Anda di halaman 1dari 9

Nama : Fadlan Ibrahim

Nim : 442419042

Kelas : Kimia B

Tugas Bioteknologi

1. Jelaskan secara rinci proses pembuatan vaksin secara umum.


2. Jelaskan mekanisme pembuatan vaksin hepatitis B.
3. Jelaskan pembuatan vaksin covid-19 jenis sinovac, astrazeneca, moderna dan pfizer.
Jawaban
1. vaksin secara umum melalui proses pencampuran dengan fluida (air atau garam), bahan
aditif atau pengawet, dan beberapa adjuvant (bahan pembantu). Secara umum bahan ini
disebut dengan excipient. Hal ini memastikan kualitas dan potensi dari vaksin dalam
melengkapi kemampuan vaksin itu sendiri. Vaksin harus memiliki tingkat keamanan dan
imunogenisitas yang baik jika diinjeksikan ke dalam manusia. Dikarenakan vaksin biasa
diigunakan dalam bentuk cairan, dapat menyebabkan terjadinya freeze-dried (lyophilized)
sehingga membutuhkan waktu recovery sebelum digunakan. Preservative atau bahan
pengawet untuk vaksin berfungsi dalam memastikan kesterilan vaksin selama masa
vaksin tersebut dapat digunakan. Bahan ini digunakan untuk mencegah kontaminasi pada
proses pembuatan, ketika dosis pertama diekstraksi, akan melindungi produk sisa dari
bakteri yang akan mempengaruhi media pembuatan. Penambahan bahan ini ditambahkan
selama pembuatan untuk mencegah kontaminasi.
Tabel 2. Contoh bahan pengawet dalam vaksin

Preservative vaccines
Phenol Typhoid, pneumococcal polysaccharide.
Benzethonium chloride Anthrax
2-phenoxyethanol inactivated
Thimerosal Multi- dose influenza

