Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Proyek

1. Pengertian Manajemen Proyek

Manajemen proyek sebenarnya dua kata yang mempunyai pengertian berbeda.


Definisi manajemen sendiri cukup banyak, namun pada dasarnya manajemen
adalah suatu proses merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan sumber
daya (tenaga kerja, peralatan, material dan biaya) dan kegiatan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan efektif dan efisien. Sedangkan proyek adalah suatu sistem
yang dinamis dan memiliki tahapan perkembangan, dimana pada setiap tahapan
terdapat kegiatan yang dominan dengan tujuan khusus. Jadi, Manajemen Proyek
adalah proses merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan sumber daya
dalam kegiatan penyelenggaraan proyek dengan batasan-batasan yang telah
ditentukan (mutu, biaya, dan waktu serta keselamatan dan kesehatan kerja) secara
efisien dan efektif (Asnudin, 2007)

2. Siklus Manajemen Proyek

Siklus manajemen proyek terdiri dari beberapa fase yang menyerupai fungsi
manajemen klasik. Fase tersebut meliputi pelingkupan, perencanaan, perkiraan,
penjadwalan, pengorganisasian, pengarahan, pengontrolan, penutupan
(Trihendradi, 2008).

Penjelasan untuk setiap fase diatas adalah sebagai berikut: a) Fase


Pelingkupan adalah fase penentuan batas sebuah proyek. Proses negosiasi lingkup
proyek mendominasi fase ini. Hasil proses negosiasi lingkup proyek dituangkan
dalam sebuah pernyataan kerja, b) Fase Perencanaan adalah fase
mengidentifikasikan tugas-tugas yang terlibat dalam proyek. Merinci tugas
menjadi tingkatan-tingkatan tugas (subtugas). Hasil identifikasi tugas adalah work
breakdown structure atau struktur rincian tugas, c) Fase Perkiraan adalah fase

5
perkiraan waktu masing-masing tugas, d) Fase Penjadwalan adalah fase
menetukan ketergantungan antar tugas yang membangun tugas secara
keseluruhan, e) Fase Pengorganisasian adalah fase penempatan sumber daya pada
masing-masing tugas dan menyeimbangkannya (leveling) sumber daya, f) Fase
Pengarahan dilakukan pada saat implementasi proyek perlu pengarahan tim akan
rencana yang telah disepakati sehingga proyek dapat diselesaikan secara optimal,
g) Fase Pengontrolan adalah fase memonitor dan mengontrol kemajuan proyek,
menyampaikan laporan perkembangan proyek dan perubahan proyek, h) Fase
Penutupan adalah fase menilai hasil akhir proyek dan masukan atau pengalaman
yang didapat yang berguna bagi proyek-proyek selanjutnya.

Perencanaan yang baik hanya dapat tercapai jika ada interaksi dan partisipasi
dari setiap personil yang telibat dalam perencanaan tersebut, dan interaksi yang
baik dapat terjalin jika ada komunikasi yang baik antra satu personil dengan yang
lain.

B. Bangunan Gedung

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas atau dalam
tanah/ dan/ atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya maupun khusus (UU No. 28, 2002).
Pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yang
diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan
pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik merupakan
pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan
bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan
gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi).

6
1. Jenis Struktur Bangunan
Struktur bangunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a) Bangunan non-
struktural adalah bangunan yang didirikan dimana kekuatan strukturnya tidak
dihitung, namun ditentukan hanya berdasarkan pada pengalaman dan kebiasaan
saja. Pada umumnya bangunan non-struktural pasangan batanya hanya diperkuat
dengan kolom dan balik praktis. Ketika terjadi gempa, jenis bangunan ini terbukti
paling banyak mengalami kerusakan. b) Bangunan struktural adalah bangunan
yang didirikan dimana kekuatannya dihitung oleh para ahli.

2. Jenis Komponen Bangunan


Jenis komponen yang terdapat pada bangunan dapat dibagi menjadi:
a) Komponen arsitektur antara lain: jendela, pintu beserta rangkanya, railing
tangga, penutup langit-langit (plafond), pelapis dinding (keramik, marmer,
playwood, dll), pekerjaan kunci dan gantungan, b) Komponen non-struktural
antara lain: komponen penutup atap, listplank, komponen dinding partisi,
komponen plafond, komponen jendela, pintu, kunci dan gantungan, c) Komponen
mekanikal dan elektrikal antara lain: instalasi listrik (electrical work), instalasi
pengkondisian udara (air condition work), pekerjaan sanitasi dan air limbah
(plambing work), instalasi trasnportasi dalam bangunan (lift tangga), dan instalasi
penangkal petir

