Penerjemahan Kata-demi-kata
Contoh
Tsa : *Lihat, kecil anak, kamu semua harus tidak melakukan ini.
Berdasarkan hasil terjemahan tersebut, kalimat Tsu yang dihasilkan sangatlah janggal karena susunan
frase “kecil anak” tidak berterima dalam tatabahasa Indonesia dan makna frase “harus tidak” itu kurang
tepat. Seharusnya kedua frase tersebut menjadi “anak kecil” dan “seharusnya tidak”. Demikian pula
dengan kata “that” yang sebaiknya diterjemahkan menjadi “itu” bukan “ini”. Sehingga alternative
terjemahan dari kalimat tersebut menjadi:
2. Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan lurus (linear translation)
berada di antara penerjemahan kata-demi-kata dan penerjemahan bebas (free translation). Dalam
proses penerjemahannya, penerjamah mencari konstruksi gramatikal Bsu yang sepadan atau dekat
dengan Bsa.
Contoh
3. Penerjemahan Setia
Contoh
4. Penerjemahan Semantis
Penerjemahan semantis (semantic translation) lebih luwes daripada penerjemahan setia. Penerjemahan
setia lebih kaku dan tidak kompromi dengan kaidah Bsa atau lebih terikat dengan Bsu, sedangkan
penerjemahan semantis lebih fleksibel dengan Bsa.
Contoh
Tsu : He is a book-worm.
Frase book-worm diterjemahkan secara fleksibel sesuai dengan konteks budaya dan batasan fungsional
yang berterima dalam Bsa. Tetapi terjemahan di atas kurang tepat dan seharusnya diterjemahkan
menjadi: ’Dia seorang kutu buku.’
5. Adaptasi (Saduran)
Adaptasi (adaptation) oleh Newmark (1988:46) disebut dengan metode penerjemahan yang paling
bebas (the freest form of translation) dan paling dekat dengan Bsa. Istilah ”saduran” dapat diterima di
sini, asalkan penyadurannya tidak mengorbankan tema, karakter atau alur dalam Tsu.
contoh
lirik lagu dari sebuah yang disadur dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
(http://anotherfool.wordpress.com):
6. Penerjemahan Bebas
Penerjemahan bebas (free translation) merupakan penerjemahan yang lebih mengutamakan isi dari
pada bentuk teks Bsu. Biasanya metode ini berbentuk parafrase yang lebih panjang daripada bentuk
aslinya, dimaksudkan agar isi atau pesan lebih jelas diterima oleh pengguna Bsa.
Contoh
Dalam contoh nomor 1 terjadi pergeseran yang disebut dengan shunt up (langsir ke atas), karena dari
frase preposisi in the garden menjadi klausa ’yang tumbuh di kebun’. Sedangkan pada nomor 2 terjadi
pergeseran yang disebut dengan shunt down (langsir ke bawah), karena klausa on what he makes
menjadi frase ’dengan penghasilannya’.
7. Penerjemahan Idiomatik
Larson dalam Choliludin (2006:23) mengatakan bahwa terjemahan idiomatik (idiomatic translation)
menggunakan bentuk alamiah dalam teks Bsa-nya, sesuai dengan konstruksi gramatikalnya dan pilihan
leksikalnya. Terjemahan yang benar-benar idiomatik tidak tampak seperti hasil terjemahan. Hasil
terjemahannya seolah-olah seperti hasil tulisan langsung dari penutur asli.
Contoh
8. Penerjemahan Komunikatif
Contoh dari metode penerjemahan ini adalah penerjemahan kata spine dalam frase thorns spines in old
reef sediments. Jika kata tersebut diterjemahkan oleh seorang ahli biologi, maka padanannya adalah
spina (istilah teknis Latin), tetapi jika diterjemahkan untuk mimbar pembaca yang lebih umum, maka
kata itu diterjemahkan menjadi ’duri’.