Tugasmandiripaliatif (Tesakarundeng)
Tugasmandiripaliatif (Tesakarundeng)
Oleh:
NIM: 1814201291
INDONESIA MANADO
Teknik pemeriksaan sistem motorik termasuk penilaian sikap badan / postur, bentuk dan
ukuran otot, gerakan abnormal yang tidak terkendali, tonus otot, gerakan ekstremitas, dan
kekuatan otot. Pemeriksaan ini dilakukan dalam posisi berdiri, duduk, maupun berbaring.
Persiapan Pasien
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan sistem motorik adalah :
Posisi Pasien
Untuk melakukan pemeriksaan sistem motorik pasien dapat diposisikan berdiri maupun
duduk, tergantung dari jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Namun apabila pasien tidak
dapat berdiri atau duduk, maka pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara berbaring dan
pemeriksa berada di sebelah sisi pasien. [9]
Prosedural
Pemeriksaan sistem motorik pada pasien melibatkan berbagai macam pemeriksaan. Pada
pemeriksaan sistem motorik, setiap bagian badan yang dapat bergerak dapat dilakukan
pemeriksaan inspeksi, palpasi, gerakan pasif dan gerakan aktif, serta kekuatan otot. [10]
Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dilakukan dengan memperhatikan sikap badan (postur), bentuk dan
ukuran otot, dan gerakan abnormal yang tidak terkendali. Berikut prosedur pemeriksaan
inspeksi yang dapat dilakukan :
1. Inspeksi sikap badan dan gait: mengamati sikap badan pasien secara keseluruhan dan
sikap setiap anggota tubuh pasien. Pemeriksa mengamati sikap pasien saat berdiri,
duduk, berbaring, bergerak, dan saat berjalan
2. Inspeksi bentuk dan ukuran otot: membandingkan dengan sisi yang sehat, baik dalam
keadaan otot beristirahat, maupun keadaan berkontraksi. Pengamatan harus dilakukan
secara sistematis dimulai dari daerah kepala dan wajah, hingga ekstremitas bawah.
Perhatikan adanya perubahan bentuk otot (atrofi, hipotrofi, atau hipertrofi). Pada
kasus kelumpuhan sejak kanak-kanak, ukuran anggota gerak atas atau bawah yang
mengalami kelumpuhan akan terlihat lebih pendek dibandingkan dengan anggota
gerak yang sehat
3. Inspeksi gerakan abnormal tidak terkendali: dapat berupa tremor (fisiologis, halus,
kasar), khorea, atetosis, balismus, tik, fasikulasi, mioklonik, dan spasme.
Palpasi
Sebelum melakukan pemeriksaan palpasi, mintalah pasien untuk tenang dan mengistirahatkan
otot-ototnya, agar tidak terjadi kesalahan penilaian sewaktu pemeriksaan dilakukan.
Pemeriksaan palpasi otot-otot ekstremitas bagian atas termasuk otot triseps, biseps, dan otot-
otot lengan bawah. Sedangkan pemeriksaan palpasi otot-otot ekstremitas bawah termasuk
otot-otot paha dan betis. Penilaian dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Membandingkan otot yang sakit dengan otot yang sama pada sisi tubuh lain yang
sehat
2. Melakukan pemeriksaan terlebih dahulu pada otot yang sehat
3. Palpasi dengan pemijatan otot untuk menilai tonus otot (normal, hipotoni, atau
hipertoni)
4. Menanyakan pasien apakah terasa nyeri saat dilakukan palpasi
Pemeriksaan Gerakan
Pemeriksaan gerakan dilakukan untuk menilai luas gerak persendian dan dibagi menjadi
pemeriksaan gerakan pasif dan gerakan aktif. Pada pemeriksaan motorik, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan secara pasif terlebih dahulu kemudian dilanjutkan pemeriksaan secara
aktif.
Pasien diminta untuk tenang dan mengistirahatkan ekstremitas yang akan diperiksa.
Pemeriksa kemudian menggerakkan ekstremitas pasien (tungkai atau lengan) pada persendian
hingga ekstremitas dalam keadaan fleksi kemudian diekstensikan kembali, dengan gerakan
yang dibuat bervariasi, yaitu pada awalnya cepat, kemudian lambat, cepat kembali, lebih
lambat, seterusnya bergantian dan berulang-ulang. Pemeriksaan dilakukan pada ekstremitas
yang sehat terlebih dahulu, lalu pada ekstremitas sisi yang sakit. Sambil mengerjakan
ekstremitas lakukan penilaian ada tidaknya tahanan (kekakuan), baik berupa spastisitas,
maupun rigiditas. Pada keadaan normal, jika pasien benar mengistirahatkan persendian, tidak
ditemukan adanya tahanan.
Derajat 0: tidak terdapat kontraksi otot sama sekali, atau lumpuh total
Derajat 1: terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak dapat menggerakan
persendian
Derajat 2: pasien mampu menggerakkan ekstremitas, namun gerakan ini
tidak mampu melawan gaya berat, misalnya pasien mampu menggeser
lengan namun tidak dapat mengangkatnya
Derajat 3: kekuatan otot sangat lemah, akan tetapi anggota tubuh dapat
digerakkan melawan gaya gravitasi
Derajat 4: kekuatan otot lemah, tetapi anggota tubuh dapat digerakkan
melawan gaya gravitasi, dan dapat pula menahan sedikit tahanan yang
diberikan
Derajat 5: tidak didapatkan kelumpuhan, atau kondisi normal
Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu, bandingkan dengan kekuatan otot
pada sisi yang sehat. Lakukan penilaian kekuatan otot dengan cara menahan gerakan otot,
lalu merujuk pada derajat kekuatan otot. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas bawah
adalah :
DERAJAT KESADARAN
1. Compos Mentis. (GCS 14-15) kesadaran normal
2. Apatis (GCS 12-13) sikapnya acuh tak acuh
3. Somnolen (GCS 10-11) mudah tertidur(mudah dibangunkan)
4. Delirium (GCS 9-7) gelisah, disorientasi, memberontak, berteriak-teriak
5. Stupor (Soporos Coma) (GCS 4-6) tertidur lelap, ada respon terhadap
nyeri
6. Koma (GCS 3) tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
Singkatan E_V_M
1. Eye (Mata), E 4
2. Verbal (Suara), V 5
Nilai (5) terorientasi
Nilai (4) disorientasi
Nilai (3) kata-kata tidak
jelas
Nilai (2) mengerang
Nilai (1) tidak ada
respon
3. Motor (Motorik), M 6
Nilai (6) mengikuti perintah
Nilai (5) menjangkau atau menepis terhadap
(nyeri)
Nilai (4) menghindari atau menarik terhadap
(nyeri)
Nilai (3) dekortikasi (abnormal flexion) terhadap
(nyeri)
Nilai (2) deserbasi (abnormal extension)
terhadap (nyeri)
Nilai (1) tidak ada respons
Contoh kasus:
Seorang pasien perempuan umur 27 tahun dengan hematoma ditemporal dextra
akibat dipukuli suami, dirawat di UGD dengan kondisi kesadaran menurun,
korban membuka mata dengan cubitan di kelopak mata, dan mampu menepis
cubitan tersebut dengan tangan kanannya dan saat diajak bicara hanya erangan
kesakitan yang keluar dari mulut korban. Berapakah skor GCS pada pasien
tersebut?
Pembahasan soal: