Nim : 442419042
Kelas : Kimia B
Tugas Bioteknologi
Preservative vaccines
Phenol Typhoid, pneumococcal polysaccharide.
Benzethonium chloride Anthrax
2-phenoxyethanol inactivated
Thimerosal Multi- dose influenza
mikroba. Namun, tidak semua bahan pengawet ini dapat digunakan pada seluruh vaksin.
Contoh bahan pengawet yang telah digunakan pada vaksin ditunjukkan oleh tabel 2.
Selain bahan pengawet, digunakan pula bahan pembantu yang bertugas untuk
meningkatkan pengaruh imun dari antigen vaksin, namun tidak berperan sebagai antigen.
Adjuvant yang biasa digunakan dalam pembuatan vaksin adalah garam alminium. Vaksin
yang menggunakan adjuvant memiliki kecepatan yang lebih tinggi dalam mengatasi
reaksi yang merugikan seperti rasa sakit pada sisi injeksi, malaise (tidak enak badan), dan
demam.
2. Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang termasuk dalam golongan Hepadnaviridae.
Transmisi vertikal merupakan sumber infeksi utama di seluruh dunia, juga ditransmisikan
melalui cairan tubuh, perkutan dan melalui membran mukosa, kontak dengan carrier
hepatitis B, hemodialisis, paparan terhadap peerja kesehatan yang terinfeksi, alat tato, alat
tindik, hubungan seksual dan inseminasi buatan, juga dapat melalui transfusi darah dan
donor organ.7 Imunisasi pasif Hepatitis B dapat dilakukan dengan pemberian
imunoglobulin yang mengandung antiHBs. Sedangkan imunisasi aktif hepatitis B
diperoleh melalui pemberian vaksin yang dihasilkan melalui berbagai cara, antara lain:
hasil kultur HBsAg dari plasma pasien yang terinfeksi Hepatitis B kronik, memasukkan
plasmid yang mengandung gen S virus.1 Vaksin diberikan dalm 3 dosis dengan jadwal 0,
1, dan 6 bulan, bila setelah imunisasi terdapat respons yang baik maka tidak perlu
dilakukan pemberian imunisasi penguat (booster).
Macam vaksin : antigen virus inaktif
Efektivitas : 75-90%
Rute suntikan : intramuskular12
3. a. Sinovac
Pemurnian DNA yang dilemahkan merupakan pengembangan vaksin secara konvensional
dan telah ditemukan bahwa platform teknologi ini aman dan efektif dalam mencegah
penyebab terjadinya penyakit yang disebabkan oleh virus seperti influenza, dan polio.
Dalam pengembangan pra-klinis secara in-vitro untuk menetralisir dan menuji model
vaksin Covid-19, dilakukan isolasi untai virs SARS-CoV-2 dari sampel bronchoalbeloar
lavage fluid (BALF) 11 pasien rumah sakit yang terinfeksi virus ini. Seluruh untai sampel
yang tersebar di berbagai negara dibentuk dalam pohon filogenik yang mewakili seluruh
untai dan populasi Covid-19 di dunia.
Gambar
Preparasi sinovacc dapat dilihat pada gambar 8B. Pemilihan untai CN2 untuk pemurnian
virus SARS-CoV-2 yang dilemahkan, vaksin sinovacc dan 10 untai lain (CN1, CN3-CN5,
dan OS1-OS6) secara praklinis dikarenakan memiliki kemiripan dengan 2019-nCoV-
BetaCoV dan EPI_ISL_412973 secara berurutan, yang telah diteliti dan terbukti
menyebabkan gejala klinis termasuk kegagalan pernapasan sehingga membutuhkan
ventilator mekanik. Membuat stok untai virus dengan pertumbuhan yang efisien dalam sel
Vero untuk produksi sinovacc, untai CN2 dimurnikan dan satu passage dalam sel Vero
untuk menghasilkan stok P1. Setelah itu, empat passage yang lain digunakan untuk
menghasilkan stok P2-P5. Evaluasi kestabilan genetic dari sinovacc ini, lima passage yag
lain digunakan untuk memperoleh stok P10, keseluruhan genom digambungkan dengan
untai P1, P3, dan P5. Skema vaksin berbasis virus terdeaktivasi dapat dilihat pada gambar
9 dalam memicu respon imun. Vaksin ini didasarkan pada memicu replikasi virus dan
meningkatkan produksi antigen sehingga imun akan terbentuk dengan baik dan cepat
untuk melawan Covid-19.
Gambar
Uji imunogenisitas sinovacc, kelompok tikus BALB/c diinjeksikan pada hari ke-0 dan ke-
7 dengan variasi dosis (0; 1,5; 3; dan 6 µg dalam garam fisiologis. Hasil uji ini
menunjukkan tidak terjadinya inflamasi maupun efek lainnya. Protein spike, RBD, dan
respon antibodi N-spesifik dievaluasi dengan ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent
Assays). Kemudian diuji coba kembali pada kera (Macaca mulatta) dengan perbedaan
dosis rendah dan dosis tinggi. Hasil uji imunitas pada vaksin ini menunjukkan respon
yang baik dalam memicu sel T untuk melawan virus, namun tetap harus dikontrol agar
imunitas humoral dapat tetap muncul. Sel T dapat mengiduksi cytokine storm untuk
menekan pathogen Covid-19. Oleh karena itu, respon sel T dimunculkan oleh vaksin
Covid-19 untuk dapat dikontrol dengan baik agar mengindari terjadinya imunopatologi.
Evaluasi keamanan sinovacc dilakukan secara sistematis pada kera dengan mencatat
sejumlah pengamatan klinis dan indeks biologis. Dua kelompok kera (n=10) diimunisasi
dengan injeksi intramuskular dengan dosis rendah (1,5µg) atau tinggi (6µg) dan dua
kelompok kera lainnya diimunisasi dengan adjuvant (sham) dan garam fisiologis
(placebo) selama tiga kali pada hari ke-0, 7, dan 14. Hasil histopatologis pada berbagai
organ termasuk paru-paru, jantung limpa, hati, ginjal, dan otak dari empat kelompo kera
pada hari ke-29 ditunjukkan pada gambar 6 dan tidak menyebabkan dampak yang
signifikan pada kera.
Dampak yang berbahaya dari Covid-19 dan meningkatkan jumlah kematian di dunia,
sehingga membutuhkan vaksin untuk menanggulangi dan mencegah penularan virus
tersebut menggunakan proses dengan paradigma pandemik. Keamanan dan efektivitas
menjadi hal yang sangat penting untuk perkembangan vaksin pada tahap uji coba pra-
klinis dan klinis. Meskipun terlalu cepat untuk mengatakan model yang paling baik untuk
mengetahui infeksi virus Covid-19, penggunaan kera menunjukkan hasil yang
menjanjikan. Pada penelitian terhadap kera, tidak menunjukkan peningkatan infeksi
ataupun imunopatologis yang dapat membahayakan sel inang (Gambar 10). Penelitian ini
juga menunjukkan perlindungan yang baik terhadap virus Covid-19 dengan dosis 6µg
sinovacc pada kera. Hasil ini membuka jalan untuk pengembangan klinis atau vaksin
Covid-19 untuk digunakan, serta kandidat vaksin Covid-19 pada manusia. Fase pertama,
kedua, dan ketiga pada uji klinis dengan sinovacc dan kandidat vaksin lainnya akan
dilakukan setidaknya akhir tahun 2020.
b. Moderna
RNA virus dalam kaitannya dengan vaksin Covid-19 telah diumumkan oleh International
Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) dikarenakan memiliki untai homolog dengan
SARS yang juga disebabkan oleh virus korona. SARS-CoV-2 berasal dari subfamily
Coronavirinae dengan struktur genomik (+)ss-RNA 30 kb (kilo-base pair) termasuk
struktur 5’-cap dan lebar 3’poly-A. Berdasarkan Wang F. et al (2020), vaksin didasarkan
pada ekspresi sitoplasma dari chimeric mRNA yag mengandunng open reading frame
(ORF) dari untaian virus yang memiliki potensi untuk ditranslasi secara langsung dalam
sitoplasma dan menghambat integrasi kromosom. Sekali diinjeksikan, mRNA yang
dikirimkan akan diproses oleh sel imun secara cepat dan mulai memproduksi protein
target secara langsung melalui translasi, dan diikuti dengan aktivasi sel imun lainnya
untuk mengenali protein virus yang baru terbentuk sehingga akan terbentuklah antibodi.
Dimulai pada tanggal 16 Maret 2020, mulai dikembangkan fase pertama oleh Moderna
dan Vaccine Research Center (VRC) menggunakan vaksin berbasis mRNA yang dilapisi
oleh lipid nanopartikel (mRNA-1273) yang mengkode protein spike (S) dari virus SARS-
CoV-2. Terdapat dua jenis vaksin RNA yang dapat digunakan untuk melawan infeksi
pathogen, yakni vaksin mRNA non-replikasi dan vaksin mRNA yang bereplikasi atau
melakukan self-amplifying. Dikarenakan perbedaan metode pengirimannya, vaksin
mRNA non-replikasi selanjutnya dikelompokkan menjadi dua yakni pemuatan sel
dendritic secara ex-vivo dan injeksi in-vivo secara langsung ke sisi anatomi yang
terserang. Penetrasi terhadap batas membrane lipid menjadi langkah awal untuk mRNA
eksogen dalam menacapai sitoplasma sebelum terjadinya translasi protein
fungsional.Selain itu, mekaisme pengambilan vaksin mRNA menunjukkan spesifisitas sel
dan sifat fisika kimia dari mRNA secara signifikan akan mempengaruhi kemampuan
pengiriman menuju sel dan distribusi menuju organ. Faktor-faktor tersebut patut
dipertimbangkan untuk membuat vaksin berbasis mRNA yang efektif dan hingga saat ini
mRNA tetap menjadi pertimbangan utama dalam mengembangan vaksin Covid-19
dikarenakan kecepatan yang sangat tinggi (Wang F. et al, 2020)
Dikarenakan memiliki struktur genomik (+)ss-RNA, SARS-CoV-2 dapat melakukan self-
amplifying yang menyebabkan terjadinya replikasi RNA secara ekstrem di dalam sitosol.
Hal ini sangat membantu untuk perkembangan fungsi mRNA sebagai vaksin Covid-19.
Namun, keamanan dan efisiensi vaksin mRNA untuk manusia masih belum diketahui.
Keunggulan mRNA dibandingkan dengan platform lainnya memberikan kekuatan
tersendiri meskipun terdapat beberapa keterbatasan pada pengiriman dan stabilitas
dikarenakan degradasi RNA, dan keamanan dikarenakan imunogenisitas yang
menghalangi perkembangannya. Vaksin berbasis mRNA secara aktif menginduksi
aktivasi sel B respon dan sel T sitotoksisitas. Gambar 6 menunjukkan skema vaksin
berbasis mRNA dalam mengaktifkan imun tubuh. Pertama, vaksin mRNA menggunakan
untai mRNA target protein yang digabungkan secara in-vitro, dibandingkan dengan untai
antibodi target. Kemudian, untai mRNA rekombinan protein target akan dibawa oleh lipid
nanopartikel (LNPs) dan memasuki sel somatik sitoplasma untuk bertranslasi dan
mengkode protein target. Ketika protein target dilepas dari sel inang, sel penyedia antigen
akan dengan cepat merekam dan memproses protein heterolog. Kemudian penyajian
MHC I dan MHC II (Major Histocompatibility Compex) pada permukanan membrane sel
penyedia antigen. Tahap ini sangat penting untuk aktivasi selanjutnya dari sel B, sel T,
dan juga menjadi kunci untuk respon humoral dan sitotoksik (Wang F. et al, 2020)