Anda di halaman 1dari 12

E-learning pada masa pandemi covid-19

Disusun Oleh :
Siti Chodijah
043615738

BAHASA INDONESIA

PRODI ILMU HUKUM 2021.2

UNIVERSITAS TERBUKA

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,
Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Makalah ini berisi tentang uraian
dan pembahasan "E-learning pada Masa Pandemi Covid-19".
Makalah ini disusun untuk mengetahui proses belajar secara E-learning pada Masa
Pandemi Covid-19.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
perlu dipelajari lebih lanjut. Adanya kekeliruan atau kesalahan dalam penulisan atau
penjabaran makalah ini semoga tidak menutup apresiasi terhadap makalah ini. Oleh karena
itu kami pihak penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan khususnya pembaca pada umumnya.

Jakarta, 28 November 2021

Siti Chodijah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5

A. Latar belakang.................................................................................................................4

B. Rumusan masalah............................................................................................................5

C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6

BAB III PENUTUP...................................................................................................................9

A. Kesimpulan....................................................................................................................9

B. Saran..............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


COVID-19, krisis kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia,
diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Januari 2020
sebagai wabah penyakit virus corona baru dan dilaporkan sebagai pandemi
pada Maret 2020. (WHO, 2019). Pandemi COVID-19 menyebabkan beberapa
sekolah dan perguruan tinggi di berbagai negara diharuskan ditutup sementara.
Pendidikan tatap muka telah berakhir di berbagai sekolah, universitas, dan
perguruan tinggi. Ini akan berdampak negatif pada kegiatan pendidikan, karena
jarak sosial sangat penting pada tahap ini. (Lestari, 2020)

Kemudian, instansi pendidikan berusaha mencari alternatif cara untuk


mengatasi keadaan sulit ini. (Dhawan, 2020). Ditutupnya kegiatan tatap muka
dalam belajar ini mendorong tumbuhnya kegiatan pendidikan Online untuk
menjaga kegiatan pembelajaran tetap berjalan dan tidak ada gangguan
pendidikan. Banyak fakultas telah terlibat dalam cara terbaik untuk
menawarkan materi kursus Online, melibatkan mahasiswa, dan melakukan
evaluasi. (Mukhtar et al, 2020). Masalah ini akan membuat teknologi baru
diterima oleh organisasi yang sebelumnya resisten untuk beradaptasi. Ini adalah
waktu yang sulit bagi sektor pendidikan untuk menghadapi situasi saat ini.
(Kaur, 2020)

E-learning digambarkan sebagai pengalaman belajar menggunakan berbagai


perangkat elektronik (misalnya komputer, laptop, smartphone, dll) dengan
ketersediaan internet dalam kondisi lingkungan sinkron atau asinkron. E-
learning bisa menjadi platform yang membuat proses pendidikan lebih berpusat
pada siswa, kreatif, dan fleksibel. (Singh, 2019; Rusman, 2011: Mungania,
2003). E-learning dipandang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan
WHO sebagai alat yang berguna untuk memenuhi kebutuhan pendidikan,
terutama di negara-negara berkembang. (Colace, 2006)

4
Pendidikan di berbagai negara, termasuk Indonesia telah menerapkan berbagai
strategi kreatif untuk memerangi krisis, menggunakan berbagai perangkat
lunak/aplikasi seperti Google Classroom, Zoom, dan Microsoft Teams untuk
Mengikuti kegiatan pembelajaran Online. Agar tidak hanya menyelesaikan
kursus tetapi juga untuk tetap berhubungan dengan para pembelajar, kelas
virtual E-learning ini digagas untuk menumbuhkan kepastian dan kepercayaan
diri para pelajar di tempat mereka belajar selama pandemi COVID-19. (Kaur,
2020)

Diharapkan dengan penerapan E-learning, peran pengajar akan berubah dari


model tradisional teacher-centric menjadi student-centric yang sesuai dengan
kurikulum baru yang diterapkan di dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas lebih dalam terkait perkembangan E-learning pada
masa pandemi covid-19 di Indonesia disertai hambatan-hambatannya

B. Perumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Perkembangan E-learning pada masa pandemi covid-19 di Indonesia?
2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam penerapan E-learning
pada masa pandemi Covid-19 di Indonesia

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan disusunnya makalah ini
Yaitu:
1. Untuk mengetahui perkembangan E-learning pada masa pandemi covid-19 di
Indonesia
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penerapan E
learning pada masa pandemi Covid-19 di Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

Corona Virus Disease atau yang lebih dikenal dengan Covid-19 merupakan jenis virus corona
baru yang menyerang sistem pernapasan manusia (Pratiwi, 2020: Wijayanengtias & Claretta,
2020). Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Wuhan, ibu kota
Provinsi Hubei China, dan sejak itu menyebar secara global ke seluruh dunia tanpa kecuali.
Kondisi ini mempengaruhi setiap sektor kehidupan manusia dengan sangat cepat. Pandemi
Covid-19 telah menyebabkan kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sistem
pendidikan di seluruh dunia.

