Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

Identifikasi Macam-Macam Tumbuhan Herbal dan Non Herbal


di Wisata Alam Lombongo

Oleh : Dilfa Safitri (442419028)

Prodi/Kelas : Kimia/Kimia B

Dosen Pengampu :

1. Prof. Dr Weny J.a Musa, M.Si


2. Ahmad Kadir Kilo, S.Pd., M.Si

Mata Kuliah : Kimia Organik Bahan Alam

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Gorontalo
2021
A. Judul :
Mengidentifikasi senyawa fitokimia pada tanaman paludarium kering
(phimatosaurus scolopendria mini)
B. Tujuan :
Mahasiswa dapat mengetahui senyawa fitokimia pada tanaman paludarium
kering (phimatosaurus scolopendria mini)
C. Dasar Teori :
Skrining Fitokimia merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengetahui fitokimia atau bahan aktif yang merupakan metabolit sekunder pada
tumbuhan. Bahan aktif ini dapat berfungsi sebagai pertahanan diri tumbuhan
terhadap lingkungan, penyakit dan serangan pemangsa. Beberapa metabolit
sekunder diproduksi pada tahap dan jalur metabolisme yang berbeda (Radam &
Purnamasari, 2016).
Pada umumnya tumbuhan memiliki kandungan senyawa aktif dalam
bentuk metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid dan
saponin. Senyawa metabolit sekunder tersebut telah banyak digunakan sebagai zat
warna, aroma makanan maupun sebagai obat-obatan (Radam & Purnamasari,
2016).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari
sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik
pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak
awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran
molekul yang sama (Najoan, 2016).
Pemilihan metode ekstraksi disesuaikan dengan adanya senyawa yang
terkandung didalamnya. Dalam hal ini digunakan maserasi dengan pelarut yang
sesuai, yakni yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Dalam proses ekstraksi
efektifitas penarikan senyawa aktif bergantung dari pelarut yang digunakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut antara lain
toksisitas, kemudahan untuk diuapkan, selektivitas, kepolaran, dan harga pelarut
(Prayoga et al., 2019).
Menurut Prayoga (2019) menjelaskan bahwa senyawa metabolit sekunder
yang dapat larut dalam pelarut non polar yaitu steroid dan terpenoid. Dalam
penelitian ini terpenoid ditemukan di fraksi etil asetat dan fraksi etanol. Diduga
karena adanya ikatan hidrogen antara terpenoid yang memiliki gugus hidroksil
dengan etil asetat dan etanol mengakibatkan senyawa tersebut tertarik oleh etil
asetat dan etanol. Senyawa yang bersifat semi polar yaitu senyawa golongan
fenolik termasuk flavonoid, sedangkan senyawa bersifat polar yaitu alkaloid,
saponin, dan tannin. Fraksi etil asetat memiliki kandungan alkaloid, saponin dan
tannin yang bersifat polar. Hal ini diduga karena adanya electron yang
beresonansi pada cincin benzena mengakibatkan kepolaran senyawa tersebut
berkurang sehingga lebih tertarik oleh etil asetat yang bersifat semipolar. Selain
itu, adanya ikatan hidrogen meningkatkan interaksi senyawa tersebut pada etil
asetat. Selanjutnya ketiga fraksi tersebut dilakukan uji bioassay terhadap kadar
glukosa darah mencit yang dikondisikan hiperglikemik.
Senyawa ini merupakan sekelompok senyawa bahan alam dari senyawa
fenolik yang banyak sebagai pigmen tumbuhan.Flavonoid meliputi antosianin,
flavonol dan flavon. Pola sebaran flavonoid digunakan dalam kajian taksonomi
spesies tumbuhan (Daintith, 2000). Flavonoid mancakup banyak pigmen yang
paling umum dan terdapat pada seluruh tumbuhan mulai dari fungus sampai
dengan angiospermae. Tumbuhan tinggi memiliki flavonoid yang baik dalam
bagian vegetatif maupun dalam bunga Fungsilainnya dari flavonoid adalah dapat
menyerap sinar ultra violet untuk mengarahkan serangga, pengaturan tumbuhan,
pengaturan fotosintesis, kerja anti mikroba dan anti virus serta kerja terhadap
serangga. senyawa alkaloid merupakan segolongan senyawa organik bernitrogen
yang berasal dari tumbuhan dan memiliki berbagai sifat farmakologi. Alkaloid
meliputi morfin, kokain, atropin, kikine dan kafein. Senyawa ini kebanyakan
digunakan dalam obatobatan sebagai analgesik atau anastetik (Purnamasari,
2021).
Steroid tidak terdapat bebas tetapi sebagai turunan senyawa yang lebih
rumit seperti glikosida atau ester dengan asam lemak/asam aromatik. Steroid
hewan yang khas berupa kolesterol terdapat pada lipid permukaan dan organel
tumbuhan, tetapi sering kali tidak ditemukan karena hanya ini terdapat sebagai
ester dan glikosida yang tidak larut dalam pelarut yang biasa dipakai untuk sterol
bebas (Purnamasari, 2021).
Beberapa turunan steroid yang penting adalah alkohol steroid/sterol.
Steroid lain diantaranya asam-asam empedu yang membantu pencernaan lemak
dalam usus, hormon seks (androgen dan estrogen) dan hormon kortikosteroid
yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Vitamin D juga memiliki dasar struktur
steroid (Purwati et al., 2017).
Beberapa macam aktivitas fisiologi yang menarik ditunjukkan oleh
beberapa triterpenoid. Senyawa ini merupakan komponen aktif dalam tumbuhan
obat yang telah digunakan untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, luka
gigitan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (Purwati et al., 2017).
Kandungan tanin dari bahan organic (serasah,ranting dan kayu) yang
terlarut dalam air hujan menjadikan air yang tergenang berwarna kecoklat
kehitaman, dan akan terasa kesat dan pahit. (Arsenada, 2012), Tanin diketahui
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan
anti oksidan (Purwati et al., 2017).
D. Alat dan Bahan :
1. Alat

No
. Nama Alat Kategori Gambar Fungsi

Tabung reaksi berfungsi


untuk tempat
mereaksikan dua
larutan/bahan kimia atau
Tabung
1. 1 lebih, serta sebagai
Reaksi
tempat
mengembangbiakan
mikroba dalam media
cair.

Sebagai tempat untuk


Rak Tabung
2. 1 meletakkan tabung
Reaksi
reaksi.
 
Pipet tetes berfungsi
untuk membantu
memindahkan cairan dari
3. Pipet Tetes 1 wadah yang satu ke
wadah yang lain dalam
jumlah yang sangat kecil
yaitu setetes demi tetes.

Fungsi Plat tetes adalah


sebagai penguji
4. Plat Tetes 1 keasaman suatu larutan
atau mereaksikan larutan.
Fungsi mortar dan alu
Mortar & adalah untuk
5. 1 menghaluskan sampel
Alu pengujian yang ada di
laboratorium.

Spatula ini berfungsi
sebagai sendok kecil
6. Spatula 1 yang juga digunakan
untuk mengambil bahan
kimia.

Di gunakan untuk
Penjepit
7. 1 menjepit tabung reaksi
Tabung
disaat proses pemanasan.

Pembakar spiritus
Pembakar digunakan untuk
8. 2
Bunsen membakar zat atau
memanaskan larutan.

Alat yang digunakan


untuk memisahkan
bagian yang tidak
9. Saringan 1 diinginkan berdasarkan
ukurannya.

2. Bahan
Nama
No Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
Bahan
 Merupakan  Tidak dapat
padatan terbakar
 Tidak berbau  Bersifat korosif
1. NaOH Khusus  Berwarna putih  Reaktif dengan
 Berat molekul logam
40g/mol  Reaktif dengan
 Titik didih tinggi oksidator
 Merupakan  Tidak dapat
cairan terbakar
 Tidak berbau  Memiliki pH=7
 Berat molekul  Merupakan produk
2. Aquades Umum 18,2 g/mol stabil
 Titik didih  Tidak bersifat
100⁰C korosif
 Tekanan uap 7,3  Tidak beracun
kPa
 Padatan Kristal  Merupakan
berwarna putih oksidator
 Titik didih  Beracun
3. HCl Khusus 110⁰C  pH= ≤7 (asam)
 Berbau kuat
 Mudah larut
dalam air
 Merupakan
 Cairan
asam kuat
bening
 Bersifat
 Titik beku
korosif
10 0C
 Titik didih  Memiliki
H2SO4
4. khusus 330 0C afinitas yang
pekat sangat besar
terhadap air
 Bersifat sangat
reaktif

5. Magnesiu khusus  Logam yang  Logam aktif


m kuat  Bereaksi lambat
 Titik leleh 6510C dengan air dingin
 Titik didih  Bereaksi cepat
1,100 C 0
dengan air panas
 Densitas 1,738
g/cm3
 Massa molar  tidak bercampur
119,38 g/mol3 dengan air
 Berbentuk cairan  larut dalam eter
tak berwarna dan alkohol
 beracun  merupakan asam
6. Kloroform khusus
 berat jenis 1,48 lemah
g/cm  tidak mudah
 titik leleh terbakar
0
-63,5 C
 titik didih 61,20C
 berat molekul  dapat larut dlam air
162,22 g/mol  bereaksi dengan air
7. FeCl3 Khusus  titik didih 3150C yang merupakan
 titik lebur 2820C reaksi eksoterm
 berupa katalis
 Berupa larutan  Mengandung 1,3 g
K2(HgI4), dibuat
dengan melarutkan
KI dalam larutan
Reagen raksa (III) klorida
8. Khusus
Mayer dalam 100 ml air,
dengan basa
nitrogen
membentuk
endapan putih.
Pereaksi  
9. Khusus
Wegner

Dragendro
10. Khusus
ff

11. NaOH Khusus  Berbau dan  Mudah larut dalam


berwarna putih air dan etanol
 Berat molekul  Tidak larut dalam
40 g/mol eter
 Titik didih  Mudah terionisasi
0
1388 C
 Titik leleh 318
0
C

 Titik lebur -970C  Beracun


 Titik didih  Sebagai bahan
12. Metanol Khusus 0
64,7 C aditif
 Massa molar
32,04 g/mol
 Berat molekul  Mudah terbakar
16,04 g/mol  Reakif terhadap air
Asam
 Titik didih –
13. asetat Khusus
161,40C
andehidrat
 Titik beku –
730C

E. Prosedur kerja
 Preparasi sampel

Daun paludarium kering


- Mencuci daun paludarium kering hingga bersih.
- Menggerus daun paludarium kering hingga halus dan
menambahkan metanol.
- Memeras ekstark daun paludarium kering kedalam tabung
rekasi kimia.

Ekstrak daun paludarium


kering Berwarna hijau

1. Uji Flavanoid

Ekstrak daun paludarium


kering

- Memasukkan 1 ml ekstrak daun paludarium kering kedalam


tabung reaksi 1, tabung reaksi 2 dan tabung reaksi 3.
- Menambahkan 0,05 mg serbuk Mg dan 5 ml HCl pekat
kedalam tabung reaksi 1 dan mengocok tabung reaksi.
- Menambahkan 5 tetes larutan NaOH kedalam tabung reaksi 2
dan mengocok tabung reaksi .
- Menambahkan 5 tetes larutan H2SO4 kedalam tabung reaksi 3
dan mengocok tabung reaksi.
- Mengamati Perubahan yang terjadi.

