Disusun oleh :
Shalawat dan salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariat agama Islam yang
sempurna dimana merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi membangun terciptannya makalah
selanjutnya yang lebih bauk lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas mengenai akidah dengan memakai
pendekatan logika. Ilmu ini mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi yang menjadi
landasan pokok agama islam yaitu kemahaesaan Tuhan, masalah nubuwah, akhirat dan
hal yang berhubungan dengan itu. Oleh sebab itu, ilmu ini menempati posisi sangat
penting dan terhormat dalam tradisi keilmuan islam.
Sejarah ilmu kalam yang lahir karena terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan
menjadi pintu awal keberangkatan dan perkembangan ilmu kalam. Pemikiran yang lahir
akibat perbedaan sebuah penafsiran mengenai ketuhanan dan permasalahan tentang dosa
besar. Konsep dosa besar ini diadakan oleh kaum khawarij yaitu kaum yang keluar dari
golongan Ali Bin Abi Thalib karena tidak menyetujui diadakan tahkim dan menganggap
tahkim itu sebagai dosa besar. Pemikiran-pemikiran kalam telah ada sejak permulaan
perkembangan ilmu kalam.
Pemikir-pemikir kalam itu di bedakan menjadi dua kelompok dari sisi kerangka
berfikir mereka, yakni kerangka berfikir tradisional dan kerangka berfikir rasional.
Kerangka tradisional yakni sebuah kerangka berfikir yang menempatkan wahyu di atas
akal manusia. Mereka berfikir bahwa Al-qur’an adalah wahyu Allah yang diyakini
kebenaran dan tugas akal hanya membenarkannya saja tanpa berusaha memahami sebuah
wahyu melalui akal. Sedangkan kerangka berfikir rasional justru menempatkan peranan
akal yang sangat besar dalam memahami wahyu.
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui ilmu kalam di awal sejarah pemikiran islam
2. Mengetahui sejarah lahirnya ilmu kalam
3. Mengetahui definisi ilmu kalam
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ibnu khaldun memnerikan pengetian bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-
alasan mempertahankan kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi
bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan aliran golongan salaf
dan ahli sunah. Masih ada definisi lainya akan tetapi semua itu berkisar pada persoalan
kepercayaan diatas dan cara menguraikan kepercayaan-kepercayaan itu, yaitu tentang
kepercayaan Tuhan dan sifat-sifat-Nya, tentang rasul-rasul dan sifat-sifatnya dan kebenaran
keputusannya. Demikian pula tentang kebenaran kabar yang dibawa Rasul itu, sekitar alam
ghaib,seperti akhirat dan seisinya.
Ketika Rasulullah sakit dan sampai meninggal dunia, tidak ada pesan beliau tentang
penggantinya. Tidak ada juga ketentuan bagaimana menentukan siapa pengganti Rasulullah
sebagai kepala pemerintah, dikalangan Anshar maupun Muhajirin melakukan
musyawarahmemilih pengganti Nabi dalam urusan kenegaraan di Sakifah Baani Sa’idah dan
kemudian di ba’iat oleh ummat di masjid Nabawi. Saat itu Abu Bakar di ba’iat sebagai
khilafah pertama. Khalifah Abu Bakar dalam memimpin pemerintah telah berhasil membawa
umat dalam suatu pemerintahan yang stabil, bersih dan berwibawa.
2
Setelah kepemimpinan Abu Bakar bergantilah dengan kepemimpinan Ummar bin Khattab
sebagai khalifah kedua, pemerintahan dibawah pimpinan Ummar banyak membawa
kemajuan dengan keberaniyannya menerapkan hukum ijtihadiyahyang tegas dan konstruktif.
