Anda di halaman 1dari 9

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022

Yogyakarta, 20 Juni 2009

VIRTUAL CLASSROOM: STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS


SYNCHRONOUS E-LEARNING
Beni Suranto 1
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam Indonesia
Jl. Kaliurang Km. 14 Yogyakarta 55501
Telp. (0274) 895287 ext. 122, Faks. (0274) 895007 ext. 148
E-mail: beni.suranto@fti.uii.ac.id

ABSTRAK
Synchronous learning adalah interaksi yang berorientasi pada pembelajaran dan difasilitasi dengan
intruksi-intruksi secara langsung, real-time dan biasanya terjadwal. Synchronous learning berbeda dengan
kuliah biasa, demo atau penawaran suatu produk, dan aktivitas-aktivitas penyampaian informasi yang lainnya.
Synchronous e-Learning adalah Synchronous learning yang dilaksanakan dengan memanfaatkan perangkat
elektronik, khususnya komputer dan Internet. Synchronous e-Learning dapat dilaksanakan dengan berbagai
macam strategi, salah satunya adalah dengan mengimplementasikan konsep Virtual Classroom (VC).

Kata Kunci: synchronous e-Learning, virtual classroom

1. PENDAHULUAN visualisasi yang menarik, dan mendorong pihak-


Para awal mula penerapan e-Learning yaitu pihak yang terlibat untuk lebih produktif dan lebih
pada saat memanfaatkan piringan disk untuk cepat dalam memahami suatu pengetahuan.
menyampaikan materi melalui video, banyak orang Walaupun asynchro-nous e-Learning masih relevan
berpendapat bahwa e-Learning mirip dengan untuk diterapkan saat ini, konsep VC mampu
televisi. Kemudian setelah itu, orang-orang yang menyediakan beberapa opsi yang lebih menarik jika
belum pernah memiliki pengalaman dengan media diimplementasikan dengan pendekatan yang tepat
interaktif sebelum Internet menyebar luas (Marie, 2009)..
mengatakan bahwa e-Learning mirip dengan
halaman web, yaitu penuh dengan text (Downes, 2. PEMILIHAN MEDIA
2005). Salah satu potensi masalah yang dapat muncul
Saat ini, mulai banyak yang tertarik untuk di lingkungan synchronous e-Learning adalah
mengimplementasikan konsep Virtual Classroom instruktur merasa harus memberikan instruksi secara
(VC). VC merupakan sebuah konsep yang verbal setiap saat pada keseluruhan proses
kontradiktif dibanding dengan proses pembelajaran pembelajaran (Marie, 2009). Padahal, tidak semua
secara konvensional, yaitu mengeliminasi bagian dari proses pembelajaran itu harus disertai
keberadaan kelas secara fisik (Donath, 2008). dengan instruksi dari pengajar, ada kalanya para
Pada pengimplementasian konsep VC, dampak pembelajar memerlukan waktu berpikir dan suasana
buruk akan terjadi ketika desainer sistem dan yang tenang untuk melakukan beberapa hal secara
pengajar mengimplementasikan konsep yang terlalu mandiri, misalnya memahami suatu bacaan atau
mirip dengan model pembelajaran kelas mengerjakan suatu tugas. Pengajar dapat
konvensional dan gagal untuk mengenali bahwa mewujudkan suasana tersebut dengan tidak
konsep VC ini adalah sebuah situasi hi-tech yang memberikan instruksi atau menyampaikan materi
membutuhkan pemikiran ulang terhadap proses secara terus-menerus. Proses asynchronous e-
pembelajaran itu sendiri. Pada kondisi seperti ini, Learning yang dilaksanakan tanpa adanya
mustahil bagi desainer sistem maupun pengajar kebutuhan terhadap intruksi dari pengajar juga dapat
untuk memanfaatkan semua potensi dari penerapan memberikan ketenangan tersebut Dalam hal ini,
VC (Clark, 2008). pemilihan media sangat penting sebagai sebuah
Setiap orang selalu berusaha untuk melakukan pemikiran terhadap materi atau content instruksional
banyak hal dalam waktu yang singkat melalui dan metode mengajar yang diinginkan, serta
pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi membuat sebuah keputusan desain yang
informasi dan komunikasi (TIK). Banyak pihak fundamental, yaitu menentukan apakah lebih tepat
telah mengembangkan model pembelajaran dengan menggunakan media penyampaian secara syn-
membuat materi yang bisa dipelajari secara mandiri chronous atau asynchronous.
melalui Internet, LMS, atau CD-ROM. Saat ini, Banyak hal buruk yang mungkin ditemui pada
konsep tersebut kita kenal dengan asynchronous e- pemilihan pendekatan secara synchronous. Ketika
Learning. Konsep VC menawarkan kesempatan diimplementasikan dengan tidak hati-hati, VC bisa
yang lebih menjanjikan untuk melakukan jadi malah memunculkan aspek negatif yang kita
kolaborasi, koneksi, akses terhadap informasi, temui pada kelas konvensional maupun pada media