C. Tinjauan Umum Rumah Sakit


1. Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Gawat Darurat adalah keadaan klinis
pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
(UU No. 44, 2009).
Penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan: a) Mempermudah akses masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; b) Memberikan perlindungan terhadap

7
keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya
manusia di rumah sakit; c) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar
pelayanan rumah sakit; d) Memberikan kepastian hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
2. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. Klasifikasi berdasarkan kepemilikan, terdiri dari:


Rumah sakit pemerintah, terdiri dari: (1) Rumah sakit yang langsung
dikelola oleh Departemen Kesehatan; (2) Rumah sakit pemerintah daerah; (3)
Rumah sakit militer; (4) Rumah sakit Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
(5) Rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat (swasta).

b. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan, terdiri dari 2 jenis: (1) Rumah sakit
umum, memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai
penyakit; (2) Rumah sakit khusus, memberi pelayanan diagnosa dan
pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah
maupun non bedah, contoh: rumah sakit kanker maupun rumah sakit jantung.
c. Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri dari 2 jenis: (1) Rumah
sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan
untuk berbagai profesi; (2) Rumah sakit nonpendidikan, yaitu rumah sakit
yang tidak memiliki program pelatihan profesi dan tidak ada afiliasi rumah
sakit dengan universitas.
d. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah, dibagi menjadi: (1) Rumah
Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas; (2)
Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11
spesialistik dan subspesialistik terbatas; (3) Rumah Sakit Umum kelas C
adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik dasar; (4) Rumah Sakit Umum kelas D adalah

8
rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik dasar.

D. Penjadwalan Proyek

Penjadwalan merupakan pengalokasian waktu yang tersedia untuk


melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu
proyek hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-
keterbatasan yang ada (Husen, 2009).
Penjadwalan menentukan kapan aktivitas itu dimulai, ditunda dan
diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya bisa disesuaikan
waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan. Untuk menyelenggarakan
proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilan adalah
tenaga kerja (Mertha Jaya dkk, 2007). Dalam sebuah proyek konstruksi,
penjadwalan memainkan peranan yang signifikan dalam menentukan keberhasilan
proyek secara keseluruhan. Dengan penjadwalan yang baik, aktivitas-aktivitas
dalam sebuah proyek akan berjalan dengan lancar, misalnya mobilisasi dan
demobilisasi tenaga kerja dan peralatan dapat terlaksana dalam kerangka waktu
yang tepat untuk menghindari terjadinya penundaan dan pemborosan. Sebagai
hasil akhir akan diperoleh sebuah kombinasi yang optimal antara waktu
pelaksanaan, biaya yang dikeluarkan, dan kualitas yang dihasilkan.

1. Alasan Penyusunan Jadwal

Penyusunan jadwal merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu


proyek konstruksi. Dibawah ini akan diuraikan empat alasan melakukan
penjadwalan proyek . a) Mengkomunikasikan perencanaan, merupakan salah satu
komponen yang paling penting dalam suatu proyek konstruksi, karena komunikasi
yang baik sangat dibutuhkan sebagai sarana koordinasi. Tanpa adanya koordinasi
yang baik antar masing-masing pihak yang terlibat, suatu proyek konstruksi tidak
akan berjalan dengan baik. Adanya jadwal proyek, kontraktor dapat
berkomunikasi dengan sub-kontraktor, dan manajer proyek dapat berkomunikasi
dengan manajer lapangan. Pada dasarnya jadwal proyek menerjemahkan kegiatan

9
pelaksanaan proyek yang telah direncanakan oleh perencana, menjelaskan urutan
kerja, dan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek; b) Mencapai
target produktivitas, adalah suatu sasaran yang ingin dicapai oleh keseluruhan tim
kerja dari proyek yang tujuannnya adalah menyelesaikan keseluruhan proyek tepat
waktu dan biayanya tidak melebihi anggaran yang tersedia; c) Memonitor dan
mengukur kemajuan yang telah dicapai harus ada suatu batasan. Jadwal proyek
dapat digunakan sebagai batasan dan sebagai acuan penentuan status proyek, yaitu
proyek terlalu lambat, tepat waktu atau terlalu cepat; d) Mengantisipasi
Perubahan, jadwal proyek mempunyai sifat dinamis, karena dalam
pelaksanaannnya sering terjadi penyimpangan atau perubahan, sehingga suatu
proyek sulit untuk dapat berjalan sesuai jadwal. Selalu ada kejadian-kejadian dan
hal-hal yang tidak diharapkan terjadi dalam setiap tahapan konstruksi, yang pada
akhirnya akan berakibat gagalnya kontraktor menjalankan proyek sesuai dengan
rencana penjadwalan semula. Jadwal proyek merupakan sarana untuk
mengidentifikasi hal-hal diluar rencana, untuk kemudian dapat diambil langkah-
langkah untuk merivisi pelaksanaan proyek agar tetap berjalan sesuai dengan
rencana / jadwal semula.

