Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PERANCANGAN TAPAK

Penulis

Nama :Annaba Qolby Sururi

NPM : 2015012039

Prodi : S1 Arsitektur

Mata Kuliah : Metode Perancangan

Dosen : Ir. Kelik Hendro Basuki, S.T., M.T.

Yunita Kesuma, S.T., M.Sc.

JurusanArsitektur
FakultasTeknikUniversitas Lampung
Bandar Lampung
20 Oktober 2021
ANALISIS PERENCANAAN

I. Analisis Non-Fisik
1. Analisis Fungsi dan Kegiatan
a. Jenis Kegiatan

Kelompok Kegiatan
Kelompok Staff kantor masuk melewati Jalur belakang, menaruh
barang di locker room, bekerja di ruang staff
terbuka/ ruang eksekutif, beristirahat di
lounge dan retail room
Kelompok OB, catering, CS masuk melewati jalur belakang, bekerja di
retail room, mekanikal room, dan cleaning
servise room, dan membersihkan seluruh
ruang
Kelompok Staff penerima tamu masuk melewati entrance, bekerja di
resepsionis dan front office
Kelompok Tamu masuk melewati entrance, menunggu di
lobby, mendatangi resepsionis,
menggunakan/menyewa small, medium,
large room

b. Pelaku Kegiatan

Pelaku Jumlah
Eksekutif Senior 1 orang
Eksekutif Junior 1 orang
Manager 1 orang
Staff Kantor 20 orang
OB 3 orang
CS 3 orang
Catering 3 orang
Tamu Eksekutif 1-2 orang
Penyewa kantor 2-50 orang

2
c. Sifat Kegiatan

Sifat Deskripsi
Public Semua orang dapat mengakses
Semi Private Sebagian orang dapat mengakses
Private Orang orang tertentu yang dapat mengakses
Service Kegiatan penunjang

d. Syarat Kegiatan Dan Standar Kegiatan

Jenis kegiatan Pelaku kegiatan Sifat kegiatan Syarat kegiatan Standar kegiatan
Memimpin Eksekutif Privat Tenang Meja ekslusif
perusahaan
Mengolah data staff Semi privat Terbuka agar Meja, kursi
dan berdiskusi bisa berdiskusi kantor, dan
karpet

Menerima tamu resepsionis publik Mudah diakses Meja resepsionis


Retail/ kantin Seluruh publik Bersih dan Meja dan kursi
pegawai teratur panjang
Mekanikal & CS OB dan CS privat Tidak dekat Rak gantung
dengan area
publik
Istirahat pegawai lounge Luas dan bersih Sofa, meja,
lemari buku
Tempat tamu Semi privat Kedap suara, Meja dan kursi
penyewaan ruang luas, dan bersih makan
Menunggu Tamu publik Dekat dengan sofa
antrean resepsionis

2. Analisis Sosial-Ekonomi
a. Tingkat penghasilan pengguna

3
Untuk kelompok tatanan kehidupan pelaku dalam kantor sewa, dapat dikategorikan
menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1. Tingkat ekonomi golongan atas, merupakan pelaku yang berprofesi sebagai
pemilik dan pengelola kantor sewa
2. Tingkat ekonomi golongan atas, merupakan pelaku yang berprofesi sebagai staff
kantor dan penyewa kantor sewa
3. Tingkat ekonomi golongan rendah, merupakan mereka yang berprofesi sebagai
pegawai dari kantor sewa.

b. Efektif Dan Efisien


Rancangan bangunan ini adalah mencapai fungsi yang maksimal, dalam hal
perkantoran, dan dapat mencapai efisiensi yang baik kedepannya. Efisiensi dalam hal
ini mencakup efisiensi dalam hemat energy maupun sumber daya yang digunakan
dalam konstruksi bangunannya.

c. Ekspresi
Desain bangunan yang menerapkan arsitektur modern dengan menekankan sifat
Green Living atau ramah lingkungan memiliki bentuk yang terbuka dan tertata rapih.
Bangunan memanjang dari barat ke timur dengan memperhatikan arah bukaan dan
memakai sun shading . Bangunan memiliki gubahan bentuk dasar balok dan
trapesium.

