Anda di halaman 1dari 6

Kandungan E-coli Tinggi, Kualitas Air Terus

Menurun

Seorang warga Pondok RT 003/RW 005,


Desa Bakalan, Kecamatan Polokarto, Wagiman, menunjukkan air sumurnya yang sudah berubah warna dan
berbau. Foto diambil Kamis (23/10/2014). (Iskandar/JIBI/Solopos)

Selasa, 24 Mei 2016 14:10 WIB | Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja |


      | 

Pencemaran air Bantul terjadi, kandungan Escherichia coli (E-coli) yang justru tinggi
melebihi batas standar

Harianjogja.com, BANTUL- Selama dua tahun terakhir kualitas air tanah di Kabupaten


Bantul menurun. Hal ini disebabkan oleh kandungan bakteri Escherichia coli (E-coli) yang
justru tinggi melebihi batas standar.
Kualitas air tanah yang tercemari bakteri E-coli tersebut dikarenakan masih banyaknya
penampungan limbah tinja belum yang tidak diarahkan secara benar.

Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupate Bantul, Yanatun
Yanadiana mengatakan jika pada tahun 2014 lalu kualitas air bersih di Bantul mencapai
30%.

Untuk tahun ini kualitas air bersih menurun hanya sekitar 27,8 persen saja, persentase
tersebut diperoleh oleh Dinkes dari sampel air di 1.900 sumur warga Bantul pada tahun
2015.

“Penurunan kualitas dua tahun terakhir tersebut dikarenakan adanya kandungan bakteri E-
coli yang terlampau banyak, bahkan jika tidak ada perbaikan pasti tahun mendatang akan
menurun lagi” katanya, Senin (23/5/2016).
Yanatun menjelaskan lebih dari 60% sampel air yang diujikan masih ditemukan sebanyak
kurang lebih 50 koloni bakteri E-coli/ 100mililiter air. Dari jumlah hasil penelitian tersebut
maka air tanah di Wilayah Bantul masih banyak yang tidak layak kebersihannya.

Banyaknya bakteri E-coli yang terkandung dalam air tanah tidak lain berasal dari
pencemaran penampungan tinja atau septik tank dari para warga.

Menurutnya, kondisi septik tank yang selama ini dibuat oleh para warga masih banyak yang
tidak memenuhi standar. Selama ini masyarakat banyak yang salah pemahaman, mereka
malah membuat penampungan septik tank menggunakan bis sumur.

Padahal jika penampungan dibuat dari bis sumur hal tersebut malah menjadikan resapan
bagi limbah tinja. “Seharusnya penampungan bak tinja yang standar dengan minimal tiga
bak penampungan dan dibuat dengan kedap udara sehingga limbah mudah terurai,” kata
Yanatun.

Selama ini Dinkes juga sudah selalu memberikan sosialisasi terkait dengan bagaimana cara
untuk meningkatkan kualitas air tanah. Salah satunya dengan terus mensosialisasikan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal dan terpusat.

“Jika limbah tinja akan diarahkan ke IPAL komunal atau IPAL terpusat maka tinja tidak akan
meresap ke lingkungan masyarakat,” paparnya.

http://www.harianjogja.com/baca/2016/05/24/pencemaran-air-bantul-kandungan-e-coli-tinggi-
kualitas-air-terus-menurun-722387
Bakteri E-Coli Cemari Air Baku PDAM Bekasi dan
Jakarta  
KAMIS, 29 SEPTEMBER 2011 | 16:30 WIB

Unjuk rasa memprotes pencemaran Sungai Surabaya oleh tinja di Surabaya. TEMPO/Fatkhurrohman Taufiq

TEMPO Interaktif, Bekasi - Air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Bhagasasi dan PDAM Jaya Jakarta tercemar bakteri escherichia coli (E-Coli).
Bakteri bersumber dari air baku dua perusahaan itu yang diambil dari Kali Bekasi.
Direktur PDAM Tirta Bhagasasi Wahyu Prihantono mengatakan bakteri diduga
berasal dari pembuangan tinja secara serampangan ke Kali Bekasi. "Air baku untuk
PDAM Bekasi dan Jakarta itu sama tercemarnya," kata Wahyu kepada wartawan di
kantornya, Kamis 29 September 2011.

Enam bulan lalu, kata Wahyu, PDAM Tirta Bhagasasi bekerja sama dengan
Departemen Kesehatan menguji kandungan E Coli air kali itu. Sampel air yang
diperiksa diambil dari pelanggan yang mengalir dari pipa PDAM. "Tinggi kandungan
bakteri e-Coli melebihi baku mutu." 

Ambang batas maksimal kandungan bakteri E Coli dalam air 50/ 100 mililiter.
Kandungan dalam air baku PDAM, menurut Wahyu, melebihi standar maksimal
tersebut. Bahkan pada 2007 lalu kandungan bakteri E Coli dalam air Kali Bekasi
pernah mencapai 100 ribu mililiter.
Wahyu mengaku tak mengherankan jika Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota
Bekasi menemukan mobil tangki pengangkut tinja membuang limbah ke Kali Bekasi
dan Sungai Cileungsi.

Air tercemar jika dikonsumsi mengganggu kesehatan. Setidaknya akan


menyebabkan diare hingga menyebabkan kematian. Mekanisme PDAM Tirta
Bhagasasi dalam menetralisir air tercemar e-Coli dengan cara memberi kapur.