2. Tahapan Penjadwalan Proyek


Kriteria yang terpenting dalam penyusunan jadwal proyek adalah menyusun
suatu jadwal yang realistis, artinya berdasarkan pada data-data dan informasi yang
akurat, antara lain sumber daya yang tersedia berdasarkan kondisi lapangan, dan
pengalaman yang lalu, sehingga jadwal yang direncanakan sedapat mungkin dapat
dilaksanakan sesuai rencana. a) Tahap Identifikasi Aktivitas Proyek, Hal ini
merupakan langkah pertama dalam menyusun jadwal.Langkah ini memerlukan
informasi yang lengkap tentang rencana, spesifikasi dan perjanjian kontrak. Hasil
yang diperoleh dari langkah ini adalah didapatnya identifikasi jenis-jenis aktvitas
yang ada dan yang harus dilaksanakan agar proyek dapat diselesaikan. Seorang
manajer proyek yang berpengalaman, akan memiliki kepekaan dalam mengatur
dan membagi pekerjaan yang besar menjadi unit-unit pekerjaan yang lebih kecil
atau spesifik; b) Tahap Estimasi Durasi Aktivitas, Jika identifikasi jenis aktivitas
sudah ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah mengestimasi durasi yang

10
dibutuhkan untuk menyelesaikan masing-masing aktivitas. Beberapa kriteria
dalam menentukan durasi aktivitas, antara lain adalah ketersediaan sumber daya
(bahan, peralatan, dan tenaga kerja), produktivitas sumber daya, kondisi lapangan
proyek. c) Tahap Penyusunan Urutan Aktivitas, Penyusunan urutan pekerjaan
proyek adalah merencanakan proses pelaksanaan yang menunjukan urutan
aktivitas yang perlu dilakukan terlebih dahulu (predecessor) sebelum suatu
aktivitas lain dapat mulai dikerjakan, dan menentukan aktivitas berikutnya
(successor) yang dikerjakan setelah aktivitas pendahulu selesai. Ketergantungan
ini sangatlah mutlak diperlukan untuk menyusun jadwal, artinya semakin teliti
mengetahui ketergantungan dari aktivitas maka suatu jadwal akan semakin
sempurna; d) Tahap Penyusunan Jadwal Proyek, Penyusunan jadwal proyek harus
mencantumkan tanggal kapan aktivitas dimulai dan selesai, serta urutan aktivitas
yang telah direncanakan. Jadwal yang didapat nantinya akan digunakan sebagai
acuan untuk mengontrol dan memonitor pengerjaan aktivitas-aktivitas proyek; e)
Tahap Analisa dan Peninjauan Ulang Jadwal, Jadwal yang telah disusun perlu
ditinjau dan dianalisa ulang untuk mengetahui apakah jadwal tersebut telah
lengkap dan dapat dikerjakan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab. Apabila
dalam peninjauan ulang dan analisa ini didapati kesalahan-kesalahan, maka hasil
estimasi durasi dan rencana urutan proyek harus ditinjau ulang; f) Tahap
Pelaksaaan dan Penerapan Jadwal, Langkah selanjutnya adalah menerapkan
jadwal yang telah dianalisa tersebut pada proyek. Pengawasan termasuk
pengaturan pekerjaan yang harus dilakukan tiap hari, dan pengontrolan yang
meliputi peninjauan jadwal yang dilakukan secara berkala tiap satu periode waktu
tertentu (rutinitas).

3. Produktivitas dalam Penjadwalan


Secara umum produktivitas adalah perbandingan antara hasil kegiatan
(output) dan masukan (input). Dalam konstruksi, pengertian produktivitas
tersebut biasanya dihubungkan dengan produktivitas pekerja dan dapat dijabarkan
sebagai perbandingan antara hasil kerja dan jam kerja. Produktivitas didefinisikan
sebagai ratio antara output dengan input, atau ratio antara hasil produksi dengan
total sumberdaya yang digunakan. Dalam proyek konstruksi ratio produktivitas

