Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PRAKTIKUM PENGAMANAN OBAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien & Kerja

Dosen Pengampu : Ns. Natali Devi, Sp. Kep. An

Disusun Oleh :

1. Binti Sakdiyah (012191013)


2. Susi Rohmawati (012191017)

PRODI S1 KEPERAWATAN TRANSFER

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan karunia-
Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang disusun untuk memenuhi tugas Mata
kuliah Keselamatan Pasin & Kerja sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas makalah ini,sehingga kami menjadi lebih
mengerti dan memahami tentang materi “Praktikum Pengamanan Obat”. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik
mendukung secara moril dan materil.
Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan,kekurangan dan kehilafan dalam
makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi perbaikan makalah ini
kedepan.akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.
Terima kasih

Ungaran , Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Obat


B. Tujuan Pengamanan Obat
C. Aplikasi Praktikum Pengamanan Obat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini harga obat/alat kesehatan cukup tinggi/mahal dan diluar jangkauan
masyakat, utamanya bagi klien dirumah sakit yang mayoritas menggunakan berbagai
merek obat paten bagi setiap pasien. Penggunaan berbagai jenis dan merek obat dengan
harga yang cukup tinggi tersebut tentu saja tidak hanya berpengaruh secara ekonomi
semata; namun lebih dari itu; resiko penyimpangan penggunaan obat diluar hal
semestinya juga mampu menimbulkan kerugian bagi klien itu sendiri. Resiko resistensi
tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi manakala
konsumsi obat oleh penderita tidaklah terkontrol dengan baik
Sejumlah obat memiliki batas keamanan yang sangat tipis, dan berpotensi
menyebabkan bahaya yang tinggi, sehingga diimplikasikan sebagai kejadian yang tidak
diinginkan dari sebuah obat. Konsekuensi kesalahan terkait dengan obat-obat ini bisa
mengarah terhadap kejadian cedera pada pasien, dan harus diawasi pengelolaan secara
ketat.
Kesalahan obat adalah salah satu masalah penyelenggaraan kesehatan yang sangat
bermakna, dan sering kali sebenarnya dapat dicegah.  Walau kebanyakan kesalahan obat
tidak menyebabkan bahaya yang mengancam bagi pasien; namun bisa menghasilkan
kejadian yang katastrofik (bencana) bagi hasil pengobatan.
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat; sebagai salah satu peran
perawat; perlu dilakukan suatu pola/alur yang sistematis sehingga penggunaan obat
benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resikoresiko kerugian baik secara
materiil maupun non materiil dapat dieliminir. Upaya sistematik meliputi uraian terinci
tentang pengelolaan obat secara ketat oleh perawat diperlukan sebagai bentuk tanggung
jawab perawat dalam menyelenggarakan kegiatan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi pengelolaan obat ?
2. Apa saja tujuan pengamanan obat ?
3. Bagaimana aplikasi praktikum pengamanan obat ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari pengelolaan obat ?
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari pengamanan obat ?
3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi praktikum pengamanan obat ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Obat


Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek
perencanaan/seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat
lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
(Syamsuni,2006)
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan
penggunaan obat.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing tahap
pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian yang terkait, dengan demikian dimensi
pengelolaan obat akan dimulai dari perencanaan pengadaan yang merupakan dasar pada
dimensi pengadaan obat di Rumah Sakit. Tujuan dari pengadaan yaitu untuk memperoleh
barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang
dapat dipertanggung jawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan
efisien, menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku.
B. Tujuan Pengamanan Obat
1. Memberikan pedoman dalam manajemen dan pemberian obat yang perlu diwaspadai (high-
alert medications) sesuai standar pelayanan farmasi dan keselamatan pasien rumah sakit.
2. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit.
3. Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome.
4. Mencegah terjadinya kesalahan / error dalam pelayanan obat yang perlu diwaspadai kepada
pasien
5. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
C. Aplikasi Praktikum Pengamanan Obat
1. Prinsip 6 Benar Obat
a. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas
di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non
verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
b. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya
atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan
obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan
obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak
terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi
obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat
nama obat dan kerjanya.
c. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya
1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi harus tetap hati-hati dan teliti.
d. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat
kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.
1) Oral Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
2) Parenteral: Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping,
enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui
saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
3) Topikal yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
4) Rektal: Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat
perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam
bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk
supositoria.
5) Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol
(ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.
e. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat
harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus
diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
f. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat
itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
(Nursalam,2007).
2. Pengamanan Obat Rusak & Kadaluarsa
a. Definisi
Obat rusak yaitu obat yang bentuk atau kondisinya yang tidak dapat
digunakan lagi, sedangkan waktu kadaluarsa yaitu waktu yang menunjukan batas
akhir obat masih memenuhi syarat dan waktu kadaluarsa dinyatakan dalam bulan
dan tahun harus dicantumkan pada kemasan obat. Obat rusak dan kadaluarsa
dengan kadar dan fungsi yang telah berubah mengakibatkan penyakit pada
manusia serta dapat menimbulkan kematian (BPOM, 2009).
Obat yang sudah melewati masa kadalursa dapat membahayakan karena
berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek toksik
(racun). Hal ini dikarenakan kerja obat sudah tidak optimal dan kecepatan
reaksinya telah menurun, sehingga obat yang masuk kedalam tubuh hanya akan
mengendap dan menjadi racun. Sebenarnya obat yang belum kadaluarsa juga
dapat menyebabkan efek buruk yang sama. Hal ini disebabkan karena
penyimpanannya yang salah yang menyebabkan zat didalam obat tersebut rusak.
Tanda-tanda kerusakan zat tersebut biasanya disertai dengan perubahan bentuk,
warna, bau, rasa atau konsistensi. Maka dari itu harus diperhatikan juga cara
penyimpanan obat yang baik (Depkes RI, 2004).
b. Kondisi Yang Mempercepat Kadaluarsa Obat
Tempat yang lembab akan mempercepat masa kadaluarsa obat karena
akan mempengaruhi stabilitas obat kemudian dapat menyebabkan penurunan
kandungan, hal ini yang mempercepat kadaluarsa. Suhu penyimpanan obat
bermacam-macam, pada umumnya obat banyak disimpan pada suhu kamar.