Selain dampak ekonomi yang terukur dalam jangka pendek dan jangka panjang, terjadi
keruntuhan yang tidak berwujud pada lembaga pendidikan (Basilaia & Kvavadze, 2020).
Secara khusus, pendidik, sumber daya intelektual paling kritis dari organisasi pendidikan
mana pun, harus menghadapi berbagai jenis kesulitan, termasuk keuangan, fisik. Dan mental,
karena COVID-19. Pandemi Covid-19 mengharuskan hampir seluruh aktivitas manusia
beralih ke media digital, termasuk layanan pendidikan. Kini, layanan pendidikan harus
beradaptasi dengan metode pembelajaran Online. Perubahan ini menjadi tantangan bagi
pendidikan Indonesia, yang juga harus mempersiapkan peserta didik untuk beradaptasi
menghadapi tantangan era Society 5.0.

E-learning tidak dianggap sebagai fenomena baru, ada tren global yang meningkat dalam
penggunaan pembelajaran elektronik atau E-learning dalam dekade terakhir dan beberapa
lembaga pendidikan di negara berkembang telah mengadopsi tren ini baru-baru ini. (Hannafin,
2003; Horner, 2018; Bates, 2003; Munir, 2009). Namun, teknologi ini belum tersebar merata
di semua bangsa dan budaya. (Prasojo, 2011) Lebih dari sembilan bulan telah berlalu sejak
WHO mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi, dengan pergeseran mendadak ke
pengajaran Online dan pembelajaran elektronik. Selanjutnya, ketidakpastian masa depan
tentang kembali ke kehidupan normal dan menghentikan pandemi ini mengakibatkan
ketergantungan pada E-learning terutama di pendidikan tinggi.

Seperti negara-negara lain, Indonesia jua menghadapi tantangan yang signifikan dalam
pendidikan tinggi dan mengubah sistem pendidikan tatap muka ke pembelajaran virtual.
Tahun 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan sebuah
kebijakan melalui Surat Edaran Nomor 3 tahun 2020 (Kemendikbud, 2020) terkait dengan

6
tingkat resiko penyebaran Covid-19 dan Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 (Kemendikbud,
2020) terkait dengan kebijakan pendidikan pada masa darurat Covid-19. Kebijakan yang
dikeluarkan oleh Kemendikbud tersebut dilakukan guna mencegah siklus penularan Covid-19.
Kedua kebijakan Mendikbud tersebut terkait dengan pencegahan Covid 19 oleh satuan
pendidikan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan serta pembelajaran keluarga selama masa
darurat Covid-19. Kebijakan pembelajaran di rumah disebut kebijakan pembelajaran jarak
jauh (PJJ) atau biasanya pembelajaran Online (Online). Potret tiga bulan pertama
pembelajaran berbasis Online menangkap variasi praktik pembelajaran siswa Indonesia. Akses
yang tidak merata terhadap sarana dan prasarana, perbedaan kemampuan mengajar jarak jauh,
jenis dan lokasi sekolah, serta lingkungan siswa di rumah berkontribusi terhadap variasi
tersebut. (Alifia, 2020) Pembelajaran jarak jauh sangat bergantung pada jangkauan jaringan,
namun data menunjukkan bahwa jangkauan sangat bervariasi antar wilayah. Menurut Badan
Pusat Statistik, pada tahun 2018 lebih banyak desa di Jawa yang mendapat sinyal kuat
dibandingkan wilayah lain di Indonesia, disusul masing-masing di Sumatera, Sulawesi, Bali,
dan Kalimantan. Hanya 25 persen Maluku dan Papua yang mendapat sinyal kuat. (Alifia, 2020)
Karena akses Internet yang tidak merata dan jangkauan jaringan yang buruk, banyak guru
tidak dapat mengajar dengan kemampuan terbaik mereka. Sekitar 30 persen guru di Jawa tidak
mengajar setiap hari kerja. Proporsinya bahkan lebih tinggi untuk guru di luar Jawa, di mana
sebanyak 50 persen tidak mengajar setiap hari. (Alifia, 2020) Dalam banyak kasus, siswa
mereka tidak memiliki smartphone atau akses internet. Guru-guru ini mengunjungi siswanya
dan biasanya hanya membagikan tugas (tanpa mengajar sama sekali). Praktek ini biasa terjadi
di sekolah-sekolah umum di daerah pedesaan, khususnya di luar Jawa. Guru di bidang ini
sering tidak dapat menilai tugas siswa mereka atau memberikan kesempatan untuk sesi tanya
jawab. (Alifia, 2020) Di bawah pembatasan jarak sosial COVID-19 yang memaksa orang
untuk tinggal di rumah, orang tua memainkan peran penting dalam mendukung pembelajaran
anak-anak mereka. Tetapi tidak semua orang tua memiliki kapasitas untuk memberikan
dukungan ini. Mereka yang berasal dari keluarga miskin mengalami kesulitan dalam
mendukung pembelajaran berbasis rumah anak-anaknya karena keterbatasan fasilitas seperti
tidak memiliki smartphone atau data internet. (Alifia, 2020) Situasinya rumit jika keluarga
hanya 4memiliki satu smartphone tetapi lebih dari satu anak belajar dari jarak jauh.
Sedangkan siswa dengan kinerja di atas rata-rata di kelas cenderung memiliki lingkungan
rumah yang mendukung. Mereka tinggal di daerah perkotaan, dengan akses yang lebih baik ke
fasilitas selama pembelajaran jarak jauh. Orang tua mereka yang terdidik secara aktif
berpartisipasi dalam membimbing mereka belajar dari rumah serta berkomunikasi dengan
guru mereka secara teratur. (Alifia, 2020)

