Anda di halaman 1dari 24

COVER

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Stoikiometri

Muhamad Tri Rezki Basalama


442420021

PRODI STUDI S1 KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Suatu reaksi kimia dimana satu zat atau lebih berubah menjadi zat-zat baru
yang sifat-sifatnya berbeda dibandingkan dengan zat penyusun sebelumnya.
Stoikiometri berhubungan dengan hubungan kuantitatif antar unsur dalam satu
senyawa dan antar zat dalam suatu reaksi. Istilah stoikiometri berasal dari bahasa
Yanani, yaitu dari kata stoicheion, yang berarti unsur dan mentron yang artinya
mengukur. Dengan kata lain stoikiometri berarti perhitungan kimia. Dasar dari semua
hitungan stoikiometri adalah pengetahuan tentang massa atom dan massa molekul.
Pengetahuan tentang stoikiometri sangatlah penting dalam merencanakan suatu
eksperimen maupun dalam isndustry nantinya, dimana kita dapat mencampurkan
atau mereaksikan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai dan juga kita dapat
mempraktikan jumlah produk yang dihasilkan.

Tujuan
- Untuk mengetahui proses pembuatan larutan.
- Dapat mengetahui perubahan warna yang terjadi pada larutan dan massa
produk reaksi
BAB II
KAJIAN TEORI

Menurut (Setiawan, 2020) Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu


stoiceon (unsur) dan metrein (mengukur).Stoikiometri berarti mengukur unsur-
unsur dalam hal ini adalah partikel atom ion, molekul yang terdapat dalam
unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia.Stoikiometri adalah ilmu
yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan
produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) yang didasarkan pada hukum-
hukum dasar dan persamaan reaksi.
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah
satunya dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang
mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar
pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika
tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya
digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik
terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang
sesuai titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-
pereaksi dalam senyawa.
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur
dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia
secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu
kimia.Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia.
Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa,
yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu
reaksi kimia biasa.
Stoikiometri ialah cabang kimia yang berhubungan dengan suatu
hubungan kuantitatif yang terdapat antara reaktan dan juga produk dalam
reaksi kimia. Reaktan ialah suatu zat yang berpartisipasi didalam reaksi kimia,
dan juga produk ialah suatu zat yang diperoleh sebagai hasil dari reaksi
kimia.
Perhitungan stoikiometri tersebut bisa menemukan bagaimana unsur-
unsur dan juga komponen yang diencerkan dalam suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui, bereaksi didalam kondisi eksperimental. Kata
“Stoikiometri” tersebut berasal dari kata “stoicheion” Yunani, berarti “unsur”
dan juga “metron” berarti “ukuran”.
Hukum Dasar Stoikiometri Kimia

1. Hukum Kekekalan Massa (Lavoisier)

Massa suatu produk sama dengan massa suatu reaktan.

2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)

Setiap senyawa kimia ini memiliki komposisi unsur dengan perbandingan


massa yang tetap dimanapun dan bagaimanapun cara senyawa tersebut dibuat.

3. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)

Jika suatu unsur bereaksi dengan unsur lainnya, maka pada perbandingan
berat unsur tersebut merupakan suatu bilangan bulat dan juga sederhana.

4. Hukum Perbandingan Timbal Balik ( Jeremias Benjamin Richter )

Jika dua unsur A dan B ini masing-masing bereaksi dengan suatu unsur C
yang massanya sama membentuk AC dan BC, maka pada perbandingan massa A
dan massa B dalam membentuk AB yakni sama dengan pada perbandingan massa
A dan massa B ketika itu juga dapat membentuk AC dan BC atau kelipatan dari
perbandingan ini.

5. Hukum Perbandingan Setara

Hukum ini lahir dari perpaduan Hukum Perbandingan Berganda dan Hukum
Perbandingan Timbal-balik. Dari kedua hukum tersebut juga lahir sebuah istilah atau
pengertian dari massa ekivalen. Bila suatu unsur yang bergabung dengan unsur lain,
maka pada perbandingan keduanya unsur tersebut ialah sebagai sebuah
perbandingan massa ekivalennya atau juga suatu kelipatan sederhana dari
padanya.

6. Hukum Penyatuan Volume ( Joseph Louis Gay-Lussac )

Pada suatu kondisi temperatur dan tekanan yang sama, perbandingan pada
volume gas-gas pereaksi dan gas-gas produk-reaksi merupakan sebuah bilangan
yang bulat dan mudah.