Penyimpanan obat di kulkas. tidak dianjurkan jika tidak terdapat petunjuk. Obat-
obat minyak seperti minyak ikan, sebaiknya jangan disimpan di tempat yang
terlalu dingin. Insulin (Obat untuk penderita diabetes) merupakan contoh obat
yang akan rusak jika ditempatkan pada ruangan dengan suhu panas. Obat
sebaiknya tidak diletakkan pada tempat yang terkena paparan sinar matahari
ataupun lampu secara   langsung. Misalnya : Vaksin bila terkena sinar matahari
langsung maka dalam beberapa detik, vaksin akan menjadi rusak. Untuk
melindunginya dari cahaya maka digunakan kemasan berwarna, misalnya ampul
yang berwarna coklat disamping menggunakan kemasan luar
c. Prosedur Tetap Pengamanan Obat Rusak & Kadaluarsa
Lukman (2006: 67) prosedur tetap penanganan obat rusak dan kadaluarsa
adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
2) Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dan disimpan pada tempat terpisah
dari penyimpanan obat lainnya.
3) Membuat catatan nama,no.batch, jumlah dan tanggal kadaluarsa obat yang
rusak dan atau kadaluarsa.
4) Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke instalansi farmasi kabupaten/kota.
5) Mendokumentasikan pencatatan tersebut.
d. Cara Pengamanan Obat yang Sudah Rusak  Atau Kadaluarsa
1) Jangan pernah membuang obat-obat kadaluarsa bersama-sama dengan
sampah apalagi di lingkungan. Karena tanpa disadari sebenarnya hal ini dapat
mempermudah pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengambil dan
menyalahgunakan obat-obatan tersebut.
2) Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan
Makanan menganjurkan pada masyarakat untuk mengembalikan obat-obatan
yang sudah tidak terpakai kembali ke pabriknya melalui daerahnya masing-
masing.
3) Alternatif yang lain sebagai masyarakat yang sering mempunyai obat yang
sudah kadaluarsa di rumah yaitu : 
 Membuangnya dengan mencampurnya dengan bahan lain yang
menjijikkan atau tidak menarik orang lain untuk menyentuhnya, seperti
kotoran hewan piaraan, sisa makanan basi, ampas kopi atau susu, dll.
Keluarkan obat dari wadah aslinya, tempatkan semua obat yang sudah
tidak terpakai di satu tempat berisi bahan campuran yang lain lalu aduk
jadi satu. Ini dapat mencegah penyalahgunaan obat. Setelah tercampur
semua, masukkan ke dalam kantong plastik, ikat rapat dan buang ke
tempat sampah.
 Di buang ke toilet, rendam dulu obat dalam bentuk padat (tablet, kaplet,
kapsul) dalam wadah yang sudah tidak dipakai lagi. Setelah obat hancur
maka obat dapat diguyur di toilet. Untuk obat dalam bentuk cairan bisa
langsung dibuang dalam toilet. Beberapa obat dapat mencemari
lingkungan jika bercampur dengan air atau tanah, oleh karena itu
pastikan anda membaca petunjuk pembuangan obat di kemasan.
 Jangan pernah memusnahkan obat dengan cara dibakar secara terbuka
karena asapnya dapat saja berbahaya (Depkes RI, 2004: 121).
3. Aplikasi Pengamanan Obat High Alert dan Lasa
a. Pengertian
High alert medication (HAM) atau obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah
obat yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel
event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome) seperti obat/-obat yang terlihat mirip atau kedengarannya mirip
(Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, Look Alike Sound Alike/LASA)
(Permenkes, 2011). Sedangkan Obat LASA (Look alike sound alike) adalah obat
yang nampak mirip dalam hal bentuk, tulisan, warna dan pengucapan.
b. Pengamanan Obat High Alern dan Hal-Hal Yang Perlu diperhatikan
1) Perlunya penandaan obat high alert berupa stiker “HIGH ALERT DOUBLE
CHECK” untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau infus tertentu
seperti heparin dan insulin.
2) Penandaan stiker “LASA” untuk obat yang termasuk kelompok LASA; baik
itu pada tempat penyimpanannya maupun apabila obat dikemas dalam paket
untuk kebutuhan pasien.
3) Pentingnya memiliki daftar obat high alert pada setiap depo farmasi, ruang
rawat, dan poliklinik.
4) Kewajiban bagi setiap tenaga kesehatan untuk mengetahui cara penanganan
khusus untuk obat high alert.
5) Penyimpanan obat high alert diletakkan pada tempat yang terpisah dengan
akses yang terbatas.
6) Perlunya dilakukan pengecekan obat dengan 2 orang perugas yang berbeda.
7) Jangan pernah menyimpan obat dengan kategori kewaspadaan tinggi di meja
dekat pasien tanpa pengawasan.
c. Prosedur Pengamanan Obat LASA
1) Obat LASA disimpan pada tempat yang jelas perbedaannya, terpisah /
diantarai dengan 1 (satu) item / obat lain
2) Beri label dengan tulisan obat yang jelas pada setiap kotak penyimpanan obat
dan menampilkan kandungan aktif dari obat tersebut
3) Obat LASA diberi stiker warna biru dengan tulisan LASA warna hitam dan
ditempelkan pada kotak obat
4) Jika obat LASA sama memiliki 3 (tiga) kekuatan berbeda maka : - Obat
LASA kekuatan besar diberi stiker biru - Obat LASA kekuatan sedang diberi
stiker kuning - Obat LASA kekuatan kecil diberi stiker hijau
5) Jika obat LASA (nama sama) hanya ada 2 kekuatan yang berbeda maka : -
Obat LASA dengan kekuatan besar diberi stiker biru - Obat LASA dengan
kekuatan kecil diberi stiker hijau
6) Farmasis membaca resep yang mengandung obat LASA dengan cermat dan
jika tidak jelas dikonfirmasikan kembali kepada penulis resep. Farmasis
menyiapkan obat sesuai dengan yang tertulis pada resep
7) Sebelum menyerahkan obat pada pasien, farmasis mengecek ulang / membaca
kembali kebenaran resep dengan obat yang akan diserahkan
8) Perawat membaca etiket obat sebelum memberikan kepada pasien
9) Etiket obat harus dilengkapi dengan : - Tanggal resep - Nama, tanggal lahir
dan nomor RM pasien - Nama obat - Aturan pakai - Tanggal kadaluarsa obat
4. Pengamanan Obat Narkotika
a. Pengertian
Penyimpanan atau pengamanan obat narkotika adalah tata cara
penempatan obat narkotika karena obat tersebut merupakan obat yang
diperlukan dalam bidang pengobatan dan ilmu pengetahuan dan dapat pula
menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila digunakan tanpa
pembatasan dan pengawasan. Tujuan dari pengamanan, penyimpanan untuk
menjaga agar tidak disalah gunakan sekaligus untuk menghindari kesalahan
dalam pemberian.
b. Prosedur
1) Kenali dengan seksama golongan obat yang akan disimpan
2) Baca petunjuk/lihat golongan obat melalui petunjuk melalui kemasan atau
petunjuk lain mengenai penyimpanan obat.
3) Letakkan obat narkotika sesuai ketentuan (disimpan didalam
lemari dengan pintu rangkap dua dan kunci yang berbeda-beda)
4) Perhatikan suhu ruangan dan pastikan bahwa suhu ruangan sudah sesuai
dengan yang ditentukan dalam petunjuk.
5) Perhatikan batas waktu pemakaian obat yang akan disimpan dalam lemari.
6) Letakkan lemari ditempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum
7)  Perhatikan sistem pencahayaan dan tata udara dalam ruang penyimpanan
5. Pengamanan Obat Antibiotik
a. Tujuan
Agar dapat menjamin stabilitas dan kualitas antibiotik tetap baik.
b. Prosedur
1) Identifikasi antibiotic yang akan disimpan termasuk golongan antibiotik
yang aman,missal antibiotik yang cepat rusak dengan adanya pengaruh
cahaya,suhu,atau yang lain.
2) Untuk antibiotik yang tahan terhadap suhu kamar ( 1 C - 3 C ) dan harus
55 05 terlindung terhadap cahaya,maka dapat disimpan dalam rak obat
yang tersedia dan tertutup rapat ( contoh :
Amoxicilin,Chlorampenicol,Gentamicin,Ampicilin dan lain – lain ).
3) Untuk antibiotik yang perlu suhu dingin ( C - C ),terlindung dari cahaya
dan 25 85 perlu udara sejuk maka harus disimpan pada almari
pendingin,tetapi tidak boleh diletakkan pada ruang freezer,karena obat
akan membeku dan apabila akan digunakan akan mencair,maka struktur
kimia dari senyawa aktif akan berubah ( contoh : kombinasi antara
Amoxicillin dengan Asam Clavulanat ),Cefotaxim,Ceftriaxone,Cefixim
dan lain – lain ).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan
penggunaan obat. Tujuan dari pengamanan, penyimpanan untuk menjaga agar tidak
disalah gunakan sekaligus untuk menghindari kesalahan dalam pemberian.
Tujuan Pengamanan Obat antara lain :
1. Memberikan pedoman dalam manajemen dan pemberian obat yang perlu diwaspadai (high-
alert medications) sesuai standar pelayanan farmasi dan keselamatan pasien rumah sakit.
2. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit.
3. Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome.
4. Mencegah terjadinya kesalahan / error dalam pelayanan obat yang perlu diwaspadai kepada
pasien
5. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

Prinsip 6 benar obat :

1. Benar pasien
2. Benar obat
3. Benar dosis
4. Benar rute/cara
5. Benar waktu
6. Benar dokumentasi
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah disusun masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran terhadap makalah yang bersifat
membangun agar makalah yang dibuat dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi
orang lain masyarakat pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Syamsuni, H.A. Drs. Apt. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Depkes RI. 2004. Pedoman Pengelolaan Obat. Jakarta: Depkes.

Lukman. 2006. Penyimpanan Obat-obat. Jakarta: Rineka.

Anda mungkin juga menyukai