Prodi/Kelas : Kimia/Kimia B
Dosen Pengampu :
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Gorontalo
2021
A. Judul :
Mengidentifikasi senyawa fitokimia pada tanaman paludarium kering
(phimatosaurus scolopendria mini)
B. Tujuan :
Mahasiswa dapat mengetahui senyawa fitokimia pada tanaman paludarium
kering (phimatosaurus scolopendria mini)
C. Dasar Teori :
Skrining Fitokimia merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengetahui fitokimia atau bahan aktif yang merupakan metabolit sekunder pada
tumbuhan. Bahan aktif ini dapat berfungsi sebagai pertahanan diri tumbuhan
terhadap lingkungan, penyakit dan serangan pemangsa. Beberapa metabolit
sekunder diproduksi pada tahap dan jalur metabolisme yang berbeda (Radam &
Purnamasari, 2016).
Pada umumnya tumbuhan memiliki kandungan senyawa aktif dalam
bentuk metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid dan
saponin. Senyawa metabolit sekunder tersebut telah banyak digunakan sebagai zat
warna, aroma makanan maupun sebagai obat-obatan (Radam & Purnamasari,
2016).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari
sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik
pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak
awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran
molekul yang sama (Najoan, 2016).
Pemilihan metode ekstraksi disesuaikan dengan adanya senyawa yang
terkandung didalamnya. Dalam hal ini digunakan maserasi dengan pelarut yang
sesuai, yakni yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Dalam proses ekstraksi
efektifitas penarikan senyawa aktif bergantung dari pelarut yang digunakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut antara lain
toksisitas, kemudahan untuk diuapkan, selektivitas, kepolaran, dan harga pelarut
(Prayoga et al., 2019).
Menurut Prayoga (2019) menjelaskan bahwa senyawa metabolit sekunder
yang dapat larut dalam pelarut non polar yaitu steroid dan terpenoid. Dalam
penelitian ini terpenoid ditemukan di fraksi etil asetat dan fraksi etanol. Diduga
karena adanya ikatan hidrogen antara terpenoid yang memiliki gugus hidroksil
dengan etil asetat dan etanol mengakibatkan senyawa tersebut tertarik oleh etil
asetat dan etanol. Senyawa yang bersifat semi polar yaitu senyawa golongan
fenolik termasuk flavonoid, sedangkan senyawa bersifat polar yaitu alkaloid,
saponin, dan tannin. Fraksi etil asetat memiliki kandungan alkaloid, saponin dan
tannin yang bersifat polar. Hal ini diduga karena adanya electron yang
beresonansi pada cincin benzena mengakibatkan kepolaran senyawa tersebut
berkurang sehingga lebih tertarik oleh etil asetat yang bersifat semipolar. Selain
itu, adanya ikatan hidrogen meningkatkan interaksi senyawa tersebut pada etil
asetat. Selanjutnya ketiga fraksi tersebut dilakukan uji bioassay terhadap kadar
glukosa darah mencit yang dikondisikan hiperglikemik.
Senyawa ini merupakan sekelompok senyawa bahan alam dari senyawa
fenolik yang banyak sebagai pigmen tumbuhan.Flavonoid meliputi antosianin,
flavonol dan flavon. Pola sebaran flavonoid digunakan dalam kajian taksonomi
spesies tumbuhan (Daintith, 2000). Flavonoid mancakup banyak pigmen yang
paling umum dan terdapat pada seluruh tumbuhan mulai dari fungus sampai
dengan angiospermae. Tumbuhan tinggi memiliki flavonoid yang baik dalam
bagian vegetatif maupun dalam bunga Fungsilainnya dari flavonoid adalah dapat
menyerap sinar ultra violet untuk mengarahkan serangga, pengaturan tumbuhan,
pengaturan fotosintesis, kerja anti mikroba dan anti virus serta kerja terhadap
serangga. senyawa alkaloid merupakan segolongan senyawa organik bernitrogen
yang berasal dari tumbuhan dan memiliki berbagai sifat farmakologi. Alkaloid
meliputi morfin, kokain, atropin, kikine dan kafein. Senyawa ini kebanyakan
digunakan dalam obatobatan sebagai analgesik atau anastetik (Purnamasari,
2021).
Steroid tidak terdapat bebas tetapi sebagai turunan senyawa yang lebih
rumit seperti glikosida atau ester dengan asam lemak/asam aromatik. Steroid
hewan yang khas berupa kolesterol terdapat pada lipid permukaan dan organel
tumbuhan, tetapi sering kali tidak ditemukan karena hanya ini terdapat sebagai
ester dan glikosida yang tidak larut dalam pelarut yang biasa dipakai untuk sterol
bebas (Purnamasari, 2021).