7. Hukum Avogadro ( Amedeo Avogadro )


Pada suatu temperatur dan tekanan yang sama, volume yang sama dari
semua gas dapat mengandung jumlah molekul yang sama (Pendidikan, 2020).

Bahan yang digunakan pada praktikum stoikiometri ini antara lain:


a) Pb(NO3)2
Sifat fisis
1. Berbentuk padat
2. Tidak berbau
Sifat kimia
1. Memiliki titik lebur yang diketahui 458 - 459 °C
2. Memiliki titik leleh yang diketahui >500°C (Merck Indonesia, 2017).
b) KI (Kalium Iodida)
Sifat fisis
1. Memiliki bentuk padat
2. Berwarna keputih-putihaan
3. Tidak memiliki bau
Sifat kimia
1. Memiliki titik lebur yang diketahui 685 °C pada kira-kira 975 hPa
2. Memiliki titik lebur yang diketahui 1.325 °C pada kira-kira 1.013 hPa (Merck
Indonesia, 2017).
c) Aquades
Sifat fisis
1. Berbentuk cairan tidak berwarna
2. Tidak dapat terbakar
3. Tidak beracun
4. Memiliki pH 7 (netral)
5. Tidak terjadi iritasi pada kulit jika terjadi kontak
Sifat kimia
1. Berat molekul 18,02 gr/mol
2. Densitas 1000 kg/m3, cair
3. Tekanan uap 2,3 kPa
4. Titik didih: 100oC ( 273 K 32 F) (INDONESIA, 2017).
d) Garam Hidrat
Sifat fisis
1. Berbentuk cair
2. Tidak berwarna
3. Agak berbau
Sifat kimia
1. Memiliki titik didih kira kira 102oC pada 1.0313 hPa dan memiliki Ph kira kira
110-11 pada 20oC (Merck Indonesia, 2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


Alat

No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi

1. Timbangan 2
Analitik
Untuk mengukur berat
dari zat .

2. Labu Takar 1

Untuk mengencerkan
larutan hingga
mencapai volume
tertentu.

Digunakan untuk wadah


3. Gelas Kimia 1
larutan dan tempat
mereaksikan larutan.

4. Batang 1 Untuk mengocok atau


Pengaduk mengaduk larutan agar
tetap homogen

Untuk memasukkan
5. Corong 1
atau memindah larutan
dari satu tempat ke
tempat lain dan
digunakan pula untuk
proses penyaringan
setelah diberi kertas
saring pada bagian
atas.

Digunakan untuk
6. Botol 1
menuangkan air
Semprot
aquades, aquabides,
dan aquadm.

Digunakan untuk
7. Ball Pipet 1
menarik dan membuang
larutan.

Digunakan untuk
Gelas Ukur 1
mengukur suatu zat /

8. larutan.

Untuk mereaksikan atau


Penguap 1
mengubah suatu zat
( Cawan
9. pada suhu tinggi.
Porselin )

Digunakan untuk
10. Pipet Tetes 1
mengambil larutan.

Digunakan untuk
11. Spatula 1
mengambil zat kimia
padat.
Digunakan untuk
12. Hotplate 2
memanasknan
campuran / sampel.
Bahan

Nama
No Kategori Sifat fisik Sifat kimia
Bahan

1. Pb(NO3)2 khusus 1. Berbentuk 1. Tidak Menyala


Padat 2. PH kira-kira 6.9
2. Tidak Berbau pada 50g/ 20oc
3. Berwarna
putih
4. Titik Lebur
685 oc

2. Pb2NO3 khusus 1. Struktur 1. Tidak Menyala


Kristal 2. PH Kira-kira 50
2. Berbentuk g/l 20 oc
Padat
3. Tidak Berbau

3. Aqua dm Umum 1. Berat Molekul 1. Tidak dapat


18.02 gr/mol terbakar
2. Densitas 2. Tidak beracun
1000kg/m3 3. PH 7 ( Netral )
Cair

4. Garam Khusus 1. Berbentuk 1. Tidak menyala


Hidrat cair 2. Tidak menguap
2. Tidak 3. PH kira-kira 10-
berwarna 11 pada 20 oc
3. Agak berbau
5. Kertas Umum 1. Bersifat kuat 1. Dapat larut dalam
Saring 2. Memiliki pori pelarut organik
3.2. Prosedur Kerja

