ABSTRAK
Synchronous learning adalah interaksi yang berorientasi pada pembelajaran dan difasilitasi dengan
intruksi-intruksi secara langsung, real-time dan biasanya terjadwal. Synchronous learning berbeda dengan
kuliah biasa, demo atau penawaran suatu produk, dan aktivitas-aktivitas penyampaian informasi yang lainnya.
Synchronous e-Learning adalah Synchronous learning yang dilaksanakan dengan memanfaatkan perangkat
elektronik, khususnya komputer dan Internet. Synchronous e-Learning dapat dilaksanakan dengan berbagai
macam strategi, salah satunya adalah dengan mengimplementasikan konsep Virtual Classroom (VC).
D-78
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009
yang bersifat asynchronous. Pada kasus tersebut, Faktor-faktor yang mempengaruhi media apa
yang muncul adalah tahapan-tahapan pada proses yang tepat untuk digunakan terdiri dari 2 (dua)
pembelajaran terlalu berorientasi pada instruktur kategori, yaitu faktor logis dan faktor edukatif.
atau pengajar seperti yang terjadi pada kelas fisik.
Hal ini akan menyebabkan para pembelajar menjadi 2.1 Faktor Logis
bosan. Selain itu, para pembelajar bisa merasa tidak Bagi pembelajar yang tersebar, penyampaian
diperhatikan oleh instruktur atau pengajar. materi dengan memanfaatkan media elektronik
VC sebagai sebuah proses yang bersifat dirasa lebih murah dan lebih cepat dibandingkan
synchronous, membutuhkan sekumpulan resource dengan kelas konvensional. Namun pada dasarnya
yang berbeda dibandingkan dengan konsep e- media elektronis lebih mahal untuk diproduksi.
Learning yang terdahulu (Braman, 2008). VC Sehingga, penerapan e-Learning tidak tepat jika
membutuhkan adanya pengajar yang terjadwal dan diterapkan pada sejumlah kecil pembelajar pada
semua pembelajar pada saat yang bersamaan. tempat yang sama, kecuali jika mereka tidak bekerja
Dibandingkan dengan kelas konvensional, VC pada saat yang sama. Situasi ini akan lebih tepat jika
membutuhkan adanya resource teknologi dan menggunakan konsep asynchronous e-Learning,
resource yang bersifat psikologis baik dari pengajar tergantung pada topik yang akan disampaikan.
maupun dari para pembelajar. Gambar 2 menunjukkan diagram perbandingan
Meskipun konsep VC hadir sebagai sebuah biaya desain (design), pengembangan (develop), dan
media baru yang bisa menghemat biaya perjalanan, penyampaian (delivery) pada beberapa metode
adanya pemisahan antara pengajar dan pembelajar pembelajaran.
juga menyebabkan adanya dampak negatif, yaitu
kurangnya kontrol terhadap sikap para pembelajar
selama proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal
tersebut, dibutuhkan adanya pemilihan media dan
teknik yang tepat dalam pengimplementasian konsep
VC.
Untuk menentukan apakah situasi mengajar
yang akan dilaksanakan itu sesuai atau tidak jika
dilakukan dengan mengimplemen-tasikan VC, kita
harus memahami terlebih dahulu karakteristik syn-
chronous e-Learning jika dibandingkan dengan
model pembelajaran yang lain. Hal ini ditunjukkan
Gambar 2. Biaya relatif pada beberapa metode
pada gambar 1.
pembelajaran tergantung pada tingkat kreasi dan
produksi (Hyder, 2007).
D-79
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009
tersebut dengan melaporkan perkembangan para Cognitive load menunjukkan seberapa besar
pembelajar kepada orang tua atau supervisor kinerja mental ketika memori otak jangka pendek
mereka. bekerja untuk memproses informasi (Richardson,
Masalah yang sering muncul dalam suatu proses 2008). Tiap orang hanya dapat mengingat sejumlah
pembelajaran adalah para pembelajar tidak mampu informasi yang terbatas tanpa adanya latihan atau
mengelola waktu dan memproses informasi secara alat bantu, misalnya dokumentasi. Pada
mandiri. Konsep VC sangat tepat diimplementasikan pembelajaran yang terkendali melalui instruksi
untuk mengatasi hal tersebut selama materi yang (Instructor-Led), pengajar sebagai presenter
disampaikan cukup menarik dan memikat, sehingga menampilkan materi pembelajaran sekaligus
para pembelajar akan merasa lebih diperhatikan dan melakukan kontrol pada tiap tahapan instruksi. Hal
termotivasi untuk memahami materi yang ini berkebalikan dengan yang terjadi pada
disampaikan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajar
(learner-driven) ketika pembelajar hanya membaca
2.2 Faktor Edukatif atau mengikuti proses asynchronous e-Learning
Terselesaikannya proses pembelajaran yang maka pembelajar tersebut dapat memilih menu
efektif dari segi biaya bisa jadi tidak menghasilkan pause, replay, continue, dan sebagainya. Pada
apa-apa jika para pembelajar tidak menunjukkan pembelajaran yang menggunakan media terkendali
adanya perubahan perilaku sebagai hasil dari oleh pengajar terdapat resiko munculnya cognitive
pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersbut, kita load (atau bahkan cognitive overload) karena
bisa melihat pembenaran dari sudut pandang yang kemampuan dari masing-masing pembelajar yang
bersifat edukatif terhadap berbagai macam media berbeda-beda.
