Anda di halaman 1dari 8

Modul 1

Tujuan Perencanaan Kegiatan Humas

https://bexpertindoconsult.com/public-relations-media-relations-corporate-communication

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan
tentang citra sebagai tujuan perencanaan kegiatan humas.

Pendahuluan

Citra adalah salah satu aset bagi organisasi yang harus terus menerus diperliharan dan dijaga
keberlangsungannya. Sebuah organisasi sangat penting untuk memiliki citra yang baik di mata
publiknya. Citra yang baik merupakan salah satu hal yang sangat penting, bukan hanya untuk
menarik konsumen dalam memilih produk atau jasa, melainkan juga dapat memperbaiki sikap
kepuasan pelanggan Citra akan senantiasa berhubungan dengan presepsi publik atau khalayak
luas atas organisasi kita. Kesan dan pengetahuan mereka mengenai organisasi tersebut akan
membentuk citra organisasi tersebut.

Menurut Kazt (Soemirat dan Ardiyanto 2005), citra adalah cara pihak lain memandang sebuah
perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas.
Menurut Mulyana, citra yang terbentuk merupakan suatu rangkaian dari perilaku komunikasi
organisasi yang melibatkan berbagai elemen seperti pengetahuan, pemahaman dan pengalaman
yang terorganisasi dalam sistem kognisi (Mulyana, 2000)

Jefkins (2003) menyatakan bahwa citra masyarakat terhadap perusahaan merupakan persepsi
masyarakat terhadap produk yang dihasilkan atau persepsi masyarakat terhadap perusahaan itu
sendiri.

Citra bahkan bisa menunjukkan sebuah eksistensi sebuah organisasi di mata publik, yaitu
menunjukkan pandangan masyarakat terhadap organisasi yang terbentuk dalam jangka waktu
yang panjang. Itulah sebabnya pencitraan yang terbentuk dengan baik akan
memberikan dampak yang baik juga demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan individu
ataupun organisasi.

Citra baik akan memberikan peluang lebih besar bagi perusahaan untuk meraih keuntungan dari
produk yang dijual karena selain itu akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap organisasi
dalam menjalankan bisnis tersebut. Perlu kita memahami bahwa kepercayaan merupakan aset
atau modal yang amat mahal bagi setiap organisasi.

Rumusan ini sudah tidak bisa ditawar lagi. Sebab, sebagus apa pun perusahaan, seprofesional apa
pun jalannya kepemerintahan, sumber daya manusia (SDM), dan sekuat apa pun modal yang
dimiliki, tetapi bila kepercayaan publik sudah negatif, maka sudah dapat diperkirakan bahwa
organisasi tersebut akan mengalami krisis karena citra yang buruk tersebut yang pada akhirnya
akan mengakibatkan kematiannya.

Oleh karenanya, setiap organisasi selalu berusaha membangun citra yang positif di mata
masyarakat. Citra positif penting untuk selalu dibentuk dan dipertahankan untuk kelangsungan
hidup organisasi. Pada dasarnya semua organisasi menginginkan citranya bernilai positif
atau baik di mata masyarakat atau publiknya, karena ini akan dapat meningkatkan profitabilitas
serta pertumbuhan dan eksistensinya organisasi itu sendiri.

Sebaliknya, jika citra (image) organisasi di mata masyarakat atau publik sangat buruk, maka
profitabilitas, pertumbuhan organisasi tidak dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, perusahaan
penting untuk selalu membentuk dan menjaga citra organisasi ke arah positif.

Lebih jauh lagi, pembentukan citra bertujuan untuk mengevaluasi kebijaksanaan dan
memperbaiki kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam perjalanan sebuah kegiatan
organisasi. Untuk membangun citra positif organisasi bukanlah hal yang mudah dan
membutuhkan sebuah proses yang panjang untuk membentuk citra positif tersebut.

Citra terbentuk berdasarkan informasi-informasi yang diterima masyarakat. Pembentukan citra


positif suatu organisasi berkaitan erat dengan persepsi, sikap (pendirian), dan opini masyarakat
terhadap organisasi tersebut.

Faktor Pembentuk Citra

Ada lima faktor pembentukan citra organisasi antara lain :

1. Identitas Fisik : Dalam hal ini yang dilihat adalah visual (nama organisasi, logo, teks pilihan
font, warna, sosok gedung, dan lobi kantor), audio (seperti jingle organisasi), media komunikasi
(company profile, brosur, leaflet, laporan tahunan, dan pemberitaan media).
2. Identitas Non Fisik : Dilihat dari sejarah organisasi atau perusahaan, filosofi, kepercayaan,
nilai-nilai dan budaya.