11
adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi, dapat dipisahkan menjadi
biaya tenaga kerja, material, dan alat. Produktivitas mempunyai peranan penting
pada setiap tahap penyusunan jadwal dari suatu proyek konstruksi, mulai dari
tahap estimasi durasi aktivitas sampai tahap pelaksanaan dan penerapan jadwal
(Wulfram I, 2008).
Kurang diperhatikannya produktifitas pekerja pada suatu proyek
konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi. Ada berbagai macam faktor
yang dapat mempengaruhi produktivitas dalam proyek konstruksi, dimana salah
satunya adalah faktor tenaga kerja yang berkaitan langsung dalam pembangunan
konstruksi di lapangan. Produktivitas pekerja merupakan salah satu unsur utama
dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu proyek konstruksi, tetapi
seringkali penggunaan tenaga kerja tidak efektif, seperti menganggur, mengobrol,
makan, minum dan merokok di luar jam istirahat. Untuk itu, manajemen harus
dapat mengetahui cara-cara untuk mengukur produktivitas pekerja sebelum
melakukan upaya peningkatan produktifitas. Sesuai dengan laporan I Dewan
Produktivitas Nasional Republik Indonesia 1983, peningkatan produktivitas dapat
dilihat dalam tiga bentuk, yaitu : (a) jumlah produksi meningkat dengan
menggunakan sumberdaya yang sama; (b) jumlah produksi yang sama atau
meningkat dicapai dengan menggunakan sumberdaya yang kurang, dan jumlah
produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumberdaya yang
relatif atau lebih kecil.
4. Metode Penjadwalan
Dalam penyusunan jadwal pelaksanaan ada beragam bentuk metode yang
dikembangkan, Secara garis besar metode penjadwalan proyek dapat dibagi
menjadi 5, yaitu: (a) Bar Chart (diagram batang); (b) Program Evaluation and
Review Technique (PERT); (c) Critical Path Method (CPM); (d) Presedent
Diagram Method (PDM); ( e) Penjadwalan dengan sistem komputasi (Nugroho,
2011).

12
a. Bar Chart / Bagan Balok

Teknik perencanaan yang paling tua yang ada hubungannya dengan jadwal
waktu kegiatan ialah teknik yang menggunakan bagan balok (bar chart). Bagan
balok disebut juga bagan Gantt (Gantt Cart) sesuai dengan penemunya, Hendry
Gantt. Selama bertahun-tahun bagan ini digunakan secara luas sebagai alat bantu
perencanaan yang sangat berharga. Bagan balok mudah dibuat dan mudah
dipahami, dan dapat ditetapkan pada berbagai fungsi (Nugroho, 2011).
Bagan balok disusun dengan maksud untuk mengidentifikasikan unsur waktu
dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, dan pada saat pelaporan.Kegiatan
yang dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada skala waktu. Bagan balok
dapat disiapkan dengan manual atau dengan komputer, tersusun pada koordinat X
dan Y, disumbu tegak lurus (Y) dicatat pekerjaan atau elemen atau paket kerja
dari hasil penguraian lingkup proyek, dan dilukis sebagai balok. Sedangkan
disumbu horizontal (X), tertulis satuan waktu (hari, minggu, bulan). Dengan
demikian dapat dibaca waktu yag digunakan untuk menyelesaikan suatu jenis
kegiatan.
Dalam pembuatannya, pertama harus diketahui diketahui jenis-jenis kegiatan
yang ada pada suatu pekerjaan, kemudian ditentukan urutan-urutannya. Setelah itu
menentukan lamanya waktu pelaksanaan setiap jenis kegiatan tersebut. Untuk
menentukan lamanya waktu penyelesaian jenis kegiatan, harus diketahui volume
pekerjaan yang ada, kemudian ditentukan metode dan analisa kerja apa yang akan
dipakai.
Pada penggunaan yang lebih luas saat ini, bagan balok digabungkan dengan
metode grafik S (kurva S), yang menggambarkan kumulatif progress pada setiap
waktu dalam pelaksanaan pekerjaan. Kurva ini dibuat berdasarkan rencana atau
pelaksanaan (actual) progress pekerjaan setiap kegiatan. Untuk menyusunnya,
diperlukan informasi mengenai aktifitas-aktifitas yang akan dikerjakan dan bobot
prosentase harga suatu kegiatan terhadap harga total proyek. Kurva S diperlukan
untuk menggambarkan progress pada momen tertentu. Rencana progress yang
dibuat dalam kurva ini merupakan referensi/kesepakatan dari semua pihak atau

13
progress yang perlu dihasilkan oleh pelaksana pekerjaan pada setiap momen
tertentu.
Bila kurva S dari rencana progres dan pelaksanaan dibandingkan, maka dapat
diketahui secara visual besarnya dan kecenderungan dari penyimpangan yang
terjadi, apakah pelaksanaan lebih cepat atau lebih lambat dari rencana yang telah
disepakati.

b. Jaringan Kerja (Network Planning)


Untuk penjadwalan dengan menggunakan metode jaringan kerja (network),
beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti (1) penetapan waktu yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan,(2) penyusunan jaringan kerja,(3) cara penomoran,
(4) perhitungan waktu mulai dan selesai untuk setiap aktivitas. (Asnudin, 2007)