4
3. Analisis Sosial Budaya

a. Pola Prilaku

pelaku Pola prilaku


Eksekutif senior Tegas, rajin, ulet
Eksekutif junior Rajin, ramah, bersih
manager Tegas, ulet
Staff kantor Rajin, senang berkomunikasi, bersih
Pegawai lainnya Ramah, bersih, ulet

b. Adat Istiadat
Lokasi tapak berada di daerah provinsi Lampung, yang mana Kebudayaan Lampung
merupakan bagian dari budaya nasional dan sekaligus sebagai aset nasional memiliki
sejumlah nilai dan norma sosial budaya yang melandasi pemikiran dan perilaku
masyarakatnya. Salah satu kebudayaan Lampung yang berlandaskan sebagai Falsafah
hidup yaitu Piil Pesenggiri, Piil Pesenggiri menunjukkan sikap watak orang Lampung
yang keras kemauan dan berpantang mundur dari cita-cita perjuangan yang
menyangkut harga diri. Etos dan semangat kelampungan piil pesenggiri itu
mendorong orang untuk bekerja keras, kreatif, cermat, dan teliti, orientasi pada
prestasi, berani kompetisi dan pantang menyerah atas tantangan yang muncul.

c. Tradisi
Tradisi ritual unik yang berada di daerah sekitar lokasi tapak adalah Ngambabekha,
yaitu ritual yang dilakukan pada saat pembukaan hutan untuk digunakan sebagai
lahan perkebunan atau perkampungan masyarakat. Warga lokal meyakini bahwa
hutan memiliki penunggu. Upacara ini dimaksudkan sebagai jalur perdamaian dengan
penunggu hutan agar masing-masing tidak saling mengganggu.

5
d. Kepercayaan
Orang-orang Lampung asli adalah penganut Islam Shafia, yang dianggap sebagai
aliran yang lebih taat kepada ajaran Islam Maliki, Ambili, dan Hanafi. Orang
Lampung di kota lebih taat dalam menjalankan keagamaan daripada orang Lampung
di desa. Namun masih ada juga orang Lampung yang percaya pada dewa-dewa,
makhluk halus, kekuatan gaib dan kekuatan sakti lainnya. Mereka mempunyai tempat
keramat sumur Pitu dan benda keramat pamonah yang dipercayai dapat menangkal
penyakit menular (ta’un). 

4. Analisis Kejiwaan
a. Persepsi
Manusia memiliki kreatifitas yang mampu menciptakan sebuah mahakarya pada
lingkungan yang dapat dipergunakan untuk masyarakat. Berdasarkan hal ini tentunya
pengguna dari bangunan yang akan dirancang ini harus memiliki persepsi untuk
menjaga tatanan masyarakat yang seimbang dan harmonis. Persepsi ini dapat berupa
menghargai sesama, toleransi, dan juga dapat mengendalikan dirinya pada saat
beraktifitas di dalam maupun di luar bangunan, yang akan berdampak pada
lingkungan disekitarnya.
b. Stimulus
Dalam perencanaan bangunan ini, diharapkan bisa menciptakan sebuah kenyamanan
bagi para pengguna dengan memperhatikan stimulus. Stimulus ini akan memicu para
pengguna untuk merasakan kenyamanan disetiap titik rancangannya dengan
memperhatikan utilitas, pencahayaan, maupun pengudaraannya.

c. Reaksi
Reaksi yang ditimbulkan dari bangunan yang akan dibangun ini haruslah reaksi yang
positif untuk menunjang segala kegiatan yang ada pada bangunan ini. Bangunan ini
diharapkan memiliki fungsi untuk menunjang segala kegiatan yang terjadi di
dalamnya.

6
d. Tingkatan (leveling)
Tingkatan yang dimaksud pada bagian ini merupakan tingkatan yang akan
mempengaruhhi pola individu maupun kelompok masyarakat. Pada perencanaan
bangunan, tentunya harus memperhatikan pola perilaku dari pengguna. Tingkatan
yang dianalisis seperti status sosial, usia, dan juga pendidikan.

