Anda di halaman 1dari 5

Nama : Farah Zahra Oktaviana

NIM : 2001040042

Kelas : 3A PBSI

Mata Kuliah : Sosiolinguistik

Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Indonesia

Abstrak

Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa
bahasa seseorang tidak mampu mengungkap realita-realita dalam kehidupan dan
budaya lingkungannya. Pengajaran didefinisikan sebagai sesuatu yang
menunjukkan atau membantu seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu,
member instruksi, memandu dalam pengkajian sesuatu, menyiapkan pengetahuan,
menjadikan tahu atau paham. Adapun tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
menganalisis apa itu pengajaran bahasa. Maka hasil akhir yang ditemukan bahwa
pengajaran bahasa memliki peran yang pentig dalam proses pembelajaran di
sekolah. Bahwa pengajaran merupakan suatu pola yang di dalamnya tersusun
suatu prosedur yang direncanakan. Adapun bahasa berfungsi sebagai sarana
berpikir ilmiah, menyampaikan pendapat, mengutarakan perasaan, dan
berinteraksi dengan masyarakat bahasa.

I. Variabel Pembelajaran Bahasa


Dalam proses belajar mengajar bahasa berturut-turut akan kita
dapati (1) murid, yaitu objek; (2) guru, sebagai subjek; (3) bahan
pelajaran, (4) tujuan pengajaran. Dalam masyarakat yang multilingual,
multirasial, dan multikultural, maka faktor kebahasaan, kebuadayaan,
sosial, dan etnis juga merupakan variable yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pengajaran bahasa. Demikianlah dalam proses belajar
mengajar bahasa ada sejumlah variabel, baik yang bersifat linguistik
maupun yang bersifat nonlinguistik, yang dapat menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar itu. Disamping variabel di atas ada beberapa
faktor yang dapat mendukung keberhasilan belajar bahasa yaitu disebut
dengan asas-asas belajar, berikut diantaranya:
 Motivasi
 Pengalaman belajar sendiri
 Keingintahuan
 Analisis sintesis
 Perbedaan individual

Motivasi lazim diartikan sebagai hal yang mendorong seseorang


untuk berbuat sesuatu. Pengalaman sendiri atau apa yang dialami sendiri
akan lebih menarik dan berkesan daripada mengetahui dari “kata orang”
karena pengetahuan atau keterangan yang didapat dan dialami sendiri akan
lebih baik daripada hanya mendengar keterangan guru. Keingintahuan
merupakan kodrat manusia yang dapat menyebabkan manusia itu menjadi
maju. Pemecahan masalah, dalam kegiatan belajar mengajar yang baik, di
mana siswalah yang lebih aktif daripada guru, karena mereka mempunyai
motivasi yang tinggi dan rasa keingintahuan yang besar, maka kelas akan
menjadi hidup dengan berbagai pertanyaan murid. Berpikir Analitis-
Sintesis, dalam memecahkan masalah akibat memiliki sifat dan sikap
kritis, maka perlu dikembangkan cara berpikir analitis dan síntesis.
Perbedaan Individu, keberhasilan pengajaran bahasa juga harus
memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual. Sedangkan asas
yang bersifat materi lingustik adalah:

 Mudah menuju susah


 Sederhana menuju kompleks
 Dekat menuju jauh
 Pola menuju unsur
 Penggunaan menuju pengetahuan
 Masalah bukan kebiasaan
 Kenyataan bukan buatan
Mudah menuju sukar, maksudnya pemberian materi harus dimulai
dari yang mudah baru kemudian diikuti dengan yang sukar atau yang lebih
sukar. Sederhana menuju kompleks, maksudnya bahan pelajaran harus
dimulai dari yang sederhana, baru kemudian diikuti dengan yang
kompleks. Dekat menuju jauh, maksudnya pemberian materi pelajaran
harus dimulai dari yang ada di dekat anak didik, baru kemudian secara
berangsur-angsur menuju yang agak jauh atau yang jauh. Pola menuju
unsur, maksudnya materi bahasa yang diberikan mula-mula harus yang
berupa satu kebulatan; sesuadh itu baru diberikan unsur-unsur dari
kebulatan itu. Penggunaan menuju pengetahuan, maksudnya materi
pelajaran bahasa yang mula-mula harus diberikan adalah penggunaan
bentuk-bentuk atau satuan-satuan bahasa itu.

II. Tujuan Pengajaran Bahasa


Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai dalam
lembaga-lembaga kependidikan tertentu, seperti sekolah dasar sekolah
menengah, dan perguruan tinggi. Di Indonesia ada tiga macam bahasa
dengan status yang berbeda:
1. Bahasa Indonesia
2. Bahasa daerah
3. Bahasa asing

Status bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa resmi


negara. Jadi, bahasa Indonesia adalah bahasa yang harus digunakan dalam
situasi resmi kenegaraan, dan bahasa yang harus digunakan penutur
intrabangsa. Dalam kaitannya dengan tujuan belajar bahasa yang terutama
adalah fungsi penalaran, adalah bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk
dapat berpikir secara baik; fungsi interpersonal, adalah fungsi untuk
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, yaitu anggota
masyarakat di sekitarnya; dan fungsi kebudayaan, adalah fungsi bahasa
untuk menerima dan mengungkap kebudayaan, termasuk mengenai bidang
keilmuan dan teknologi.
Rumusan-rumusan mengenai tujuan pendidikan bahasa barangkali
dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Pendidikan/pengajaran bahasa Indonesia (BI)


2. Pendidikan/pengajaran bahasa daerah (BD)
3. Pendidikan/pengajaran bahasa asing (BA).

Secara nasional kita tidak perlu mendidik murid secara khusus


untuk bernalar dalam bahasa daerahnya. Dengan alasan, pertama, karena
bahasa daerahnya akan digunakannya sehari-hari dalam kehidupan. Kedua,
untuk memperoleh ilmu dan kebudayaan lebih lanjut, hanya dalam bahasa
nasional-lah harus dilakukan. Bahasa asing di Indonesia mempunyai
kedudukan sebagai bahasa yang perlu diketahui untuk interaksi antar
bangsa dan untuk menyerap ilmu dan teknologi yang banyak ditulis dalam
bahasa asing.

Fungsi utama bahasa asing untuk berinteraksi dengan bangsa lain,


maka pendidikan di SM mau tidak mau hanya ditunjukkan untuk
keperluan interaksi itu, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam kebijakan
pendidikan di Indonesia ada perlakuan bahwa bahasa Inggris adalah
bahasa asing pertama, mengingat keinternasionalan dan penggunaannya,
sedangkan yang lain-lain (bahasa Jerman, Perancis, Arab, dan Jepang)
bukan yang pertama.

III. Pengajaran Bahasa Kedua


Bahasa asing adalah bahasa yang bukan asli milik suatu penduduk
negara, tetapi kehadiran diperlukan dengan status tertentu. Pengajaran
bahasa kedua menimbulkan masalah-masalah sosiolinguistik yang
mungkin tidak terlalu berat, kalau kebetulan bahasa kedua yang dipelajari
itu masih tergolong bahasa serumpun. Pengajaran bahasa kedua di
Indonesia secara formal dimulai ketika anak memasuki pendidikan dasar
untuk bahasa nasioanl, ketika anak memasuki pendidikan menengah untuk
bahasa asing. Ketika anak Indonesia mulai mempelajari bahasa Indonesia
mereka sudah terbiasa dengan pola-pola bahasa pertamanya. Pola-pola dan
unsur bahasa pertamanya, yang selama ini selalu digunakan di luar rumah
terbawa masuk ketika mereka berbahasa Indonesia, sebagai suatu
peristiwa sosiolonguistik yang disebut interferensi.
Untuk dapat menguasai bahasa kedua jalan yang tepat adalah
dengan latihan terus-menerus, sehingga pada suatu saat akan terbentuk
kebiasaan-kebiasaan seperti yang terjadi ketika mempelajari bahasa
pertama. Kesulitan akan bertambah dalam pengajaran bahasa Inggris
mengingat latar belakang budaya masyarakat pemilik bahasa Inggris tidak
sama dengan latar belakang budaya masyarakat Indonesia. Dalam
mempelajari bahasa kedua perlu diperhatikan perbedaa-perbedaan pola
yang terdapat anatara bahasa pertama yang telah dikuasai, dengan pola-
pola bahasa yang dipelajari.

IV. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa


Kurikulum 1984 memasukkan pragmatik sebagai salah satu pokok
bahasan yang harus diberikan dalam pengajaran bahasa. Pragmatik adalah
keterampilan menggunakan bahasa menurut partisipan, topik, tujuan,
situasi dan tempat berlangsungnya pembicaraan itu. Pembedaan ragam
bahasa baku dan nonbaku adalah berdasarkan penggunaan ragam bahasa
itu untuk situasi resmi dan situasi tidak resmi.

Referesni:

https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/jurnal_bahasa

https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/3541/modifikasi-
pengajaran-bahasa-indonesia

https://slideplayer.info/slide/13653298/

https://id.scribd.com/document/431254178/BAB-14-PENDIDIKAN-DAN-
PENGAJARAN-BAHASA-docx

Anda mungkin juga menyukai