Adapun khalifah ketiga telah terpilih Utsman bin Affan, dalam memimpin pemerintahan
memiliki kebijaksanaan yang lemah di mata umat. Kebijaksaan mengangkat beberapa
keluarganya menduduki jabatan penting dalam pemerintahan membuat pemerintahannya
tidak populer dan pada akhirnya mendapat tantangan berat. Timbul beberapa kerusuhan dan
akibatnya peristiwa yang amat mengejutkan Islam yaitu, terbunuhnya khalifa ketiga ini.
Khalifah keempat terpilih yaitu Ali bin Abi Thalib, ia memikul tanggung jawab berat
yaitu menyelesaikan masalah politik dan hukum atas peristiwa pembunuhan khalifah Utsman.
Atas peristiwa yang menimpa khalifah ketiga itu, menyebabkan Aisyah (istri nabi) menuntut
dan kemudian berkembang menjadi permusuhan terbuka, hingga terjadi perang antara kedua
belah pihak yang dikenal dengan “Perang Jamal”. Dari medan perang, Ali segera menuju
Kufah di Iraq untuk mencari dukungan, sementara itu tantangan baru muncul dari Syiria di
bawah pimpinan Mu’awiyyah bin Abi Sufyan, Gubernur Damaskus. Perangpun terjadi
diantara pasukan Ali disatu pihak dengan pasukan Mu’awiyyah dipihak lain yang dikenal
dengan “Perang Siffin” (657M). Dimana berujung pada kesepakatan perjanjian perdamaian
yang dikala dengan istilah tahkim, dimana pihak Ali diwakili oleh Abu Musa Al Asy’ari dan
pihak Muawiyyah di wakili oleh Amr bin As yang pada akhirnya pihak Ali dan pasukannya
mengalami kekalahan diplomatik atas pihak Muawiyah.
Perpecahan dikalangan umat Islam terutama setelah “Perang Siffin”, pertentangan politik
itu menimbulkan partai-partai sperti pastai Syi’ah pendukung Ali. Tidak lama kemudian lahir
Murji’ah yang menganut faham netral. Partai itu menampilkan isu-isu agama keagamaan
hingga masalah politik itu sendiri selalu dikaitkan denagn kaidah-kaidah agama. Fanatisme
yang berlebihan terhadap partai politik masing-masing, menyebabkan isu-isu poltik diwarnai
bentuk ajaran keagamaan itu berbentuk coraknya sendiri, antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya mengambil jarak berjauhan dan sering terjadi kekerasan.
Pada masa Dinasti Umayyah telah muncul perdebatan dan pertentangan faham mengenai
masalah qadar.faham jabr dan ikhtiar (keterkaitan dan kebebasan) inilah yang dianggap
sebagai persoalan yang pertama kali diperdebatkan dan diperselisihkan oleh kaum muslimin
dalam persoalan akidah. Munculah dua aliran, yaitu qadariyah dan jabariyah. Sedangkan
3
diakhir dinasti umayyah lahirlah aliran Mu’tazilah yang dipelopori oleh Washil bin atha sab
Amr bin Ubayd. Hal ini lahirnya aliran Ahli Sunnah Wal Jamaah.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada awal sejarah pemikiran islam, ilmu kalam kurang mendapat perhatian bahkan tidak
disetujui dikalangan muslim. Ilmun kalam seperti ilmu keislaman lainnya, dan mempunyai
dasarnya sendiri dari Al-Qur’an, baik menyangkut aspek metode maupun metori. Ditinjau dari
segi metode dan materinya, keberadaan ilmu kalam bukan yang terlarang dalam islam. Bahkan
ilmu kalam mutlak diperlukan demi terbangunnya keimanan yang kukuh diatas bukti dan
argument yang kuat.
3.2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini
banyak sekali kekurangan. Untuk itu kami meminta kepada pembaca untuk memberikan saran
dan kritiknya supaya dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
5
DAFTAR PUSTAKA
Jamaluddin dan Shabri Shaleh Anwar.2020. Ilmu Kalam (Khazanah Intelektual Pemikiran
dalam Islam).Jakarta:PT.Indragiri Dot Com.
https://www.academia.edu/40527818