawah, dimulai pada tungkai yang sehat terlebih
dahulu kemudian sisi yang sakit. Meminta pasien untuk menggerakkan tungkainya
pada persendian paha setinggi mungkin ke arah belakang, samping kanan dan kiri.
Apabila pasien tidak dapat mengangkat tungkai, dapat menggerakkan sendi-sendi
kecil pada jari kaki, atau menggeser tungkainya. Bandingkan gerakan yang sakit
dengan yang sehat, dan lakukan penilaian gerakan.

Pemeriksaan Kekuatan Otot-otot

Pemeriksaan kekuatan otot digunakan untuk menilai disfungsi dari kekuatan


otot pasien. Derajat kekuatan otot dinyatakan dalam skala pengukuran
menggunakan angka, dimulai dari angka nol hingga lima. Semakin kecil angka
maka semakin lemah kekuatan otot, sebaliknya semakin besar angka maka
semakin besar kekuatan otot. Berikut interpretasi dari pengukuran derajat
kekuatan otot :

 Derajat 0: tidak terdapat kontraksi otot sama sekali, atau lumpuh total
 Derajat 1: terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak dapat menggerakan
persendian
 Derajat 2: pasien mampu menggerakkan ekstremitas, namun gerakan ini
tidak mampu melawan gaya berat, misalnya pasien mampu menggeser
lengan namun tidak dapat mengangkatnya
 Derajat 3: kekuatan otot sangat lemah, akan tetapi anggota tubuh dapat
digerakkan melawan gaya gravitasi
 Derajat 4: kekuatan otot lemah, tetapi anggota tubuh dapat digerakkan
melawan gaya gravitasi, dan dapat pula menahan sedikit tahanan yang
diberikan
 Derajat 5: tidak didapatkan kelumpuhan, atau kondisi normal

Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas :


Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam berbagai posisi pemeriksaan, antara lain duduk,
berdiri, atau berbaring. Pemeriksa menahan gerakan otot untuk menilai kekuatan otot.
Pemeriksaan dilakukan pada sisi yang sehat terlebih dahulu kemudian dibandingkan dengan
sisi yang sakit. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas atas adalah :

 Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi otot lengan bawah

 Pemeriksaan kekuatan adduksi dan abduksi otot lengan

 Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

 Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi sendi metakarpal

 Pemeriksaan kekuatan abduksi dan adduksi jari tangan

 Pemeriksaan kekuatan menggenggam

Pemeriksaan Kekuatan Otot-Otot Ekstremitas Bawah :

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu, bandingkan dengan kekuatan otot
pada sisi yang sehat. Lakukan penilaian kekuatan otot dengan cara menahan gerakan otot,
lalu merujuk pada derajat kekuatan otot. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas bawah
adalah :

 Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi otot paha

 Pemeriksaan kekuatan adduksi dan abduksi otot tungkai

 Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi persendian lutut

 Pemeriksaan kekuatan dorsofleksi dan plantarfleksi otot-otot kaki


Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk
menentukan/menilai tingkat kesadaran pasien, mulai dari sadar sepenuhnya
sampai keadaan koma.

DERAJAT KESADARAN
1. Compos Mentis. (GCS 14-15) kesadaran normal
2. Apatis (GCS 12-13) sikapnya acuh tak acuh
3. Somnolen (GCS 10-11) mudah tertidur(mudah dibangunkan)
4. Delirium (GCS 9-7) gelisah, disorientasi, memberontak, berteriak-teriak
5. Stupor (Soporos Coma) (GCS 4-6) tertidur lelap, ada respon terhadap
nyeri
6. Koma (GCS 3) tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon

Cara menghitung GCS :


Ada 3 respon dalam penilaian :
1. Eyes (Mata), E 4
2. Verbal (Suara), V 5
3. Motor (Motorik), M 6

Singkatan E_V_M
1. Eye (Mata), E 4

 Nilai (4) spontan


 Nilai (3) suara
 Nilai (2) nyeri
 Nilai (1) tidak ada
respon

2. Verbal (Suara), V 5
 Nilai (5) terorientasi
 Nilai (4) disorientasi
 Nilai (3) kata-kata tidak
jelas
 Nilai (2) mengerang
 Nilai (1) tidak ada
respon

3. Motor (Motorik), M 6
 Nilai (6) mengikuti perintah
 Nilai (5) menjangkau atau menepis terhadap
(nyeri)
 Nilai (4) menghindari atau menarik terhadap
(nyeri)
 Nilai (3) dekortikasi (abnormal flexion) terhadap
(nyeri)
 Nilai (2) deserbasi (abnormal extension)
terhadap (nyeri)
 Nilai (1) tidak ada respons

Contoh kasus:
Seorang pasien perempuan umur 27 tahun dengan hematoma ditemporal dextra
akibat dipukuli suami, dirawat di UGD dengan kondisi kesadaran menurun,
korban membuka mata dengan cubitan di kelopak mata, dan mampu menepis
cubitan tersebut dengan tangan kanannya dan saat diajak bicara hanya erangan
kesakitan yang keluar dari mulut korban. Berapakah skor GCS pada pasien
tersebut?
Pembahasan soal:

 Nilai (4) spontan


E  Nilai (3) suara
 Nilai (2) nyeri
 Nilai (1) tidak ada respon

V  Nilai (5) terorientasi


 Nilai (4) disorientasi
 Nilai (3) kata-kata tidak jelas
 Nilai (2) mengerang
 Nilai (1) tidak ada respon

M  Nilai (6) mengikuti perintah


 Nilai (5) menjangkau atau menepis (nyeri)
 Nilai (4) menghindari atau menarik (nyeri)
 Nilai (3) (abnormal flexion) (nyeri)
 Nilai (2) (abnormal extension) (nyeri)
 Nilai (1) tidak ada respons
Membuka mata dengan cubitan dikelopak mata 2
Hanya suara erangan kesakitan 2
Menepis cubitan dengan tangan kanan 5
Jawaban:
GCS 9

Anda mungkin juga menyukai