Makanya, kata Wahyu, air PDAM yang sampai ke rumah pelanggan sering berbau
kapur. "Masalahnya banyak pelanggan mengeluh apabila airnya bau kaporit,
sebenarnya tidak masalah dikonsumsi karena itu penetral dan diberikan dalam kadar
aman." Pencemaran kali itu, ujar Wahyu, telah dilaporkan PDAM kepada Wali Kota
dan Bupati. Tapi belum ada tindakan.

PDAM Tirta Baghasasi mengolah air baku Kali Bekasi di dua water treatment
plant (WTP), yakni Cabang Rawatembaga dengan jumlah produksi 200 liter per detik
dan cabang Kota berkapasitas 450 liter per detik. Idealnya, kata Wahyu, limbah
domestik rumah tangga dibuang ke septictank. Adapun bekas cucian selayaknya
dibuang ke sumur resapan bukan ke selokan karena mencemari lingkungan sekitar
rumah.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi Hidayat mengatakan


pelaku pembuangan limbah tinja ke Sungai Cileungsi dan Kali Bekasi sulit dideteksi.
"Pembuangan bisanya malam hari dan sembunyi-sembunyi." Menurut Dadang,
pembuangan tinja ke kali semakin parah sejak sebulan lalu setelah instalasi
pengolahan limbah tinja (IPLT) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu
direnovasi.

HAMLUDDIN
https://m.tempo.co/read/news/2011/09/29/057359022/bakteri-e-coli-cemari-air-baku-
pdam-bekasi-dan-jakarta
Membuat bangunan pengumpul air (bangunan intake)
Bangunan ini digunakan untuk pertama kalinya air masuk dari sumber air, kebanyakan
sumber air odiperoleh dari air sungai. Pada proses ini dilakukan penyarikan kasar yaitu
untuk menyaring benda-benda kasar yang terapung di air seperti sampah, daun dan lain-
lain.

Bangunan bak prasedimentasi


Bak ini berfungsi untuk sumber air yang memiliki tingkat kekeruhan tinggi, Bangunan bak
prasedimentasi dibentuk secara sederhana yang fungsinya hanya untuk pengendapan air
kotor. Ini dilakukan untuk memisahkan air bersih dari partikel-partikel diskrit dan zat-zat
berat seperti pasir dan lain-lain. Setelah air mengendap proses selanjutnya adalah
pemompaan air bersih ke WTP (Water Treatment Plant).

Water Treatment Plant (WTP)


Pada bagian ini adalah bagian inti dari proses pengolahan air bersih, dimana pada bagian
wtp ini akan dilakukan proses-proses diantaranya koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi
dan desinfeksi. Apasih istilah-oistlah proses itu kok jadi bingung? Untuk mengetahuinya mari
kita bahas satu per satu.

– KoagulasiPada proses ini, pengolahan air bersih secara kimia mulai dilakukan. Koagulasi
bertujuan untuk memisahkan partikel koloid yang terdapat pada air kotor. Umumnya air
sungai seperti koloid ini disebabkan banyaknya partikel koloid yang terkandung didalam air
sungai sehingga menyebabkan warna air sungai kecoklatan. Jadi Koagulasi adalah proses
pemisahan air dan pengotor yang terkandung didalamnya seperti pemisahaan atara susu
kedelai dengan air. Pada sistem koagulasi ini dilakukan pengadukan cepat dan terjunan
dengan tujuan untuk mempercepat proses pemisahan air dan pengotor yang ada dalam air
itu.
– Flokulasi
Flok adalah pengotor yang mengendap, tahap ini adalah untuk proses pengendapan
pengotor. Pada proses pembentukan flok masih diperlukan pengadukan tetapi pengadukan
lambat, dan juga diperlukan aliran air yang tenang agar flok tidak naik lagi. Untuk
menambah efisiensi ditambahkan bahan kimia yang dapat mengikat flok-flok itu.
– Sedimentasi
Di tahap ini adalah proses pengendapan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi.
Ini dikerjakan dengan menggunakan sistem berat tipe, berat tipe koloid pada umumnya
berbentuk lumpur dan berat tipe koloid lebih berat dari pada tipe air.
Untuk pengembangannya diantara ketiga unit (kogulasi, flokulasi dan sedimentasi) sudah
dibuat tergabung dan unit ini disebut dengan unit aselator.
– Filtrasi
Tahap ini adalah dilakukan penyaringan melalui media butiran-butiran, butiran-butiran yang
digunakan diantarnya pasir silica, antrasit dan kerikil dan ukuran yang tidak sama. Proses ini
menerapkan sistem gravitasi.
– Desinfeksi
Air yang masuk pada proses ini berarti sudah bebas dari pengotor, namun tidak menutup
kemungkinan air tersebut masih mengadung kuman dan bakteri. Oleh sebab itu, diperlukan
zat kimia yang mampu menghilangkan kuman dan bakteri. Zat kimia yang digunakan antara
lain uv, ozonisasi, chlor dan oemabasan.
– Reservoir
Yaitu tempat penampungan air bersih sementara sebelum didistribusikan ke konsumen.
Karena di negara kita pada sistem ditribusi air bersihnya masih menggunakan sistem
gravitasi, sehinggan resevoir diletakkan ditempat yang lebih tinggi.

Seiring dengan perkembangan zaman metode pengolahan air bersih ini sudah banyak
mengalami perkembangan dan perubahan. Salah satunya pada sistem penyaringannya
sudah tidak menggunakan bahan kimia lagi dan biaya operasionalnya pun semakin murah.
http://nyusandalan.com/pengertian-air-bersih-dan-cara-pengolahan-air-bersih/

Anda mungkin juga menyukai