D-78
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009

yang bersifat asynchronous. Pada kasus tersebut, Faktor-faktor yang mempengaruhi media apa
yang muncul adalah tahapan-tahapan pada proses yang tepat untuk digunakan terdiri dari 2 (dua)
pembelajaran terlalu berorientasi pada instruktur kategori, yaitu faktor logis dan faktor edukatif.
atau pengajar seperti yang terjadi pada kelas fisik.
Hal ini akan menyebabkan para pembelajar menjadi 2.1 Faktor Logis
bosan. Selain itu, para pembelajar bisa merasa tidak Bagi pembelajar yang tersebar, penyampaian
diperhatikan oleh instruktur atau pengajar. materi dengan memanfaatkan media elektronik
VC sebagai sebuah proses yang bersifat dirasa lebih murah dan lebih cepat dibandingkan
synchronous, membutuhkan sekumpulan resource dengan kelas konvensional. Namun pada dasarnya
yang berbeda dibandingkan dengan konsep e- media elektronis lebih mahal untuk diproduksi.
Learning yang terdahulu (Braman, 2008). VC Sehingga, penerapan e-Learning tidak tepat jika
membutuhkan adanya pengajar yang terjadwal dan diterapkan pada sejumlah kecil pembelajar pada
semua pembelajar pada saat yang bersamaan. tempat yang sama, kecuali jika mereka tidak bekerja
Dibandingkan dengan kelas konvensional, VC pada saat yang sama. Situasi ini akan lebih tepat jika
membutuhkan adanya resource teknologi dan menggunakan konsep asynchronous e-Learning,
resource yang bersifat psikologis baik dari pengajar tergantung pada topik yang akan disampaikan.
maupun dari para pembelajar. Gambar 2 menunjukkan diagram perbandingan
Meskipun konsep VC hadir sebagai sebuah biaya desain (design), pengembangan (develop), dan
media baru yang bisa menghemat biaya perjalanan, penyampaian (delivery) pada beberapa metode
adanya pemisahan antara pengajar dan pembelajar pembelajaran.
juga menyebabkan adanya dampak negatif, yaitu
kurangnya kontrol terhadap sikap para pembelajar
selama proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal
tersebut, dibutuhkan adanya pemilihan media dan
teknik yang tepat dalam pengimplementasian konsep
VC.
Untuk menentukan apakah situasi mengajar
yang akan dilaksanakan itu sesuai atau tidak jika
dilakukan dengan mengimplemen-tasikan VC, kita
harus memahami terlebih dahulu karakteristik syn-
chronous e-Learning jika dibandingkan dengan
model pembelajaran yang lain. Hal ini ditunjukkan
Gambar 2. Biaya relatif pada beberapa metode
pada gambar 1.
pembelajaran tergantung pada tingkat kreasi dan
produksi (Hyder, 2007).

Pada gambar 2 ditunjukkan bahwa kelas


konvensional lebih murah untuk didesain dan
dikembangkan, tapi mahal untuk diterapkan pada
pembelajar yang sangat banyak dan tersebar karena
membutuhkan perjalanan, fasilitas, dan instruktur.
Asynchronous e-Learning membutuhkan biaya yang
mahal pada tahapan desain dan pengembangannya,
namun memerlukan biaya yang sedikit bahkan gratis
pada tahapan penyampaian materi. Synchronous e-
Gambar 1. Posisi Synchronous e-Learning (Hyder, Learning memiliki posisi di tengah-tengah, yaitu di
2007) antara kelas konvensional dan asynchronous e-
Learning.
Pada kenyataannya, synchronous e-Learning Keuntungan pragmatis yang dapat diperoleh
memiliki lebih banyak kemiripan dengan kelas pada media yang difasilitasi dengan intruksi adalah
konvensional dibandingkan dengan asynchronous e- terselesaikannya proses pelatihan atau pembelajaran
Learning lama yang memiliki instruksi sangat (Richardson, 2008). Ketika instruktur atau pengajar
minim. Pada penerapan synchronous e-Learning mengawasi, para pembelajar akan termotivasi untuk
maupun asynchronous e-Learning banyak ditemui menyelesaikan tugas-tugasnya. lebih banyak
kelebihan maupun hambatan secara teknis, tetapi kegagalan (tingginya angka dropout) pada proses
adanya antarmuka yang konsisten merupakan pembelajaran yang menggunakan metode asyn-
sebuah investasi yang sangat berharga dan efisien chronous e-Learning jika dibanding-kan dengan
dimana hal tersebut tidak ditemukan pada proses pembelajaran yang menerapkan synchro--
asynchronous e-Learning (Donath, 2008). nous e-Learning. banyak pihak mengantisipasi hal

D-79
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009

tersebut dengan melaporkan perkembangan para Cognitive load menunjukkan seberapa besar
pembelajar kepada orang tua atau supervisor kinerja mental ketika memori otak jangka pendek
mereka. bekerja untuk memproses informasi (Richardson,
Masalah yang sering muncul dalam suatu proses 2008). Tiap orang hanya dapat mengingat sejumlah
pembelajaran adalah para pembelajar tidak mampu informasi yang terbatas tanpa adanya latihan atau
mengelola waktu dan memproses informasi secara alat bantu, misalnya dokumentasi. Pada
mandiri. Konsep VC sangat tepat diimplementasikan pembelajaran yang terkendali melalui instruksi
untuk mengatasi hal tersebut selama materi yang (Instructor-Led), pengajar sebagai presenter
disampaikan cukup menarik dan memikat, sehingga menampilkan materi pembelajaran sekaligus
para pembelajar akan merasa lebih diperhatikan dan melakukan kontrol pada tiap tahapan instruksi. Hal
termotivasi untuk memahami materi yang ini berkebalikan dengan yang terjadi pada
disampaikan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajar
(learner-driven) ketika pembelajar hanya membaca
2.2 Faktor Edukatif atau mengikuti proses asynchronous e-Learning
Terselesaikannya proses pembelajaran yang maka pembelajar tersebut dapat memilih menu
efektif dari segi biaya bisa jadi tidak menghasilkan pause, replay, continue, dan sebagainya. Pada
apa-apa jika para pembelajar tidak menunjukkan pembelajaran yang menggunakan media terkendali
adanya perubahan perilaku sebagai hasil dari oleh pengajar terdapat resiko munculnya cognitive
pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersbut, kita load (atau bahkan cognitive overload) karena
bisa melihat pembenaran dari sudut pandang yang kemampuan dari masing-masing pembelajar yang
bersifat edukatif terhadap berbagai macam media berbeda-beda.
penyampaian materi pada proses pembelajaran Asynchronous e-Learning memungkinkan
seperti ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 3 pembelajaran individu secara mandiri. Pembelajar
memberikan gambaran atribut-atribut yang menjadi dapat mempelajari materi sendiri, mengulang sesi
karakteristik pada penyampaian materi yang maupun mengulang pembelajaran secara
berbasis komputer (computer delivered) dan keseluruhan. Pembelajar dapat memanfaatkan
lingkungan yang terkendali melalui instruksi fasilitas remediasi, kosa kata istilah, dan sebagainya
(Instructor-Led Environtments). Semua atribut yang itu semua tergantung pada desain sistem
tersebut muncul pada synchronous e-Learning. pembelajaran itu sendiri. Asynchronous e-Learning
menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan bagi
para pembelajar yang heterogen atau berbeda level
pengetahuan terhadap materi yang harus dipelajari.
metode ini juga menyediakan opsi pengayaan atau
latihan individu yang dapat mendorong pembelajar
untuk memahami materi dengan cepat dan akurat,
atau bisa juga menampilkan materi dengan
memanfaatkan animasi video atau simulasi (Clark,
2008).
c. Visualisasi
VC sangat berkaitan erat dengan visualisasi
grafis, baik berupa gambar, animasi, maupun video.
Gambar 3. Synchronous e-Learning memiliki atribut Visualisasi grafis sangat diperlukan untuk
yang beragam, tergantung pada sistem penyampaian membantu para pembelajar dalam memahami materi
materinya (Hyder, 2007). yang disampaikan dengan cara yang lebih menarik
dan tidak membosankan. Jika instruktur atau
a. Social presence pengajar hanya dapat membuat materi berupa text
Social precense adalah perasaan nyaman yang baik itu dokumentasi maupun halaman web, dia bisa
muncul pada interaksi sosial yang dilakukan oleh melengkapi dengan menambahkan sesi tanya jawab
orang-orang secara nyata (hadir secara fisik) pada VC yang diselenggarakan.
misalnya ketika orang saling berjabat tangan, d. Tipe Interaksi
membicarakan suatu topik masalah, dan lain-lain Tipe interaksi pada pengimplementasian VC
(Downes, 2005). Pada pengimplementasian VC, akan dijelaskan kemudian di bagian lain tulisan ini.
tetap akan muncul social presence tersebut Yang perlu diperhatikan adalah bahwa VC hanya
meskipun interaksi dilakukan secara virtual. akan berjalan dengan efektif jika pengajar
Walaupun demikian, tentunya social presence akan menerapkan interaksi yang relevan (berbasis
jauh lebih tampak pada proses pembelajaran melalui penugasan) secara berkesinambungan (Braman,
kelas konvensional. 2008). Tanpa adanya hal tersebut, maka proses
b. Cognitive load pembelajaran hanya akan sama dengan
pembelajaran melalui kelas konvensional yang

D-80
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009

membosankan dan para pembelajar akan sibuk mengendalikan dan mengontrol interaksi tersebut,
sendiri-sendiri dan tidak memperhatikan materi yang namun tidak seperti yang terjadi pada kelas
disampaikan. konvensional. Pembelajar hadir untuk berinteraksi
Beberapa materi pembelajaran tidak cocok jika dengan materi (content). Dengan waktu yang
disampaikan melalui jarak jauh, misalnya materi- terbatas, pengajar harus mampu memastikan bahwa
materi yang berkaitan dengan olah raga atau seni. pembelajar dapat memahami materi (content) yang
Pembelajar tidak akan mampu memperoleh disampaikan.
pemahaman yang optimal jika hanya melihat
visualisasi materi tanpa adanya latihan secara nyata. 3.1 Frekuensi Interaksi
Melakukan interaksi merupakan salah satu hal
2.3 Solusi Campuran terpenting yang bisa kita lakukan pada suatu proses
Penugasan yang bersifat kolaboratif dapat pembelajaran. Adanya partisipasi yang dilakukan
membantu dalam pemecahan masalah pada sesering mungkin akan dapat mencegah pembelajar
pembelajar yang heterogen dengan mengijinkan menjadi bosan dan hilang kontrol terhadap materi.
pembelajar yang lebih cerdas untuk membantu Pengajar bisa hanya dengan memanggil nama para
pembelajar lain yang kuang memahami materi. pembelajar untuk mengkondisikan para pembelajar
Namun scara umum, pada VC ditemukan kesulitan merasa diawasi dan diperhatikan. Jika pengajar ingin
dalam menangani pembelajar yang berbeda-beda mengevaluasi tingkat partisipasi pembelajar selama
level pemahamannya dengan penugasan yang proses pembelajaran, instruktur atau pengajar dapat
kompleks yang membutuhkan banyak waktu bagi mengkaitkan materi dengan project atau penugasan
pembelajar untuk berpikir. Hal ini yang yang melibatkan berbagai macam individu dari
melatarbelakangi terkadang pengajar menerapkan pihak pembelajar.
solusi campuran (blended solutions) dengan
melakukan pemilihan media yang terbaik untuk tiap 3.2 Fasilitas Untuk Berinteraksi pada Virtual
topik atau sesi pembelajaran (Holub, 2008). Classroom
Gambar 4 menunjukkan proses pembelajaran di VC menawarkan banyak sekali peluang untuk
mana instruktur atau pengajar mengadakan sesi berinteraksi. Pada kenyataannya, tugas atau diskusi
virtual untuk berinteraksi dengan pembelajar bisa dilakukan secara lebih mudah pada VC
kemudian membiarkan pembelajar untuk belajar dibandingkan pada kelas konvensional yang
secara mandiri dan selanjutnya bertemu kembali mungkin membutuhkan penataan ulang meja dan
secara online dalam sebuah sesi virtual. Dalam kasus lain sebagainya. Gambar 5 menunjukkan berbagai
ini, pembelajaran secara mandiri dilakukan di antara macam tools yang bisa digunakan untuk berinteraksi
dua sesi virtual. dalam VC atau metode – metode synchronous e-
Learning lainnya.

Gambar 4. Solusi Campuran yang


mengkombinasikan antara Synchronous e-Learning
dan proses belajar mandiri secara offline
(Clark, 2008).
Solusi campuran dapat diwujudkan dalam
banyak sekali variasi proses pembelajaran ergantung
dari kreativitas pengajar dan keterbatasan resources Gambar 5. Synchronous e-Learning menyediakan
yang dimiliki. berbagai macam fasilitas respons yang bersifat
interaktif (Hyder, 2007)
3. INTERAKSI 3.3 Interaksi Individual
Interaksi adalah elemen penting dalam Interaksi yang terjadi pada sebuah VC bisa
penngimplementasian VC. Namun yang dimaksud berarti interaksi antara pembelajar dengan instruktur
dengan interaksi di sini bukanlah interaksi antar atau pengajar, interaksi antara pembelajar dengan
orang melainkan interaksi antara pembelajar dengan materi (content), partisipasi pembelajar pada sebuah
materi (content) (Hyder, 2007). Pada VC, pengajar

D-81
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009

sesi diskusi, atau kolaborasi antar pembelajar itu tampak bahwa pembelajar memberikan respons
sendiri. Selanjutnya akan dibahas tools atau sarana dengan menuliskan komentar setelah melihat
yang dapat mengakomodasi berbagai macam tayangan video yang disampaikan oleh instruktur
interaksi di atas dimulai dari interaksi antara atau pengajar.
pembelajar dengan instruktur atau pengajar dan
materi (content) yang disampaikan (Richardson,
2008).
a. Polling
Penerapan polling pada sebuah VC dapat
dilakukan dengan membuat soal-soal pilihan ganda
(multiple choice) yang hanya membutuhkan jawaban
benar atau salah tanpa memerlukan penjelasan dari
jawaban yang dipilih. Soal-soal pilihan ganda juga
bisa dibuat dengan dilengkapi oleh visualisasi grafis.
Beberapa tools menampilkan respons atau jawaban
pembelajar secara anonymous dan beberapa tools Gambar 6. Contoh aktivitas dari pembelajar dengan
yang lain dapat menampilkan nama pembelajar yang menuliskan komentar pada whiteboard setelah
memberikan jawaban. melihat tampilan sebuah video (Braman, 2008).
b. Chat
d. Audio
Chatting juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana
Pada VC, pengajar dapat meminta pembelajar
berinteraksi pada sebuah VC. Dalam
untuk saling berebut dalam memberikan respons
implementasinya, pengajar sebisa mungkin harus
baik bertanya sesuatu atau menjawab pertanyaan.
membuat pertanyaan yang dapat dijawab pembelajar
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan icon
dengan jelas. Respons atau jawaban melalui chat
(pada kelas konvensional dilakukan dengan cara
tidak bersifat anonymous karena nama pembelajar
mengacungkan jari) kemudian pembelajar tersebut
akan terlihat bersama dengan jawaban mereka
menyampaikan respons melalui audio. Beberapa
masing-masing. Untuk menghindari adanya
sistem mengijinkan banyak respons yang
kecurangan yaitu pembelajar hanya mengetikkan
disampaikan pada saat yang bersamaan (multiple
jawaban yang sama dari pembelajar lain yang sudah
speakers) sedangkan beberapa sistem yang lain
mengirimkan jawaban, pengajar dapat
hanya mengijinkan satu respons saja yang dapat
mengintruksikan pembelajar untuk mengirimkan
disampaikan. Pendekatan yang terbaik adalah
jawaban hanya setelah diberi instruksi oleh
dengan membatasi hanya satu orang saja yang dapat
pengajar.
menyampaikan respons. Penggunaan tool audio
Kemampuan chat cukup bervariasi dari tool yang
memungkinkan instruktur atau pengajar dapat
satu dengan tool yang lain. JIka tool mengijinkan,
mendengar suara pembelajar secara nyata dalam
pembelajar juga dapat mengirimkan pertanyaan
memberikan respons dan juga sangat tepat untuk
kepada pengajar. Yang perlu diperhatikan adalah
mendapatkan jawaban pembelajar yang lebih
pada saat chatting para pembelajar tidak boleh
panjang dan terperinci. Namun berkebalikan dengan
melakukan pembicaraan di luar topik materi yang
polling maupun whiteboard yang mengijinkan
disampaikan, misalnya bersenda gurau dan
adanya interaksi dari banyak pembelajar, tool audio
sebagainya.
hanya mengijinkan adanya satu respons saja yang
Dengan banyaknya pembelajar yang terlibat,
bisa disampaikan. Tingkat keefektifan penggunaan
chat bisa cukup merepotkan karena respons atau
tool audio sangat tergantung dari pengajar itu sendiri
jawaban dari para pembelajar akan muncul dengan
dibandingkan desainer sistem yang membuat sistem
cepat sehingga membingungkan pengajar. Hal ini
VC tersebut.
bisa diatasi dengan membuat kelompok-kelompok
e. Icon
(group) pembelajar sehingga proses chatting dapat
Pada pelaksanaan VC, instruktur atau pengajar
berjalan dengan lebih terorganisir.
dapat memotivasi pembelajar untuk menjaga
c. Whiteboard
partisipasi mereka dalam interaksi dengan
Whiteboard adalah area pada layer di mana
mengajukan pertanyaan atau menyampaikan
instruktur menampilkan slide PowerPoint dari
jawaban sebagai sebuah bentuk respons. Namun ada
materi yang disampaikan ke pembelajar. Pada VC,
cara lain bagi pembelajar untuk memberikan respons
para pembelajar dapat memberikan respons pada
dalam interaksi yang terjadi pada VC, yaitu dengan
waktu yang bersamaan jika pengajar memberikan
menggunakan icon. Hal ini bisa dilakukan misalnya
kesempatan. Pembelajar dapat mengetikkan
pengajar memerintahkan pembelajar untuk menekan
komentar, menggambar garis, melingkari item-item
icon tertentu setelah menyelesaikan bacaan atau
tertentu, dan lain-lain. Gambar 6 menunjukkan
pembelajar diminta untuk menekan icon yang lain
contoh salah satu interaksi pada VC yang dilakukan
jika sudah siap untuk mengerjakan soal latihan, dan
melalui media whiteboard. Pada gambar tersebut

D-82
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009

sebagainya. Sebagian besar perangkat lunak VC membantu para pembelajar selalu termotivasi untuk
telah menyertakan fasilitas icon sebagai alternatif memberikan partisipasi mereka dalam setiap
bagi pembelajar untuk menyampaikan respons interaksi yang terjadi pada pelaksanaan VC. Dengan
sebagai bentuk partisipasi mereka dalam proses kata lain, kolaborasi akan dapat meningkatkan
pembelajaran yang dilaksanakan. kecepatan maupun kapasitas pembelajar dalam
f. Application Sharing menyerap pemahaman terhadap materi yang
Melalui sharing aplikasi, pengajar dapat disampaikan oleh instruktur atau pengajar.
menjalankan sebuah aplikasi di komputernya dan a. Breakouts Room
mengijinkan pembelajar untuk mengoperasikannya Dalam pelaksanaannya, kolaborasi antar
dari komputer pembelajar itu sendiri. Namun, hanya pembelajar yang diwujudkan dalam bentuk
satu pembelajar saja yang dapat berpartisipasi kelompok atau group dapat difasilitasi dengan
(mengoperasikan aplikasi tersebut) pada saat yang menyediakan breakout room, yaitu space khusus
bersamaan. Melalui sharing aplikasi, instruktur juga yang diberikan kepada masing-masing kelompok
dapat menampilkan materi asynchronous e-Learning untuk mendiskusikan tugas atau project dengan
atau apapun yang bisa dijalankan pada komputer kelompok mereka sendiri-sendiri. Pada breakout
instruktur. room, pembelajar dapat mendiskusikan studi kasus
menggunakan whiteboard yang disediakan untuk
3.4 Mengoptimalkan Partisipasi mereka tanpa terganggu oleh kelompok lain,
Seperti telah dijelaskan di atas, pada pelaksanaan kemudian dapat juga menuliskan hasil brain-
VC terdapat interaksi yang mengijinkan banyak storming atau pendapat akhir mereka terhadap tugas
pembelajar berinteraksi secara simultan dan ada juga yang diberikan. Selain itu para pembelajar juga
interaksi yang hanya mengijinkan satu pembelajar dapat menggunakan fasilitas audio secara lebih
saja yang bisa berpartisipasi. Pada pelaksanaannya, bebas karena tidak mengganggu kelompok lain. Jika
VC harus mampu mencegah timbulnya sikap malas kemudian instruktur menginginkan masing-masing
para pembelajar dan juga sebisa mungkin mencegah kelompok menyampaikan hasil diskusinya, para
timbulnya kegaduhan pada proses pembelajaran. Hal pembelajar tidak lagi menggunakan breakout room
ini bisa dilakukan dengan menghindari diskusi kelas dan kembali berinteraksi dengan pembelajar lain
ataupun tugas kelompok dengan anggota yang dalam satu antarmuka virtual yang menjadi space
terlalu banyak. utama.
Untuk mengoptimalkan partisipasi dari para b. Paired chat
pembelajar, instruktur harus memilih pertanyaan Bentuk kolaborasi yang lain adalah kolaborasi
atau penugasan yang akan disampaikan kepada secara berpasangan, yaitu hanya melibatkan 2 (dua)
pembelajar. Pengajar juga harus mampu pembelajar saja. Berbeda dengan penugasan
menunjukkan perhatian dan konstrol terhadap para kelompok yang melibatkan beberapa pembelajar
pembelajar dengan memberikan instruksi dan sekaligus, metode ini dapat dilaksanakan oleh
pertanyaan yang jelas kepada para pembelajar. Yang instruktur atau pengajar dengan memasangkan 2
perlu ditekankan adalah bahwa pengajar harus (dua) pembelajar dalam suatau penugasan tertentu.
mampu mengakomodasi hak-hak pembelajar untuk Kemudian 2 (dua) pembelajar tersebut akan
berpartisipasi dalam interaksi yang terjadi pada berkolaborasi dan saling berinteraksi melalui paired
pelaksanaan VC. Dengan kata lain, pelaksanaan VC chat (chat berpasangan). Bagi pengajar, proses ini
harus bersifat demokratis dengan kendali utama mungkin cukup merepotkan dengan tampilnya
tetap ada pada pengajar. semua respons dari masing-masing pasangan yang
berkolaborasi, namun pada sisi pembelajar mereka
3.5 Kolaborasi hanya akan melihat pesan yang dikirimkan oleh
Aspek demokrasi atau penghargaan terhadap hak pasangan mereka masing-masing.
pembelajar untuk berpartisipasi dalam interaksi pada
pelaksanaan VC dapat diwujudkan dengan 3.6 Feedback dalam Penugasan
memberikan penugasan atau project yang bersifat Pemanfaatan teknik dan tool-tool interaktif
kolaboratif. Penelitian menunjukkan bahwa pada seperti telah dijelaskan di atas dapat membuat sesi
aktivitas pembelajaran yang terstruktur, pembelajar pembelajaran menjadi lebih efektif dan dinamis,
dapat mendapatkan pemahaman lebih banyak namun hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah
melalui kolaborasi dalam sebuah kelompok pentingnya memberikan fasilitas penyampaian
dibanding jika hanya belajar mandiri secara individu feedback sebagai salah satu sarana evaluasi proses
(Braman, 2008). Walaupun untuk mewujudkan pembelajaran. Tanpa adanya feedback, pembelajar
kolaborasi dalam sebuah VC memerlukan teknik tidak akan mengetahui apakah mereka sudah
yang tidak mudah, namun kolaborasi tersebut akan menjalankan proses pembelajaran dengan benar atau
dapat memberikan social presence seperti yang belum. Feedback bisa diberikan oleh instruktur
muncul pada pembelajaran dengan kelas dengan menampilkan jawaban yang benar dari
konvensional. Dan hal ini tentunya akan lebih penugasan atau pertanyaan yang telah diberikan

D-83
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009

kepada pembelajar. Feedback juga bisa disampaikan


masing-masing pembalajar kepada pembalajar yang
lain pada saat berinteraksi melalui breakout room
maupun paired chat. Semakin banyak feedback yang
diberikan oleh pengajar maupun pembelajar, maka
proses pembelajaran akan semakin terkontrol dan
lebih berkualitas. Feedback dapat digunakan sebagai
parameter seberapa efektif materi telah tersampaikan
kepada pembelajar, dengan kata lain, melalui
feedback, instruktur dapat melihat sejauh mana
pembelajar menikmati proses pembelajaran dan
seberapa jauh pembelajar memahami materi yang
telah disampaikan (Hyder, 2007).
Feedback juga dapat digunakan instruktur untuk
mengukur seberapa besar kontribusi pembelajar
dalam proses pembelajaran. Beberapa universitas
luar negeri yang telah mengimplemantasikan VC Gambar 7. Berbagai macam tools yang bisa
menjadikan kontribusi pembelajar sebagai salah satu dimanfaatkan untuk visualisasi (Hyder, 2007)
komponen penting dalam penilaian, sehingga hal itu
memotivasi pembelajar untuk terus berusaha ikut a. Whiteboard
berkontribusi dan bekerja dengan sungguh-sungguh Instruktur dapat menggunakan whiteboard untuk
dalam setiap penugasan yang diberikan pengajar. menuliskan pesan atau menggambar secara
langsung, namun akan jauh lebih baik jika instruktur
4. VISUALISASI terlebih dahulu menyiapkan slide PowerPoint yang
Pada pelaksanaan VC yang didominasi dengan dapat ditampilkan dalam proses pembelajaran. Space
pemanfaatan whiteboard, visualisasi grafis yang dialokasikan untuk whiteboard hanyalah
menggunakan gambar sangat diperlukan (Holub, sebagaian dari layar yang tertampil, sehingga sebisa
2008). Materi yang disampaikan dengan hanya mungkin visualisasi yang akan ditampilkan dibuat
melalui baris-baris paragraf akan sangat tidak tidak boleh terlalu rumit, terlalu besar, terlalu
menarik bagi pembelajar. Oleh karena itu, ketika kompleks sehingga membuat pembelajar kesulitann
mengimplementasikan VC, instruktur harus mampu dalam melihat dan memahami materi tersebut.
mengembangkan literatur visual baik melalui Gambar 8 menunjukkan contoh visualisai yang
gambar, skema, grafik, diagram, dan sebagainya. kurang menarik, yaitu menampilkan banyak tulisan
Visualisasi sangat penting untuk menjaga motivasi yang terlalu kecil (size violation) sehingga membuat
pembelajar dalam membaca dan memahami materi visualisasi tidak berjalan dengan efektif.
yang disampaikan oleh instruktur atau pengajar.
Salah satu contoh visualisasi yang bisa dilakukan
adalah mengembangkan materi pembelajaran yang
didesain seperti halaman komik sehingga menarik
bagi pembelajar. Minat dan ketertarikan pembelajar
terhadap materi adalah salah satu faktor penting bagi
kesuksesan proses pembelajaran. Jika pembelajar
sudah tidak tertarik terhadap materi yang
disampaikan, tentunya proses pembelajaran tidak
akan berhasil karena pembelajar sudah tidak
termotivasi untuk berinteraksi dengan materi.
Pemilihan teknik dan bentuk visualisasi materi
menjadi sangat penting untuk menjamin Gambar 8. Contoh visualisasi pada whiteboard yang
kelangsungan sebuah VC. menyulitkan pembelajar untuk membaca text yang
ditampilkan (Holub, 2008)
4.1 Fasilitas Visualisasi pada Virtual
b. Web cam
Classroom
Penggunaan web cam di sini adalah
Gambar 7 menunjukkan fitur-fitur yang tersedia
memanfaatkan web cam untuk melakukan
pada VC yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan
dokumentasi, yaitu menampilkan sebuah dokumen
visualisasi materi pembelajaran . Tidak semua
atau hal lain yang tidak bisa ditampilkan melalui
sistem synchronous e-Learning memiliki
whiteboard, misalnya demo sebuah ketrampilan
keseluruhan fitur tersebut. Beberapa fitur seperti
yang dilakukan oleh pengajar. Namun web cam juga
whiteboard dan application sharing dapat berperan
dapat dimanfaatkan untuk melakukan fungsi
sebagai tool interaksi sekaligus tool visualisasi.

D-84
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009

monitoring terhadap sikap dan atensi para


pembelajar selama proses pembelajaran melalui VC
berlangsung.
c. Application Sharing, Multi-media, Web tours
Sejak dikembangkannnya konsep Graphical
User Interface (GUI), aplikasi bersifat visual,
sehingga application sharing dapat juga dikatakan
sebagai salah satu bentuk visualisasi. Bentuk
visualisasi yang lain adalah dengan menggunakan
animasi dan video yang dapat dijalankan oleh
pengajar pada multimedia window. Selain itu,
instruktur atau pengajar juga dapat menggunakan
metode web tour untuk melakukan visualisasi Gambar 9. Contoh visualisasi flow chart secara
kepada pembelajar, yaitu pembelajar hanya perlu online (Clark, 2008)
menonton ketika pengajar mengakses suatu 5. KESIMPULAN
halaman web yang terait dengan topik yang sedang Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa
dibahas. hal berikut:
a. VC adalah salah satu metode pembelajaran
4.2 Tipe Visualisasi berbasis synchronous e-Learning yang dapat
Beragam fasilitas visualisasi yang disediakan diimplementasikan dengan memadukan
pada VC memungkinkan pengajar menampilkan keunggulan interaksi langsung dan
berbagai jenis visualisasi. Secara umum terdapat 3 pemanfaataan teknologi virtual.
(tiga) jenis fungsi komunikasi dari sebuah b. VC dapat berjalan dengan baik jika interaksi
visualisasi, yaitu (Hyder, 2007): dan kolaborasi di antara pihak yang terlibat
a. Decorative visual, yaitu bentuk visualisasi yang (yaitu pengajar maupun pembelajar) berjalan
ditujukan untuk memperindah tampilan materi secara terkendali dan dinamis..
atau hanya sekedar menambahkan humor c. Pada pelaksanaannya, VC menawarkan beragam
sebagai selingan. Yang perlu diingat adalah teknik dan tool yang dapat dimanfaatkan untuk
pengajar tidak boleh menampilkan visualisasi melakukan interaksi dan kolaborasi selama
yang bersifat dekoratif secara berlebihan karena proses pembelajaran berlangsung.
dapat mengganggu para pembelajar untuk d. Untuk menjaga kualitas dan kontrol terhadap
dapat fokus pada pesan yang terdapat pada proses pembelajaran pada VC yang dijalankan,
materi pembelajaran. pengajar harus dapat memilih metode dan tool
b. Representational visual, yaitu bentuk visualisasi visualisasi yang tepat agar dapat menjaga
yang berkaitan langsung dengan materi motivasi pembelajar untuk terus berkontribusi
pembelajaran yang sedang disampaikan oleh dan berinteraksi dengan materi yang
instruktur. Contoh visualisasi jenis ini adalah disampaikan oleh instruktur atau pengajar.
foto, screen capture dari suatu perangkat lunak, e. Pengimplementasian VC menawarkan peluang
ilustrasi produk atau peralatan yang relevan yang sangat menjanjikan untuk pengembangan
dengan topik pembicaraan, dan lain-lain. suatu model pembelajaran baru yang lebih
c. Explanatory visual, yaitu bentuk visualisasi yang menarik, interaktif, dinamis, hi-tech, dan
menggambarkan suatu hal yang tida bisa dilihat terkendali.
secara nyata pada kehidupan sehari-hari.
Contoh dari visualisasi jenis ini adalah diagram
venn,line graphs, bar charts, pie charts, dan PUSTAKA
lain-lain. Gambar 9 menunjukkan explanatory Braman, James. (2008). Towards a Virtual
visual yang diwujudkan dalam bentuk flow Classroom: Investigating Education in
chart yang menggambarkan alur proses suatu Synthetic Worlds. Diakses pada 4 Maret 2009
penugasan. Tampak bahwa flow chart tersebut dari http://jolt.merlot.org/documents/hilbelink
ditampilkan dalam bentuk yang sederhana .pdf.
namun bekerja secara efektif dan efisien Clark, Ruth. (2008). Leveraging the Virtual
dibandingkan jika instruktur harus menjelaskan Classroom For Effective Learning. Diakses
secara verbal. pada 4 Maret 2009 dari http://www.training-
conference.com/learninggroup/upload/handout/
speaker-handout-328072.pdf.
Donath, R. (2008), Learning languages in web.2,
anno XXXVII, June 2008, 99-101.

D-85
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009

Downes, S. (2005), E-learning 2.0, Diakses pada 20


Januari 2009 dari http://www.elearnmag.org
/subpage.cfm?section=articles&article=29-1.
Holub, Petr. (2008). High Quality Large Scale
Virtual Classroom. Diakses pada 2 Februari
2009 dari http://eunis.dk/papers/ p127.pdf.
Hyder, Karen. (2007). Synchronous e-Learning.
Santa Rosa : The eLearning Guild.
Marie, Georgianna. (2009). Virtual Classroom
Instruction: Strategies for Keeping
Participants Engaged. Diakses pada 16
Februari 2009 dari http://www.gmariegroup.-
com/VILTWorkshop/ASTD_TK_20.
Richardson, John. (2008). Practical System Safety -
Virtual (Web) Classroom. Diakses pada 25
Februari 2009 dari http://www.scsiinc.com/
Final%20Version %20PSS%2011%.

D-86

Anda mungkin juga menyukai