Anda di halaman 1dari 3

Pengertian dan Prinsip-prinsip Demokrasi dalam Islam

1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang berarti kekuasaan rakyat.
Demokrasi berasal dari kata “Demos” dan “Kratos”. Demos yang memiliki arti rakyat dan
Kratos yang memiliki arti kekuasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia demokrasi
diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat di mana kekuasaan tertinggi berada di tangan
rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-wakil yang mereka pilih di bawah
sistem pemilihan bebas. Atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Sedangkan pengertian
demokrasi menurut istilah adalah seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan,
namun juga mencakup prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-
liku. Jadi demokrasi adalah pelembagaan dan kebebasan.
Menurut Abraham Lincoln demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat. Jadi pada intinya demokrasi adalah kekuasaan rakyat. Rakyatlah yang
memilih undang-undang, mengatur dan memilih pemimpin serta menerapkan undang-
undang.
Sedangkan demokrasi menurut Montesque adalah kekuasaan negara harus dibagi dan
dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya,
yaitu pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaaan untuk membuat undang-
undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam melaksanakan undang-undang,
dan ketiga adalah yudikatif, yang memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan
undangundang. Dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen tanpa
dipengaruhi oleh institusi lainnya.
Gagasan demokrasi itu dibawa ke negara-negara berpenduduk Muslim oleh para pemikir
Islam yang mempelajari budaya Barat. Para pemikir inilah yang kemudian menekankan
pentingnya umat Islam untuk mengadopsi hukum-hukum Barat dengan cara selektif. Oxford
Encyclopedia of the Modern Islamic World membagi pandangan umat Islam terhadap
demokrasi ke dalam dua kelompok, yakni liberal dan konservatif. Dalam pandangan
kelompok liberal, menyatakan bahwa agama Islam tak bertentangan dengan perspektif
sekuler. Menurut kelompok ini, Islam mendorong umatnya untuk mendirikan pemerintahan
yang berbasis pada pemikiran modern. Tiga konsep yang menjadi perhatian penganut
kelompok Islam liberal adalah Syura (musyawarah), al-Maslahah (kepentingan umum), dan
‘Adl (keadilan)
2. Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam Islam
a. Musyawarah (Syura). Musyawarah berasal dari kata ‫ شور‬yang pada mulanya
bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah, makna ini kemudian berkembang
dan mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain
termasuk pendapat. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan
sesuatu. Oleh karena makna musyawarah menurut arti dasarnya hanya dugunakan
untuk hal-hal yang baik, bukan pada hal-hal yang buruk.
b. Keadilan (al-‘adalah). Keadilan adalah kata jadian dari “adil” yang berasal dari
bahasa Arab ‫ ل عد‬.Adil berarti “sama”. Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan
hal-hal yang bersifat imaterial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “adil”
memiliki beberapa arti: pertama, tidak berat sebelah atau tidak memihak, kedua,
berpihak kepada kebenaran, ketiga sepatutnya tidak sewenang-wenang.
c. Al-Musawa. Al-musawa, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang
lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa atau pemerintah tidak
dapat memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter atau eksploitatif.
Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari dari hegemoni
penguasa kepada rakyat.
d. Al-Amanah. Kata amanah bentuk masdar dari kata kerja amina- ya’manu-amnan, wa
amânatan yang berarti aman, tenteram, tenang, dan hilangnay rasa takut. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia amanah berarti yang dipercayakan (dititipkan) kepada
orang, keamanan atau ketenteraman, dan dapat dipercaya atau setia. Dari definisi
tersebut, maka dapat dipahami bahwa amanah merupakan sikap terpenuhinya
kepercayaan yang telah diberikan seseorang kepeda orang lain. Oleh karena itu
kepercayaan atau amanah harus dijaga dengan baik.
e. al-Mausuliyyah. Al-maushuliyyah adalah tanggung jawab. Setelah amanah itu
ditegakkan, maka pemimpin harus mempertanggung jawabkan amanah itu di depan
rakyat dan di depan Tuhan. Pemimpin statusnya sebagai wakil Tuhan dalam
mengurus umat manusia di bumi. Kaitannya dengan jabatan kepemimpinan, seorang
pemipin harus berusaha memberikan yang terbaik bagi masyarakat luas. Oleh karena
seorang pemimpin kedudukannya sebagai pelayan umat. Sehingga setiap
pengambilan keputusan kemaslahatan umat menjadi perioritas.
f. Persaudaraan. Di dalam bahasa Arab biasa dikenal dengan ukhuwah. Kata
persaudaraan terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti memperhatikan.
Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian
semua pihak yang merasa bersaudara. Mungkin saja perhatian itu pada mulanya lahir
karena adanya persamaan di antara pihak-pihak yang bersaudara, lalu makna tersebut
kemudian berkembang dan pada akhirnya ukhuwah diartikan sebagai setiap
persamaan dan keserasian dengan pihak lain baik persamaan keturunan, dari segi ibu
bapak atau keduanya maupun dari segi sesusuan.
g. Mashlahah. Kata mashlahah akar katanya berasal dari kata shalih yang berarti “baik”
untuk mendapatkan kebaikan. Antonim dari kata rusak dan jelek. Dalam al-Qur’an
kata shalaha dalam berbagai bentuknya disebutkan 180 kali. Kata shalih atau saleh
menunjuk perbuatan-perbuatan yang terpuji, benar dan baik, juga menunjuk kepada
orang-orang yang memiliki sifat dan perilaku yang terpuji, dan berguna seharusnya
diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata.
h. Ta’awun. Ta’awun artinya Kerja Sama. Maksudnya ialah menjalin kerja sama
dengan siapa pun, selama tujuannya kebajikan dan ketakwaan.

Anda mungkin juga menyukai