penyampaian materi pada proses pembelajaran Asynchronous e-Learning memungkinkan
seperti ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 3 pembelajaran individu secara mandiri. Pembelajar
memberikan gambaran atribut-atribut yang menjadi dapat mempelajari materi sendiri, mengulang sesi
karakteristik pada penyampaian materi yang maupun mengulang pembelajaran secara
berbasis komputer (computer delivered) dan keseluruhan. Pembelajar dapat memanfaatkan
lingkungan yang terkendali melalui instruksi fasilitas remediasi, kosa kata istilah, dan sebagainya
(Instructor-Led Environtments). Semua atribut yang itu semua tergantung pada desain sistem
tersebut muncul pada synchronous e-Learning. pembelajaran itu sendiri. Asynchronous e-Learning
menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan bagi
para pembelajar yang heterogen atau berbeda level
pengetahuan terhadap materi yang harus dipelajari.
metode ini juga menyediakan opsi pengayaan atau
latihan individu yang dapat mendorong pembelajar
untuk memahami materi dengan cepat dan akurat,
atau bisa juga menampilkan materi dengan
memanfaatkan animasi video atau simulasi (Clark,
2008).
c. Visualisasi
VC sangat berkaitan erat dengan visualisasi
grafis, baik berupa gambar, animasi, maupun video.
Gambar 3. Synchronous e-Learning memiliki atribut Visualisasi grafis sangat diperlukan untuk
yang beragam, tergantung pada sistem penyampaian membantu para pembelajar dalam memahami materi
materinya (Hyder, 2007). yang disampaikan dengan cara yang lebih menarik
dan tidak membosankan. Jika instruktur atau
a. Social presence pengajar hanya dapat membuat materi berupa text
Social precense adalah perasaan nyaman yang baik itu dokumentasi maupun halaman web, dia bisa
muncul pada interaksi sosial yang dilakukan oleh melengkapi dengan menambahkan sesi tanya jawab
orang-orang secara nyata (hadir secara fisik) pada VC yang diselenggarakan.
misalnya ketika orang saling berjabat tangan, d. Tipe Interaksi
membicarakan suatu topik masalah, dan lain-lain Tipe interaksi pada pengimplementasian VC
(Downes, 2005). Pada pengimplementasian VC, akan dijelaskan kemudian di bagian lain tulisan ini.
tetap akan muncul social presence tersebut Yang perlu diperhatikan adalah bahwa VC hanya
meskipun interaksi dilakukan secara virtual. akan berjalan dengan efektif jika pengajar
Walaupun demikian, tentunya social presence akan menerapkan interaksi yang relevan (berbasis
jauh lebih tampak pada proses pembelajaran melalui penugasan) secara berkesinambungan (Braman,
kelas konvensional. 2008). Tanpa adanya hal tersebut, maka proses
b. Cognitive load pembelajaran hanya akan sama dengan
pembelajaran melalui kelas konvensional yang
D-80
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009
membosankan dan para pembelajar akan sibuk mengendalikan dan mengontrol interaksi tersebut,
sendiri-sendiri dan tidak memperhatikan materi yang namun tidak seperti yang terjadi pada kelas
disampaikan. konvensional. Pembelajar hadir untuk berinteraksi
Beberapa materi pembelajaran tidak cocok jika dengan materi (content). Dengan waktu yang
disampaikan melalui jarak jauh, misalnya materi- terbatas, pengajar harus mampu memastikan bahwa
materi yang berkaitan dengan olah raga atau seni. pembelajar dapat memahami materi (content) yang
Pembelajar tidak akan mampu memperoleh disampaikan.