Percobaan 1 Pembuatan larutan

Membuat (PbNo3)2 0,01 M dari padatanya serta melakukan pengenceran


karutan KI 0,05 M menjadi 0,005 M Pembuatan (PbNo3)2 0,01 M sebanyak 50 mL
yaitu timbang sejumlah (PbNo3)2 menggunakan gelas kimia kering kemudian
larutkan padatan tersebut dengan aquadm sebanyak kurang lebih 20 ml, setelah
semua padatan larut, kemudian larutan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL
dengan menggunakan corong,kemudian bilas gelas kimia dengan aquadm sebanyak
5 mL selama 2 kali, setelah itu bilas batang pengaduk dan corongnya kemudian
bersihkan leher labu takar dengan menggunakan kertas saring, tambahkan aquadm
dengan menggunakan pipet tetes hingga tanda batas, tutup labu takar dan bolak-
balikkan posisinya agar larutan menjadi homogen , setelah itu kita akan melakukan
pengenceran larutan KI 0,05 M menjadi 0,005 M ,pipet larutan KI 0,05 M kemudian
masukkan kedalam labu takar 100 mL tambahkan aquadm dengan menggunakan
pipet tetes hingga tanda batas, tutup labu takar dan bolak-balik posisi agar larutan
menjadi homogen. Kedua larutan ini akan digunakan sebagai pereaksi dalam
percobaan reaksi ionik dalam larutan.

Percobaan 2 Reaksi Ionik Dalam Larutan

Siapkan gelas kimia 10 mL kering kemudian timbang bobotnya, setelah itu nol
kan kemudian masukkan 50 mL larutan Pb2n 0,1 M kedalam gelas kimia 100 mL
yang telah ditimbang kemudian catat massanya, setelah itu siapkan gelas kimia 100
mL kering yang lain dan timbang bobotnya,setelah itu di nol kan kemudian
masukkan 100 mL larutan KI kedalam gelas kimia yang telah ditimbang dan catat
massanya, setelah itu siapkan gelas kimia 250 mL kering dan timbang massa
kosongnya kemudian campurkan kedua larutan yang telah ditimbang kedalam gelas
kimia 250 mL yang telah ditimbang, amati dan catat yang terjadi, setelah itu timbang
gelas kimia yang berisi larutan yang telah dicampur tersebut.selisih massa gelas
kimia berisi produk reaksi dengan gelas kimia kosong massa produk reaksi.
Percobaan 3 Garam Hidrat

Siapkan cawan penguap kering lalu timbang massa cawan penguap kosong
setelah itu masukkan sekitar 2 gr garam hidrat dan salah satu garam hidrat yang
telah disediakan oleh analis kedalam cawan kosong yang telah ditimbang kemudian
catat massanya. Letakkan cawan penguap yang berisi garam hidrat diatas hotplet
dan lakukan pemanasan secara perlahan lakukan hal yang sama terhapad garam
hidrat yang lainnya letakkan cawan penguap yang berisi garam hidrat diatas hotplate
dan dilakukan pemanasan secara perlahan hingga terjadi perubahan warna, 2
kemungkinan perubahan warna terjadi adalah putih kebiruan dan coklat muda,
hentikan pemanasan jika terjadi perubahan warna untuk menghindari overheating
kemudian setelah itu dinginkan cawan penguap di suhu ruang ketika suhu cawan
penguap sama dengan suhu ruang timbang cawan penguap yang berisi garam
hidrat lalu catat massanya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