7
Anak-anak dengan orang tua berpendidikan rendah, dan yang tinggal di daerah pedesaan,
cenderung menghabiskan waktunya untuk bermain daripada belajar. Orang tua mereka
biasanya tidak mengetahui pendidikan anak-anak mereka dan mereka cenderung kurang
berpartisipasi dalam pembelajaran anak-anak karena mereka tidak tahu bagaimana mengisi
peran itu. Temuan ini mengkonfirmasi bahwa anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi
yang lebih rendah menderita kerugian yang lebih besar secara proporsional karena penutupan
sekolah COVID-19. Pendidikan dan pembelajaran yang mereka lewatkan memiliki dampak
negatif yang dramatis dalam jangka panjang. (Alifia, 2020)

Kebijakan pemerintah ‘satu ukuran untuk semua’ gagal mengatasi masalah karena situasinya
bervariasi untuk guru, siswa, dan orang tua. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) perlu mempertimbangkan intervensi khusus yang lebih baik untuk guru dan
siswa di daerah dengan infrastruktur terbatas. Ini harus melibatkan penjadwalan kunjungan
guru tambahan atau mendirikan lebih banyak sekolah terbuka. Sekolah juga dapat menilai
kebutuhan siswa dan orang tua untuk dukungan belajar seperti pedoman yang lebih rinci untuk
orang tua, dukungan pulsa telepon dan pelatihan bagi guru untuk beradaptasi dengan
lingkungan belajar yang baru. (Alifia, 2020)

Untuk menghindari kesenjangan lebih lanjut dalam pendidikan, guru perlu mengetahui tingkat
kemampuan siswa mereka selama periode pembelajaran berbasis rumah sampai sekolah
dibuka kembali sepenuhnya. Sekolah, dengan bantuan dinas pendidikan kabupaten, dapat
melakukan penilaian berkala untuk mengidentifikasi tingkat belajar siswa. Guru perlu
menerapkan pendekatan pengajaran yang berbeda berdasarkan kebutuhan siswa. Mereka.
Kemdikbud dapat mengembangkan pedoman praktis untuk pendekatan ini bagi guru, bersama
dengan memberikan dukungan atau platform bagi guru untuk meningkatkan kemampuan
mereka dalam menerapkannya. Pemerintah juga harus mengembangkan sistem untuk
memantau guru dan siswa selama periode pembelajaran jarak jauh. Dalam jangka panjang,
pemerintah harus mendorong pemerataan pembangunan infrastruktur. Pemerintah juga harus
berinvestasi dalam reformasi pendidikan guru seperti mengembangkan kurikulum khusus
untuk pembelajaran jarak jauh dan pendidikan darurat serta penguasaan teknologi pengajaran

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
E-learning kurang dimanfaatkan di masa lalu, terutama di negara-negara
berkembang. Namun, krisis pandemi COVID-19 saat ini memaksa seluruh dunia
untuk mengandalkan kegiatan pembelajaran Online untuk menunjang kegiatan
pendidikan. Dalam keberjalanannya selama masa pandemi, E-learning di Indonesia
masih menghadapi banyak tantangan dan hambatan. Adapun tantangan dan
hambatan tersebut terlihat dari banyak faktor, seperti keterbatasan jaringan di
wilayah terpencil, tidak tersedianya sarana belajar Online yang memadai, latar
belakang sosial ekonomi siswa yang rendah serta tingkat kemampuan siswa dalam
menerima pembelajaran Online yang rendah.