3. Manajemen Organisasi : Seperti visi, misi, sistem, kebijakan, aturan, alur prosedur, teknologi,
sumber daya manusia (SDM), strategi organisasi, job design, sistem pelayanan, positioning
produk.

4. Kualitas Hasil : Mutu produk dan pelayanan.

5. Aktivitas dan Pola Hubungan : Dinilai dari hubungan organisasi atau perusahaan dengan
publik, respon tanggung jawab sosial organisasi, kualitas komunikasi, pengalaman pelanggan,
dan jaringan komunikasi.
Untuk membentuk dan menjaga citra prositif tersebut itulah, public relations menjalankan
tugasnya. Public relations hadir karena adanya kebutuhan dengan harapan dapat menjalankan
fungsi dan tugasnya dalam suatu organisasi perusahaan maupun departemen.

Dalam upayanya menjaga hubungan harmonis tersebut, public relations berusaha membagun
hubungan yang harmonis dengan dua publiknya
1) Publiknya Internal, yaitu membina hubungan yang antara pemilik usaha dengan
karyawan dan para pimpinan perusahaan
2) Publik Externalnya, yaitu membina hubungan yang baik perushaan dengan
masyarakat.
Hubungan yang terbina dapat dijadikan tolok ukur perilaku komunikasi yang terjalin. Sukses
tidaknya suatu hubungan yang terjalin (citra perusahaan) dapat diukur
melalui kemampuan public relations dalam menjalankan tugas dan fungsinya

Fungsi Public Relations

Sebagaimana kita ketahui, public relations di dalam menjalankan fungsinya yaitu mengemban
tugas guna melayani kepentingan publik, yang pada akhirnya
membangun dan menjaga citra organisasi atau organisasi dimana public relations itu berada.

Oleh sebab itu, fungsi public relations adalah fungsi manajemen secara khusus yang mendukung
terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan
kerja sama antara organisasi dengan publiknya (Cutlip, Center & Brown, 2006).

Public relations merupakan salah satu aspek penting di setiap instansi atau
organisasi. Dalam hal ini public relations sangat dibutuhkan karena merupakan
bagian yang sangat menentukan kelangsungan suatu instansi atau organisasi
tersebut. Fungsi public relations adalah untuk menegakkan citra organisasi yang
diwakilinya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan tidak melahirkan isu-isu
yang dapat merugikan organisasi.
Selain itu, beberapa fungsi public relations lainnhya adalah memperoleh
kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding) dan citra yang baik
(good image) dari masyarakat (dengan kata lain menciptakan public opinion). Sasaran public
relations adalah menciptakan opini publik yang favorable dan menguntungkan semua pihak.
Tugas itu tentu tidaklah semudah seperti membalik telapak tangan. Upaya-upaya
yang dilakukan public relations, haruslah usaha untuk menciptakan hubungan
harmonis antara suatu badan organisasi dengan publiknya dan masyarakat luas
melalui suatu proses komunikasi timbal balik atau dua arah (Rahmadi, 1994).

Mengembalikan Citra Positif

Namun, tidak menutup kemungkinan sebuah organisasi mengalami krisis kepercayaan di mata
masyarakat. Hal ini terjadi jika citra organisasi tersebut berkembang ke arah negatif. Jika
kepercayaan dan citra perusahaan rusak di mata masyarakat, maka perusahaan tersebut harus

bersiap untuk menghadapi krisis kepercayaan.

Suatu organisasi yang mengalami permasalahan krisis kepercayaan akan dapat menyebabkan
bertumbuhnya pandangan negatif dari stakeholder dan publiknya, baik internal maupun external.
Jika hal ini terjadi berkepanjangan, maka tingkat kepercayaan dan citra perusahaan di mata
masyarakat akan cepat menjadi turun.

Untuk menjaga kredibilitas citra organisasi dimata semua pihak, perusahaan harus bereaksi dan
merespon dengan cepat, perlu diberikan informasi terbaik dan terbaru yang dikelola secara
efektif dan diberikan pada saat yang sama kepada semua pihak yang terkena
dampak. Untuk memulihkan citra negatif yang telah terbentuk dibutuhkan strategi
yang jitu yang membutuhkan technical skill dan managerial skill yang berbeda dalam keadaan
normal.

Perlu dipahami bahwa public relations juga harus memiliki kemampuan dalam mengantisipasi,
menghadapi atau menangani suatu krisis kepercayaan (crisis of trust) dan
merupakan tantangan berat adalah pemulihan citra positif (recovery of image) masyarakat
terhadap kepercayaan perusahaan.