mikroba. Namun, tidak semua bahan pengawet ini dapat digunakan pada seluruh vaksin.
Contoh bahan pengawet yang telah digunakan pada vaksin ditunjukkan oleh tabel 2.
Selain bahan pengawet, digunakan pula bahan pembantu yang bertugas untuk
meningkatkan pengaruh imun dari antigen vaksin, namun tidak berperan sebagai antigen.
Adjuvant yang biasa digunakan dalam pembuatan vaksin adalah garam alminium. Vaksin
yang menggunakan adjuvant memiliki kecepatan yang lebih tinggi dalam mengatasi
reaksi yang merugikan seperti rasa sakit pada sisi injeksi, malaise (tidak enak badan), dan
demam.
2. Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang termasuk dalam golongan Hepadnaviridae.
Transmisi vertikal merupakan sumber infeksi utama di seluruh dunia, juga ditransmisikan
melalui cairan tubuh, perkutan dan melalui membran mukosa, kontak dengan carrier
hepatitis B, hemodialisis, paparan terhadap peerja kesehatan yang terinfeksi, alat tato, alat
tindik, hubungan seksual dan inseminasi buatan, juga dapat melalui transfusi darah dan
donor organ.7 Imunisasi pasif Hepatitis B dapat dilakukan dengan pemberian
imunoglobulin yang mengandung antiHBs. Sedangkan imunisasi aktif hepatitis B
diperoleh melalui pemberian vaksin yang dihasilkan melalui berbagai cara, antara lain:
hasil kultur HBsAg dari plasma pasien yang terinfeksi Hepatitis B kronik, memasukkan
plasmid yang mengandung gen S virus.1 Vaksin diberikan dalm 3 dosis dengan jadwal 0,
1, dan 6 bulan, bila setelah imunisasi terdapat respons yang baik maka tidak perlu
dilakukan pemberian imunisasi penguat (booster).
Macam vaksin : antigen virus inaktif
Efektivitas : 75-90%
Rute suntikan : intramuskular12
3. a. Sinovac
Pemurnian DNA yang dilemahkan merupakan pengembangan vaksin secara konvensional
dan telah ditemukan bahwa platform teknologi ini aman dan efektif dalam mencegah
penyebab terjadinya penyakit yang disebabkan oleh virus seperti influenza, dan polio.
Dalam pengembangan pra-klinis secara in-vitro untuk menetralisir dan menuji model
vaksin Covid-19, dilakukan isolasi untai virs SARS-CoV-2 dari sampel bronchoalbeloar
lavage fluid (BALF) 11 pasien rumah sakit yang terinfeksi virus ini. Seluruh untai sampel
yang tersebar di berbagai negara dibentuk dalam pohon filogenik yang mewakili seluruh
untai dan populasi Covid-19 di dunia.
Gambar
Preparasi sinovacc dapat dilihat pada gambar 8B. Pemilihan untai CN2 untuk pemurnian
virus SARS-CoV-2 yang dilemahkan, vaksin sinovacc dan 10 untai lain (CN1, CN3-CN5,
dan OS1-OS6) secara praklinis dikarenakan memiliki kemiripan dengan 2019-nCoV-
BetaCoV dan EPI_ISL_412973 secara berurutan, yang telah diteliti dan terbukti
menyebabkan gejala klinis termasuk kegagalan pernapasan sehingga membutuhkan
ventilator mekanik. Membuat stok untai virus dengan pertumbuhan yang efisien dalam sel
Vero untuk produksi sinovacc, untai CN2 dimurnikan dan satu passage dalam sel Vero
untuk menghasilkan stok P1. Setelah itu, empat passage yang lain digunakan untuk
menghasilkan stok P2-P5. Evaluasi kestabilan genetic dari sinovacc ini, lima passage yag
lain digunakan untuk memperoleh stok P10, keseluruhan genom digambungkan dengan
untai P1, P3, dan P5. Skema vaksin berbasis virus terdeaktivasi dapat dilihat pada gambar
9 dalam memicu respon imun. Vaksin ini didasarkan pada memicu replikasi virus dan
meningkatkan produksi antigen sehingga imun akan terbentuk dengan baik dan cepat
untuk melawan Covid-19.
Gambar
Uji imunogenisitas sinovacc, kelompok tikus BALB/c diinjeksikan pada hari ke-0 dan ke-
7 dengan variasi dosis (0; 1,5; 3; dan 6 µg dalam garam fisiologis. Hasil uji ini
menunjukkan tidak terjadinya inflamasi maupun efek lainnya. Protein spike, RBD, dan
respon antibodi N-spesifik dievaluasi dengan ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent
Assays). Kemudian diuji coba kembali pada kera (Macaca mulatta) dengan perbedaan
dosis rendah dan dosis tinggi. Hasil uji imunitas pada vaksin ini menunjukkan respon
yang baik dalam memicu sel T untuk melawan virus, namun tetap harus dikontrol agar
imunitas humoral dapat tetap muncul. Sel T dapat mengiduksi cytokine storm untuk
menekan pathogen Covid-19. Oleh karena itu, respon sel T dimunculkan oleh vaksin
Covid-19 untuk dapat dikontrol dengan baik agar mengindari terjadinya imunopatologi.
Evaluasi keamanan sinovacc dilakukan secara sistematis pada kera dengan mencatat
sejumlah pengamatan klinis dan indeks biologis. Dua kelompok kera (n=10) diimunisasi
dengan injeksi intramuskular dengan dosis rendah (1,5µg) atau tinggi (6µg) dan dua
kelompok kera lainnya diimunisasi dengan adjuvant (sham) dan garam fisiologis
(placebo) selama tiga kali pada hari ke-0, 7, dan 14. Hasil histopatologis pada berbagai
organ termasuk paru-paru, jantung limpa, hati, ginjal, dan otak dari empat kelompo kera
pada hari ke-29 ditunjukkan pada gambar 6 dan tidak menyebabkan dampak yang
signifikan pada kera.
Dampak yang berbahaya dari Covid-19 dan meningkatkan jumlah kematian di dunia,
sehingga membutuhkan vaksin untuk menanggulangi dan mencegah penularan virus
tersebut menggunakan proses dengan paradigma pandemik. Keamanan dan efektivitas
menjadi hal yang sangat penting untuk perkembangan vaksin pada tahap uji coba pra-
klinis dan klinis. Meskipun terlalu cepat untuk mengatakan model yang paling baik untuk
mengetahui infeksi virus Covid-19, penggunaan kera menunjukkan hasil yang
menjanjikan. Pada penelitian terhadap kera, tidak menunjukkan peningkatan infeksi
ataupun imunopatologis yang dapat membahayakan sel inang (Gambar 10). Penelitian ini
juga menunjukkan perlindungan yang baik terhadap virus Covid-19 dengan dosis 6µg
sinovacc pada kera. Hasil ini membuka jalan untuk pengembangan klinis atau vaksin
Covid-19 untuk digunakan, serta kandidat vaksin Covid-19 pada manusia. Fase pertama,
kedua, dan ketiga pada uji klinis dengan sinovacc dan kandidat vaksin lainnya akan
dilakukan setidaknya akhir tahun 2020.
b. Moderna
RNA virus dalam kaitannya dengan vaksin Covid-19 telah diumumkan oleh International
Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) dikarenakan memiliki untai homolog dengan
SARS yang juga disebabkan oleh virus korona. SARS-CoV-2 berasal dari subfamily
Coronavirinae dengan struktur genomik (+)ss-RNA 30 kb (kilo-base pair) termasuk
struktur 5’-cap dan lebar 3’poly-A. Berdasarkan Wang F. et al (2020), vaksin didasarkan
pada ekspresi sitoplasma dari chimeric mRNA yag mengandunng open reading frame
(ORF) dari untaian virus yang memiliki potensi untuk ditranslasi secara langsung dalam
sitoplasma dan menghambat integrasi kromosom. Sekali diinjeksikan, mRNA yang
dikirimkan akan diproses oleh sel imun secara cepat dan mulai memproduksi protein
target secara langsung melalui translasi, dan diikuti dengan aktivasi sel imun lainnya
untuk mengenali protein virus yang baru terbentuk sehingga akan terbentuklah antibodi.
Dimulai pada tanggal 16 Maret 2020, mulai dikembangkan fase pertama oleh Moderna
dan Vaccine Research Center (VRC) menggunakan vaksin berbasis mRNA yang dilapisi
oleh lipid nanopartikel (mRNA-1273) yang mengkode protein spike (S) dari virus SARS-
CoV-2. Terdapat dua jenis vaksin RNA yang dapat digunakan untuk melawan infeksi
pathogen, yakni vaksin mRNA non-replikasi dan vaksin mRNA yang bereplikasi atau
melakukan self-amplifying. Dikarenakan perbedaan metode pengirimannya, vaksin
mRNA non-replikasi selanjutnya dikelompokkan menjadi dua yakni pemuatan sel
dendritic secara ex-vivo dan injeksi in-vivo secara langsung ke sisi anatomi yang
terserang. Penetrasi terhadap batas membrane lipid menjadi langkah awal untuk mRNA
eksogen dalam menacapai sitoplasma sebelum terjadinya translasi protein
fungsional.Selain itu, mekaisme pengambilan vaksin mRNA menunjukkan spesifisitas sel
dan sifat fisika kimia dari mRNA secara signifikan akan mempengaruhi kemampuan
pengiriman menuju sel dan distribusi menuju organ. Faktor-faktor tersebut patut
dipertimbangkan untuk membuat vaksin berbasis mRNA yang efektif dan hingga saat ini
mRNA tetap menjadi pertimbangan utama dalam mengembangan vaksin Covid-19
dikarenakan kecepatan yang sangat tinggi (Wang F. et al, 2020)
Dikarenakan memiliki struktur genomik (+)ss-RNA, SARS-CoV-2 dapat melakukan self-
amplifying yang menyebabkan terjadinya replikasi RNA secara ekstrem di dalam sitosol.
Hal ini sangat membantu untuk perkembangan fungsi mRNA sebagai vaksin Covid-19.
Namun, keamanan dan efisiensi vaksin mRNA untuk manusia masih belum diketahui.
Keunggulan mRNA dibandingkan dengan platform lainnya memberikan kekuatan
tersendiri meskipun terdapat beberapa keterbatasan pada pengiriman dan stabilitas
dikarenakan degradasi RNA, dan keamanan dikarenakan imunogenisitas yang
menghalangi perkembangannya. Vaksin berbasis mRNA secara aktif menginduksi
aktivasi sel B respon dan sel T sitotoksisitas. Gambar 6 menunjukkan skema vaksin
berbasis mRNA dalam mengaktifkan imun tubuh. Pertama, vaksin mRNA menggunakan
untai mRNA target protein yang digabungkan secara in-vitro, dibandingkan dengan untai
antibodi target. Kemudian, untai mRNA rekombinan protein target akan dibawa oleh lipid
nanopartikel (LNPs) dan memasuki sel somatik sitoplasma untuk bertranslasi dan
mengkode protein target. Ketika protein target dilepas dari sel inang, sel penyedia antigen
akan dengan cepat merekam dan memproses protein heterolog. Kemudian penyajian
MHC I dan MHC II (Major Histocompatibility Compex) pada permukanan membrane sel
penyedia antigen. Tahap ini sangat penting untuk aktivasi selanjutnya dari sel B, sel T,
dan juga menjadi kunci untuk respon humoral dan sitotoksik (Wang F. et al, 2020)

Pengembangan vaksin berbasis mRNA ini memiliki tantangan dalam menargetkan


untaian DNA kepada spike protein (S) sehingga dapat menimbulkan aktivitas selanjutnya.
Glikoprotein spike menjadi target kunci untuk perkembangan vaksin, terapi antibodi, dan
diagnosis klinis Covid-19. Proses untuk mencapai situs yang tepat pada pengembangan
vaksin ini diawali dengan masuknya sel inang menggunakan protein homometrik s
terglikolisasi yang tinggi untuk mencapai titik fusi dengan membrane sel melalui
perubahan struktur.Proses ini meliputi pengikatan subunit S1 pada reseptor sel inang
ACE2, yang memicu ketidakstabilan trimetric dan diikuti oleh pemisahan subunit S1 dari
subunit S2 membentuk struktur gabungan yang sangat stabil. Reseptor sel inang dapat
dimasuki dengan cara RBD (Receptor Binding Domain) dalam subunit S1 mengalami
perubahan konformasi seperti engsel untuk menyembunyikan atau menunjukkan situs
kunci utuk berikatan dengan reseptor, yang sangat mirip dengan SARS-CoV. Tingkat
homolog yang tinggi dari RBD menunjukkan bahwa virus Covid-19 disebarkan oleh
reseptor inang yang sama seperti SARS-CoV. Meskipun memiliki kemiripan, Covid-19
tetap memiliki karakteristik tersendiri. Hal yang paling signifikan adalah pada untai asam
amino RRAR (Arginin-Arginin-Alanin-Arginin) dengan situs pemutusan protease S1/S2
yang konsisten dengan karakteristik dari situs pengenalan Furin. Hal ini lebih banyak
terdapat dalam virus influenza dibandingkan dengan virus SARS yang hanya memiliki
arginin tunggal. Selain itu, terdapat berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan virus
influenza lainnya yang menandakan bahwa dasar struktur biologis untuk mendesain
vaksin Covid-19 telah lebih akurat dan dapat digunakan untuk menemukan obat anti
virusnya (Wang F. et al, 2020).
Terdapat empat keunggulan utama dalam keamanan dan efektivitas penggunaan vaksin
berbasis mRNA ini dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Pertama, vaksin
berbasis mRNA meminimalisir potensi risiko infeksi dan induksi insersi mutagenesis
akibat degradasi mRNA dalam sel lingkungan mikro. Kedua, efektivitas yang tinggi
untuk meningkatkan imun karena perancangan modifikasi struktur mRNA akan
meningkatkan kestabilan dan translasi yang baik. Ketiga, potensi yang tinggi dari vaksin
berbasis mRNA dalam imunisasi dosis rendah untuk menetralisir immunoglobulin
sehingga dapat menginduksi respon imun yang kuat dengan mengaktivasi sel T. Keempat,
dapat diproduksi secara massal dengan cepat untuk dapat mengobati populasi yang
terjangkit. Keseluruhan faktor ini membuat penggunaan vaksin berbasis mRNA lebih
cocok dijadikan respon cepat yang dapat dioptimalkan selama pandemi (Wang F. et al,
2020).
c. Astrazeneca
Spesifikasi vaksin AstraZeneca merupakan larutan injeksi dalam wadah multidosis
(ChAdOx1-S (rekombinan) dalam satu dosis (0,5 ml) mengandung vaksin COVID-19
replication-deficient chimpanzee adenovirus(ChAdOx1-S rekombinan) 5 × 1010
partikel virus (vp) Vektor adenovirus simpanserekombinan yang kekurangan
replikasi yang mengkodekan SARS-CoV-2 Spike(S) glikoprotein. Kemanjuran vaksin
dalam subkelompok peserta dengan satu atau lebih komorbiditas adalah 62,7% dan
setelah vaksinasi dengan Vaksin COVID-19 AstraZeneca pada peserta yang
