Anda di halaman 1dari 4

Menjadi Penyunting Naskah Yang Cerdas

Iftitahul Kamaliyah
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Iftitahul237@student.uns.ac.id

Pada hakikatnya manusia akan dikelilingi oleh berbagai macam informasi setiap harinya, baik
melalui media masa ataupun media cetak. Karena faktanya dunia informasi sudah sangat
berkembang pesat di sekitar kita. Sebagai penerima informasi, kita dituntut untuk selektif
dalam memilih, baik informasi maupun media yang akan dipakainya. Dalam tahapan
penyampaian informasi, pastinya ada proses penyuntingan yang dilakukan untuk
menyempurnakan ejaan maupun kalimat dalam naskah tersebut.
Sebelum melakukan kegiatan menyunting, seorang penyunting tentunya harus memiliki
pengetahuan yang luas. Selaras dengan hal itu, seorang penyunting harus sering melakukan
kegiatan membaca dan menulis. Kegiatan membaca berguna supaya penyunting dapat dengan
mudah memahami setiap naskah yang akan disuntingnya. Apabila seorang penyunting tidak
memiliki wawasan atau pengetahuan yang luas tentang bacaan maka kegiatan penyuntingan
akan sulit dilaksanakan karena minimnya pengetahuan yang dimiliki. Seseorang yang gemar
membaca memperoleh wawasan dan pengetahuan baru yang akan semakin meningkatkan
kecerdasannya, sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup di masa-masa
mendatang. Pada dasarnya tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan (Harsono dk, 2012).

Untuk itu sebelum melakukan keguatan penyuntingan perlu dilakukan kegiatan


membaca terlebih dahulu. Selain membaca penyunting juga harus menguasai keterampilan
menulis. Apabila seorang penyunting tidak mengetahui tata bahasa atau aturan penulisan
yang benar, maka pembetulan atau perbaikan dalam suatu naskah. akan sulit dilakukan.
Seperti yang diungkapkan oleh Oktaria dkk, (2017) kegiatan menulis akan memudahkan
seseorang dalam mengungkapkan gagasan agar mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca.
Dengan menulis sesorang akan mampu untuk menungkapkan gagasan secara sitematis, jelas
dan logis serta mampu berkomunikasi sesuai konteks.