N Perlakuan Hasil Pengamatan
O
1 Percobaan 1
 Timbang sejumlah  Massa sebelum di nolkan
(PbNO3)2 menggunakan 33.99gr.
gelas kering.
 Larutkan padatan  Tidak ada perubahan
tersebut dengan aqua warna dan bentuk.
dm kurang lebih 20 mL.
 Setelah itu masukkan  Tidak ada perubahan.
larutan dalam labu takar
50 ml menggunakan
corong.
 Bilas gelas kimia  Tidak ada perubahan
menggunakan aqua dm warna dan bentuk.
sebanyak 5 ml selama 2
kali
 Kemudian bilas batang  Tidak ada perubahan
pengaduk dengan warna dan bentuk.
corongannya kemudian
bersihkan leher labu
takar dengan
menggunakan kertas
saring
 Tambahkan aqua dm  Tidak ada perubahan
dengan menggunakan warna dan bentuk.
pipet tetes hingga tanda
batas
 Tutup labu takar  Larutan menjadi homogen
kemudian bolak balikan.
 Tambahkan aqua dm  Tidak ada perubahan
lalu keringkan leher labu warna dan bentuk.
takar
2 Percobaan 2
 Siapkan gelas kimia  Massa sebelum di nolkan
100ml kering kemudian 62.17 gr.
timbang bobotnya lalu
nol kan.
 Masukkan 50 ml larutan  Massanya bertambah
Pb2NO3 0.01 M ke dalam menjadi 50.38 gr.
gelas kimia 100 ml yang
telah ditimbang.
 Siapakan gelas kimia  Sebelum di nolkan massa
100 ml kering yang lain 0.64 gr
dan timbang lalu catat
bobotnya setelah itu di
nolkan.
 Masukkan 100 ml larutan  Massa bertambah 100.41
KI ke dalam gelas kimia gr
yang telah ditimbang.
 Siapkan gelas kimia 250  Massa 126.48 gr
ml kering lalu timbang
massa kosongnya
 Lalu campurkann kedua  Perubahan warna bening
larutan yang telah menjadi kuning dan massa
ditimbang ke dalam bertambah menjadi 276.77
gelas kimia 250 ml yang gr
telah ditimbang
3 Percobaan 3  Massa awal cawan 32.43
 Siapkan cawan porselin gr.
kering lalu tambahkan
massa cawan porselin
setelah itu di nolkan

 Masukkan sekitar 2 gr  Massanya bertambah


garam hidrat dari salah menjadi 1.94 gr
satu garam hidrat yang
telah disediakan oleh
analisis kedalam cawan
porselin kosong yang
talah ditimbang.
 Kemudian siapkan  Massa awal cawan 32.43
cawan porselin kering gr.
lalu timbang massa
cawan porselin kosong
kemudian dinolkan.
 Setelah itu masukkan  Massanya bertambah 2.06
sekitar 2 gr garam hidrat gr.
dari salah satu garam
hidrat yang telah
disediakan oleh analisis
kedalam cawan porselin
kosong yang sudah
ditimbang.
 Letakkan cawan porselin  Pada cawan porselin A :
yang telah di isi garan cokelat muda.
hidrat diatas hotplate lalu  Pada cawan porselin B :
lakukan pemanasan putih kebiruan.
hingga berubah warna.
 Kemudian dinginkan  Pada cawan porselin A :
cawan porselin di suhu 34.31
ruang ketika suhu cawan  Pada cawan porselin B :
sama dengan suhu 33.14
ruang cawan yang di isi
garam hidrat.
4.2. Pembahasan
1. Percobaan pembuatan larutan
Pada percobaan ini larutan yang akan dibentuk adalah PB(NO 3)2 0.01 M
sebanyak 50 mL dari padatannya. Untuk mendapatkan produk yang dimaksud
maka padatan dari Pb(NO3)2 di larutkan aquadm (H20) kurang lebih 20 ml.

Persamaan Reaksinya adalah :


Pb(NO3)2 (s) + H2O→ Pb(NO)aq

Selain itu, pada percobaan ini melakukan pengenceran larutan KI 0,05 M


menjadi 0,005 M. Pada dasarnya prosesnya pengenceran suatu larutan
dilakukan dengan menambahkan aquadm dalam jumlah tertentu. Persemaan
reaksinya adalah :

KI (aq) 0,05 M + H2O → KI (aq) 0,005 M

dengan perhitungan pengenceran sebeagai berikut :


M1V1 = M2V2
0,05 M × 10 mL = M2 × 100 mL
M2 = ( 0,05 M × 10mL) / 100mL
M2 = 0,00 5 M

2. Percobaan pembuatan reaksi ionik dalam larutan


Pada percobaan ini hasil percobaan pertama digunakan untuk percobaan
reaksi ionik dalam larutan dimana terjadi perubahan warna dan juga
perubahan massa. Perubahan warna ini terjadi dikarenakan pencampuran
anara larutan pb2NO3 dan larutan KI yang menghasilkan perubahan warna dari
awalnya bening menjadi kuning, Reaksinya yang terjadi adalah sebagai
berikut:
Pb(NO3)2 + 2KI > 2KNO3 PbI2

Untuk perubahan massanya menjadi 276.77 gr karena massa gelas kimia


yang berisi produk reaksi antara larutan pb 2NO3 dan larutan KI ditambah
dengan gelas kimia kosong menghasilkan massa produk reaksi. Sedangkan
pada pengamatan yang sudah ditimbang massa larutan pb 2NO3 yaitu 50.38 gr
dan larutan KI 100.41gr