seronegatif pada awal serokonversi(yang diukur dengan peningkatan ≥4 kali lipat dari
baseline pada antibodi pengikat S) ditunjukkan pada ≥98% peserta pada 28 hari setelah
dosis pertama dan ≥99% pada 28 hari setelah hari kedua. Pada peserta dengan bukti
serologis infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya pada awal, titer antibodi S memuncak 28
hari setelah dosis satu tetapi tidak meningkat lebih lanjut setelah dosis kedua. Salah
satu proses yang terlibat dalam produksi vaksin AstraZeneca adalah penggunaan
bahan tripsin babi dari pankreas babi untuk mengisolasi sel inang dari mikrocarrier.
Produksi babi dilarang di Indonesia. Namun, dalam situasi saat ini, Fatwa MUI dapat
menggunakan vaksin berbasis Astra Zenekku hanya jika vaksin Halal tidak
mencukupi untuk proses vaksinasi covid-19, kebutuhan darurat, dan jaminan keamanan.
d. Pfizer
[21.11, 6/12/2021] Caca Dude: Nama vaksin Covid 19 dari Pfizer BionTech adalah
BNT162b2, diproduksi oleh Pfizer Inc., and BioNTech, dan termasuk golongan
vaksin tipe mRNA. Adapun kandungan vaksin Pfizer Inc., and BioNTech adalah
mRNA,lipids ((4-hydroxybutyl)azanediyl)bis(hexane-6,1-diyl)bis(2-hexyldecanoate), 2
[(polyethylene glycol)-2000]-N,N-ditetradecylacetamide, 1,2-Distearoyl-sn-glycero-3-
phosphocholine, and cholesterol), potassium chloride, monobasic potassium
phosphate, sodium chloride, dibasic sodium phosphate dihydrate, and sucrose.Di
dalam uji klinis, yang melibatkan sekitar 20.000 relawan berusia 16 tahun ke atas
setidaknya telah menerima satu dosis vaksin Pzifer-BioNTech.Di dalam uji klinis yang
sedang berlangsung, vaksin Pzifer-BioNTech Covid 19 telah terbukti mampu
mencegah Covid 19 setelah diberikan dua dosis dengan jarak pemberian antara
dosis pertama dan ke dua adalah tiga minggu, namun durasi waktu pelindungan
setelah diberikan vaksin kepada seseorang belum diketahui jangkawaktu
perlindungannya.Uji klinis fase 2 dan fase 3 untuk vaksinPzifer-BioNTech,
mencakup orang-orang dengan ras putih 81,90%, Hispanik 26,20%, Afrika/Amerika
9,80%, Asia 4,40%, < 3% ras lain.Berdasarkan bukti dari uji klinis, vaksin Pzifer-
BioNTech 95%efektif mencegah penyakit Covid-19, yang dikonfirmasi di
laboratorium pada orang tanpa bukti infeksi sebelumnya (CDC,2021).Efek samping
yang dilaporkan akibat pemakaian vaksin Pzifer-BioNTech adalah; nyeri di tempat bekas
suntikan, merasa kelelahan, sakit kepala, nyei otot, menggigil, demam, nyeri sendi,
pembengkakan di tempat suntikan, kemerahan di tempat suntikan, mual, kurang
enak badan, pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).Kemungkinan kecil
apabila jika Vaksin Pzifer-BioNTech dapat menyebabkan alergi berat. Reaksi alergi
berat biasanya akan terjadi beberapa menit hingga satu jam setelah mendapatkan
dosis Vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19. Biasanya penyuntik vaksin akan meminta
sipenerima vaksin untuk menunggu sejenak agar dapat memantau apakah akan muncul
alergi berat pada si penerima vaksin.Adapun jenis kelamin laki-laki sebanyak 50,60%,
perempuan 49,40% dan sebanyak 21,40% berusia 65 tahun dan lebih tua. Adapun
relawan yang memiliki kondisi obesitas adalah 35,10%, diabetes 8,40% dan
penyakit paru –paru sebesar 7,80% (CDC, 2021).

Anda mungkin juga menyukai