Jenis Citra

Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi- informasi yang diterima seseorang. Ada
beberapa jenis citra (image) yang perlu diperhatikan yang berikatan dengan tugas publik
relations.

1. Mirror Image (Citra Bayangan)

Citra yang melekat pada orang atau anggota-anggota organisasi, dan citra yang dianut oleh orang
dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra yang berjenis ini
cenderung sangat positif dan bahkan terlalu positif, sebab biasanya kita melihat dari apa
yang kita bayangkan sangat hebat mengenai diri sendiri

Hal ini bisa memiliki efek kita pun percaya bahwa orang lain juga beranggapan dan
memiliki pandangan yang tidak kalah hebatnya atas diri kita. Tetapi jika kita meneliti dengan
mendalam citra ini maka akan terungkap bahwa citra bayangan ini hampir selalu tidak tepat,
atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
Citra jenis ini bisa melekat pada seseorang pemimpin perusahaan, lembaga,
dan organisasi.

2. Current Image (Citra yang Berlaku)

Citra ini adalah pandangan atau presepsi yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu
organisasi. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya
benar bahkan bisa juga tidak sesuai dengankenyataan. Karena, semata-mata terbentuk dari
pengalaman ataupengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan dan biasanya informasi yang
ada tidak memadai. Biasanya citra ini cenderumg negatif.
Perlu dipahami, Public Relations atau Humas memang menghadapi dunia yang bersifat
memusuhi, penuh prasangka, apatis, dan diwarnai keacuhan yang mudah sekali menimbulkan
suatu citra berlaku yang tidak fair.

Citra jenis ini sangat ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh
masyarakat atau mereka mempercayainya. Tidaklah mengherankan jika citra bayangan bisa
sangat berbeda dari citra yang berlaku.

3. Wish Image (Citra yang Diharapkan)

Suatu citra yang dinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini tidak sama dengan citra yang
sebenarnya. Biasanya harapan lebih baik atau menyenangkan dari pada citra yang ada, walaupun
dengan kondisi tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa merepotkan. Namun, secara umum
yang disebut citra harapan itu memang sesuatu yang berkonotasi lebih baik. Citra harapan itu
biasanya dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang relatif baru, yakni
ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai.

4. Corpoorate Image (Citra Perusahaan)

Citra ini adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan. Citra perusahaan ini terbentuk
dari banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra perusahaan dalam bisnis
misalnya antara lain adalah sejarah, riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-
keberhasilan di bidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang
baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja yang dalam jumlah besar, bersedia turut
bertanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset dan lain sebagainya.

Perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi positif, umumnya menikmati enam hal.


Pertama, Hubungan baik denga para pemuka masyarakat. Kedua, Hubungan positif dengan
pemerintah setempat. Ketiga, Resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, Rasa kebanggaan dalam
organisasi dan diantara khalayak sasaran. Kelima, Saling pengertian antara khalayak sasaran,
baik internal maupun eksternal. Ketujuh, meningkatkan kesetian kepada para staff.
5. Multiple Image (Citra Majemuk)

Citra ini terbentuk karena adanya image yang bermacam-macam dari publiknya terhadap
organisasi tersebut. Hal ini karena mereka yang mewakili organisasi tersebut memiliki tingkah
laku yang berbeda-beda atau tidak seirama atau bertentangan dengan tujuan atau asas organisasi
kita.

Penutup

Ardianto (2010) menyatakan image adalah realitas. Oleh sebab itu, perusahaan dalam
mengembangkan citra harus berpedoman pada kenyataan sosial yang ada dimata masyarakatnya.
Membangun citra merupakan gambaran yang ada dalam benak masyarakat berdasarkan
pengalaman yang didapat terkait perusahaan tertentu. Dengan kata lain, citra adalah persepsi
masyarakat tentang perilaku komunikasi sebuah organisasi.

Berkaitan dengan pelayanan, kualitas produk, perilaku komunikasi karyawan, organisasi, dan
lain-lain. (Sutisna dalam Ardianto, 2010) menyatakan bahwa citra merupakan gambaran realita
sosial dan merupakan refleksi dari perilaku komunikasi kita. Jika citra yang terbentuk tidak
sesuai dengan realitas yang ada dan kinerja tidak mendukung, maka dapat dikatakan organisasi
melakukan kesalahan dalam berkomunikasi dengan masyarakatnya. Akan tetapi, jika citra sesuai
dengan realitas sosial yang ada dan merupakan cerminan dari kinerja organisasi yang kurang
baik, maka dapat dikatakan bahwa ada kesalahan dalam mengelola organisasi

Anda mungkin juga menyukai