Inti dari pada teknik jaringan kerja ialah diagram panah atau disebut “jaringan
kerja” (network) itu sendiri. Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja
dipandang sebagai suatu langkah penyempurnaan metode yang dianggap mampu
menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan
unsur proyek, dan pada giliran selanjutnya dapat dipakai untuk memperkirakan
waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. Diagram ini agak berbeda dengan
bagan balok dan sudah banyak menggantikan bagan tersebut. Penggambaran
diagram panah tidaklah mengikuti skala linier tertentu. Diagram panah
digambarkan dengan teliti untuk menunjukan saling ketergantungan setiap
kegiatan dengan kegiatan lain didalam proyek.
Dalam penyusunan Network Planning suatu proyek, pertama-tama kita
inventarisasi kegiatan-kegiatan (activities) yang terdapat didalam proyek tersebut
serta logika ketergantungannya satu sama lain. Dengan mengetahui dua hal
tersebut dan dengan menggunakan simbol-simbol, simbol dari kegiatan dan
symbol dari kejadian atau peristiwa (event), maka rencana mendetail yang
merupakan sebuah Network (jaringan dari kegiatan dan kejadian) sudah dapat
digambarkan. Dalam taraf ini, maka faktor waktu dan sumber-sumber belum
dipertimbangkan, yang ditinjau baru kegiatan-kegiatan, kejadian-kejadian dan
hubungannya satu sama lain.

14
Bentuk logika ketergantungan, dalam jaringan tadi merupakan dasar
penyusunan “Network Planning” selanjutnya. Seseudah itu semua, maka taraf
kedua adalah peninjauan unsur waktu, dibuat perkiraan berdasarkan pengalaman,
teori dan perhitungan mengenai jangka waktu penyelesaian tiap-tiap kegiatan
kemudian dihitung kapan waktu terjadinya tiap-tiap kejadian dari permulaan
sampai berakhirnya proyek tersebut. Metode Network Planning diterdiri atas 3
metode yaitu : a) Program Evaluation and Review Technique / PERT; b) Critical
Path Method / CPM; c) Presedent Diagram Method PDM. Penjelasan singkat
masing-masing metode (Nugroho, 2011) adalah sebagai berikut:
a) Metode PERT dikembangkan oleh Navy Spesial Project Office pada tahun
1957. Metode ini bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi penundaan,
termasuk gangguan atau konflik suatu jadwal. PERT pada prinsipnya adalah
hubungan ketergantungan antara bagian-bagian kegiatan yang digambarkan
dalam bentuk diagram network. Dengan demikian dapat diketahui bagian-
bagian kegiatan mana yang harus didahulukan dan kegiatan mana yang
menunggu selesainya pekerjaan. Kelemahan metode ini terletak pada cara
pembacaan. Tidak semua level manajemen dapat membaca dan mengetahui
kegiatan mana yang memerlukan perhatian penuh agar proyek dapat berjalan
sesuai dengan rencana.
b) Pada tahun 1958, perusahaan bahan-bahan kimia Du Pon Company
menemukan metode Critical Path Method (CPM) untuk memecahkan
kesulitan-kesulitan dalam proses fabrikasi. Pada dasarnya metode ini mirip
dengan metode PERT. Perbedaan mendasarnya terletak dalam penentuan
perkiraan waktu. CPM dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan setiap kegiatan dan dapat menentukan prioritas kegiatan yang
harus mendapat pengawasan cermat agar semua kegiatan selesai sesuai
rencana. Dengan kata lain, metode ini memungkinkan terbentuknya suatu jalur
atau lintasan kritis.
c) Metode Preseden Diagram (PDM) diperkenalkan oleh J.W Fondahl dari
Universitas Stanford USA pada awal dekade 60-an. PDM adalah jaringan
kerja yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panahnya hanya

15
sebagai petunjuk kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian
dummy pada PDM tidak diperlukan.
d) Terakhir adalah metode penjadwalan proyek dengan bantuan komputer. Salah
satu keunggulan yang paling mencolok dari penggunaan alat bantu komputer
adalah kemampuan mengolah data dalam jumlah besar dalam waktu yang
singkat dan dengan kemungkinan kesalahan yang kecil. Dengan demikian
penyusunan jadwal dapat dilakukan dengan lebih cepat dan teliti. Setiap saat
situasi proyek mengalami perubahan, komputer dapat melakukan perubahan
tersebut dalam waktu singkat.