3. Pada percobaan garam hidrat


Pada praktikum ini terdapat 3 percobaan yaitu percobaan pertama
pembuatan larutan Pb(NO3)2, dan Ki 0,05m. Percobaan ke dua Pada reaksi
ionik dalam larutan Pb2 Nitrat 0.1 ml dan percobaan ke tiga yaitu Garam Hidrat
Pertama Pb(NO3)2 setelah ditimbang menghasilkan masaa (0,24) tidak
terjadi perubahan warna hanya menghomogenkan larutan tersebut dengan
aquadm. Hal yang sama juga terjadi pada larutan Ki yang di encerkan menjadi
0,005ml dan tidak terjadi perubahan warna.
Berbeda pada percobaan kedua yaitu pada reaksi ionik ketika campuran
Pb(NO3)2 dengan volume 58,38,diletakan pada gelas kimia disusul dengan
larutan Ki dengan volume 100,41 terjadi perubahan warna kuning yang
disebabkan oleh ion positif Pb+ dan Ki+ melakukan reaksi silang sehingga
menjadi dua senyawa
Pada percobaan ketiga pun demikian ketika cawan uap A dengan volume
3,429 dan B dengan volume 3,3314 yang berisi garam nitrat dipanaskan di hot
plate terjadi perubahan warna seperti pada cawan uap A perubahan warna
yang dihasilkan yaitu coklat mudah sedangkan pada cawan B warna yang
dihasilkan berbeda dengan cawan A yaitu warna putih ke biru – biruan.
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan stoikiometri kita dapat
menentukan berbagai perubahan yang terjadi pada larutan. Misalnya, perubahan
bentuk, perubahan warna dari larutan, dan bahkan perubahan yang terjadi ketika
garam hidrat telah dipanaskan. Selain itu kita juga dapat mengetahui bahkan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan suatu produk dalam reaksi kimia.
DAFTAR PUSTAKA

INDONESIA, P. S. L. (2017). Lembaran Data Keselamatan Bahan. Tanggerang,


Indonesia: PT. SMART LAB INDONESIA. Retrieved from www.smartlab.co.id

Merck Indonesia. (2017). Lembaran Data Keselamatan Bahan. Jakarta. Retrieved


from www.merckgroup.com

Pendidikan, G. (2020). Stoikiometri : Pengertian, Hukum, Jenis, Rumus dan Contoh


Soal. Retrieved from https://seputarilmu.com/2020/08/stoikiometri.html

Setiawan, P. (2020). Pengertian Stoikiometri, Jenis, Hukum dan Perhitungan.


Retrieved from https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-stoikiometri/
LAMPIRAN

1. Stoikiometri pembuatan larutan

Pembuatan Pb(NO3)2 0.01 M 50 mL

Timbang

Larutan padatan tersebut aquadm kurang lebih Memasukkan larutan kedalam labu takar sekitar 50
20 mL mL dengan menggunakan corong

Tambahkan aquadm dengan menggunakan pipet


tetes hingga tanda batas Bilas gelas dan bersihkan leher labu takar

Dihomogenkan

Pengenceran larutan KI 0.05 M menjadi 0.005 M

Pipet larutan KI 0.005 M

Masukkan Tambahkan aquadm dengan menggunakan pipet tetes hingga tanda batas

Tutup dan bolak balikan

Dihomogenkan
2. Stoikiometri reaksi ionik dalam larutan

Gelas kimia 100 mL kering

Ditimbang

50 mL larutan Pb2NO3 0.1 M

Dicatat Dimasukkan

Gelas kimia 100 mL kering

Ditimbang

100 mL larutan KI

Dicatat Dimasukkan

Gelas kimia 250 mL kering

Timbangan massa

Campurkan kedua larutan


yang telah ditimbang

Dicatat Amati

Hasil

Terjadi perubahan warna dari bening


menjadi warna kuning
3. Stoikiometri garam hidrat

Siapkan cawan penguap kering

Timbang massa cawan

Masukkan sekitar 2 gram garam hidrat

Catat massanya

Letakkan cawan penguap yang berisi garam hdrat diatas


hotplate

panaskan

Dinginkan cawan penguap disuhu

Timbang
Catat massanya

Hasil

Cawan penguap A : berwarna cokelat muda

Cawan penguap B : berwarna putih kebiruan

Anda mungkin juga menyukai