Pengertian menyunting sendiri berasal dari kata dasar sunting yang melahirkan bentuk
turunan menyunting (kata kerja/verba), penyunting (kata benda/nomina), dan penyuntingan
(kata benda/nomina) (Alwi,dkk. 2001:1106). Menyunting merupakan kegiatan mengubah,
mengedit dan merapikan suatu susunan letak atau penggunaan bahasa dengan melihat,
membaca, atau memperbaiki naskah secara keseluruhan dari segi tata bahasa maupun segi
materi, penyajian, kelayakan, dan kebenaran isi naskah yang akan diterbitkan.
Kegiatan menyunting bertujuan untuk memperbaiki kesalahan tulisan yang menyangkut
ejaan, diksi, dan kalimat (Eneste, 2005:15). Selain itu menyunting juga bertujuan agar: 1)
naskah bersih dari kesalahan kebahasaan dan isi materi dengan persetujuan penulis
naskah, 2) membuat naskah yang akan dimuat atau diterbitkan lebih mudah dipahami isi
atau maksudnya, menarik serta disertai data yang akurat, 3) menjadi jembatan yang dapat
menghubungkan ide dan gagasan penulis dengan pembaca, pendengar, dan
penonton, 4) mengolah naskah hingga layak terbit (siar untuk media noncetak)
sesuaidengan ketentuan yang diberlakukan dan dipersyaratkan oleh penerbit atau
penyelenggara program siaran.
Orang yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting yaitu orang yang
bertugas menyiapkan naskah. Berbeda dengan seorang editor yang mencari naskah atau
menghubungi calon penulis, seorang penyunting naskah memiliki tugas yang lebih rinci
seperti memperbaiki naskah berdasarkan persetujuan penulis, membuat naskah menjadi
mudah untuk dipahami dan dibaca, memperbaiki komponen kebahasaan (ejaan, diksi, dan
struktur kalimat). Serta membaca dan memperbaiki format cetak.
Ada beberapa hal yang perlu dikuasai seseorang untuk menjadi penyunting meliputi
penguasaan ejaan bahasa Indonesia, penguasaan tata bahasa, ketelitian dan kesabaran,
kemampuan menulis, keluwesan (kesupelan), menguasai salah satu bidang keilmuan,
pengetahuan yang luas, serta memiliki kepekaan bahasa. Kegiatan menyunting nasah harus
memperhatikan rambu-rambu sebelum menyunting supaya tidak terjadi persoalan/masalah di
kemudian hari. Adanya rambu-rambu tersebut, seorang penyunting diharapkan mampu
memiliki pegangan/pedoman dalam menyunting naskah.
Sebelum mulai menyunting, penyunting perlu memperhatikan kelengkapan naskah, daftar
isi, informasi mengenai penulis, catatan kaki, subbab dan sub-subbab, isi naskah, ilustrasi,
table, gambar, prakata atau kata pengantar, sistematika setiap bab, daftar kata/istilah,
lampiran, indeks, biografi singkat, synopsis serta nomor halaman. Untuk melaksanakan
penyuntingan naskah, penyunting naskah perlu memeriksa kembali ejaan, tatabahasa, fakta,
legalitas, konsistensi, gaya penulis, konvensi penyuntingan naskah serta gaya penebit atau
gayang selingkung. Apabila naskah yang disunting telah selesai dan sudah sesuai
kelengkapannya, penyunting meneruskan naskah ke bagian produksi agar segera
diterbitkan/dicetak. Tugas seorang penyunting naskah bukanlah sederhana, semuanya
membutuhkan kemauan dan kerja keras agar dapat menjadi penyunting yang baik dan benar.
Apabila tadi dikatakan bahwa seorang penyunting perlu memiliki kemampuan menulis
memang tepat, seorang penyunting akan melakukan pembenaran dari naskah asli. Oleh
karena itu seorang penulis harus menguasai kemampuan menulis sehingga kata-kata yang
mungkin sulit dimengerti dari naskah asli dapat dilakukan perbaikan sehingga mudah
dipahami oleh pembaca. Sebuah tulisan dapat mendeskripsikan mengenai sesuatu hal,
masalah, informasi yang ingin disampaikan oleh penulis, supaya para pembaca bisa lebih
mudah memenmukan jawaban atas kebingunggannya. Tulisan juga dapat berfungsi sebagai
petunjuk, , menyampaikan, mengingatkan memerintah, berkorespondensi dan memberi tahu
(Sari dkk, 2013).
Ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan dari kegiatan menyunting, pertama agar ide
atau gagasan yang disampaikan melalui tulisan dapat dengan mudah dicerna dan
ditangkap pembaca. Kedua melalui proses penyuntingan diharapkan hasilnya objektif
sehingga dapat menjembatani keinginan penulis dan pembaca (atau pendengar dan
penonton untuk media noncetak), ketiga kegiatan penyuntingan memungkinkan datangnya
masukan-masukan bagi penulis dari penyunting yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh
penulis.
REFERENSI
Eneste, Pamusuk. (2017). Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Harsono, A.S.R., Fuady, A., & Saddhono, K. Pengaruh strategi Want To Learn (KWL) dan
Minat Membaca Terhadap Kemampuan memabaca Intensif Siswa Smp Negeri 1
Temanggun. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa Sastra Indonesia dan
Pengajarannya. 1(1), 53-64.
Noviantari, N.W.W (2013). Penerapan Teknik pemodelan Untuk Meningkatkan Kemampuan
Menyunting Karangan Argumentasi SIswa Kelas X Di SMA Negeri 1 Selemadeg. 1(5),
1-15
Oktaria, D., Andayani., & Saddhono, K. (2017). Penguasaan Kalimat Efektif Sebagai Kunci
Peningkatan Keterampilan Menulis Eksposisi. Metalingua, 15(2), 167-177. DOI: http://
dx.doi.org/10.26499/metalingua.v15i2.63

Sari, I.K., Setiawan, B., & Saddhono, K. (2013) Penerapan Metode Quantum Learning
Dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Puisi Pada Siswa Sekolah dasar. Basastra Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia dan Pengajarannya, 2,1-13.

Anda mungkin juga menyukai