F. Microsoft Project
1. Umum
Microsoft Project 2007 merupakan suatu program komputer yang
diperuntukan sebagai media bantu dalam melakukan perencanaan penjadwalan
dan pengendalian sebuah proyek baik dengan skala kecil maupun besar dan
kompleks secara terperinci, kegiatan demi kegiatan. Microsoft Project atau MS.
Project adalah program aplikasi computer yang berguna untuk mengelola proyek
konstruksi. Aplikasi MS. Project dalam bidang rancang bangun atau rekayasa
konstruksi digunakan untuk mengelola rencana atau waktu
pekerjaan, sehingga sebuah proyek yang sedang berjalan dapat dievaluasi sesuai
dengan tahapan pekerjaan.
Dalam buku yang berjudul “Microsoft Project 2007” Langkah Cerdas
Merencanakan Menjadwalkan dan Mengontrol Proyek” berdasarkan survey
dengan judul Tools of the trade : A Survey of project Management yang
dipublikasikan Project Management Journal Tahun 1998, terpilih 10 top alat bantu
pendukung manajemen proyek. Sepuluh alat bantu tersebut adalah (1) Microsoft
Office Project, (2) Primavera Project Planner, (3) Microsoft Exel, (4) Project
Workbench, (5) Time Line, (6) Primavera Sure Trak, (7) CA Super Project, (8)
Project Schduler, (9) Artimes Prestige, (10) FFastract.
Dari ke sepuluh software pendukung tersebut, peneliti mencoba
menggunakan Microsoft Project sebagai alat bantu untuk menentukan waktu

16
penyelesaian proyek dan mencari lintasan kritis. Microsoft Project merupakan
alat pengelolaan proyek yang powerfull. Namun demikian alat bantu tersebut
tidak berperan banyak pada keseluruhan fase (pelingkupan, pengarahan dan
penutupan) sehingga pemakaiannya hanya akan sangat berguna dalam
perencanaan (Trihendradi, 2008).

2. Kelebihan dan Kekurangan Program MS. Project


Beberapa keunggulan penjadwalan dengan menggunakan Microsoft project
yaitu : a) Kemampuan Ms. Project 2007 mengolah data dalam jumlah besar dan
kemungkinan kesalahan yang kecil. Dengan demikian penyusunan jadwal dapat
dilakukan dengan lebih cepat dan teliti; b) Aplikasi ini dapat mengakomodir
sekaligus seluruh komponen yang ada dalam sebuah proyek. Bukan hanya
penentuan durasi atau jadwal bagi sebuah proyek, tetapi juga sekaligus dapat
melakukan pengendalian terhadap proyek tersebut berdasarkan sumber daya serta
biaya yang digunakan. Hal ini dimungkinkan sebab yang menjadi faktor utama
berfungsinya aplikasi ini adalah kemampuan input data Microsoft Project 2007
yang spesifik dan terukur dengan mengijinkan pemasangan prioritas pekerjaan 1
sampai 1000 unit; c) Microsoft Project 2007 dapat melakukan pengaturan
kalender kerja sampai kepada jenis pekerjaan yang spesifik sehingga
penggunaaan Microsoft Project akan menghindari kelebihan penggunaan waktu
serta penumpukan tenaga kerja yang sekiranya akan menimbulkan kerugian dari
segi pemborosan waktu dan tenaga; d) Microsoft Project juga menyediakan
berbagai macam report sesuai kebutuhan sebuah proyek; e) Keistimewaan lainnya
yang dimiliki Microsoft Project adalah menyediakan fasilitas yang terintegrasi
dengan aplikasi lainnya khususnya dalamlingkungan MS. Office Sistem. Ada dua
aplikasi yang sangat erat hubungannya dengan report MS. Project yaitu MS. Visio
dan MS. Exel. Untuk menghasilkan Visual Report data-data yang sudah dibuat
sebelumnya bisa ditampilkan dan dicetak dalam bentuk visual.
Beberapa kekurangan penjadwalan dengan menggunakan Microsoft project
yaitu : 1) Diperuntukkan bagi pengguna tunggal (single user). Walaupun dapat
diakses secara bersamaan dalam suatu jaringan, tetapi hanya satu user saja yang

17
dapat melakukan pengeditan sehingga user lainnya hanya dapat melihat isi file; 2)
Karena merupakan single user software, maka pengendalian proyek tidak dapat
dilakukan secara efektif. Laporan pengembangan proyek tidak dapat diinputkan
jika file sedang dibuka oleh user lain; 3) Penggunaan dan interface tergolong
relatif kurang user friendly bagi kalangan tertentu, khususnya bagi pelaksana
proyek di lini bawah (operating personnel). Sehingga laporan perkembangan
proyek yang seharusnya lebih efektif jika diinputkan langsung oleh tenaga kerja
yang mengerjakannya seringkali harus diinputkan oleh orang lain yang lebih
memahami software ini; 4) Tidak menyediakan fasilitas database sebagai media
untuk menyimpan data-data yang berhubungan dengan proyek, misalnya data
customer, data umum proyek, data historis dari proyek sebelumnya atau data
tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan proyek; 5) Tidak memiliki
kemampuan querying, pembagian informasi yang tepat berdasarkan level
manajemen tidak dapat dilakukan. Setiap user yang membuka file dapat melihat
keseluruhan isi file, software tidak dapat membatasi data mana saja yang boleh
diedit, diinput, dihapus atau yang hanya boleh dilihat.

3. Lingkungan Kerja Microsoft Project.


Microsoft Project memiliki berbagai tampilan lembar kerja, dan dapat
dilihat pada gambar 2.1
a. Gantt Table
H. L. Gantt menemukan diagram balok pada tahun 1917. Diagram
balok/table gantt paling banyak digunakan pada penjadwalan konstruksi
karena kemudahannya. Pedomannya adalah diagram balok disusun dengan
tujuan mengidentifikasi unsur waktu dari urutan dalam merencanakan suatu
kegiatan, yang terdiri atas saat dimulai sampai saat selesai. Table gantt terdiri
atas sekumpulan garis yang menunjukkan awal pekerjaan yang direncanakan
untuk item-item pekerjaan di dalam proyek.Table gantt memiliki beberapa
kolom, terdiri dari:

18
Task Pane Gantt Table Gantt Chart

Gambar 2.1 Lembar Kerja Microsoft Office Project


(Sumber: Madcoms, 2008)
1) Task name, digunakan sebagai field untuk memasukkan nama kegiatan
dalam proyek. Masing-masing kegiatan menempati satu baris.
2) Duration, digunakan waktu yang dibutuhkankan sebagai field untuk
memasukkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan yang ada
pada field Task Name, satuan yang digunakan adalah : a) m (minutes)
untuk menit; b) d (days) untuk hari; c) w (week) untuk minggu; d) mo
(mount) untuk bulan.
3) Start, untuk data tanggal kapan kegiatan tersebut dimulai. Data pada kolom
ini akan menyesuaikan sendiri jika ada keterkaitan (link) kegiatan tersebut
dengan kegiatan lain.
4) Finish, kolom ini otomatis akan terisi dengan kapan kegiatan tersebut akan
selesai jika telah ditentukan durasi dari kegiatan tersebut.
5) Predecessors, berfungsi sebagai field untuk menentukan hubungan
keterkaitan antara suatu pekerjaan dengan pekerjaa lainnya. Dalam suatu
proyek, suatu kegiatan senantiasa saling berkaitan dengan kegiatan yang
lain. Misalnya, kegiatan A dapat jika kegiatan B dikerjakan terlebih dahulu,

19
maka Pekerjaan B dapat dikatakan sebagai predecessor bagi pekerjaan A.
sedangkan pekerjaan B disebut successor.
6) Resources Name, digunakan untuk menuliskan sumber daya yang
digunakan atau yang bertanggung jawab.

b. Gantt Chart
Gantt chart adalah grafik batang horizontal yang menggambarkan rangkaian
tugas suatu proyek (Trihendradi, 2008).

Selain tampilan pada jendela kerja utama diatas, masih ada jendela kerja
lain yang fungsinya juga sangat penting. Seperti yang telah diutarakan
sebelumnya, bahwa untuk mengakses atau berpindah ke jendela-jendela kerja
tersebut dapat digunakan tampilan view bar, namun jendela kerja yang
diutamakan dalam hal melakukan penjadwalan dan pengenalian proyek adalah
sebagai berikut: (Madcoms, 2008)
a) Gantt Chart
Telah dijelaskan secara singkat fungsi dari jendela kerja ini. Perlu diketahui
pula bahwa jendela kerja ini terangkai dengan lembar kerja Gantt Table.

Gambar 2.2 Jendela Kerja Gantt


Chart (Sumber: Madcoms, 2008)
Chart
20
b) Network Diagram
Jendela kerja ini dapat digunakan untuk menampilkan Network Diagram
dari penjadwalan proyek yang sedang ditangani dalam Microsoft Project.
Layaknya sebuah network diagram, tampilan ini juga menampilkan profil
kegiatan secara lengkap baik berupa nama kegiatan, waktu mulai, waktu
selesai, durasi, tenaga kerja yang digunakan maupun lintasan kristis yang
terjadi pada kegiatan proyek yang ditandai dengan garis panah tebal dan
berwarna merah.