pemahaman yang optimal jika hanya melihat
visualisasi materi tanpa adanya latihan secara nyata. 3.1 Frekuensi Interaksi
Melakukan interaksi merupakan salah satu hal
2.3 Solusi Campuran terpenting yang bisa kita lakukan pada suatu proses
Penugasan yang bersifat kolaboratif dapat pembelajaran. Adanya partisipasi yang dilakukan
membantu dalam pemecahan masalah pada sesering mungkin akan dapat mencegah pembelajar
pembelajar yang heterogen dengan mengijinkan menjadi bosan dan hilang kontrol terhadap materi.
pembelajar yang lebih cerdas untuk membantu Pengajar bisa hanya dengan memanggil nama para
pembelajar lain yang kuang memahami materi. pembelajar untuk mengkondisikan para pembelajar
Namun scara umum, pada VC ditemukan kesulitan merasa diawasi dan diperhatikan. Jika pengajar ingin
dalam menangani pembelajar yang berbeda-beda mengevaluasi tingkat partisipasi pembelajar selama
level pemahamannya dengan penugasan yang proses pembelajaran, instruktur atau pengajar dapat
kompleks yang membutuhkan banyak waktu bagi mengkaitkan materi dengan project atau penugasan
pembelajar untuk berpikir. Hal ini yang yang melibatkan berbagai macam individu dari
melatarbelakangi terkadang pengajar menerapkan pihak pembelajar.
solusi campuran (blended solutions) dengan
melakukan pemilihan media yang terbaik untuk tiap 3.2 Fasilitas Untuk Berinteraksi pada Virtual
topik atau sesi pembelajaran (Holub, 2008). Classroom
Gambar 4 menunjukkan proses pembelajaran di VC menawarkan banyak sekali peluang untuk
mana instruktur atau pengajar mengadakan sesi berinteraksi. Pada kenyataannya, tugas atau diskusi
virtual untuk berinteraksi dengan pembelajar bisa dilakukan secara lebih mudah pada VC
kemudian membiarkan pembelajar untuk belajar dibandingkan pada kelas konvensional yang
secara mandiri dan selanjutnya bertemu kembali mungkin membutuhkan penataan ulang meja dan
secara online dalam sebuah sesi virtual. Dalam kasus lain sebagainya. Gambar 5 menunjukkan berbagai
ini, pembelajaran secara mandiri dilakukan di antara macam tools yang bisa digunakan untuk berinteraksi
dua sesi virtual. dalam VC atau metode – metode synchronous e-
Learning lainnya.
D-81
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009
sesi diskusi, atau kolaborasi antar pembelajar itu tampak bahwa pembelajar memberikan respons
sendiri. Selanjutnya akan dibahas tools atau sarana dengan menuliskan komentar setelah melihat
yang dapat mengakomodasi berbagai macam tayangan video yang disampaikan oleh instruktur
interaksi di atas dimulai dari interaksi antara atau pengajar.
pembelajar dengan instruktur atau pengajar dan
materi (content) yang disampaikan (Richardson,
2008).
a. Polling
Penerapan polling pada sebuah VC dapat
dilakukan dengan membuat soal-soal pilihan ganda
(multiple choice) yang hanya membutuhkan jawaban
benar atau salah tanpa memerlukan penjelasan dari
jawaban yang dipilih. Soal-soal pilihan ganda juga
bisa dibuat dengan dilengkapi oleh visualisasi grafis.
Beberapa tools menampilkan respons atau jawaban
pembelajar secara anonymous dan beberapa tools Gambar 6. Contoh aktivitas dari pembelajar dengan
yang lain dapat menampilkan nama pembelajar yang menuliskan komentar pada whiteboard setelah
memberikan jawaban. melihat tampilan sebuah video (Braman, 2008).
b. Chat
d. Audio
Chatting juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana
Pada VC, pengajar dapat meminta pembelajar
berinteraksi pada sebuah VC. Dalam
untuk saling berebut dalam memberikan respons
implementasinya, pengajar sebisa mungkin harus
baik bertanya sesuatu atau menjawab pertanyaan.
membuat pertanyaan yang dapat dijawab pembelajar
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan icon
dengan jelas. Respons atau jawaban melalui chat
(pada kelas konvensional dilakukan dengan cara
tidak bersifat anonymous karena nama pembelajar
mengacungkan jari) kemudian pembelajar tersebut
akan terlihat bersama dengan jawaban mereka
menyampaikan respons melalui audio. Beberapa
masing-masing. Untuk menghindari adanya
sistem mengijinkan banyak respons yang
kecurangan yaitu pembelajar hanya mengetikkan
disampaikan pada saat yang bersamaan (multiple
jawaban yang sama dari pembelajar lain yang sudah
speakers) sedangkan beberapa sistem yang lain
mengirimkan jawaban, pengajar dapat
hanya mengijinkan satu respons saja yang dapat
mengintruksikan pembelajar untuk mengirimkan
disampaikan. Pendekatan yang terbaik adalah
jawaban hanya setelah diberi instruksi oleh
dengan membatasi hanya satu orang saja yang dapat
pengajar.
menyampaikan respons. Penggunaan tool audio
Kemampuan chat cukup bervariasi dari tool yang
memungkinkan instruktur atau pengajar dapat
satu dengan tool yang lain. JIka tool mengijinkan,
mendengar suara pembelajar secara nyata dalam
pembelajar juga dapat mengirimkan pertanyaan
memberikan respons dan juga sangat tepat untuk
kepada pengajar. Yang perlu diperhatikan adalah
mendapatkan jawaban pembelajar yang lebih
pada saat chatting para pembelajar tidak boleh
panjang dan terperinci. Namun berkebalikan dengan
melakukan pembicaraan di luar topik materi yang
polling maupun whiteboard yang mengijinkan
disampaikan, misalnya bersenda gurau dan
adanya interaksi dari banyak pembelajar, tool audio
sebagainya.
hanya mengijinkan adanya satu respons saja yang
Dengan banyaknya pembelajar yang terlibat,
bisa disampaikan. Tingkat keefektifan penggunaan
chat bisa cukup merepotkan karena respons atau
tool audio sangat tergantung dari pengajar itu sendiri
jawaban dari para pembelajar akan muncul dengan
dibandingkan desainer sistem yang membuat sistem
cepat sehingga membingungkan pengajar. Hal ini
VC tersebut.
bisa diatasi dengan membuat kelompok-kelompok
e. Icon
(group) pembelajar sehingga proses chatting dapat
Pada pelaksanaan VC, instruktur atau pengajar
berjalan dengan lebih terorganisir.
dapat memotivasi pembelajar untuk menjaga
c. Whiteboard
partisipasi mereka dalam interaksi dengan
Whiteboard adalah area pada layer di mana
mengajukan pertanyaan atau menyampaikan
instruktur menampilkan slide PowerPoint dari
jawaban sebagai sebuah bentuk respons. Namun ada
materi yang disampaikan ke pembelajar. Pada VC,
cara lain bagi pembelajar untuk memberikan respons
para pembelajar dapat memberikan respons pada
dalam interaksi yang terjadi pada VC, yaitu dengan
waktu yang bersamaan jika pengajar memberikan
menggunakan icon. Hal ini bisa dilakukan misalnya
kesempatan. Pembelajar dapat mengetikkan
pengajar memerintahkan pembelajar untuk menekan
komentar, menggambar garis, melingkari item-item
icon tertentu setelah menyelesaikan bacaan atau
tertentu, dan lain-lain. Gambar 6 menunjukkan
pembelajar diminta untuk menekan icon yang lain
contoh salah satu interaksi pada VC yang dilakukan
jika sudah siap untuk mengerjakan soal latihan, dan
melalui media whiteboard. Pada gambar tersebut
D-82
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009
sebagainya. Sebagian besar perangkat lunak VC membantu para pembelajar selalu termotivasi untuk
telah menyertakan fasilitas icon sebagai alternatif memberikan partisipasi mereka dalam setiap
bagi pembelajar untuk menyampaikan respons interaksi yang terjadi pada pelaksanaan VC. Dengan
sebagai bentuk partisipasi mereka dalam proses kata lain, kolaborasi akan dapat meningkatkan
pembelajaran yang dilaksanakan. kecepatan maupun kapasitas pembelajar dalam
f. Application Sharing menyerap pemahaman terhadap materi yang
Melalui sharing aplikasi, pengajar dapat disampaikan oleh instruktur atau pengajar.
menjalankan sebuah aplikasi di komputernya dan a. Breakouts Room
mengijinkan pembelajar untuk mengoperasikannya Dalam pelaksanaannya, kolaborasi antar
dari komputer pembelajar itu sendiri. Namun, hanya pembelajar yang diwujudkan dalam bentuk
satu pembelajar saja yang dapat berpartisipasi kelompok atau group dapat difasilitasi dengan
(mengoperasikan aplikasi tersebut) pada saat yang menyediakan breakout room, yaitu space khusus
bersamaan. Melalui sharing aplikasi, instruktur juga yang diberikan kepada masing-masing kelompok
dapat menampilkan materi asynchronous e-Learning untuk mendiskusikan tugas atau project dengan
atau apapun yang bisa dijalankan pada komputer kelompok mereka sendiri-sendiri. Pada breakout
instruktur. room, pembelajar dapat mendiskusikan studi kasus
menggunakan whiteboard yang disediakan untuk
3.4 Mengoptimalkan Partisipasi mereka tanpa terganggu oleh kelompok lain,
Seperti telah dijelaskan di atas, pada pelaksanaan kemudian dapat juga menuliskan hasil brain-
VC terdapat interaksi yang mengijinkan banyak storming atau pendapat akhir mereka terhadap tugas
pembelajar berinteraksi secara simultan dan ada juga yang diberikan. Selain itu para pembelajar juga
interaksi yang hanya mengijinkan satu pembelajar dapat menggunakan fasilitas audio secara lebih
saja yang bisa berpartisipasi. Pada pelaksanaannya, bebas karena tidak mengganggu kelompok lain. Jika
VC harus mampu mencegah timbulnya sikap malas kemudian instruktur menginginkan masing-masing
para pembelajar dan juga sebisa mungkin mencegah kelompok menyampaikan hasil diskusinya, para
timbulnya kegaduhan pada proses pembelajaran. Hal pembelajar tidak lagi menggunakan breakout room
ini bisa dilakukan dengan menghindari diskusi kelas dan kembali berinteraksi dengan pembelajar lain
ataupun tugas kelompok dengan anggota yang dalam satu antarmuka virtual yang menjadi space
terlalu banyak. utama.
Untuk mengoptimalkan partisipasi dari para b. Paired chat
pembelajar, instruktur harus memilih pertanyaan Bentuk kolaborasi yang lain adalah kolaborasi
atau penugasan yang akan disampaikan kepada secara berpasangan, yaitu hanya melibatkan 2 (dua)
pembelajar. Pengajar juga harus mampu pembelajar saja. Berbeda dengan penugasan
menunjukkan perhatian dan konstrol terhadap para kelompok yang melibatkan beberapa pembelajar
pembelajar dengan memberikan instruksi dan sekaligus, metode ini dapat dilaksanakan oleh
pertanyaan yang jelas kepada para pembelajar. Yang instruktur atau pengajar dengan memasangkan 2
perlu ditekankan adalah bahwa pengajar harus (dua) pembelajar dalam suatau penugasan tertentu.
mampu mengakomodasi hak-hak pembelajar untuk Kemudian 2 (dua) pembelajar tersebut akan
berpartisipasi dalam interaksi yang terjadi pada berkolaborasi dan saling berinteraksi melalui paired
pelaksanaan VC. Dengan kata lain, pelaksanaan VC chat (chat berpasangan). Bagi pengajar, proses ini
harus bersifat demokratis dengan kendali utama mungkin cukup merepotkan dengan tampilnya
tetap ada pada pengajar. semua respons dari masing-masing pasangan yang
berkolaborasi, namun pada sisi pembelajar mereka
3.5 Kolaborasi hanya akan melihat pesan yang dikirimkan oleh
Aspek demokrasi atau penghargaan terhadap hak pasangan mereka masing-masing.
pembelajar untuk berpartisipasi dalam interaksi pada
pelaksanaan VC dapat diwujudkan dengan 3.6 Feedback dalam Penugasan
memberikan penugasan atau project yang bersifat Pemanfaatan teknik dan tool-tool interaktif
kolaboratif. Penelitian menunjukkan bahwa pada seperti telah dijelaskan di atas dapat membuat sesi
aktivitas pembelajaran yang terstruktur, pembelajar pembelajaran menjadi lebih efektif dan dinamis,
dapat mendapatkan pemahaman lebih banyak namun hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah
melalui kolaborasi dalam sebuah kelompok pentingnya memberikan fasilitas penyampaian
dibanding jika hanya belajar mandiri secara individu feedback sebagai salah satu sarana evaluasi proses
(Braman, 2008). Walaupun untuk mewujudkan pembelajaran. Tanpa adanya feedback, pembelajar
kolaborasi dalam sebuah VC memerlukan teknik tidak akan mengetahui apakah mereka sudah
yang tidak mudah, namun kolaborasi tersebut akan menjalankan proses pembelajaran dengan benar atau
dapat memberikan social presence seperti yang belum. Feedback bisa diberikan oleh instruktur
muncul pada pembelajaran dengan kelas dengan menampilkan jawaban yang benar dari
konvensional. Dan hal ini tentunya akan lebih penugasan atau pertanyaan yang telah diberikan
D-83
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009
D-84
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009
D-85
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009
D-86