Terjadi perubahan Tidak terjadi Terjadi perubahan


warna Tabung reaksi perubahan warna warna Tabung reaksi
1 yaitu jingga dan Tabung reaksi 2 3 yaitu jingga dan
positif mengandung positif mengandung
flavonoid flavonoid

1. Uji Alkaloid

Ekstrak daun paludarium kering


- Memasukkan 1 ml ekstrak daun paludarium kering
kedalam plat tetes 1, 2, 3 dan 4.
- Memasukkan 5 tetes pereaksi mayer kedalam plat tetes 1.
- Memasukkan 5 tetes pereaksi dragendroff kedalam plat
tetes 2.
- Memasukkan 5 tetes pereaksi wagner ke dalam tabung plat
tetes 3.
- Memasukkan 5 tetes pereaksi hager kedalam plat tetes 4.
- Mengamati perubahan yang terjadi.

Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi


perubahan (-) perubahan (-) perubahan (-) perubahan (-)
alkaloid alkaloid alkaloid alkaloid

2. Uji Saponin

Ekstrak daun paludarium kering

- Memanaskan aquades sebanyak 1 ml dalam tabung


reaksi.
- Menambahkan 2 tetes ekstrak daun paludarium kering
kedalam tabung reaksi.
- Mengkocok tabung reaksi hingga terbentuk busa di dalam
tabung reaksi.
- Mengamati perubahan yang terjadi.

Terbentuk buih dan


positif mengandung
Saponin

3. Uji Tanin

Ekstrak daun paludarium kering


- Memasukkan 1 ml ekstrak daun paludarium
kering kedalam tabung reaksi 1 sebagai
blanko dan tabung reaksi 2.
- Memasukkan 5 tetes Larutan FeCl3 kedalam
tabung reaksi 2.
- Mengamati Perubahan Yang terjadi.

Tidak terjadi perubahan (-)


negatif

4. Uji Steroid dan Terpenoid

Ekstrak daun paludarium kering

- Memasukkan 1 ml ekstrak daun paludarium kering


kedalam tabung reaksi .
- Menambahkan 5 tetes Larutan Asam asetat kedalam
tabung reaksi.
- Menambahkan 5 tetes Larutan asalm sulfat
inhinidrit kedalam tabung reaksi dengan melewati
dinding tabung.
- Mengamati Perubahan Yang terjadi.

Tidak terjadi perubahan (-)


stereoid ataupun terpenoid
F. Hasil pengamatan

ESTRAK SKRINIG PEREAKSI PERUBAHAN DENGAN


FITOKIMA PEREAKSI
Ekstrak Alkaloid HCl 2 N Alkaloid (-)
Daun Wager Tidak Alkaloid (-)
Paludarium terdapat
Kering endapan
Dragondraf Tidak Alkaloid (-)
terdapat
endapan
Mayer Tidak Alkaloid (-)
terdapat
endapan
Hager Tidak Alkaloid (-)
terdapat
endapan
Tanin Blanko Hijau Tanin (-)
FeCl3 Hijau
Triterpenoid Asam asetat Tidak terjadi Triterpenoid
+ Asam sulfat pembentukan (-)
pekat cincin Stereoid (-)
Flavonoid MgCl Jingga Flavonoid
(+)
NaOH Tidak Flavonoid
berubah (-)
H2SO4 Jingga Flavonoid
(+)
Saponin Aquades Terbentuk Saponin (+)
buih

G. Pembahasan
Uji fitokimia digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan
golongannya sebagai informasi awal dalam mengetahui golongan senyawa kimia
yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Pelarut yang digunakan
dalam penelitian ini adalah methanol. Digunakan methanol karena pelarut ini
dapat melarutkan hampir semua senyawa organic. Sebelum di lakukan skrining
fitokimia dilakukan ekstraksi terhadap paludarium kering (Gambar 1 dan 2).

Gambar 1. Gambar 2.

Didapatkan hasil ekstrak daun saliara dengan warna hijau pekat dilihat pada
gambar 3.

Gambar 3.