Gambar 2.3 Jendela Kerja Network Diagram


(Sumber: Madcoms, 2008)
c) Task Usage
Jendela kerja ini dapat digunakan sebagai lembaran laporan guna pedoman
dalam melakukan pengelolaan pembiayaan proyek.
d) Resource Graph
Jendela kerja ini nantinya sangat berguna dalam menentukan pengalokasian
sumber daya tenaga kerja yang tepat untuk menghindari pemborosan yang

21
menampilkan grafik penggunaan setiap tenaga kerja yang digunakan pada
proyek.
e) Resource Sheet
Jendela kerja ini dugunakan untuk memasukkan daftar dari sumber daya
proyek serta biaya pelaksanaan proyek, terdiri dari kolom-kolom sebagai
berikut :

Gambar 2.4 Jendela Kerja Resource Sheet


(Sumber: Madcoms, 2008)

1. Resource Name, yakni kolom untuk memasukkan nama sumber daya


proyek baik berupa tenaga kerja, peralatan, material atau baha apapun
unsure-unsur proyek lainnya.
2. Type, yakni kolom untuk menentukan jenis sumber daya yang digunakan
apakah termasuk work (tipe untuk tenaga kerja dan alat) atau material.
3. Material Label, yakni kolom untuk menentukan satua untuk sumber daya
yang digunakan, diperuntukkan bagi sumber daya yang bertipe material.
4. Initial, digunakan sebagai kolom untuk memberi inisial kegiatan.
5. Group, digunakan sebagai kolom untuk mengelompokkan sumber daya.
6. Max. Unit, yakni kolom utnuk menentukan jumlah sumber daya yang
diperuntukkan bagi sumber daya yang bertipe work.

22
7. Std. Rate, yakni kolom untuk menentukan harga persatuan sumber daya
perhari, perjam atau persatuan material.
8. Over Rate, yakni kolom untuk menetapkan harga kegiatan tambahan atau
lembur baikperari atau perjam.
9. Cost/Use, yakni kolom untuk menentukan harga tetap sumber daya,
biasanya untuk mobilisasi atau biaya sub kontraktor.
10. Accurate at, yakni kolom untuk enentukan cara pembayaran proyek
terdiri dari strat, protate, dan end.
11. Base Calender, yakni kolom untuk menentukan waktu kerja yang dipaki.
12.Code, yakni kolom untuk membuat penomoran atau kode account.

4. Jenis-jenis Hubungan Antar Pekerjaan


Pada penjadwalan akan ditetapkan hubungan antar tugas pada suatu
proyek yang biasa disebut dengan predecessors. Hal ini dilakukan setelah jenis
pekerjaan dan durasi dimasukkan. Setelah hubungan antartugas ditetapkan,
gambaran atau proyek keseluruhan akan nampak, sehingga dapat dilihat lintasan
kritis. Secara umum terdapat empat hubungan antar-pekerjaan yaitu,
1) Start to Start (SS)
Merupakan suatu hubungan ketergantungan dimana suatu pekerjaan (B) tidak
boleh dimulai sebelum pekerjaan lain (A) dimulai juga.

Gambar 2.5. Grafik Jenis Hubungan Antar Pekerjaan Start to Star

(Sumber: Madcoms, 2008)


2) Start to Finish
Merupakan suatu hubungan ketergantungan dimana suatu pekerjaan (B) tidak
dapat diselesaikan sampai pekerjaan lain (A) dimulai.

23
A

Gambar 2.6 Grafik Jenis Hubungan Antar Pekerjaan Start to Finish

(Sumber: Madcoms, 2008)


3) Finish to Start
Merupakan suatu hubungan ketergantungan dimana suatu pekerjaan (B) tidak
oleh dimulai sampai pekerjaan lain (A) selesai dilaksanakan.
A

Gambar 2.7. Grafik Jenis Hubungan Antar Pekerjaan Finish to Start

(Sumber: Madcoms, 2008)

4) Finish to finish
Merupakan suatu hubungan ketergantungan dimana suatu pekerjaan (B) tidak
dapat diselesaikan sampai pekerjaan lain (A) telah diselesaikan.

Gambar 2.8. Grafik Jenis Hubungan Antar Pekerjaan Finish to Finish

(Sumber: Madcoms, 2008)

Disamping hubungan keempat tugas tersebut diatas, masih terdapat hubungan


yang lain yang sifatnya turunan. Hubungan turunan yang dimaksud adalah adanya
penekanan waktu (Lead Time), sebagai contoh lag time adalah FS+3wks, hal ini

24
hubungan antara dua pekerjaan adalah finish to start dengan penguluran waktu 3
minggu.
A +3 Wks

Gambar 2.9. Diagram hubungan antar pekerjaan tipe Lag Time

(Sumber: Madcoms, 2008)

Sedangkan untuk lead time adalah FS-2wks, hal ini berarti hubungan antara dua
pekerjaan adalah finish to start dengan penekanan waktu 2 minggu.
A

-2 wks B

Gambar 2.10. Diagram hubungan antar pekerjaan tipe Lead Time

(Sumber: Madcoms, 2008)

25

Anda mungkin juga menyukai