II. Analisis Fisik

1. Analisis Tapak
a. Analisis Dimensi

Sumber: dokumentasi pribadi

Lokasi : jl. Baypass


Luas lahan : 2100 m2
KDB : 1.260 m2 (60%)
KLB : 0,6

b. Analisis Peraturan Daerah

PERDA Kota Bandar Lampung No. 7 Tahun 2014 tentang Bangunan Gedung
Pasal 22
(1) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ditentukan atas dasar kepentingan daya dukung
lingkungan, pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi,
fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan;
(2) Koefisien Dasar Hijau (KDH) ditentukan atas dasar kepentingan daya dukung
lingkungan, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, kesehatan dan kenyamanan
bangunan;

7
(3) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ditentukan atas dasar daya dukung lingkungan,
pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan,
fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan, keselamatan dan
kenyamanan umum;
(4) Ketentuan besarnya KDB, KDH, KLB disesuaikan dengan ketentuan dalam
RTRW, RDTR, RTBL;
(5) Walikota dapat menetapkan lain untuk kawasan-kawasan tertentu dan spesifik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23
(1) Jumlah lantai Bangunan Gedung dan tinggi Bangunan Gedung ditentukan atas
dasar pertimbangan lebar jalan, fungsi bangunan, keselamatan bangunan, keserasian
dengan lingkungannya serta keselamatan lalu lintas penerbangan;
(2) Bangunan Gedung dapat dibuat bertingkat ke bawah tanah sepanjang
memungkinkan untuk itu dan tidak bertentangan dengan ketentuan perundang
undangan;
(3) Ketentuan besarnya jumlah lantai Bangunan Gedung dan tinggi Bangunan
Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan dalam
RTRW, RDTR, RTBL;
(4) Walikota dapat menetapkan lain untuk kawasan-kawasan tertentu dan spesifik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 24
(1) Garis sempadan bangunan ditentukan atas pertimbangan keamanan, kesehatan,
kenyamanan dan keserasian dengan lingkungan dan ketinggian bangunan;
(2) Garis Sempadan Bangunan Gedung meliputi ketentuan mengenai jarak Bangunan
Gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, rel kereta api dan/atau jaringan
listrik tegangan tinggi, dengan mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan;
(3) Garis sempadan bangunan meliputi garis sempadan bangunan untuk bagian muka,
samping, dan belakang;
(4) Penetapan garis sempadan bangunan berlaku untuk bangunan di atas permukaan
tanah maupun di bawah permukaan tanah (basement);

8
(5) Ketentuan besarnya garis sempadan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih lanjut dalam peraturan Walikota;
(6) Garis Sepadan Bangunan atau GSB terhadap as jalan dihitung sejajar dengan As
jalan dan atau rencana jalan yang berada pada persil atau pekarangan;
(7) Untuk jalan Arteri Primer dan Sekunder letak garis sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) adalah paling sedikit 15 Meter dari tepi badan jalan.
(8) Untuk jalan Kolektor Primer Letak garis sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
adalah paling sedikit 10 Meter dari tepi badan jalan;
(9) Untuk jalan Kolektor Sekunder Letak garis sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
adalah paling sedikit 5 Meter dari tepi badan jalan.

Pasal 25
(1) Jarak antar bangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman ditetapkan
untuk setiap lokasi sesuai dengan peruntukannya atas pertimbangan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, kemudahan, dan keserasian dengan lingkungan dan
ketinggian bangunan;
(2) Jarak antar bangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman yang
diberlakukan per kapling/persil dan/atau per kawasan;
(3) Penetapan jarak antarbangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman
berlaku untuk di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah
(basement);
(4) Penetapan jarak antar bangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman
untuk di bawah permukaan tanah didasarkan pada pertimbangan keberadaan atau
rencana jaringan pembangunan utilitas umum;
(5) Ketentuan besarnya jarak antarbangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar
halaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan dalam
RTRW, RDTR, RTBL dan/atau pengaturan sementara persyaratan intensitas
Bangunan Gedung dalam peraturan Walikota;
(6) Walikota dapat menetapkan lain untuk kawasan-kawasan tertentu dan spesifik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9
Pasal 66
(1) Bangunan Gedung dengan gaya/langgam tradisional dapat berupa fungsi hunian,
fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi perkantoran, dan/atau fungsi sosial dan
budaya;
(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dengan gaya/langgam tradisional dilakukan
oleh perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga swasta atau lembaga pemerintah
sesuai ketentuan kaidah/norma tradisional yang tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dengan gaya/langgam tradisional dilakukan
dengan mengikuti persyaratan administratif dan persyaratan teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11;
(4) Walikota mengatur persyaratan administratif dan persyaratan teknis lain yang
besifat khusus pada penyelenggaraan Bangunan Gedung dengan gaya/langgam
tradisional dalam peraturan Walikota.

Pasal 67
Ketentuan mengenai kaidah/norma tradisional dalam penyelenggaraan Bangunan
Gedung dengan gaya/langgam tradisional terdiri dari ketentuan pada aspek
perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan, yang meliputi:
a. penentuan lokasi,
b. gaya/langgam arsitektur lokal,
c. arah/orientasi Bangunan Gedung,
d. besaran dan/atau luasan Bangunan Gedung dan tapak,
e. simbol dan unsur/elemen Bangunan Gedung,
f. tata ruang dalam dan luar Bangunan Gedung,
g. aspek larangan,
h. aspek ritual,

10
c. Analisis Potensi
Potensi Alami

Sumber: dokumentasi pribadi


Adanya pohon tahunan/beringin yang dipertahankan, bisa dimanfaatkan untuk
memberikan ruang hijau pada sekitar lokasi tapak. Pada lokasi sebelah utara tapak
terdapat lahan pertanian kering yang kurang produktif, sedikit banyaknya akan
memberikan nilai tambah pada lahan untuk wilayah pemukiman.

Potensi Buatan

Sumber: dokumentasi pribadi

Jalan utama Bypass yang berperan sebagai arah utama main entrance, memberi nilai
plus untuk tapak karena jalan tersebut merupakan jalan lintas sumatera dan terhubung
dengan pusat kota.

d. Analisis Klimatologi

Iklim
Indonesia berada pda daerah beriklim tropis, sehingga kelembaban udara terkadang
begitu tinggi dan memengaruhi kualitas material bangunan yang akan dipakai.
Begipula dengan pengondisian udara dalam pengaturan suhu dan kelembaban udara

11
ruangan. Maka bangunan yang akan saya bangun memiliki atap yang miring dan
memiliki lubang ventilasi yang cukup untuk mengurangi resiko kelembaban pada
konstruksi bangunan.
Garis Edar Matahari

Sumber: dokumentasi pribadi

Strategi terhadap sinar matahari:


a) Orientasi bangunan akan di arahkan ke timur-barat.
b) Pengolahan Lansekap tapak agar mendukung orientasi bangunan untuk
mengurangi panas radiasi matahari.
c) Pemberian Shading Device pada arah barat dan timur matahari, berupa
tirai, sosoran, kantilever, Glass block dan kisi-kisi.
d) Pemanfaatan Skylight.
e) Perletakan jendela yang disesuaikan dengan kebutuhan ruang.

Aliran Air Permukaan Atau Drainase

Sumber: dokumentasi pribadi

12
kondisi drainasi yang cukup baik dan dapat mengalirkan air dengan baik. Dan setiap
bangunan dekat tapak telah dilengkapi drainase yang berada didepan lahan.

Angin
Arah angin disekitar tapak didominasi dari arah selatan, karna dilokasi tapak terletak
dijalan raya yang kecepatan anginnya cukup kuat. Hal ini disebabkan beberapa faktor:
lokasi lahan tapak termasuk kosong, vegetasi yang masih sedikit, dan banyaknya
kendaraan yang lalu lalang.
Strategi terhadap kecepatan angin :
- Penghadapan vegetasi dengan ketinggian berbeda dapat mengatur pergerakan
angin yang ada
- Pengaturan besar kecilnya bukaan sesuai dengan kebutuhan ruang agar dapat
menjaga kestabilan iklim setempat.
- Adanya bukaan pada bagian facade bangunan dengan menentukan arah datangnya
angin untuk mendapat aliran udara pada bangunan. Sedangkan bagian facade
yang tertutup berfungsi untuk membelokan angin kemudian diarahkan kedalam
ruangan

e. Analisis Pencapaian

Sumber: dokumentasi pribadi

kriteria main entrence:


a) Mempunyai kemudahan akses sirkulasi menuju jalan raya
b) Memiliki fleksibilitas dalam menunjang pelaksanaan kegiatan
c) Kemudahan pencapaian pemilik ataupun pengunjung

13
Kriteria side entrance :
a) Aman,
b) b) Dapat dilalui kendaraan besar.

f. Analisis Sirkulasi
Sirkulasi Pejalan Kaki

Sumber: dokumentasi pribadi

Pejalan kaki bisa mengakses jalan kantor dengan melewati jalan parkiran yang berada
di sisi selatan pojok kanan dan kiri lokasi tapak. Dan untuk masuk ke dalam kantor,
pejalan kaki bisa memasuki entrance dan juga jalur belakang di sisi utara.

Sirkulasi Kendaraan

Sumber: dokumentasi pribadi

Bagi kendaraan roda empat bisa mengakses jalan kantor dengan melewati jalur
selatan pojok kiri, sedangkan untuk kendaraan roda dua bisa mengakses jalan kantor
dengan melewati jalur selatan pojok kanan.

14
g. Analisis Ruang Kota

Sumber: dokumentasi pribadi

Lahan terbuka berada di sekitar site kami, dikarenakan site ini berlokasi di daerah
yang masih banyak lahan kosong dan juga Berada di lingkungan dengan peruntukkan
lahan sebagai lahan kawasan Industri dan bisnis baru.

h. Analisis Vegetative

Potensi Pohon Memanfaatkan pohon paku dan semak hias yang sebelumnya sudah ada
pada lahan, untuk dioptimalisasikan sebagai pendukung tata hijau lahan.

sumber: artikel.rumah123.com

 Tanaman Khas Di daerah sekitar lahan banyak ditemukan tanaman paku


(pakis), semak, kelapa, dan pohon melinjo (Gnetum gnemon)

sumber: artikel.rumah123.com

15
i. Analisis Utilitas Kota
Kondisi jaringan listrik
Jaringan listrik dalam kondisi baik, terlihat dari keberadaan tiang listrik berupa SUTR
yang sudah tersebar merata.
Kondisi jaringan telekomunikasi
jaringan telekomunikasi juga sudah baik hal ini dapat dilihat dari tower BTS Yang
telah tersebar merata.

Kondisi Drainase

Air hujan dapat mengalir melewati resapan air tanah atau saluran irigasi yang berada
di depan lokasi tapak.

j. Analisis Kebisingan

Sumber: dokumentasi pribadi

Kondisi bisisng disekitar tapak yang paling dominan berasal dari transportasi
kendaraan yang menyebabkan kondisi noise diarah selatan menjadi tinggi.
Strategi :
1. Pengadaan vegetasi sebagai filter kebisingan disepanjang tapak yang berdekatan
dengan jalan.
2. Perbedaan ketinggian yang membentuk gundukan difungsikan sebagai pereda
kebisingan dari jalan

16
2. Analisis Teknologi Bangunan
a. Rekayasa teknik dan konstruksi
Dalam rancangan bangunan kantor, kami menggunakan system struktur vector aktif,
karena struktur tersebut mengalihkan kekuatan eksternal terutama melalui komposisi
batang tekan atau tarik seperti rangka batang.

b. Analisis System Utilitas Bangunan


1. Jaringan air bersih dan kotor
Air bersih : air tanah (sumur bor) dan PDAM
Air kotor : Bak lemak, bak control, septictank, resapan
Pada area ini air limbah dan air hujan dapat dibuang melalui saluran air
tertutup pada setiap jalan dan akan dinetralisir ke saluran air tanah

2. Jaringan listrik
Pada kawasan ini sumber listrik menggunakan sumber dari saluran PLN

3. Jaringan Penyegar Udara

- Penghawaan Alami

Penghawaan pada kantor sewa menggunakan ventilasi silang yang


memaksimalkan sirkulasi udara melalui bukaan jendela, boven maupun
sirkulasi.

- Penghawaan Buatan
Untuk penghawaan buatan, kami menggunakan AC (air conditioner) yang
akan diletakkan pada bagian-bagian tertentu terutama ruang yang memiliki
pengguna cukup banyak dan tidak ada bukaan langsung.

4. Jaringan Sampah
Disetiap bangunan termasuk kantor sewa ini menghasilkan sampah yakni
sampah kering dan sampah basah. Sampah-sampah tersebut

17
dikelompokkan sesuai jenisnya yang kemudian dapat didistribusikan ke
tempat pembuangan akhir (TPA) atau bak sampah induk.

5. Jaringan Pemadam Kebakaran


Beberapa jaringan pemadam kebakaran untuk mencegah terjadinya
kebakaran yang akan kami gunakan antara lain:
- Tabung pemadam kebakaran
- Fire Alarm (alarm kebakaran)

6. Jaringan Penangkal Petir


Beberapa jaringan penangkal petir yang akan kami pakai diantaranya adalah:
- Kabel konduktor
- Grounding (pembumian)
- Splitzen (batang penangkal petir)

7. Jaringan Keamanan
Untuk jaringan dalam keamanan dalam kanotr sewa ini, kami berencana untuk
menggunakan CCTV.

III. Analisis Kawasan Dan Wilayah

1. Komponen Analisis Kawasan


a. Perkembangan Sosial Penduduk

Jumlah penduduk kota Bandar Lampung pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang
cukup banyak dibandingkan tahun sebelumnya (2011) yang jumlahnya sekitar 895.370
jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun jumlah penduduk kota mengalami pertumbuhan
sekitar 1,59 % per tahunnya. Penduduk Kota Bandar Lampung berdasarkan Sensus
Penduduk Nasional 2012 yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS) berjumlah
1.212.129 jiwa. Sebaran penduduk kota paling banyak berada di Kecamatan Panjang
yang berjumlah 91.080 jiwa, sedangkan paling sedikit berada di Kecamatan Teluk
Betung Barat dengan jumlah 34.031 jiwa.

18
b. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi kota Bandar Lampung secara tidak langsung dipengaruhi oleh
keadaan perekonomian nasional dan kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat.
Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung selama lima tahun terakhir (2006-2010)
mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir
dapat digambarkan sebagai berikut, pada tahun tahun 2006 sebesar 6,30 persen, tahun 2007
sebesar 6,83 persen, tahun 2008 sebesar 6,82 persen, tahun 2009 sebesar 6.01 persen, dan
tahun 2010 sebesar 6,33 persen.

Secara sektoral seluruh sektor ekonomi kota Bandar Lampung selama kurun waktu 2006-
2010 masih dalam kondisi normal. Seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif.
Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi kota Bandar Lampung banyak disumbangkan dari
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini menyumbang laju pertumbuhan
terbesar yaitu tumbuh secara signifikan sebesar 12,64 persen, sedangkan sektor ekonomi
lainnya tumbuh pada level dibawah 10 persen.

c. Daya Dukung Fisik Dan Lingkungan

Kondisi topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai
kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500
meter, dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke
Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung di sebelah Barat dan Gunung Dibalau
serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur.

Kondisi tanah yang mendominasi di daerah Lampung merupakan tanah bekas endapan pantai
dan sungai yang tersebar disekitar Teluk Lampung dan di sekitar Tanjung Karang didominasi
oleh tanah lapukan hasil kegiatan gunung api muda dari Formasi Lampung yang umumnya
batuan tuffa. Sementara di tengah-tengah Kota Bandar Lampung muncul bukit bukit mencuat
dari tufa dan andesit.

19
d. Daya Dukung Prasarana Dan Fasilitas Lingkungan

Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan syarat dasar terlaksananya program


pembangunan di berbagai bidang. Sarana dan prasarana yang terbatas akan menjadi
penghambat dalam pemanfaatan potensi daerah dan proses pembangunan secara keseluruhan.
Kualitas sarana dan prasarana yang tidak baik akan menghambat masuknya investasi dan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Kondisi sebagian jalan belum mantap dan kemacetan
yang semakin intensif dan meluas, terbatasnya pasokan energi listrik adalah sebagian
masalah yang harus segera menjadi prioritas untuk diselesaikan, demikian pula halnya
dengan infrastruktur yang mendukung mitigasi bencana daerah. Selain itu permasalah
pengelolaan sampah dan limbah lainnya juga memerlukan perhatian yang serius dari
Pemerintah Kota Bandar Lampung. Oleh karena itu, isu peningkatan infrastruktur yang
mantap di Kota Bandar Lampungmenjadi penting sebagai syarat utama proses pembangunan
di berbagai sektor.

20

Anda mungkin juga menyukai