B. Saran
Dalam jangka panjang, pemerintah Indonesia harus mendorong pemerataan
pembangunan infrastruktur. Pemerintah juga harus berinvestasi dalam reformasi
pendidikan guru seperti mengembangkan kurikulum khusus untuk pembelajaran
jarak jauh dan pendidikan darurat serta penguasaan teknologi pengajaran. Selain itu,
Untuk menghindari kesenjangan lebih lanjut dalam pendidikan, guru perlu
mengetahui tingkat kemampuan siswa mereka selama periode pembelajaran
berbasis rumah untuk mencapai keiatan pembelajaran yang efektif.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alifia, Ulfah. 2020. COVID-19 memperlebar kesenjangan pendidikan Indonesia. Ekonomi.


Politik dan Kebijakan Publik di Asia Timur dan Pasifik

Basilaia, G., & Kvavadze, D. (2020). Transisi ke Pendidikan Online di Sekolah selama
Pandemi SARS-CoV-2 Coronavirus (COVID-19) di Georgia. Penelitian Pedagogis. 5(4).
https://doi.org/10.29333/pr/7937.

Bates, A. W., & Poole, G. (2003). Pengajaran yang efektif dengan teknologi di pendidikan
tinggi. San Fransisco: Jossey Bass.

Colace F, De Santo M, Pietrosanto A. Model Evaluasi untuk Platform E-learning:


Pendekatan AHP. Perbatasan dalam Konferensi Pendidikan, Tahunan ke-36. San Diego,
CA: Institut Insinyur Listrik dan Elektronik; 2006:1-6.

Dhawan S. Pembelajaran online: Obat mujarab di masa krisis COVID-19. J Educ Technol
Syst. 2020;49(1):5-22.

Hannafin M, Oliver K, Hill J. R. Glazer E. Sharma P. Faktor kognitif dan pembelajaran


dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh berbasis web. Dalam M. G. Moore & W. G.
Anderson (Eds.). Buku pegangan pendidikan jarak jauh (hal. 245-260). Mahwah, NJ:
Erlbaum. 2003.

Horner S, Classick R. Warren H. Durbin B. Studi Pengajaran dan Metodologi Penilaian


Elektronik untuk Proyek KFIT di Rwanda. Yayasan Nasional untuk Penelitian Pendidikan
(NFER), UNESCO. 2018: 1-31.

Kaur N, Dwivedi D. Arora J, Gandhi A. Kajian efektivitas E-learning terhadap pengajaran


konvensional pada mahasiswa kedokteran di tengah pandemi COVID-19. Natl J Physiol
Pharm Pharmacol. 2020; 10(7):1.

Kemendikbud, C. (2020). Edaran Tentang Pencegahan Wabah COVID-19 Di Lingkungan


Satuan Pendidikan Seluruh Indonesia. In Infect Dis Clin North Am (Vol. 33, Pp. 1-5).

10
Lestari, Fatma. 2020. Pengalaaaman Indonesia Dalam Menangani Wabah Covid-19.
Jakarta : Badan Nasional Penanggulangan Bencana.. 2020

Mukhtar K, Javed K, Arooj M, Sethi A. Advantages, Limitations and Recommendations


for Online learning during COVID-19 pandemic era. Pak J Med Sci Q.
2020;36(COVID19-S4):S27-31. Pmid:32582310

Munir. (2009). Pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Bandung: Alfabet

Prasojo, Lantip Diat & Riyanto. (2011). Teknologi informasi pendidikan. Yogyakarta:
Gava

Media.

Pratiwi, E. W. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Kegiatan Pembelajaran Online Di


Perguruan Tinggi Kristen Di Indonesia. Perspektif Ilmu Pendidikan, 34(1), 1-8.
https://doi.org/10.21009/pip.341.1.

Rusman, dkk. (2011). Pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi,


mengembangkan profesionalitas guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Singh V, Thurman A. How many ways can we define Online learning? A systematic
literature review of definitions of Online learning (1988-2018). Am J Distance Educ.
2019;33(4):289-306

WHO: Situation
Coronavirusdisease(COVID-2019) from:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation reports.

Reports. Available

11
Wijayanengtias, M., & Claretta, D. (2020). Student Perceptions of Online Learning During
the Covid-19 Pandemic. Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi, 9(1), 16-21.
https://doi.org/10.21070/kanal.v9i1.685

12

Anda mungkin juga menyukai