Beberapa turunan steroid yang penting adalah alkohol steroid/sterol.
Steroid lain diantaranya asam-asam empedu yang membantu pencernaan lemak
dalam usus, hormon seks (androgen dan estrogen) dan hormon kortikosteroid
yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Vitamin D juga memiliki dasar struktur
steroid (Purwati et al., 2017).
Beberapa macam aktivitas fisiologi yang menarik ditunjukkan oleh
beberapa triterpenoid. Senyawa ini merupakan komponen aktif dalam tumbuhan
obat yang telah digunakan untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, luka
gigitan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (Purwati et al., 2017).
Kandungan tanin dari bahan organic (serasah,ranting dan kayu) yang
terlarut dalam air hujan menjadikan air yang tergenang berwarna kecoklat
kehitaman, dan akan terasa kesat dan pahit. (Arsenada, 2012), Tanin diketahui
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan
anti oksidan (Purwati et al., 2017).
D. Alat dan Bahan :
1. Alat
No
. Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
Spatula ini berfungsi
sebagai sendok kecil
6. Spatula 1 yang juga digunakan
untuk mengambil bahan
kimia.
Di gunakan untuk
Penjepit
7. 1 menjepit tabung reaksi
Tabung
disaat proses pemanasan.
Pembakar spiritus
Pembakar digunakan untuk
8. 2
Bunsen membakar zat atau
memanaskan larutan.
2. Bahan
Nama
No Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
Bahan
Merupakan Tidak dapat
padatan terbakar
Tidak berbau Bersifat korosif
1. NaOH Khusus Berwarna putih Reaktif dengan
Berat molekul logam
40g/mol Reaktif dengan
Titik didih tinggi oksidator
Merupakan Tidak dapat
cairan terbakar
Tidak berbau Memiliki pH=7
Berat molekul Merupakan produk
2. Aquades Umum 18,2 g/mol stabil
Titik didih Tidak bersifat
100⁰C korosif
Tekanan uap 7,3 Tidak beracun
kPa
Padatan Kristal Merupakan
berwarna putih oksidator
Titik didih Beracun
3. HCl Khusus 110⁰C pH= ≤7 (asam)
Berbau kuat
Mudah larut
dalam air
Merupakan
Cairan
asam kuat
bening
Bersifat
Titik beku
korosif
10 0C
Titik didih Memiliki
H2SO4
4. khusus 330 0C afinitas yang
pekat sangat besar
terhadap air
Bersifat sangat
reaktif
E. Prosedur kerja
Preparasi sampel
1. Uji Flavanoid
1. Uji Alkaloid
2. Uji Saponin
3. Uji Tanin
G. Pembahasan
Uji fitokimia digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan
golongannya sebagai informasi awal dalam mengetahui golongan senyawa kimia
yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Pelarut yang digunakan
dalam penelitian ini adalah methanol. Digunakan methanol karena pelarut ini
dapat melarutkan hampir semua senyawa organic. Sebelum di lakukan skrining
fitokimia dilakukan ekstraksi terhadap paludarium kering (Gambar 1 dan 2).
Gambar 1. Gambar 2.
Didapatkan hasil ekstrak daun saliara dengan warna hijau pekat dilihat pada
gambar 3.
Gambar 3.
Gambar 4.
Pada identifikasi saponin, sampel di uji dengan di tambahkan air dan HCl 1 N
lalu di kocok kuat. Hasil menunjukan positif karena larutan sampel terbentuk buih
atau busa. Busa yang ditimbulkan saponin karena adanya kombinasi struktur
senyawa penyusunnya yaitu rantai sapogenin nonpolar dan rantai sapogenin polar
yang larut dalam air. Sehingga busa yang ditimbulkan dapat bertahan selama 10
menit (Gambar 5).
Gambar 5.
H. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, uji coba sampel menggunakan tanaman paludarium
kering phimatosaurus scolopendria yang termasuk jenis tanaman kadaka keluarga
pakis pakisan. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat
banyak kandungan senyawa fitokimia yaitu flavonoid dan saponin tetapi tidak
mengandung alkaloid, tanin, steroid dan terpenoid.
DAFTAR PUSTAKA
Najoan, J. J. (2016). Uji fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun
tiga (Allophylus cobbe L.). Pharmacon, 5(1).
Radam, R. R., & Purnamasari, E. (2016). Uji Fitokimia Senyawa Kimia Aktif
Akar Nipah (Nyfa Fruticans Wurmb) Sebagai Tumbuhan Obat Di
Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis, 4(1), 28–34.
LAMPIRAN