Setelah didapatkan ekstrak, dilakukan skrining fitokimia untuk menentukan


golongan senyawa aktif dari tanaman ini.

Pada identifikasi flavonoid dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan


serbuk Mg dan HCl pekat. Penambahan HCl dalam identifikasi flavonoid
digunakan unutk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya. Reduksi dengan
Mg dan HCl menghasilkan warna merah, kuning, atau jingga. Berdasarkan hasil
uji daun paludarium kering terjadi perubahan warna jingga. Selanjutnya
penambahan H2SO4 pada ekstrak daun paludarium kering terjadi perubahan
jingga yang menandakan adanya flavonoid dalam tanaman tersebut (Gambar 4).

Gambar 4.

Pada identifikasi saponin, sampel di uji dengan di tambahkan air dan HCl 1 N
lalu di kocok kuat. Hasil menunjukan positif karena larutan sampel terbentuk buih
atau busa. Busa yang ditimbulkan saponin karena adanya kombinasi struktur
senyawa penyusunnya yaitu rantai sapogenin nonpolar dan rantai sapogenin polar
yang larut dalam air. Sehingga busa yang ditimbulkan dapat bertahan selama 10
menit (Gambar 5).

Gambar 5.

Selanjutnya pada identifikasi alkaloid dimana ekstrak daun paludarium


ditambahkan pereaksi wagner, hager, mayer dan dragondraff. Hasil positif
menandakan adanya endapan jingga dan kuning, tetapi pada ekstrak daun
paludarium itu tidak terjadi perubahan sehingga senyawa alkaloid pada tanaman
tersebut negative
Pada identifikasi tannin menggunakan FeCl III yang di tambahkan pada ekstrak
daun paludarium kering. Untuk hasil positif menandakan adanya perubahan warna
biru tua atau hijau kehitaman. Tetapi untuk ekstrak daun paludarium kering
hasilnya negative karena tidak terjadi perubahan.

Pada identifikasi stereoid dan terpenoid dimana ekstrak daun paludarium


ditambahkan kloroform, asam asetat anhidrat serta asam sulfat. Hasil positif
adanya cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan itu menandakan
adanya triterpenoid, sedangkan steroid munculnya hijau kebiruan, tetapi pada
ekstrak daun paludarium tidak terjadi perubahan sehingga negative stereoid atau
terpenoid.

H. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, uji coba sampel menggunakan tanaman paludarium
kering phimatosaurus scolopendria yang termasuk jenis tanaman kadaka keluarga
pakis pakisan. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat
banyak kandungan senyawa fitokimia yaitu flavonoid dan saponin tetapi tidak
mengandung alkaloid, tanin, steroid dan terpenoid.
DAFTAR PUSTAKA

Najoan, J. J. (2016). Uji fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun
tiga (Allophylus cobbe L.). Pharmacon, 5(1).

Prayoga, D. G. E., Nocianitri, K. A., & Puspawati, N. N. (2019). Identifikasi


senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak kasar daun pepe
(gymnema reticulatum br.) pada berbagai jenis pelarut. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Pangan, 8(2), 111–121.

Purnamasari, F. (2021). Identifikasi Senyawa Aktif dari Ekstrak Daun Sirsak


(Annona muricata L.) dengan Perbandingan Beberapa Pelarut pada Metode
Maserasi. Window of Health: Jurnal Kesehatan, 231–237.

Purwati, S., Lumowa, S. V. T., & Samsurianto, S. (2017). Skrining Fitokimia


Daun Saliara (Lantana camara L) Sebagai Pestisida Nabati Penekan Hama
Dan Insidensi Penyakit Pada Tanaman Holtikultura di Kalimantan Timur.
Prosiding Seminar Kimia, 153–158.

Radam, R. R., & Purnamasari, E. (2016). Uji Fitokimia Senyawa Kimia Aktif
Akar Nipah (Nyfa Fruticans Wurmb) Sebagai Tumbuhan Obat Di
Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis, 4(1), 28–34.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai