Anda di halaman 1dari 44

Asuhan Keperawatan pada An.

L dengan Prioritas Masalah


Kebutuhan Dasar Fisiologis Kekurangan Volume
Cairan Tubuh: Diare di Kelurahan
Sari Rejo Medan Polonia

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi D III Keperawatan

Oleh :
LITANIA VERONIKA
142500031

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JULI 2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kasih dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kaya
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An.L dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Fisiologis Kekurangan Volume Cairan Tubuh: Diare di
Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia”.

Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan
dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil
Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan
III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program
Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu
serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku Dosen Penguji yang telah
meluangkan waktunya dalam sidang Karya Tulis Ilmiah saya.
8. Teristimewa kedua orang tua saya Bapak B. Simamora, SH dan Ibu saya
S. Siregar serta kedua adik kandung saya Yosef Simamora dan Bernando
Simamora yang telah mendukung dan memotivasi saya dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.

Universitas Sumatera Utara


9. Serta seluruh teman-teman D III angkatan 2014 Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang sudah saling berjuang dan memberi
semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari isi maupun susunannya. Maka dengan kerendahan
hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak
yang dapat menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Juli 2017


Penulis

Litania Veronika
NIM : 142500031

ii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR………………………………………………………….....i
DAFTAR ISI…………………………………………………………........…….iii
BAB I PENDAHULUAN…………...……………………………………………1
A. Latar Belakang…………….……………...…………...………………..…1
B. Tujuan………………………………………………………...….………..3
C. Manfaat………………………………………………………....…………4
BAB II PENGELOLAAN KASUS….....………………………………………..5
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
Dasar Cairan Dan Elektrolit……………………………………………….5
1.Volume dan Distribusi Cairan Tubuh…………………………………...5
2. Klasifikasi Dehidrasi Dengan Konsep MTBS………………………….6
3. Terapi Dehidrasi Dengan Konsep MTBS………………………………7
B. Proses Keperawatan Dengan Prioritas Kebutuhan Dasar Cairan Dan
Elektrolit……………………………………...………………………....12
1. Pengkajian……………………………………………………………12
2. Aspek Biologis……………………………………………………….13
3. Aspek Psikologis……………………………………………………..14
4. Aspek Sosiokultural………………………………………………….14
5. Aspek Spiritual……………………………………………………….14
6. Aspek Laboratorium……….…………………………………………14
C. Analisa Data………………….………………...………………………...15
D. Rumusan Masalah……….………………………...……………………..16
E. Perencana Tindakan Keperawatan………………………..……………...18
F. Implementasi…………………………………..……………….…….…..19
G. Evaluasi……………………………………………...……………….…..19
H. Asuhan Keperawatan Kasus………………………………...…….……...20
1. Pengkajian……………………………………………………………20
2. Analisa Data………………………………………………………….26

iii
Universitas Sumatera Utara
3. Rumusan Masalah……………………………………………………27
4. Perencanaan Keperawatan Dan Rasional…………………………….28
5. Pelaksanaan Keperawatan……………………………………………30
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………….34
A. Kempulan……………………………………………………….…...…...34
B. Saran……………………………………………………………..............34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
Universitas Sumatera Utara
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Cairan dan elektrolit sangat penting mempertahankan keseimbangan atau


homeostatis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air
yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang fital untuk
hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen kimiawi. (Mark A
Graber, 2003)

Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan


negative (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk
fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam basa. Ada fungsi neuromuscular,
elektrolit memegang peranan penting terkait dengan tranmisi impuls saraf.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi


tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh, cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilakan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan.(Ngastiyah, 2005)

Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan diditribusi kebagian seluruh tubuh. Keseimbangan
cairan dan elekrolit berarti adanya distribusi yang normal dari tubuh total dan
elekrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh dengan yang lainnya.

1
Universitas Sumatera Utara
Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan /atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan
saja tanpa perubahan pada natrium. Batasan karakteristiknya yaitu penurunan
turgor kulit, membran mukosa kering, perubahan pada status mental, perubahan
tekanan darah, peningkatan hemotokrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan
frekuensi nadi, haus, kelemahan.

Menurut Haraki Maslow kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar


dalam lima tingkat prioritas. Tingkat yang paling dasar atau pertama mencakup
kebutuhan seperti udara,air, dan makanan. Tingkat kedua mencakup kebutuhan
keselamatan dan keamanan, yang mencakup keselamat fisik dan fisiologis.
Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri, yang mencakup
rasa percaya diri, kebergunaan, pencapaian, dan nilai diri. Tingkat yang terakhir
adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri, keadaan pencapaian secara menyeluruh
tentang hal-hal yang diinginkan dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan
masalah dan mengatasi situasi kehidupan secara realistik. (Tarwoto Wartonah,
2006).

Gangguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan


dasar manusia fisologis yang harus dipenuhi, apabila penderita telah banyak
mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi.
Terutama diare pada anak perlu mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat
sehingga tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Anak mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya dehidrasi. Ada banyak


alasan untuk hal ini. Anak-anak mempunyai indisden yang meningkat untuk
penyakit gastrointestinal, terutama gastroenteritis, gejala-gejala gastrointestinal
terjadi banyak penyakit yang nongastrointestinal. Anak-anak mengalami
kehilangan melalui gastrointestinal yang relatif lebih besar dibanding dengan
orang dewasa. Bayi tidak dapat merespon terhadap rasa haus secara bebas. Semua
anak sakit, tidak hanya sakit gastroenteritis saja harus dinilai status dehidrasinya.

Universitas Sumatera Utara


Diare sendiri umumnya disebabkan asupan makanan yang terkontaminasi
bibit penyakit ataupun racun. Diare akibat makanan yang terkena kuman biasanya
menimbulkan gejala anak sering pup kemudian muntah. Sebaliknya, diare karena
keracunan gejala utamanya muntah baru diikuti diare. Diare merupakan salah satu
penyakit endemik di Indonesia terutama diare akut. Angka kejadian diare akut
disebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi termasuk angka
morbidilitas dan mortalitasnya. Penyebaran penyakit diare akut ini juga tersebar
kesemua wilayah Indonesia dengan penderita terbanyak adalah bayi dan balita.
Berdasarkan riset hasil kesahatan dasar yang dilakukan oleh Kementrian
Kesehatan pada tahun 2007, diare akut merupakan penyebab kematian bayi
(31,4%) dan balita (25,2%).

B. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Melaporkan kasus masalah kebutuhan dasar fisiologis kekurangan volume
cairan tubuh: Diare pada An.L di kelurahan Sari Rejo Medan Polonia
2) Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An.L dengan diagnosa
kekurangan volume cairan tubuh.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.L dengan
diagnosa kekurangan volume cairan tubuh.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An.L
dengan diagnosa kekurangan volume cairan tubuh.
d. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An.L dengan diagnosa
kekurangan volume cairan tubuh.
e. Penulis mampu menganalisa kondisi pada An.L dengan diagnosa
kekurangan volume cairan tubuh.

Universitas Sumatera Utara


C. MANFAAT
1. Bagi perawat
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komperensif kepada klien
dengan gangguan kekurangan volume cairan tubuh dalam melakukan
asuhan keperawatan.

2. Bagi Instansi Akademik


Digunakan sebagai bahan informasi bagi institusi pendidikan dalam
meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan di masa yang
akan datang.

3. Bagi pasien dan keluarga


Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara
mengatasi kekurangan volume cairan tubuh.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Prioritas Kebutuhan Dasar


Cairan Dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. (Mark A
Graber, 2003).

1) Volume dan Distribusi Cairan Tubuh


a. Volume Cairan
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60%
dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini
tergantung pada kandungan lemak, badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit
menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pada pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh
terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai
contoh, bayi baru lahir memiliki TBW 70%-80% dari BB; usia 1 tahun 60% dari
BB; usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita
52% dari BB; usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB;
sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari
BB.
b. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen, yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler.Cairan intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari
BB, sedangkan cairan ekstraseluler (CES) 20% dari BB, cairan ini terdiri atas
plasma (cairan intravascular) 5% cairan interstisial (cairan disekitar tubuh seperti
limfa) 10-15% dan transelular (misalnya, cairan serebrospinalis, synovial, cairan
dalam peritonium, cairan dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3%. Terutama
karena kesulitan dalam memperoleh cairan intraseluler, maka relative sedikit

5
Universitas Sumatera Utara
diketahui tentang pengendalian volume cairan intraseluler dalam keadaan sehat
maupun sakit, maka haruslah terdapat mekanisme tertentu yang mencegah
masuknya air secara tidak terkendali ke dalam sel dan mengakibatkan
pembengkakan sel, yang berbeda dengan sel tanaman, sel tubuh tidak dilindungi
oleh membran yang kuat.

2) Klasifikasi Dehidrasi Dengan Konsep MTBS


a. Klasifikasi Diare Untuk Dehidrasi :
1. Balita diklasifikasikan mengalami diare dehidrasi berat apabila terdapat
dua atau lebih tanda-tanda berikut ini :
a) Latergi atau tidak sadar
b) Mata cekung
c) Tidak bisa minum atau malas minum
d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
2. Balita diklasifikasikan mengalami diare dehidrasi ringan/sedang apabila
terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut ini :
a. Gelisah, rewel (mudah marah)
b. Mata cekung
c. Haus, minum dengan lahap
d. Cubitan kulit perut kembali lambat
3. Balita diklasifikasikan mengenai diare tanpa dehidrasi terdapat cukup
tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau
ringan/sedang.
4. Klasifikasi diare jika 14 hari atau lebih :
a) Balita diklasifikasikan mengalami diare persisten berat apabila
terdapat gejala dehidrasi.
b) Balita diklasifikasikan mengalami diare persisten apabila tanpa gejala
dehidrasi.
b. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare untuk
dehidrasi dibagi lagi menjadi tiga, yaitu :
1. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare
untuk dehidrasi dibagi lagi menjadi tiga, yaitu :

6
Universitas Sumatera Utara
1) Jika tidak ada klasifikasi lainya: beri cairan untuk dehidrasi
berat (rencana terapi C) .
2) Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainya : Rujuk
segera, Jika masih bisa minum ASI dan larutan oralit selama
perjalanan.
3) Jika ada kolera di daerah tersebut, beri antibiotik untuk
kolera.
2. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare
dehidrasi ringan/sedang meliputi :
a. Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B dan tablet zinc
b. Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain : Rujuk segera,
Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutkan oralit selama
perjalanan
c. Nasihati kapan kembali segera
d. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan
3. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare
tanpa dehidrasi, meliputi :
a. Berikan cairan dan makanan sesuai rencana terapi A dan tablet
b. Nasihati kapan kembali segera
c. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perubahan

3) Terapi Dehidrasi Dengan Konsep MTBS


A. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah :
a) Pengertian dan hal-hal berkaitan dengan rencana terapi A :
1. Terapi A, yaitu terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan
malnutrisi, dimana anak yang tanpa tanda gejala dehidrasi
membutuhkan ekstra cairan air dan elektrolit yang hilang selama
diare.
2. Cairan yang biasa diberikan dalam pengobatan ini :
1) Cairan yang bisa diberikan, yaitu cairan dehidrasi oral dari
gula dan garam, sayuran dan sop ayam yang mengandung
garam.

7
Universitas Sumatera Utara
2) Cairan yang diberikan kepada anak sebanyak anak mau
sampai diare berhenti, atau :
a. Anak < 2 tahun, sebanyak 50 – 100 ml
b. Anak 2 – 10 tahun, sebanyak 100 – 200 ml
c. Anak > 10 tahun, diberikan cairan sebanyak anak mau

Dalam hal ini, yang paling utama ditekankan pada rencana terapi A ini
adalah menjelaskan kepada keluarga mengenai aturan perawatan di rumah sakit,
berikut ini :
a. Pemberian cairan tambahan
Dalam rencana terapi pemberian cairan tambahan sebanyak anak mau ini,
perlu dilakukan hal-hal berikut ini :
1) Berikan penjelasan kepada ibu, hal-hal berikut ini :
a. Untuk menberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian
b. Untuk memberikan oralit atau matang sebagai tambahan, apabila
anak memperoleh ASI tambahan
c. Untuk memperoleh susu cairan atau lebih, apabila anak tidak
memperoleh ASI eksklusif. (cairan-cairan tersebut, misalnya oralit,
cairan makanan, atau air matang)
d. Jelaskan juga kepada ibu bahwa anak harus diberikan larutan oralit di
rumah, apabila :
1) Anak telah diberikan pengobatan dengan rencana terapi B atau
C dalam kunjungan ini
2) Anak tidak dapat kembali ke klinik apabila diare pada anak
bertambah parah
e. Ajarkan kepada ibu tentang cara mencampur dan memberikan oralit
serta berikan ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah
f. Tunjukan kepada ibu tentang berapa banyak oralit/cairan lain yang
harus diberikan setiap kali anak buang air besar

8
Universitas Sumatera Utara
g. Untuk anak umur sampai 1 tahun, banyaknya oralit/cairan lain yang
harus diberikan adalah 60 sampai 100 ml setiap kali anak buang air
besar.
h. Untuk anak umur 1 sampai 5 tahun, banyaknya oralit/cairan lain yang
harus diberikan adalah 100 sampai 200 ml setiap kali anak buang air
besar.
2) Jelaskan kembali atau katakan kepada ibu mengenai hal-hal berikut ini :
a. Untuk memberi minum pada anak sedikit demi sedikit tetapi sering
dengan menggunakan mangkuk atau cangkir atau gelas
b. Apabila anak yang diberikan minuman muntah, tunggu sebentar yaitu
sekitar 10 menit. Kemudian, lanjutkan lagi pemberian minum lebih
lambat.
c. Untuk melanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare
berhenti.
1) Pemberian tablet zinc selama 10 hari
2) Melanjutkan pemberian makan
3) Penjelasan kapan harus kembali

B. Rencana terapi B : penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit


1. Rencana terapi B, yaitu terapi dehidrasi oral untuk anak dehidrasi
sedang adalah dengan pemberian CRO (cairan oralit)
2. Hal yang paling utama ditekankan pada rencana terapi B ini, antara
lain:
a. Pemberian oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama 3 hari,
antara lain :
1) Anak umur ≤ 4 bulan dan berat badan < 6 kg, cairan oralit
yang diberikan sebanyak 200-400 ml
2) Anak umur 4-12 bulan dan berat badan 6-10 kg, cairan oralit
yang diberikan sebanyak 400-700 ml
3) Anak umur 1-2 tahun dan berat badan 10-12 kg, cairan oralit
yang diberikan sebanyak 700-900 ml

9
Universitas Sumatera Utara
4) Anak umur 2-5 tahun dan berat badan 12-19 kg, cairan oralit
yang diberikan sebanyak 900-1400 ml
b. Penentuan jumlah oralit untuk 3 jam pertama :
Ketentuan :
1) Jumlah oralit yang diperlukan dihitung dengan rumus: berat
badan (dalam kg) x 75 ml
2) Penggunaan umur digunakan hanya apabila berat badan anak
tidak diketahui
c. Jumlah oralit dapat diberikan lebih banyak dari pedoman yang
ditentukan di atas, apabila anak masih menginginkanya : Selama
periode ini, dapat diberikan juga 100-200 ml air matang pada anak
yang berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu ASI
d. Penjelasan kepada ibu cara pemberian larutan oralit. Berikut ini
adalah hal-hal yang perlu ditunjukan pada ibu dalam memberikan
larutan oralit :
1) Larutan oralit dapat diminumkan sedikit demi sedikit tetapi
sering dengan menggunakan cangkir atau gelas
2) Apabila anak muntah, pemberian larutan oralit dapat ditunggu
sebentar, yaitu selama 19 menit, untuk selanjutnya dapat
diberikan kembali dengan lebih lambat
3) ASI dapat diberikan selama anak mau
e. Pemberian tablet zinc
f. Penanganan selama 3 jam :
1. Lakukan penilaian ulang dan klasifikasikan kembali derajat
dehidrasi pada anak
2. Setelah itu, pilih rencana terapi yang sesuai dengan penilaian
dan klasifikasi tadi untuk melanjutkan pengobatan
3. Selanjutnya, anak bisa mulai diberikan makan
g. Penanganan apabila ibu memaksa pulang sebelum pengobatan
selesai :
1. Peragakan atau tunjukan kepada ibu cara menyiapkan cairan
oralit di rumah.

10
Universitas Sumatera Utara
2. Peragakan atau tunjukan kepada ibu banyaknya oralit yang
harus diberikan kepada anak di
3. Untuk mencukupi kebutuhan rehidrasi, maka berikan oralit
yang cukup dengan menambahkan 6 bungkus lagi sesuai
anjuran pada rencana terapi A
4. Empat aturan perawatan di rumah berikut ini seperti yang
terdapat pada rencana terapi A, perlu dijelaskan kembali :
a) Pemberian cairan tambahan
b) Melanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari
c) Memberikan pemberian makanan
d) Memberitahukan kapan harus kembali

C. Rencana terapi C: penanganan dehidrasi berat dan cepat :


a. Terapi C adalah pengobatan untuk pasien dengan dehidrasi berat,
dengan pemberian cairan rehidrasi intravena secara cepat
b. Hal yang paling utama ditekankan pada rencana terapi C ini,
antara lain:
1. Lakukan pemberian cairan intravena secepatnya
2. Pada anak yang bisa minum, sementara mempersiapkan infus
berikan oralit melalui minum
3. Cairan infus yang diberikan yaitu cairan ringer laktat (apabila tidak
tersedia, bisa diberikan cairan NaCl) dengan pemberian 100 ml/kg,
dengan pembagian sebagai berikut :
a) Untuk bayi dibawah 12 bulan, diberikan cairan sebanyak:
30 ml/kg selama 1 jam (ulangi sekali lagi apabila denyut
nadi sangat lemah atau tidak teraba), dan 70 ml/kg selama 5
jam
b) Untuk anak usia 12 bulan sampai 5 tahun, diberikan cairan
sebanyak: 30 ml/kg selama 30 menit (ulangi sekali lagi
apabila denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba), dan 70
ml/kg selama 2 1/2 jam

11
Universitas Sumatera Utara
c) Lakukan pemeriksaan kembali pada anak setiap 15-30
menit :
1) Segera setelah anak minum, berikan oralit (dengan
dosis/takaran kira-kira 5 ml/kg/jam
2) Oralit ini bisa diberikan pada bayi sesudah 3-4 jam
dan pada anak sesudah 1-2 jam
3) Disamping oralit, juga perlu diberikan tablet zinc
d) Lakukan pemeriksaan kembali, yaitu sesudah 6 jam pada
bayi dan sesudah 3 jam pada anak
e) Dalam hal ini dilakukan klasifikasi dehidrasi
f) Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai untuk
meneruskan pengobatan

B. Proses Keperawatan Dengan Prioritas Kebutuhan Dasar Cairan Dan


Elektrolit
1. Pengkajian
1) Pemeriksaan fisik
a. Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem ini meliputi pengukuran distensi vena jugularis,
frekuensi denyut nadi, tekanan darah, bunyi jantung, distritmia, dan lain-lain.
b. Sistem pernafasaan
Pengkajian pada sistem ini antara lain frekuensi pernafasan, gangguan
pernafasan seperti dispnea, rales, dan bronki.
c. Sistem persyarafan
Pengkajian pada sistem ini antara lain perubahan tingkat kesadaran,
gelisah atau kekacauan mental, refleks-refleks abnormal, perubahaan
neuromuskular misalnya berupa kesemutan, parestesia, fatigue, dan lain-lain.
d. Sistem gastrointestinal
Pengkajian pada sistem ini antar lain meliputi riwayat anoreksia, kram
abdomen, abdomen cekung, abdomen distensi, muntah, diare, hiperperistaltik, dan
lain-lain.

12
Universitas Sumatera Utara
e. Sistem perkemihan
Pengkajian pada sistem perkemihan antar lain perlu dikaji adakah
oliguria atau anuria, berat jenis urine.
f. Sistem muskuloskeletal
Pengkajian pada sistem perkemihan antara lain adakah kram otot,
kesemutan, tremor, hipotonisitas atau hipertonisitas, refleks tendon, dan lain-lain.
g. Sistem integumen
Pengkajian pada sistem ini antara lain suhu tubuh, turgor kulit,
kelembaban pada bibir, adanya edema, dan lain-lain. Terkait dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit, maka ada beberapa aspek yang perlu dikaji oleh
perawat, antara lain:

2. Aspek biologis
1) Usia
Usia memengaruhi distribusi cairan dan elektrolit dalam tubuh. Oleh
karena itu, pada saat mengkaji klien, perawat perlu menghitung adanya
perubahan cairan yang berhubungan dengan proses penuaan dan
perkembangan
2) Jenis kelamin.
Persentase cairan tubuh pada laki-laki berbeda dengan wanita di mana
wanita lebih sedikit persentase cairan tubuhnya dibandingkan laki-laki.
3) Berat badan
Perlu dikaji berat badan sebelum sakit dengan berat badan saat sakit.
Pengkajian ini diperlukan untuk mengukur persentase penurunan berat
badan dalam menentukan derajat dehidrasi.
4) Riwayat kesehatan
Hal yang perlu dikaji antara lain riwayat penyakit atau kelainan yang
dapat menyebabkan gangguan dalam homeostasis cairan dan elektrolit,
misalnya kolitus ulseratif dan diabetes melitus. Dikaji juga mengenai
terapi penyakit yang dijalani klien, seperti mengonsumsi obat-obatan
kemoterapi antikanker.

13
Universitas Sumatera Utara
5) Tanda vital
Meliputi suhu, respirasi, nadi, dan tekanan darah. Peningkatan suhu dapat
menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit karena peningkatan
insensible water loss (IWL). Sebaliknya, penurunan suhu tubuh akan
mengakibatkan penurunan IWL.
3. Aspek psikologis
Pada aspek psikologis ini, perlu dikaji adanya masalah-masalah perilaku atau
emosional yang dapat meningkatkan risiko gangguan cairan dan elektrolit.
4. Aspek sosiokultural
Pada aspek ini, perlu dikaji adanya faktor sosial, budaya, finansial, atau
pendidikan yang memengaruhi terhadap terjadinya gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan elektrolit.
5. Aspek spritual
Perlu dikaji apakah klien mempunyai keyakinan, nilai-nilai yang dapat
memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit. Misalnya, apakah klien mempunyai
pantangan untuk tidak menerima transfusi darah orang lain.
6. Aspek laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lanjutan
tentang pemeriksaan cairan, elektrolit dan asam basah. Pemeriksaan ini meliputi
kadarserum elektrolit, hitungan darah lengkap, kadar blood urea nitrogen (BUN),
kadar kreatinin darah, berat jenis urine dan analisa gas darah arteri. Kadar
elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi elektrolit
pada plasma darah. Elektrolit yang sering di ukur dalam darah vena mencakup,
ion-ion natrium, kalium, dan bikarbonat serta daya gabung karbon dioksida.
Hitungan darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe sel darah putih
dan sel darah merah permilimeter kubik darah. Penghitungan darah lengkap
khususnya hematokrit, terjadi sebagai respon terhadap dehidrasi atau over
dehidrasi.

14
Universitas Sumatera Utara
Diagnosa keperawatan dan intervensi :
a. Kekurangan volume cairan b/d pengeluaran cairan sekunder akibat
demam, drainase yang abnormal, peritonitis, atau diare.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Kehilangan cairan secara berlebihan
b. Mual dan muntah
Tujuan yang diharapkan:
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
b. Menunjukan adanya keseimbangan cairan dan nutrisi seperti output
urine adekuat, tekanan darah stabil, nafsu makan meningkat, membran
mukosa mulut dan bibir lembab, dan turgor kulit baik
c. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan volume cairan,
demam, dan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi

C. Analisa Data
Analisa data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk
solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan dengan penelitian. Atau
definisi lain dari analisa data yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengubah data
hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan dalam
mengambil kesimpulan.
Jika kita menelaah, sebenarnya sebagian besar tubuh manusia terdiri atas
cairan. Cairan tubuh ini sangat penting peranannya dalam menjaga keseimbangan
(hemodinamik) proses kehidupan. Peranan tersebut dikarenakan air memiliki
karakteristik fisiologis. Beberapa peran air, antara lain.
1. Sebagai media utama pada reaksi intrasel.
2. Mempertahankan kehidupan sel, karena hampir semua reaksi biokimia
terjadi dalam media air.
3. Sebagai pelarut terbaik untuk solute polar dan ionik.
4. Media transport pada sistem sirkulasi, ruang di sekitar (intravaskuler,
interstitium) dan intrasel.

15
Universitas Sumatera Utara
5. Sebagai pengatur suhu tubuh (thermoregulasi), karena air mempunyai
anas jenis, panas penguapan dan daya hantar panas yang tinggi.
Komponen cairan tubuh ini sangat bervariasi jumlahnya, tergantung dari
faktor usia, antara lain:
1) Pada bayi yang lahir prematur komposisi cairan di dalam tubuh
sekitar 80% dari berat badan.
2) Pada bayi yang lahir normal, komposisi cairan di dalam tubuh
berkisar antara 70-75% dari berat badan tubuh.
3) Pada masa remaja, komposisi cairan tubuh ini berkisar antara 65-
70% dari berat badan tubuh.
4) Pada orang dewasa, komposisi cairan tubuh ini berkisar 50-60% dari
berat badan tubuh.

D. Rumusan Masalah
Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh
manusia. Secara fisiologis, manusia sudah dibekali tubuh. Respon untuk
memasukan cairan ke dalam tubuh. Respon haus merupakan reflek yang secara
otomatis menjadi perintah kepada tubuh memasukkan cairan. Pusat pengendalian
rasa haus berada di dalam hipotalamus otak.
Rasa haus akan muncul jika volume cairan dalam tubuh menurun. Kondisi
tersebut akan memberikan stimulus pada terhadap pusat rasa haus terjadi
peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Sehingga, pusat
rasa haus di hipotalamus akan memerintahkan motorik untuk memasukkan cairan
ke dalam tubuh. Selain itu, untuk memantau diatur oleh sel-sel reseptor yang
disebut dengan osmoreseptor. Jika terjadi kehilangan cairan terlalu banyak, maka
osmoreseptor akan berespons dan mengaktifkan akan minum.
Selain menurunan volume cairan dalam plasma, pusat rasa haus
dipengaruhi oleh:
1. Keringnya membran mukosa faring dan mulut
2. Angiotensin II
3. Kehilangan kalsium
4. Faktor psikologis

16
Universitas Sumatera Utara
Air sebagai asupan pokok diperoleh dari sebagai bahan makanan, seperti
buah-buahan, sayuran dan daging. Proses oksidasi bahan makanan selama proses
pencernaan juga menghasilkan air. Proses pencernaan makanan akan
menghasilkan jumlah air yang cukup (220 ml dari metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak).
Akan tetapi memenuhi asupan cairan melewati oral bisa dilakukan pada
orang yang sadar, karena respon haus reflek menelan yang bagus.
Akan tetapi, pada klien dengan kerusakan neurologis atau psikologis,
bahkan lansia sering mengalami reistraned sehingga tidak merasakan dan
merespon rasa haus dari hipotalamus.
Klien-klien seperti inilah yang sangat beresiko untuk terjadinya dehidrasi.
Sebagain asupan cairan, proses reabsorbsi dalam tubuh juga memberikan input
bagi keseimbangan. Reabsorbsi bisa terjadi di tubulus proksimal dalam tubulus.
Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan elektrolit
diantaranya kehilangan melalui saluran pencernaan misalnya muntah, diare,
drainase dan gastrik intestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran
perkemihan, karena diuresis osmotik, diabetes insipidus.
Ada dua jenis dehidrasi yaitu:
1) Dehidrasi di mana kekurangan air lebih dominan dibanding
kekurangan elektrolit (dehidrasi isotonis).
Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler,
sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang
menyebabkan terjadi ”dehidrasi intraselluler”. Bila cairan intrasel
berkurang lebih dari 20%, maka sel akan mati. Dehidrasi jenis ini
terjadi bila seseorang minum air laut pada saat kehausan berat.
2) Dehidrasi di mana kekurangan elektrolit lebih dominan dibanding
kekurangan air (dehidrasi hipertonik).
Pada dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat hipotonis,
sehingga terjadi perpindahan air dari ekstrasel ke intrasel yang
menyebabkan terjadi “edema intrasel”. Dehidrasi jenis ini terjadi bila
seseorang yang mengalami kekurangan cairan hanya diatas dengan
minum air murni tanpa mengandung elektrolit.

17
Universitas Sumatera Utara
3) Dehidrasi sangat bahaya terhadap keselamatan hidup manusia.
Tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat dehidrasi
bergantung pada seberapa besar derajat dehidrasi yang dialaminya.
Perawat harus mampu untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi yang
terjadi pada klien. Untuk mengetahuinya, ada beberapa cara yang
dapat dilakukan. Pertama, tingkat keparahan dehidrasi dapat dihitung
dari penurunan berat badan.

E. Perencana Tindakan Keperawatan


Setelah mengidentifikasi diagnosa keperawatan, perawat mengembangkan
rencana keperawatan. Rencana asuhan keperawatan bersifat individu, bergantung
pada ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa yang dialami klien,
kronik atau akut. Rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien yang aktual atau yang potensial. Tujuan rencana tersebut
meliputi satu yang lebih tujuan berikut:
1. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa yang
normal.
2. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi.
3. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan
untuk mengembalikan status keseimbangan.
Terutama penting untuk melibatkan klien dan keluarga dalam proses
perencanaan ini. Ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa sering
menimbulkan perubahan ringan pada perilaku atau status klien, dan hanya
keluarga yang cukup mengenal perilaku klien sehari-hari yang kemudian mampu
mengidentifikasi perubahan tersebut secara bertahap. Klien dan keluarga harus
mengetahui tindakan pencegahan, tanda dan gejala dilaporkan, dan tindakan yang
dapat diimplementasikan jika terjadi ketidakseimbangan.

18
Universitas Sumatera Utara
INTERVENSI RASIONAL
1. Ukur dan catat setiap 4 jam: 1. Menentukan kehilangan dan
a) Intake dan output cairan. kebutuhan cairan dan nutrisi.
b) Warna muntahan, urin, dan
feses.
c) Berat badan.
d) Status mental.
e) TTV.
2. Berikan makanan dan minuman 2. Memenuhi kebutuhan makan dan
yang klien sukai. minuman.
3. Berikan pengobatan seperti anti 3. Menurunkan pergerakan usus dan
muntah dan diare. muntah.
4. Lakukan pembersihan mulut 4. Meningkatkan nafsu makan.
sebelum makan.
5. Ubah posisi klien setiap 4 jam. 5. Meningkatkan sirkulasi.

F. Implementasi
Intervensi keperawatan mengembalikan cairan yang hilang. Tujuan yang
diharapkan agar dapat mempertahankan cairan. Menunjukkan adanya
keseimbangan cairan seperti output urine adekuat, tekanan darah stabil, membran
mukosa mulut lembab, turgor kulit baik. Dan secara verbal pasien mengatakan
penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.

G. Evaluasi
Dengan menggunakan data yang dikumpulkan selama perawatan dan hasil
yng di susun selama tahap perencanaan sebagai panduan, perawat menilai apakah
tujuan klien dan hasil telah tercapai. Data yang dikumpulkan terdiri dari observasi
kekurangan cairan dan pertanyaan mengenai bagaimana perasaan klien pada saat
ini.

19
Universitas Sumatera Utara
H. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
1. Pengkajian

PROGRAM D III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 3 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Jalan Bilal No. 30 Kelurahan Sari Rejo Kecamatan
Medan Polonia
Tanggal Pengkajian : 20 Juni 2017
Diagnosa Medis : Diare

II. KELUHAN UTAMA


BAB lebih dari 3 s/d 4 ×/hari dengan konsitensi cairan lebih banyak dari
ampas.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocatif /Palliative
1. Apa penyebabnya:
Anak mengalami diare karena diberi susu formula dan ketidakbersihan
pembuatan susu didalam botol.
2. Hal-hal yang memperbaikin keadaan:

20
Universitas Sumatera Utara
Ibunya menghentikan sementara pemberian susu formula kepada anaknya.

B. Quantity/quality
 Bagaimana dirasakan:
 Anak rewel terus
 Bagaimana dilihat:
Anak selalu menangis, mukosa bibir kering, badan semakin kurus,
kulit kering, kembali lambat, ada rasa haus.

C. Region
1. Dimana lokasinya:
Hanya daerah abdomen.
2. Apakah menyebar:
Tidak menyebar

D. Severity
Anak terlihat lemah

E. Time
Hal ini dialami bayi sejak 3 hari yang lalu

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
An.L pertama kali mengalami penyakit demam setelah mendapat
imunisasi HB.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Pengobatan yang dilakukan oleh keluarga tidak ada hanya memberikan
ASI.
C. Pernah dirawat/dioperasi
An.L tersebut tidak pernah dirawat dan tidak pernah mengalami operasi.
D. Lama dirawat
Tidak pernah di rawat di rumah sakit.

21
Universitas Sumatera Utara
E. Alergi
An.L tidak ada mengalami alergi karena obat maupun makanan atau
minuman.
F. Imunisasi
An.L baru mendapatkan imunisasi HB0 saat baru lahir.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orang tua
Orang tua pasien tidak ada mengalami penyakit.
B. Saudara kandung
Saudara kandung pasien tidak ada mengalami penyakit.
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Anggota kelurga pasien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Anggota keluarga pasien belum ada yang meninggal
F. Penyebab meninggal
Tidak ada yang meninggal dunia dari riwayat kesehatan keluarga
G. Genogram

Keterangan:
1. : Laki-laki
2. : Perempuan
3. : Pasien

22
Universitas Sumatera Utara
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi Pasien Tentang Penyakit
Persepsi orangtua tentang penyakit saat ini adalah untuk tidak memberikan
susu formula dan selalu memberikan ASI kepada anaknya.
B. Keadaan emosi
Klien hanya bisa menangis dan gelisah saat sedang BAB dan BAK.
C. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti: anak
2) Hubungan dengan keluarga: klien sebagai anak dikeluarga
3) Hubungan dengan orang lain: hubungan dengan orang lain sebagai
tetangga di lingkungan.
4) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: belum bisa mengikuti
aktivitas dan kegiatan dilingkungannya karna pasien masih kecil.
D. Spiritual Nilai dan keyakinan: klien mengikuti dan menaati nilai sesuai
keyakinan dan peraturan yang ada ditengah-tengah keluarga klien. Dan itu
masih di lakukan oleh kedua orang tuanya karena klien masih kecil belum
bisa melakukan peraturan yang ada di keyakinannya. Kegiatan ibadah: klien
diajari sedikit-sedikit oleh orang tuanya untuk berdoa dan mengenal
Tuhannya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum
Bayi terlihat lemas, gelisah, rewel dan badan semakin menurun.
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh : 37 ºC
2. Pernafasan : 25×/menit
3. Nadi : 100×/menit
4. TB : 80 cm
5. BB : 11 kg
C. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala : Normal
Bentuk : Bentuk oval tidak ada massa atau benjolan

23
Universitas Sumatera Utara
Ubun-ubun : Ubun-ubun normal.
Kulit kepala : kulit kepala bayi bersih
2. Rambut:
a. Penyebaran dan keadaan rambut: rambut bayi sedikit dan hitam,
rambut lurus
b. Bau : tidak ada bau dari rambut
3. Wajah:
a. Warna kulit : warna kulit wajah normal.
b. Struktur wajah : struktur wajah oval.
4. Mata:
a. Kelengkapan dan kesimetrisan: mata lengkap dan simetris tidak
ada gangguan atau sakit pada mata.
b. Mata: cekung
5. Hidung:
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi: lengkap dan simetris
b. Lubang hidung: simetris dan bersih tidak ada sinusitis
c. Cuping hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung
6. Telinga:
a. Bentuk telinga: bentuk telinga pasien normal, simetris antara
telinga kanan dan kiri
b. Ukuran telinga: ukuran telinga kanan dan kiri sama besar
c. Lubang telinga: kedua lubang telinga pasien bersih
d. Ketajaman pendengaran: bayi belum tau apa-apa tentang yang
dilakukan.
7. Mulut dan faring:
a. Keadaan bibir : mukosa bibir kering
b. Keadaan gusi dan gigi : gusi bersih
c. Keadaan lidah : bersih dan tidak ada putih-putih karenah ASI
8. Leher:
a. Posisi trachea: posisi trakea pasien berada di tengah
b. Suara: bayi hanya bisa menangis
c. Denyut nadi karotis : dapat teraba dengan jelas

24
Universitas Sumatera Utara
d. Kelenjar limfe: tidak ada pembengkakan kelenjar limfe
e. Tyroid: tidak ditemukan adanya pembengkakan thyroid
9. Pemeriksaan integument:
a. Kebersihan : bayi bersih dan harum.
b. Kehangatan : urin bayi hangat
c. Turgor : bersih, bila dicubit kulit kembalinya lambat > 2 detik
10. Pemeriksaan paru:
a. Palpasi getaran suaran: tidak ada suara tambahan
b. Perkusi : bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
11. Pemeriksaan abdomen:
a. Inspeksi (bentuk, benjolan): tidak ada benjolan atau massa pada
abdomen
b. Auskultasi: tympany
c. Palpasi(tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): tidak ada
nyeri
d. Perkusi (suara abdomen) : sonor
12. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya:
a. genitalia: normal.
b. anus (lubang anus, kelainan pada anus): lubang anus bagus.
c. Pigmentasi: warna kulit normal

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Pola makan dan minum
a. Frekuensi makanan/ hari: makan 3x/hari, minum ASI 8x/hari
b. Nafsu/selera makan: minum ASI dan ditambah susu Formula
c. Mual dan muntah: muntah bila bayi banyak bergerak setelah minum
susu
d. Waktu pemberian makan: setiap hari minimal 3x/hari atau lebih
e. Jumlah dan jenis makan : untuk makan ¼ piring dan 100 glas ASI
2. Perawatan diri/ personal hygiene
a. Kebersihan tubuh: An.L bersih.

25
Universitas Sumatera Utara
3. Kersihan gigi dan mulut:
a. mulut bersih, dan gigi bagus
4. Pola kegiatan/aktifitas
Pasien tidak mempunyai kegiatan atau aktifitas karna pasien masih
berumur 3 tahun.

2. ANALISA DATA
No. DATA PENYEBAB MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS: Pengeluaran cairan Kekurangan volume cairan
Ny. N mengatakan berlebih
bahwa anaknya rewel
dan gelisah. Haus
DO:
a) Rasa haus Dehidrasi ringan
meningkat.
b) Cubitan dikulit Muntah
perut kembali
lambat >2 detik. Kekurangan volume
c) Mata cekung. cairan
d) BAB lebih
3x/hari dengan
konsistensi cairan
lebih banyak dari
ampas.
e) Warna urin
kekuningan.
f) Mukosa bibir
kering.

26
Universitas Sumatera Utara
2. DS: An.L sudah 3 hari Nutrisi kurang dari
Ny. N mengatakan mengalami diare kebutuhan tubuh
anaknya susah makan.
DO:
a) Berat badan turun Ada rasa haus
2 kg.
b) Rasa haus Perut terasa penuh
meningkat
c) Intake: 150 mL.
d) Output: 200 mL. Nutrisi kurang dari
e) T: 37°C kebutuhan tubuh

3. RUMUSAN MASALAH
a) Masalah Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan
b) Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1) Kekurangan volume cairan b/d pengeluaran cairan sekunder yang ditandai
dengan demam, drainase yang abnormal, peritonitis, dan diare.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat ditandai dengan BB
menurun.

27
Universitas Sumatera Utara
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari/ tanggal No. Perencanaan Keperawatan
Dx
Selasa/ 20 Juni 1. Tujuan dan Kriteria Hasil:
2017 1. Meningkatkan masukan cairan paling sedikit
200 mL.
2. Meningkatkan kebutuhan asupan cairan.
3. Mempertahankan berat jenis urin dalam batas
normal.
4. Ada tanda dan gejala dehidrasi.
5. Mempertahankan turgor kulit dan membran
Mukosa yang baik.

Rencana Tindakan Rasional


- Berikan cairan oral -Sebagai upaya rehidrasi untuk
150-260 mL sesuai mengganti cairan.
dengan program -Memberikan informasi status
rehidrasi. kesimbangan cairan untuk
- Pantau intake dan menetapkan kebutuhan cairan
output yang keluar pengganti.
bersama feses. -Untuk menilai status rehidrasi,
- Kaji TTV. elektrolit dan keseimbangan
- Tentukan motivasi asam basa.
keluarga untuk -Mengumpulkan dan
mengubah menganalisa data pasien untuk
kebiasaan makan. mengatur keseimbangan cairan
dan elektrolit.

28
Universitas Sumatera Utara
Hari/ tanggal No. Perencanaan Keperawatan
Dx
Selasa/ 20 Juni 2. Tujuan dan Kriteria Hasil:
2017 1.Meningkatkan pola nutrisi kebutuhan tubuh.
2.Mempertahankan makanan yang adekuat.
3.Mempertahankan urin output sesuai dengan berat
badan.
4.Mempertahankan minuman yang adekuat.

Rencana Tindakan Rasional

- Memantau ibu dalam - Untuk menganalisa cara


pemberian makanan Makan dan minum pasien.
dan minuman kepada - Untuk membantu
pasien. Memperbaiki konsistensi
- Anjurkan untuk cairan BAB.
oralit. - Supaya pasien mau makan
- Memberikan makanan dan minum.
dan minuman kesukaan
pasien.

29
Universitas Sumatera Utara
5. PELAKSAAN KEPERAWATAN
Hari/ NO. EVALUASI (SOAP)
Tanggal DX
Selasa/ 20 1. - Sarankan ibu agar S: Ibu mengatakan
Juni 2017 memberikan susu klien lemas
sesering mungkin O: Klien tampak lemas,
- Minimal 260 ml atau 1 mata cekung, turgor
gelas ukuran 200 ml kulit lambat.
- Memantau bayi selama A: masalah belum
melakukan pengkajian teratasi
- Mengukur TTV: P: Intervensi
1.Suhu : 37ºc dilanjutkan
2.Nadi : 130×/menit – Menyarankan ibu
3.RR : 30×/menit agar memberikan
- Memberi cairan oralit susu kepada ananya
dengan banyaknya 100
ml-200m ml setiap kali
pasien selesai BAB.
2. - Memantau ibu cara S: Ibu mengatakan
membuat susu formula klien tidak mau
dan kebersihan botol makan
susu bayi O: Klien tampak lemas
- Memberikan makan A: Masalah belum
dan minuman kesukaan teratasi
pasien. P:Intervensi dilanjutkan
- Menimbang BB pasien. -Menyarankan ibu
untuk memberikan
makan sedikit tapi
sering.

30
Universitas Sumatera Utara
Rabu/ 21 1. - Menyarankan ibu untuk S: Ibu mengatakan
Juni 2017 memberi minum susu anaknya sudah mulai
kepada klien. mau makan dan
- Memantau ibu dalam minum dan mulai
kebersihan botol susu. ketawa dan bicara-
- Perhatikan mukosa bicara
bibir. – Intake : 170 ml
- Mengkaji tanda-tanda – Output : 270 ml
diare (rewel, mata O: Klien tampak
cekung, rasa haus membaik
meningkat, turgor kulit A: - Suhu : 37ºC
melambat, air mata) - BB : 11 kg
- RR :40×/menit
P: Intervensi
dilanjutkan
- menganjur ibu untuk
rajin memberikan
minum.

2. - Mengevaluasi keadaan S: Ibu mengatakan


pasien. pasien sudah mau
- Menyarankan ibu agar makan.
pasien diberi sayur dan O: Konsistensi BAB
buah. mulai membaik.
A: Masalah hampir
teratasi.
P: Intervensi
dilanjutkan
-Menganjurkan
keluarga untuk

31
Universitas Sumatera Utara
memberikan makan
dan minuman
kesukaan pasein.
Kamis/ 22 1. - Mengevaluasi kembali S: Ibu mengatakan
Juni 2017 pasein. anaknya sudah mulai
- Memantau ibu dalam kuat makan dan
pemberian makanan dan minum.
minuman. O: Pasien sudah tampak
- Mengkaji tanda-tanda sehat dengan tanda-
diare (rewel, mata tanda:
cekung, rasa haus - tidak ada air mata.
meningkat, turgor kulit -turgor kulit kembali
melambat, air mata) membaik.
- Membran mukosa -rasa haus sudah
basah. menurun.
-pasien tidak rewel.
-berat badan normal
13kg.
A: - Suhu : 36ºc
- BB : 13 kg
- RR:42×/menit
P: Klien sehat
2. - Menganjurkan ibu S: Ibu mengatakan
untuk memberikan anaknya sudah
makan pasien sedikit membaik.
tapi sering diberikan. O: Pasien sudah tampak
- Menganjurkan ibu sehat dengan tanda-
memberikan sayur dan tanda:
buah yang diolah secara - tidak ada air mata.
bersih. -turgor kulit kembali
- Rutin memberikan susu membaik.
dan perhatikan -rasa haus sudah

32
Universitas Sumatera Utara
kebersihan botol susu. menurun.
-pasien tidak rewel.
-berat badan normal
13kg.
A: Masalah teratasi.
P: Pasien sehat.

33
Universitas Sumatera Utara
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Diare pada anak merupakan penyakit yang umumnya diakibatkan oleh
infeksi atau dapat disebabkan oleh faktor makanan maupun psikologis pada anak
yang dapat menyebabkan dehidrasi, syok, dan kematian. Berdasarkan pada hasil
pembahasan dapat disimpulkan bahwa gangguan kekurangan volume cairan pada
An.L dapat teratasi dibuktikan dengan mukosa lembab, anak tidak rewel, tidak
tampak lemah, cairan tubuh mulai seimbang, dan turgor kulinya elastis.

B. SARAN

Pada kasus diare pada anak, sebaiknya diperhatikan dengan benar intake
maupun output serta TTV pada anak dan pelaksanaan yang utama yaitu dehidrasi
yang benar.

1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan cairan dan elektrolit.
2. Bagi Para Orang Tua
Selalu memantau intake serta output anak misalkan makan dan minum
segera bawa ke Rumah Sakit jika demam anak tidak turun.

34

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Graber, M. A. (2003). Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik. Cetakan ke 2.

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Edisi ke 2. Jakarta: EGC.

Sirait, D. H. Karya Tulis Ilmiah (senior D III 2015)

Jakarta, Farmedia.

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem

Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Edisi ke 3. Jakarta, Salemba Medika.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO. Hari/ PUKUL TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal

1. Selasa/ 20 10.00- 1. Melakukan orientasi dan

Juni 2017 12.00 menetapkan pasein sebagai

pasien kelolahan.

2. Mengkaji memotivasi keluarga

merubah kebiasaan minum.

3. Memberikan informasi untuk

kecukupan cairan dalam tubuh.

4. Mengkaji TTV

5. Memantau input dan output cairan

pasien.

2. Rabu/ 21 Juni 11.00- 1. Mengkaji memotivasi keluarga

2017 12.10 untuk kebiasaan makan.

2. Memberikan makanan dan

minuman kesukaan pasien.

3. Mengkaji kemampuan pasien dan

keluarga memenuhi kebutuhan

nutrisi.

4. Memberikan informasi yang tepat

tentang kebutuhan nutrisi dan

Universitas Sumatera Utara


bagaimana memenuhinya.

3. Kamis/ 22 10.15- 1. Memberikan informasi untuk

Juni 2017 12.00 kecukupan cairan dalam tubuh.

2. Mengkaji TTV.

3. Memantau input dan output cairan

pasien.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai